Anda di halaman 1dari 3

Pola Usaha Kemitraan, ‘Jurus

Sakti’ Peternak Unggas Eksis Di


Saat Pandemi
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya meminimalisasi dampak pandemi covid-
19 terhadap peternak unggas. Hasilnya cukup positif, lesunya kondisi perekonomian
selama pandemi covid-19 tidak terlalu berdampak kepada peternak unggas yang
melakukan pola usaha kemitraan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah


mengatakan selama ini Ditjen PKH telah bekerjasama dengan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) melakukan optimalisasi pengawasan terhadap pelaksanaan
kemitraan usaha peternakan.

Kerja sama ini merupakan amanat dari UU Nomor 20 tahun 2018 tentang UMKM,
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Peraturan
Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 13 tentang Kemitraan Usaha Peternakan.

“Hal ini adalah usaha pemerintah untuk melindungi semua pihak, Pada dasarnya
pemerintah ini adalah penengah, kami berusaha mencari solusi terhadap segala
macam permasalahan yang ada,” kata Nasrullah.

Nasrullah menambahkan, dalam Permentan Nomor 13 tahun 2017 disebutkan,


kemitraan usaha peternakan adalah kerja sama antar usaha peternakan atas dasar
prinsip saling memerlukan, memperkuat, menguntungkan, menghargai, bertanggung
jawab dan ketergantungan.

Pola kemitraan usaha peternakan sendiri meliputi, inti plasma, bagi hasil, sewa,
perdagangan umum dan sub kontrak. Dalam perjanjian kemitraan usaha ayam ras
pedaging, peternak sebagai plasma mendapatkan jaminan supply DOC, pakan ternak,
obat vaksin disenfektan (OVD) dan jaminan pemasaran dengan harga kontrak sesuai
perjanjian tertulis.

“Peternak sebagai plasma mendapatkan jaminan pemasaran dan harga panen livebird
berdasarkan perjanjian tertulis antara pihak perusahaan sebagai inti dan peternak
sebagai plasma. Jadi seimbang,” jelas Nasrullah.

Adapun beberapa peternak yang merasakan langsung manfaat dari program usaha
kemitraan ini. H. Oman misalnya, peternak asal Serang yang sudah 14 tahun
melakukan kemitraan dengan PT CPI ini mengaku omset penjualannya tidak berkurang
meski pandemi sudah berlangsung beberapa bulan.

Selain di masa pandemi, stabilitas omset dari hasil penjualan yang dirasakan H. Oman
ini juga dirasakan ketika harga ayam sedang turun, atau harga pakan sedang naik.
“Kami tidak terlalu memikirkan hal itu, tugas kami adalah memastikan ayam ayam kami
sehat dan dapat dipanen sesuai target,” ucap H. Oman.

Senada, M Wiyogo, juga mengaku merasakan stabilitas omset penghasilan dari pola
kemitraan ini. Peternak asal Jatibarang, Indramayu ini mengaku meskipun harga ayam
naik dan turun, namun lewat kontrak kemitraan harga yang didapat tetap karena sudah
ditentukan pada kontrak.

“Salah satu klausulnya kan menentukan harga ayam yang sesuai, maka saya tidak
khawatir rugi dalam penjualan karena perusahaan inti akan membeli ayam saya sesuai
harga kontrak. Bahkan kami dapat semacam bonus jika harga ayam sedang tinggi,”
paparnya.

Sementara itu, menurut Ali Ikhsan, peternak asal Patrol, Indramayu, keuntungan lain
dalam mengikuti pola kemitraan ini adalah mendapat kemudahan untuk mendapat
pembeli. Karena, perusahaan mitra akan membeli ayam dengan harga yang ditentukan.

“Kan salah satu kendala dalam beternak mandiri adalah proses pemasarannya. Tidak
semua peternak mampu melakukan pemasarannya sendiri. Maka kemitraan ini menjadi
salah satu solusi, karena kami tidak usah pusing mencari pembeli,” terang Ali.

Selain itu, ia memandang pola kemitraan ini juga sebagai media investasi yang lebih
baik dibandingkan dengan meminjam uang di bank untuk usaha. Dengan lahan yang
dimiliki, ia mengaku tidak perlu pusing dengan modal awal yang besar karena modal
pembelian DOC, pakan, obat-obatan atau sapronak dipasok oleh perusahaan inti.

Terlebih, pembayarannya dapat dilakukan di akhir periode budidaya (panen). Di


samping itu, perusahaan inti juga menyediakan Technical Service yang akan
mendampingi peternak jika ada permasalahan teknis.

Tarsono, peternak asal Bongas mengingatkan, agar para peternak terus belajar dan
saling peduli antar peternak. Namun, ia mengungkapkan, selama ini sesama peternak
saling bekerjasama dengan baik agar produksinya meningkat.

Ia menegaskan, para peternak mitra juga menyambut baik jika ada peternak mandiri
yang ingin berdiskusi tentang pola usaha kemitraan ini. Pasalnya, pola usaha kemitraan
dapat menjadi solusi usaha yang sangat menguntungkan. “Asalkan dimulai dengan niat
yang baik, maka hasilnya pasti juga akan baik,” tuturnya.

Nasrullah menjelaskan, penghasilan peternak mitra selain margin dari sisa hasil
penjualan dikurangi modal sarana produksi peternakan (sapronak) dari perusahaan inti
juga masih mendapatkan bonus atas insentif performa pemeliharaan dan hal ini
menunjukkan capaian efisiensi.
Ditemopat terpisah, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)
menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) tidak dapat bekerja sendiri
dan harus bermitra dengan yang lain. Ia menyatakan Kementan membutuhkan
kemitraan dan kerja sama yang bersinergi.

“Saya berharap dukungan dan bantuan para orang hebat di bidang pertanian,
khususnya peternakan pada masanya. Dan saya berharap kehadiran mereka yang
akan terus bersama saya, membantu saya dalam memecahkan banyak masalah
pertanian,” ucap Menteri SYL. (Ditjen PKH)

Anda mungkin juga menyukai