Anda di halaman 1dari 19

Angkat Ekonomi Rakyat, PT Greenfields Indonesia Farm 2  

Buka
Peluang Kemitraan untuk Warga Blitar
Oct 28, 2021 19:24

PT Greenfields Indonesia terus melakukan terobosan untuk masyarakat sekitar sehingga dapat menjalin
kemitraan dengan perusahaan. Salah satu dari program-program kemitraan yang digagas PT Greenfields
Indonesia Farm 2 Blitar adalah Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG). Serah terima program ini ditandai
dengan serah terima pembelian sapi perah bersubsidi oleh masyarakat, Kamis (28/10/2021).

Aditya Heppy Christiawan selaku Partnership Manager menjelaskan, sejauh ini kemitraan hanya
ada di lingkungan peternakan PT Greenfields Indonesia yang berlokasi di Desa Ngadirenggo,
Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat PT
Greenfields Indonesia Farm 2 membuka peluang kemitraan yang lebih luas lagi untuk masyarakat
di Kabupaten Blitar.

"Jadi, bagi warga yang ingin bermitra dengan Greenfields hanya menyiapkan kandang. Kandang
itu nantinya akan kita lihat untuk standarnya. Jika tidak standar maka akan kita arahkan terkait
besar kecilnya kandang tersebut. Untuk bermitra, warga hanya butuh menyiapkan satu sapi saja
sudah cukup," kata Aditya Heppy.

Dia menambahkan, dengan adanya kemitraan diharapkan dapat membantu masyarakat dan
membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat Blitar.

"Peluang kemitraan ini sangat penting bagi PT Greenfields Indonesia Farm 2 Blitar. Pasalnya,
program kemitraan ini membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar khususnya peternak,"
imbuhnya.

Sementara salah satu warga yang bermitra dengan PT Greenfelds Indonesia, Susono Warga Dusun
Babadan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar mengaku, pihaknya dan warga lainya sangat
berterimakasih dengan kemitraan yang digagas oleh Greenfields.

Baca Juga : Peringati Hari Sumpah Pemuda, Mak Rini Ajak Pemuda Bangun Kabupaten
Blitar
“Dengan kemitraan ini, kami mempunyai lapangan pekerjaan baru dan mendapatkan penambahan
ekonomi. Peluang ini sangat kami apresiasi, kami sebagai warga sangat membutuhkan," tegasnya.

Susono menambahkan, teroboson kemitraan seperti ini adalah yang pertama kali sejak PT
Greenfieds Farm 2 beroperasi di Blitar. Warga sangat terbantu secara ekonomi karena proses
kemitraan sangat mudah. Saat ini sudah cukup banyak warga di sekitaran PT Greenfields Farm 2
yang menjalin kemitraan. Khususnya warga di Desa Ngadirenggo.

"Kami harapkan dengan kemitraan ini, ke depannya kami akan lebih baik lagi karena mempunyai
lapangan pekerjaan di rumah tidak perlu merantau," pungkasnya (ADV).
Pemerintah Canangkan Kemitraan Industri Olahan Susu dengan Peternak Sapi

Kamis, 4 Mei 2017 (Kementrian Perindustrian RI)

Pemerintah telah mencanangkan program kemitraan antara industri pengolahan susu dengan peternak
sapi lokal untuk meningkatkan integrasi dalam proses produksi sehingga mampu mengurangi
ketergantungan bahan baku impor. Upaya ini sekaligus mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor domestik strategis sebagaimana yang diamanatkan pada Nawa Cita.

“Diharapkan program kemitraan dapat meningkatkan suplai bahan baku susu segar dari peternak sapi
kita, yang ditargetkan dari 23 persen di tahun 2016 menjadi 41 persen tahun 2021dengan kualitas
semakin baik,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada peresmian Manufacturing Unit PT.
GreenfeldsIndonesia di Desa Palaan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (4/5).

Guna mencapai sasaran tersebut, Menperin meminta pelaku industri supaya bermitra dengan koperasi
atau kelompok usaha bersama (KUB). Misalnya, satu industri membina minimal 3-5 peternak sapi untuk
meningkatkan penyerapan susu segar dari dalam negeri. Kemitraan ini mendorong program pemerataan
kesejahteaan masyarakat.

“Kami juga mengimbau kepada pelaku industri agar terus berkomitmen mengembangkan susu segar
dalam negeri dengan pendekatan asistensi untuk peningkatan produktivitas, perbaikan kualitas, dan
budidaya ternak yang lebih baik,” paparnya.

Selanjutnya, Kementerian Perindustrian aktif melakukan koordinasi dengan Kementerian Koordinator


Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Koperasi
dan UKM. “Mengenai kebijakan penetapan harga susu, idealnya untuk pertenak sekitar Rp5.500-6.000
per liter, sehingga apabila peternak memiliki 10 sapi bisa dapat penghasilan sebesar Rp2 juta per bulan,”
tegas Airlangga.

Kemenperin pun siap membantu peralatan produksi yang dibutuhkan oleh peternak sapi lokal. “Bahkan,
kami memberikan apresiasi kepada Greenfields yang akan membangun institut pelatihan bagi pertenak
sapi untuk memberdayakannya,” lanjut Airlangga. Kemenperin akan memfasilitasi kemudahan investasi
apabila Greenfield minat mendirikan pabrik di luar Jawa seperti Sulawesi, Kalimantan atau Sumatera.

Menperin mengungkapkan, dari 58 industri pengolahan susu yang beroperasi di Indonesia,


hanya delapan perusahaan yang bermitra dengan peternak dan menyerap susu segar di dalam negeri.
Pasalnya, produksi susu segar cenderung terus turun dan dan kualitasnya masih rendah.Kemenperin
mencatat, pada tahun 2016, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri untuk industri pengolahan
susu sebanyak 3,7 juta ton.

Sementara itu, lanjut Airlangga, pasokan bahan baku susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi
sekitar 852 ribu ton atau 23 persen, dan sisanya impor sebesar 2,8 juta ton dalam bentuk skim milk
powder, anhydrous milk fat,  dan  butter milk powder dari berbagai negara seperti Australia, Selandia
Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
PT. Greenfields Indonesia merupakan salah satu anak perusahaan AustAsia Dairy Group yang mampu
mengembangkan industri pengolahan susu di dalam negeri secara terintegrasi mulai dari pembibitan,
budidaya sapi perah, pemerahan sapi hingga industri pengolahan susu segar menjadi produk susu Ultra
High Temperature (UHT), susu Extended Self Life (ESL), dan keju mozarella. Total kapasitas produksi
perusahaan untuk mengolah susu segar bisa mencapai mencapai 120 ton per hari.

Investasi Rp335 miliar

Pada kesempatan yang sama, Menperin meminta kepada pelaku industri pengolahan susu di dalam
negeri untuk menjalankan komitmen investasinya sehingga akan berkontribusi dalam menumbuhkan
sektor manufaktur dan perekonomian nasional. “Selain memenuhi kebutuhan produk susu olahan bagi
masyarakat, ekspansi usaha akan menimbulkan multiplier effectyang akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.

Untuk itu, Menperin memberikan apresiasi kepada PT. Greenfields Indonesia yang telah
mendirikanpabrik baru di Kabupaten Malang serta memproduksi berbagai produk makanan dan
minuman berbasissusu segar. “Ini patut dicontoh, pabriknya terintegrasi dengan peternakan sapi dan
proses produksinyatelah berstandar internasional,” ujarnya.

Pabrik baru yang dibangun tersebut seluas tujuh hektare dengan nilai investasi sebesar Rp335miliar dan
saat ini menambah tenaga kerja sekitar 200 orang. Kapasitas produksi dari ekspansi inimampu mengolah
susu segar mencapai 72 juta liter per tahun yang dihasilkan oleh 20 ribu ekorsapi perah. Capaian ini akan
mendukung posisi Greenfields sebagai merek susu segar nomor satu diIndonesia.

Menurut CEO of AustAsia Dairy Group, Edgar Collins, Greenfields telah menghasilkan produk susu segar
dan olahannya untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang masyarakat Indonesia sejak tahun 2000.
“Pabrik baru Greenfields di Desa Palaan ini akan meningkatkan produksi susu segar dalam negeri dan
mendukung usaha meningkatkan konsumsi susu per kapita di Indonesia,” ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, perusahaan bertekad akan meningkatkan penetrasi brand Greenfields ke pasar luar
negeri. Saat ini produk Greenfields telah diekspor ke Hong Kong,Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina,
Myanmar dan Kamboja.

Greenfields Indonesia memiliki fasilitas peternakan sapi perah dan pengolahan susu terintegrasi yang
terbesar di Asia Tenggara. Dengan 100 persen susu segar yang berasal dari peternakan sendiri tersebut,
perusahaan ini menjadi salah satu produsen olahan susu di Indonesia yang secara total tidak bergantung
pada hasil susu impor. Bahkan, pabrik baru ini ramah lingkungan karena menggunakan cangkang kelapa
sawit dan cangkang kemiri sebagai bahan bakar untuk menghidupkan boiler.

Sementara itu, Dirjen Industri Agro Panggah Susanto menyampaikan, industri pengolahan susu
merupakan salah satu bagian dari subsektor industri makanan dan minuman. Subsektor
ini sebagai kelompok industri strategis dan mempunyai prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan.

Hal tersebut ditunjukkan dengan laju pertumbuhan industri makanan dan minuman tahun 2016 sebesar
8,46 persen, diatas pertumbuhan industri pengolahan non migas sekitar 4,42 persen.“Peran subsektor
industri makanan dan minuman pada PDB industri non migas juga terbesar dibandingkan subsektor
lainnya, yaitu mencapai 37,42 persen pada tahun 2016,” imbuhnya.
Dari segi perdagangan internasional, lanjut Panggah, sumbangan nilai ekspor produk makanan dan
minuman termasuk minyak kelapa sawit pada tahun 2016 mencapai USD26,39 miliar. Dengan
imporpada tahun yang sama sekitar USD9,65 miliar, sehingga subsektor industri ini mengalami neraca
perdagangan yang positif. Disamping itu, perkembangan realisasi investasi subsektor ini terus
mengalami kenaikan hingga Rp32triliun untuk PMDN dan USD2,1miliar untuk PMA di tahun 2016.

Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah tingkat konsumsi susu perkapita masyarakat Indonesia
saat ini rata-rata 12,10 kg/kapita/tahun setara susu segar. Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah
negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kg/kapita/tahun, Myanmar
26,7 kg/kapita/tahun, Thailand 22,2 kg/kapita/tahun, dan Philipina 17,8 kg/kapita/tahun.

”Kondisi tersebut menjadi peluang dan sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam
negeri untuk meningkatkan produksi dan mutu susu segar, sehingga secara bertahap dapat
memenuhi kebutuhan bahan baku susu untuk industri pengolahan susu di dalam negeri,” papar
Panggah.
Greenfields sudah gandeng 180 mitra
industri pengolah susu
Senin, 05 Maret 2018

Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - MALANG. Minat investasi dan bisnis industri susu lokal di


Indonesia kian menurun. Implementasi peraturan Inpres Nomor 4 tahun 1998
serta larangan impor sapi pada tahun 2012 telah mengguncang bisnis
tersebut.

Padahal terdapat sejumlah industri pengolah susu (IPS) dan importir yang
memiliki kemampuan produksi yang besar. Dus, pemerintah melalui Peraturan
Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun 2017 tentang Penyediaan
dan Peredaran Susu, mewajibkan IPS dan importir untuk menggandeng
kemitraan dengan peternak sapi perah lokal pada awal pekan ini. 

PT Greenfields Indonesia menjadi salah satu contoh IPS dan importir yang
telah mengimplementasikan peraturan tersebut jauh hari.

Heru Prabowo, Head of Farm PT Greenfields Indonesia mengatakan larangan


impor sapi yang diterapkan pemerintah pada tahun 2012 membuat minat
pada bisnis susu sapi menjadi semakin lesu. "Tahun 2012 terjadi pelarangan
impor sapi, sehingga sapi perah dijual jadi sapi daging karena lebih mahal,"
jelasnya, Senin (5/3).

Padahal, dalam data Kementerian Pertanian (Kemtan) tahun 2017, total


kebutuhan nasional sebesar 4,4 juta ton setara susu segar, sedangkan
produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) hanya mampu memasok 20,74%
atau 922,970 ton. Sisanya yang hampir capai 80% berasal dari impor.

Bagi PT Greenfields yang memiliki hingga 10.000 sapi pada peternakan


pertama mereka di Malang, perusahaan ini mampu menyediakan 8% dari
kebutuhan nasional. 
Perusahaan susu asal Indonesia ini mampu memproduksi 115 ton susu sehari
sepanjang tahun. 80% produk mereka didistribusikan untuk pasar domestik,
sedangkan sisanya untuk ekspor kawasan Asia Tenggara.

Greenfields kini memiliki 180 mitra yang memiliki hingga 1.000 sapi dan
kemampuan produksi susu 8 ton sehari. Kemitraan ini, menurut Heru telah
dijalin perusahaan jauh hari sebelum kementerian meneken peraturan
tersebut.

Syahbantha Sembiring Indonesia Country Head bagian Sales & Marketing PT.
AustAsia Food menyatakan, kemitraan Greenfields dengan peternak lokal
telah dibangun sejak berdiri di tahun 1997. "Tidak hanya dengan peternak
susu lokal, tapi dengan penyedia pakan dan rumput sekitar," jelasnya.

Skema kemitraan yang dilakukan Greenfields adalah dengan memberikan


pelatihan, jasa kesehatan ternak, menawarkan pakan ternak dengan harga
diskon serta membeli produk susu yang dihasilkan oleh mitra.

Hasil susu tersebut kemudian dijual oleh Greenfields ke perusahaan IPS


lainnya. Menurut Heru, pembeli terbesar produk susu mitra dari Greenfields ini
adalah Nestle.

"Kami tidak membeli produk susu mitra karena standar susu kami harus
menggunakan susu hasil ternak sendiri. Namun program kemitraan ini sudah
kami jalankan sejak lama karena menimbang aspek sosial masyarakat," kata
Heru.

Menurutnya, Greenfields belum berencana untuk menambah jumlah mitra.


Tapi, perusahaan yang merupakan bagian dari holding Japfa Pte Ltd yang
terdaftar di bursa saham Singapura ini akan meresmikan peternakan
Indonesia kedua dalam waktu dekat. Selain di Indonesia, Greenfields juga
memiliki 7 peternakan sapi di China yang memproduksi susu segar untuk
pasar global.
Greenfield Farming Philosophy : Perkuat
Ketahanan Pangan Dengan Bangkitkan Kiprah
Peternak Sapi Perah Lokal
Shanty Briliani
Jumat, 2 September 2022

ANALISNEWS, JAWA TIMUR – Di tengah wabah Penyakit Mulut dan Kuku


(PMK) yang semakin mengancam ketahanan pangan susu nasional, PT
Greenfields Dairy Indonesia, integrated dairy farm yang memproduksi susu
segar terbesar di Indonesia. Dan menegaskan komitmen ekstranya untuk
senantiasa bertumbuh dan berkembang bersama para peternak sapi perah
lokal. Dalam berbagai kondisi melalui perluasan program Kemitraan Sapi
Perah Greenfields (KSG).

Dalam kesempatan ini, Greenfields juga meresmikan salah satu fasilitas


unggulan dari KSG, yaitu tempat penampungan susu atau milk collection
center (MCC) yang ketiga di daerah Pijiombo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Heru Setyo Prabowo, Head of Dairy Farm Development & Sustainability,


Government, Environment and Safety Farm Greenfields Indonesia
menjelaskan, “Dengan visi ‘Greenfields Farming Philosophy’, Greenfields selalu
menjamin terjaganya kesegaran dan kualitas seluruh produk mulai dari
peternakan, proses produksi hingga tiba di tangan konsumen. Lebih dari itu,
Greenfields juga memiliki komitmen ekstra memajukan perekonomian dan
industri susu melalui program KSG yang diinisiasi sejak 2007 untuk memacu
geliat para peternak sapi perah lokal di sekitar area dua peternakan kami.”

“Selama 14 tahun, KSG telah memberikan sejumlah dukungan seperti


penyuluhan, pembinaan, hingga pelayanan kesehatan kepada para mitra
peternak, termasuk ketika wabah PMK merebak. Program KSG tidak hanya
menyasar untuk meningkatkan kesejahteraan para peternak, tetapi juga
menyokong hasil produksi susu sapi perah dalam negeri guna memperkuat
ketahanan pangan susu nasional,” tambahnya.
Hingga kini, produksi susu dalam negeri masih belum bisa memenuhi
kebutuhan seluruh masyarakat. Terdapat kesenjangan yang besar antara
kebutuhan susu masyarakat Indonesia sebesar hampir 4,4 juta ton per tahun
dengan jumlah susu segar dalam negeri (SSDN) yang hanya sebanyak 997,35
ribu ton per tahun.

Kondisi ini mengakibatkan ketergantungan kita terhadap susu impor hingga


80%. Dari jumlah pasokan susu dalam negeri, 51%-nya berasal dari Provinsi
Jawa Timur yang telah dikenal sebagai tulang punggung produksi susu sapi
perah di Indonesia.

r. Ir. Jumadi, M.MT, Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Provinsi


Jawa Timur yang hadir mewakili Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si,
Gubernur Jawa Timur, memaparkan, “Jawa Timur merupakan provinsi
agribisnis yang menjadi lumbung pangan dan gudang ternak nasional.
Namun, wabah PMK telah memberikan dampak yang signifikan pada produksi
sapi perah dan perekonomian peternak.

Berbagai upaya pemerintah untuk mengatasi wabah ini tentu perlu didukung
kolaborasi dan peran seluruh pihak. Untuk itu, kami sangat mengapresiasi
program KSG dari Greenfields yang menargetkan untuk kembali
membangkitkan peranan para peternak rakyat dalam menopang ketahanan
susu nasional melalui sejumlah inisiatif.

Diharapkan kolaborasi dan sinergi lebih lanjut antara Greenfields dengan


Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat menjadi contoh bagi pelaku industri
lainnya, sehingga bersama-sama kita dapat membantu meringankan
permasalahan wabah PMK dan memulihkan kembali semangat peternak serta
produktivitas sapi perah, khususnya di Jawa Timur.”

Dr. Ir. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, IPM, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor turut berbagi pandangan, “Produksi susu sapi
nasional yang tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat semakin
mengancam ketahanan pangan bangsa, yang kini peringkatnya menurun ke
posisi 69 dari 113 negara.
Apalagi, susu adalah sumber nutrisi terlengkap yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat Indonesia yang kedepannya akan didominasi oleh penduduk
muda. Faktanya, Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) melaporkan
bahwa dari 161.943 ekor sapi peternak GKSI di Jawa Timur, sebanyak 65.157
ekor terpapar wabah PMK, yang mengakibatkan penurunan produksi susu
sebesar 30% menjadi 918 ton/hari.

Menyikapi hal ini, semua stakeholders perlu saling berkolaborasi untuk


menopang pilar kecukupan, stabilitas, ketersediaan, akses, dan kualitas
keamanan susu nasional.”

“Greenfields menjadi salah satu contoh pelaku industri yang membantu


memenuhi pilar-pilar tersebut melalui komitmen untuk berinvestasi penuh di
kedua peternakannya sehingga dapat memproduksi susu segar yang
senantiasa terjaga kualitasnya, disertai upaya dalam memberdayakan para
peternak sapi perah lokal.

Terlebih di masa recovery seperti sekarang, dibutuhkan dukungan dan


pendampingan agar para peternak sapi perah lokal mampu bangkit dari
wabah PMK dan kembali memainkan peranan penting mereka dalam
memenuhi kebutuhan susu nasional,” tambah Dr. Epi.

Kardani, salah seorang peternak sapi perah mitra KSG turut berbagi kisah,
“Sebelum bergabung dengan KSG, saya bekerja secara serabutan dengan
penghasilan yang tidak tetap. Seiring waktu, saya melihat adanya peluang
meningkatkan perekonomian keluarga dengan beralih profesi menjadi
peternak.

Pada 2008, dengan pinjaman usaha mikro dari perbankan yang bekerja sama
dengan KSG, saya mulai memelihara 2 ekor sapi perah. Dengan pembinaan
rutin dan juga pelayanan kesehatan hewan ternak yang lengkap serta tanpa
biaya dari KSG, kini saya hidup lebih sejahtera dengan 10 ekor sapi perah, dan
dipercaya mempimpin kelompok ternak di wilayah Jambuwer, Malang.Selain
itu, saya juga memberikan apresiasi khusus pada KSG atas dukungan yang
tak pernah surut saat kami ikut terdampak wabah PMK.”
Selama wabah PMK, KSG gesit melaksanakan rangkaian pendampingan
kepada mitra peternak, antara lain upaya sosialisasi dan terus mengingatkan
peternak untuk tidak menjual atau membeli sapi dari luar daerah,
mendistribusikan banner edukasi PMK, melakukan penyemprotan
desinfektan, membagikan disinfektan, hingga menyusun sejumlah langkah
mitigasi untuk melindungi aktivitas harian para peternak.

Selain itu, KSG juga memberikan subsidi kepemilikan sapi perah sebanyak 50
ekor dengan persyaratan ringan, sebagai langkah jitu untuk mendorong
produktivitas para peternak susu sapi lokal.

Kali ini Greenfields juga kian memperluas manfaat program KSG dengan
menambah akses milk collection center (MCC) baru di Pijiombo. MCC adalah
fasilitas penting yang mengatur seluruh proses penanganan susu segar dari
para mitra peternak, mulai dari pengujian, analisa, pendinginan dan proses
pengiriman susu ke pabrik atau pembeli.

“Dengan program subsidi sapi perah dan kehadiran MCC Pijiombo, kini
kesempatan bagi masyarakat untuk menjalankan usaha di bidang peternakan
sapi perah makin terbuka. Kami harap seluruh dukungan ini mampu
membangkitkan kiprah para peternak sapi perah lokal, meningkatkan produksi
susu sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup seluruh mitra peternak
KSG,” tutup Heru.
Kementan Ajak Pelaku Usaha
Peternakan Komitmen Gencarkan
Kemitraan
LEH DISNAKKESWAN PROV.NTB · 8 AGUSTUS 2020
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan mengajak pelaku usaha yang bergerak di sektor
peternakan dan kesehatan hewan menggencarkan pelaksananaan kemitraan
dengan menjunjung prinsip kemitraan. Hal ini disampaikan oleh Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah pada
saat membuka pertemuan forum diskusi kemitraan usaha peternakan yang
sehat dan berkelanjutan pada Jumat (7/8/20).

Pelaksanaan kemitraan usaha peternakan ini didasari pada prinsip yang


saling membutuhkan, saling mempercayai, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Tujuannya, untuk meningkatkan skala dan efisiensi usaha
peternakan, kemampuan ekonomi peternak atau pelaku usaha, akses pasar,
daya saing, dan membangun sinergi saling menguntungkan serta
berkeadilan.

“Kemitraan usaha juga dapat dipandang sebagai sebuah ‘jembatan’


penghubung yang cukup strategis antara kebijakan makro ekonomi dan mikro
ekonomi, dan dapat menjadi alternatif solusi adanya kesenjangan antara
pelaku sektor riil UMKM dengan Usaha Besar semakin lebar,” papar Dirjen
PKH, Nasrullah.

Dikatakan Nasrullah, kemitraan usaha peternakan juga dapat menjadi salah


satu pilihan strategis untuk membangun kekuatan bersama bagi pelaku
ekonomi kecil, menengah, dan besar. Kemitraan strategis terus didorong oleh
pemerintah untuk memperkuat posisi tawar peternak kecil untuk bangkit
bersama dengan pelaku usaha besar dalam menghadapi persaingan global.
“Kami merasa bersyukur telah lama Ditjen PKH bekerjasama dengan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam rangka optimalisasi pengawasan
terhadap pelaksanaan kemitraan usaha peternakan,” ungkap Nasrullah.

Ia menjelaskan, kerja sama ini merupakan amanat dari UU nomor 20 tahun


2018 tentang UMKM, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah dan Peraturan Menteri Pertanian nomor 13 tentang
Kemitraan Usaha Peternakan.

“Berdasarkan amanat tersebut pelaksanaan pengawasan kemitraan


bersinergi dengan kementerian lembaga terkait oleh KPPU,” sambungnya.

Sebagai tindak lanjut, Kementan telah membentuk Satuan Tugas (Satgas)


Kemitraan yang beranggotakan dari unsur Ditjen PKH dan KPPU. Dengan
adanya Satgas Kemitraan ini diharapkan terkumpulnya data pelaku kemitraan
serta terlaksananya kemitraan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kemitraan.

“Sebagai langkah awal, Saya minta kepada Direktur Pengolahan dan


Pemasaran Hasil Peternakan agar segera dapat mengajak pelaku usaha
untuk berkomitmen dalam pengembangan persusuan sehingga target 60%
pada tahun 2025 dapat dicapai” harapnya.  Ia pun menyampaikan
harapannya untuk kemitraan dibidang perunggasan yang sering menjadi
sorotan harus dipastikan bagaimana  pola kemitraan berjalan dan berharap
pelaksanaan kemitraan tersebut jangan sampai tidak ada yang tercatat agar
mudah dalam pembinaan dan pengawasan.

Pola kemitraan usaha ini banyak digunakan untuk budi daya perunggasan
khususnya ayam ras pedaging dan petelur. Pasalnya bisnis ini merupakan
bisnis yang besar, mampu menyediakan bahan pangan asal ternak sebagai
sumber protein. Dengan pola kemitraan, bisnis ayam ras pedaging dan
petelur bisa mudah didapat dengan harga yang terjangkau.

Sementara itu, perwakilan dari Biro Hukum Kementerian Pertanian, Rizki Nur
Ramadhon menyampaikan inti dari kemitraan adalah adanya perjanjian
kemitraan secara tertulis antara pihak yg bermitra, dimana dalam perjanjian
tertulis tersebut wajib diketahui oleh Pemerintah pusat dan Pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya.

“Penting adanya pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan kemitraan


usaha peternakan agar kemitraan para pihak yg bermitra mempunyai
kedudukan hukum yang setara” tegas Rizki.

Pada kesempatan itu, Direktur Pengawasan Kemitraan KPPU, Lukman


Sungkar menjelaskan dalam hubungan kemitraan antar pelaku usaha,
terdapat hal yang harus dipatuhi sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku. “Setelah kita lakukan sosialisasi, pembinaan dan pengawasan serta
upaya pencegahan, jika pelaku usaha yang bermitra masih terdapat
pelanggaran peraturan, maka nantinya sanksi pencabutan usaha dan denda
dapat diterapkan pada pelaku usaha yang melanggar aturan kemitraan” jelas
Lukman.

Dalam kemitraan budidaya ayam ras pedaging khususnya, banyak


permasalahan antara integrator dan peternak mandiri dan kemitraan antara
integrator dengan peternak kecil. Untuk itu, perlu dipastikan bahwa kemitraan
benar-benar saling transparan, menguntungkan dan berkeadilan.

“Terutama dalam pembagian hak dan kewajiban, serta risiko usaha yang
proporsional sesuai peran dan kontribusi masing-masing,” imbuh Nasrullah.

Selain kemitraan komoditas ayam ras, perlu didorong juga kemitraan dalam
pengembangan sapi potong antara pelaku usaha sapi potong (feedloter)
dengan peternak. Hal ini sesuai dengan amanat Permentan Nomor 2 Tahun
2017 yang telah diubah menjadi Permentan Nomor 41 Tahun 2019 bahwa
pelaku usaha (feedloter) yang telah mendapatkan rekomendasi impor
diwajibkan untuk melakukan pemberdayaan kepada peternak.

Selain itu, kemitraan antara pelaku usaha perkebunan khususnya komoditas


sawit dengan peternak sapi juga diyakini bisa menjadi peluang
pengembangan integrasi sapi sawit yang dapat kita dorong terus sesuai
dengan Permentan Nomor 105 Tahun 2014.
Nasrullah berharap kedepannya para mitra usaha peternakan bisa makin
bersinergi bersama Kementan. Pasalnya, menurut dia dukungan dari para
mitra dalam implementasi terwujudnya kemitraan usaha peternakan yang
sehat sangat diperlukan.

“Sangat besar kontribusi para mitra untuk mewujudkan pemenuhan bahan


pangan asal ternak dan agribisnis peternakan yang berkelanjutan,” tutur
Nasrullah.

Ia juga berharap, adanya koordinasi pengawasan dan pembinaan ini dapat


menyatukan pemahaman dan tujuan untuk mewujudkan kemitraan yang
sehat dan berkelanjutan. Sinergi ini diharapkan juga bisa berkontribusi dalam
mewujudkan swasembada protein hewani sekaligus meningkatkan
kesejahteraan pelaku usaha peternakan.

“Serta secara nasional meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing


produk peternakan,” tandasnya. (Ditjen PKH)
Greenfields, Susu dari Malang untuk Dunia

KOMPAS.com - Indonesia ternyata memiliki peternakan sapi sekaligus produsen susu yang besar.
Bahkan, lebih dari 50 persen susu yang diproduksi telah diekspor ke Singapura, Malaysia, Hongkong,
Filipina, Taiwan dan Myanmar. Adalah PT Greenfields Indonesia yang berlokasi di Desa Babadan,
Kecamatan Ngajum Malang yang memproduksi susu pasteurisasi dan susu Ultra High Temperature
(UHT). Terletak di kawasan Gunung Kawi, PT Greenfields Indonesia memproduksi sekitar 20 juta liter
susu setiap tahun. "Minimal 50 persen dari total produksi susu akan kami ekspor ke negara-negara
tersebut," kata Kepala Pemasaran dan Penjualan PT Greenfields Indonesia Jan Gert Vistisen di
pabriknya, Malang, Jumat (7/9/2012). Susu yang diproduksinya pun tidak sembarangan.
Perusahaan sampai harus mengembangbiakkan lebih dari 6.000 ekor sapi Friesian Holstein yang
langsung diimpor dari Australia. Untuk pejantannya, perusahaan juga langsung mendatangkan
spermanya dari sapi berkualitas di Amerika Serikat. Bagi PT Greenfields Indonesia, sapi hasil
inseminasi buatan tersebut mampu menghasilkan susu berkualitas tinggi. Jan menjelaskan, susu
yang telah diekspor ke beberapa negara ini ternyata bisa dihasilkan dari salah satu daerah di
Indonesia. Bahkan, bisa menjadi sumber pekerjaan dan pendapatan bagi warga setempat.
Peternakan sapi dan pabrik susu ini menerapkan pola kemitraan kepada masyarakat setempat. PT
Greenfields Indonesia membeli pakan ternak berupa rumput gajah (King Grass) dan jagung dari
masyarakat. Pakan tersebut khususnya jagung dibeli oleh perusahaan seharga Rp 550 per kg. Harga
ini sudah termasuk tinggi bila dibanding petani jagung harus menunggu jagung siap panen. Jagung
tersebut dibeli beserta batang dan daunnya saat masih muda atau kurang dari dua bulan. Dengan
pakan tersebut, sapi akan mendapat tambahan karbohidrat super tinggi. "Petani akan merasa
diuntungkan karena mendapat kepastian penjualan jagung. Bila dipanen sampai jagung tua, petani
bisa saja rugi bila jagungnya kurang bagus atau pada saat harga jagung di pasar turun," tambahnya.
Imbal baliknya, perusahaan juga akan memberikan kotoran sapi kepada masyarakat sebagai pupuk
kompos berkualitas tinggi. Di sisi lain, perusahaan juga mengimpor pakan seperti rumput berprotein
tinggi yang disebut alfalfa dari Australia. Pabrik ini memproduksi susu pasteurisasi (dipanaskan
hingga 72 derajat celcius) yang bisa tahan hingga 40 hari. Serta susu Ultra High Temperature (UHT)
yang dipanaskan hingga 140 derajat yang bisa tahan hingga setahun. Susu segar Greenfields ini
tersedia dalam beragam rasa seperti fresh milk (whole milk atau full cream) untuk anak, chocomalt
(perpaduan susu segar dan perasa coklat), susu rendah lemak tinggi kalsium (high calcium low fat)
dan susu skim tinggi kalsium (high calcium skimmed milk) yang cocok untuk diet. Selain itu,
perusahaan juga memproduksi keju mozarella yang tahan hingga enam bulan. Di sisi lain, produk
dari pemisahan susu berupa gajih (whey) saat ini masih dibuang. "Ke depan kami akan
memanfaatkan sisa produk itu menjadi produk susu tersendiri. Gajih itu kini memang dikembangkan
sebagai susu protein untuk suplemen," kata Jan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Greenfields, Susu dari Malang untuk Dunia",
Klik untuk
baca: https://money.kompas.com/read/2012/09/08/15340388/greenfields.susu.dari.malang.untuk.
dunia.
Penulis : Didik Purwanto
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Peternakan Greenfields Bebas PMK
KONTAN.CO.ID - Peternakan Sapi Perah PT. Greenfields Indonesia dinyatakan bebas dari
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melalui Surat Keterangan Nomor 524.3/7875/122.3/2022 yang
dikeluarkan oleh Otoritas Veteriner Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada hari
Selasa, 28 Juni 2022. Berdasarkan pernyataan tersebut, produk susu sapi segar dan produk
turunan susu Greenfields juga dinyatakan bebas dari PMK dan aman dikonsumsi.

Penyakit Mulut dan Kuku Hewan (PMK) adalah wabah yang menyerang hewan ternak seperti
sapi, kambing, domba hingga babi. Namun, seperti yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Budi Sadikin[1] dan Mantan Regional Director World Health Organization
(WHO), Prof Tjandra Yoga Aditama, wabah ini hanya terjadi pada hewan dan tidak menular ke
manusia. Sehubungan virus ini tidak menyerang manusia, susu dan produk susu lainnya yang
dipasarkan dan minimal telah mengalami proses pasteurisasi sehingga virus menjadi non-aktif,
maka susu dan produk susu yang dihasilkan tersebut dipastikan aman untuk dikonsumsi.

Selain memastikan semua sapi dalam kondisi yang sehat, Greenfields juga menerapkan proses
pasteurisasi dan UHT dalam proses sterilisasi susu segar agar bisa dikonsumsi dengan aman dan
tahan lama. Proses pasteurisasi adalah metode menonaktifkan patogen pada susu termasuk virus
dengan cara memanaskan susu. Susu di pasteurisasi dengan pemanasan pada suhu 125 derajat
Celsius selama 4 detik. Sementara UHT (Ultra High Temperature) adalah metode sterilisasi susu
dengan cara memanaskan susu dengan suhu yang sangat tinggi, yaitu 137 derajat Celcius selama
4 detik. PT Greenfields Indonesia juga telah mendapatkan Sertifikat Food Safety System
Certification 22000 (FSSC 22000 v 5.1). Semua produk Greenfields hanya menggunakan susu
segar yang berasal dari peternakan Greenfields sendiri yang terintegrasi.

“Peternakan PT Greenfields Indonesia menerapkan prosedur biosecurity yang sangat ketat. Ini
termasuk penyemprotan desinfektan semua bagian kendaraan dari atas ke bawah; hanya truk dan
mobil yang diberikan izin yang boleh masuk; semua kendaraan telah melalui proses pembersihan
tambahan dan kontrol yang sangat ketat juga diterapkan terhadap kendaraan pengangkut tangki
susu. Semua pakaian wajib dalam keadaan bersih termasuk alas kaki yang digunakan setiap
harinya oleh semua pekerja. Tidak diperkenankan ada pengunjung dari luar yang datang. Setiap
potensi transmisi dari pakaian kotor, ban, dan pakan ditangani dengan ketat,” jelas Richard
Slaney, General Manager Farms, PT Greenfields Indonesia.

Secara gabungan, Greenfields Farm 1 dan Farm 2 memiliki populasi sapi lebih dari 16.000 ekor.
Tim dokter hewan Greenfields secara rutin bekerja dalam memastikan semua sapi dalam kondisi
sehat dan produk dairy yang dihasilkan layak dan aman untuk konsumsi.

“Greenfields secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan pada sapi-sapi di semua peternakan.
Berbagai upaya seperti pemberian vitamin, vaksinasi rutin, perawatan kuku sapi secara berkala,
kebersihan lingkungan peternakan, dan penyediaan kebutuhan pakan berkualitas dilakukan
sebagai upaya pencegahan terjadinya masalah kesehatan pada sapi. Hal ini membantu PT
Greenfields Indonesia untuk bisa terus menjaga kualitas produk susu dan produk turunan susu
yang aman dan layak dikonsumsi, serta terjaganya pasokan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Greenfields juga sudah melakukan program vaksinasi PMK secara
mandiri semua ternak di kedua peternakannya,” lanjut Richard Slaney.

“Sebagai ahli produk susu dan produk olahan susu, Greenfields selalu menyediakan susu sapi
segar untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Karena itu, kami pun
terus bekerja keras untuk memastikan sapi kami sehat dan produk kami aman dan layak
dikonsumsi oleh konsumen. Berdasarkan laporan kejadian PMK berbasis Sistem Informasi
Kesehatan Hewan Nasional Terintegrasi (iSIKHNAS) dan hasil uji laboratorium terhadap tujuh
sampel produk susu dari peternakan kami menggunakan metode Real Time PCR terhadap
Penyakit Mulut dan Kuku, Greenfields Farm 1 dan Farm 2 secara resmi telah dinyatakan bebas
dari Penyakit Mulut dan Kuku,” tutup Richard Slaney.

Baca Juga: Dampak Wabah PMK Mengancam Bisnis Pakan Sampai Bisnis Susu

Tentang Greenfields

PT Greenfields Indonesia memproduksi susu segar berkualitas tinggi, higienis dan kaya nutrisi
yang berasal dari sumber alami; yakni lebih dari 16.000 ekor sapi jenis Holstein dan Jersey yang
diimpor dari Australia. Peternakan Greenfields berlokasi di dataran tinggi Kabupaten Malang
dan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Dari kawasan sejuk 1.000 meter di atas
permukaan laut dengan suhu 15 - 22°C, peternakan Greenfields telah menghasilkan susu sejak
tahun 1997, dengan kapasitas yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Susu segar murni dari sapi perah pilihan ini diolah dengan teknologi mutakhir secara Pasteurisasi
dan Ultra High Temperature (UHT) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Berawal
dari sebuah mimpi untuk memberikan nutrisi dan kelezatan susu segar dari sapi pilihan untuk
dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Kini PT Greenfields Indonesia berfokus untuk
memproduksi susu cair segar dengan kualitas terbaik, bernutrisi tinggi, dan tanpa fortifikasi dari
peternakan dan pabrik PT Greenfields Indonesia di Malang yang tak hanya dinikmati masyarakat
Indonesia, namun juga dipasarkan ke Hong Kong, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Brunei
Darrusalam.

PT Greenfields Indonesia telah mendapatkan Sertifikat Food Safety System Certification 22000
(FSSC 22000 v 5.1) dan Sertifikat Halal #0041000011211119 dari Badan Penyelenggara
Jaminan Produk Halal (BPJPH).

Anda mungkin juga menyukai