Anda di halaman 1dari 48

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini secara berturut-turut dibahas: (a) rancangan penelitian, (b)

populasi dan sample,(c) variable dan instrumen penelitian ,(d) pengumpulan data

penelitian,dan (e) analisis data.

3.1 Rancangan Penelitian

Di tinjau dari pendekatannya rancangan penelitian ini tergolong penelitian

survey korelasional (Arif Furchan,1982),karena penelitian untuk mengambil suatu

generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam (Klien,1980),dan

menghubungkan suatu variable diantara variable tersebut (Sugiono,1992).

Rancangan penelitian ini juga dimasukkan ke dalam penelitian expost facto.

Penelitian ini tidak melakuka manipulasi tetapi hanya ingin melihat fakta-fakta

yang telah terjadi(after the fact) yang berupa gambaran tentang hubungan ketiga

variable bebas yang dikaji(pelaksanaan supervise program pembelajaran) yang

dilakukan oleh supervisor. Secara teoritik ketiga variable bebas tersebut diduga

sebagai penyebab terjadinya hubungan dengan variable terikat yaitu peningkatan

kenerja mengajar guru MI se-Kec Wonoasih Kota Probolinggo.

Penelitian ini juga termasuk konfirmatori,karena bersifat mengkaji

hubungan antara variable (Ardhana,1987:Best terjemahan Faisal dan Guntur

Waseso,1982). Secara ringkas,visualisasi rancangan hubungan antar variable

59
60

cepat dinyatakan dengan paradigma sebagai berikut:

Gambar 3.1. Paradigma Visualisasi Rancangan Hubungan antar Variabel

X1

X2 Y

X3

Keterangan :

X1 = Pelaksanaan supervisi program pembelajaran

X2 = Pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran

X3 = Pelaksanaan supervisi Penilaian pembelajaran

Y = Kinerja mengajar guru

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya

akann diduga (Singarimbun dan Effendi,1995). Populasi dalam penelitian ini

adalah para guru: MI se-Kec Wonoasih Kota Probolinggo.

Adapun MI se-Kec Wonoasih Kota Probolinggo untuk penelitian ini

berjumlah lima Madrasah,yaitu MI Zawiyatus Salikin (satu) Wonoasih MI


61

Raudlatul Muta’allimien (dua) Wonoasih MI Nurul Yaqin (tiga) Wonoasih

MI Ihtisyarul Ulum (empat) Wonoasih MI Darul Huda (lima) Wonoasih.

Sehubungan dengan penjelasan di atas maka jumlah populasi yang

dimaksud beserta sebarannya di tiap MI se-Kec dapat ditabulasikan sebagai

berikut:

Tabel 3.1: Rincian Sebaran Populasi Penelitian di setiap MI se-Kec

Σ populasi
No Nama MI Wonoasih
Guru

1 MI Zawiyatus Salikin Kota Wonoasih 11

2 MI Raudlatul Muta’allimien Wonoasih 16

3 MI Nurul Yaqin Wonoasih 17

4 MI Ihtisyarul Ulum Wonoasih 21

5 MI Darul Huda Wonoasih 11

jumlah 76

3.2.2 Sampel Penelitian

Sample adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik

populasi serta yang dapat mewakili keseluruhan populasi (Nasution,1982).

Agar dapat mewakili populasi,maka dalam pengambilan sample

dipertimbangkan factor-faktor sebagai berikut: (a) presesi yang dikehendaki

dalam penelitian,(b)rencana analisis dan tenaga, (c) biaya serta waktu


62

(Singarimbun,1982). Pertimbangan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga

relevan dengan rencana penelitia dan cukup representatif.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan ndalam pengambilan

sampel adalah proposional random sampling. Penarikan sampel proposional

secara acak ini dimaksud agar diperoleh keseimbangan jumlah sampel dari

populasi yang ada. Dan diambil 100% dari populasi guru masing-masing

Madrasah. Berhubung populasinya homogen maka besarnya sampel untuk

masing-masing MI se-Kec Wonoasih Kota Probolinggo diambil secara total.

Dengan demikian pengambilan sampel 76 orang guru dari populasi

guru diperoleh sampel sebesar 76 orang guru yang tersebar pada lima MI se-

Kec Wonoasih Kota Probolinggo.

Adapun rincian sebaran sampel dari masing-masing Madrasah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Rincian sebaran: jumlah Guru dan jumlah Sampel Penelitian

Σ Populasi Σ Sampel
NO Nama MI Gugus Wonoasih
Guru Guru
1 MI Zawiyatus Salikin Kota Wonoasih 11 11
2 MI Raudlatul Muta’allimien Wonoasih 16 16
3 MI Nurul Yaqin Wonoasih 17 17
4 MI Ihtisyarul Ulum Wonoasih 21 21
5 MI Darul Huda Wonoasih 11 11
76 76

3.3 Variabel dan Instrumen Penelitian

3.3.1 Variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalama penelitian ini antara lain :

a. Pelaksanaan supervise program pembelajaran


63

b. Pelaksanaan supersivi kegiatan pembelajaran

c. Pelaksanaan supervise penilaian pembelajaran sebagai variable

bebas,sedangkan variable guru sebagai variabel terikat

Tabel 3.5: Sampel,Variabel,dan instrument Penelitian

Subjek Instrumen
Variabel penelitian
Penelitian penelitian

Guru a. Pelaksanaan Supervisi Program Kuensioner

Pembelajaran(X1)

b. Pelaksanaan Supervisi Kegiatan Kuensioner

pembelajaran (X2)

c. Pelaksanaan Supervisi Penelitian Kuensioner

pembelajaran (X3)

d. Kinerja Mengajar Guru (Y) Kuensioner

Dari tabel 3.3. dapat dijelaskan bahwa untuk memperoleh data masing-masing

variable X1,X2,X3, dan yanto digunakan intrumen berupa Kuensioner

menurut persepsi guru MI se-Kec. Wonoasih Kota Probolinggo.

3.3.2 Instrumen Penelitian

Karena respondennya adalah guru,maka instrument yang dipandang

memadai untuk itu adalah Kuesioner. Kuesioner adalah alat yang baik untuk

mengungkap perasaan (persepsi) para guru. Mereka tidak merasa dirugikan


64

dan data bisa diperoleh (Stiggins,1994). Data yang digali dengan

menggunakan kuesioner ini berupa persepsi atau tanggapan guru terhadap

pelaksanaan kegiatan supervise pengajaran yang terkait pada ketiga variable

bebas tersebut,sebagaimana telah dinyatakan dalam definisi istilah.

Di samping beberapa pertimbangan di atas,terdapat beberapa

pertimbangan lain dari pengguna kuesioner sebagai instrumen pengumpulan

data: (a)efisien karena dalam waktu singkat penelitian dapat menjangkau

sejumlah responden,(b)dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan

masing-masing dan waktu senggang yang tersedia,(c)dapat dibuat anonim

sehingga responden jujur dan bebas mengeluarkan pendapatnya,(d)dapat

dibuat terstandar sehingga responden menerima pernyataan atau pertanyaan

yang sama (Arikunto,1991). Dalam penelitian ini digunakan empat macam

kuesioner untuk mengungkapkan data: variable X1,digunakan kuesioner

pelaksanaan supervise program pembelajaran, Variabel X2 digunakan

kuesioner pelaksanaan supervise kegiatan pembelajaran,X3 digunakan

kuesioner supervise penilaian pembelajaran,dan variabel yanto digunakan

kuesioner kinerja mengajar guru.

3.4 Penyusunan Instrumen

Instrumen yang berupa kuesioner disusun dalam bentuk skala

penilaian 5 (lima) pilihan. Pilihan jawaban (option) untuk pernyataan-

pernyataan dalam kuesioner dalam bentuk pilihan pola pernyataan seperti:

- MB, Mutlak Begitu


65

- CB, Cenderung begitu

- CTB, Cenderung Tidak Begitu

- RR, Belum bisa menentukan apa begitu apa tidak begitu

- MTB, Mutlak Tidak Begitu

Pernyataan (item) yang berkaitan pada aktifitas atau kegiatan

pelaksanaan supervisi menyusun program pembelajaran, supervise penilaian

pembelajaran dan kinerja mengajar guru.

Bobot skor yang diberikan untuk masing-masing item adalah: 5, 4, 3,

2, 1 untuk variabel pernyataan positif. Dalam penyusunan kuesioner ini

digunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) membuat kisi-kisi kuesioner,

(2) merumuskan pernyataan atau pertanyaan, (3) melakukan uji coba, (4)

merevisi seperlunya.

3.5 Uji Coba Istrumen

Uji coba instrument yang dilakukan adalah untuk mengupayakan agar

instrument yang disusun dapat menjaring data secara cermat. Untuk maksud

tersebut, terdapat dua jenis uji coba instrumen yang dilakukan yaitu: uji

validitas dan uji reliabilitas instrument. Kedua jenis uji cobe instrument tersebut

mutlak diperlukan agar data yang terjaring dapat diyakini secara ilmiah (Ancok

dalam Singarimbu dan effendi,1989).

Untuk uji coba instrumen ini dipergunakan 30 orang responden dan di

ambil dari Madrasah di luar guru-guru yang dijadikan responden dalam

penelitian.
66

3.6 Validitas Instrumen

Validitas instrumen menunjuk pada sejauh mana alat ukur

mengukur apa yanag harus diukur (Dantes dan Oka,1986:28; Ancok

dalam Singarimbun dan Effendi:1989). Dalam instrumen (kuesioner)

pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi (content

validity) yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur tersebut

mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep (Ancok

dalam Singarimbun dan Effendi, 1989). Validitas isi ini diwujudkan

dengan cara menyusun kisi-kisi instrumen, sehingga instrument yang

dirumuskan memadai ditinjau dari segi isinya (Arikunto,1991)

Sejalan dengan ini, Ary (terjemahan Furchan,1982) juga

menegaskan bahwa:persetujuan ahli terhadap kesesuaian instrumen

dengan wilayah isi variabel yang dikaji,merupakan cerminan bahwa

validitas isi instrument telah terwujud.

Atas dasar petunjuk di atas,maka validitas isi dalam penyusunan

instrument (kuesioner) ini diwujudkan melalui langkah-langkah sebagai

berikut : (1) menyusun kisi-kisi instrumen, (2) merumuskan item-item

sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun, (3) memeriksa pada ahli

(pembimbing), termasuk melakukan revisi seperlunya. Langkah-langkah

ini konsisten dengan langkah-langkah pada penyusunan instrumen yang

ditetapkan di atas.
67

Pada proses penyusunan kusioner, validasi dilakukan melalui

proses pemeriksaan oleh Dosen Pembimbing (Pembimbing I dan

Pembimbing II) terhadap kisi-kisi kusioner yang telah peneliti susun.

Dari pemeriksaan ini,terdapat butir-butir item yang digugurkan antara

lain : 3 butir item pertanyaan dari variabel pelaksanaan supervisim

program pembelajaran, 4 butir item pada variabel pelaksanaan supervise

kegiatan pembelajaran, 2 butir item pertanyaan pada variabel

pelaksanaan supervise penilaian pembelajaran, dan 2 butir item

pertanyaan pada variabel kinerja mengajar guru. Kesepuluh butir item

tersebut dihilangkan dan dipandang telah terwakili oleh butir-butir item

lainnya.

Validitas instrumen ditentukan dengan menghitung korelasi

antara masing masing pernyataan Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu,

Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju, dengan menggunakan rumus

teknik korelasional product moment,antara lain:

Keterangan

r = koefisien korelasi antara skor butir dan skor total

X = Skor butir

Y = skor total dari seluruh item

N = Jumlah sample

(Arikunto, 1998)
68

Setelah proses pemeriksaan dan penyempurnaan ini,item

kuesioner yang tetap digunakan berjumlah 52 butir,dimana masing-

masing variabel ada 14 butir item pertanyaan yang disatukan pada satu

kuesioner yang akan dijawab menurut persepsi guru.

3.7 Reliabilitas Instrumen

Istilah lain dalam reliabilitas adalah kestabilan, kemantapan

keterandalan, ketepatan, keterpercayaan instrument (Ary terjemahan

Furchan, 1982; Dantes dan Oka, 1986). Reliabilitas instrument adalah

keajegan alat ukur dalam mengukur apa yang mesti di ukur.

Oleh sebab itu istrumen yang andal sering juga disebut konsisten

atau stabil. Dalam menguji rehabilitas instrument dalam penelitian ini

dugunakan tehnik prosedur belah dua.

Keterangan :

Vx = Variasi butir-butir

Vy = Variasi Total (Faktor)

M = Jumlah butir

(Sutrisno Hadi, 1990)

Hasil uji reliabilitas kuesioner terhadap persepsi siswa antara

lain: untuk instrument pelaksanaan supervisi program pembelajaran

menunjukkan nilai Alpha = 0,8815 utuk instrument pelaksanaan

supervise kegiatan pembalajaran nilai Alpha= 0.8390 pelaksanaan

supervise penilaian pembalajaran nilai Alpha =0,8484, dan kinerja


69

belajar guru menunjukkan nilai Alpha = 0,8484, dan kinerja mengajar

guru menunjukkan nilai Alha=0,338 (lihat lampiran 1).

Hasil uji realibilitas ini menunjukkan bahwa kuesioner yang

digunakan untuk data tentang ketiga variabel bebas antara lain:

pelaksanaan supervise program pembelajaran (XI), pelaksanaan

supervisi kegiatan pembelajaran (X2), pelaksanaan supervisi penilaian

pembelajaran (X3), dan variabel terikat yakni kinerja mengajar guru MI

(Y) yang di analisis dengan menggunakan bantuan komputer program

SPSS/PC. Dengan demikian berarti kuesioner tersebut layak dipakai

pada penelitian ini. Rekaman analisis uji reliabilitas kuesioner ini

disajikan pada lampiran 3.

Untuk memudahkan dalam mengamati proses penyusunan

kuesioner, peneliti membuat kisi-kisi pedoman penyusun kuesioner

seperti pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.4 Rancangan kisi-kisi penyusunan koesioner :

SUB NO
No VARIABEL INDIKATOR
VARIABEL ITEM
1 2 3 4 5
1. Pelaksaan 1.1 Pelaksanaan 1.1.1. Menyusun 1,2
supervisi Supervisi program
pengajaran program pembelajaran
pembelajara selama satu tahun
n
1.1.2. Merencanakan 3,4
persiapan
mengajar
5
1.1.3. Merencanakan
rancangan Satuan
70

Pelajaran (Satpel)
6,7
1.1.4. Menyusundan 8,9,10
merumuskan 11,12
Satuan Pelajaran
(Satpel)
13
1.1.5. Rencana
perbaikan
rancangan
pembelajaran 14
1.2 Pelaksanaan
supervisi 1.2.1. Memulai
kegiatan pembelajaran
pembelajar 15,16
an
1.2.2. Pengembangan
kegiatan
pembelajaran 17,18
19,20
1.2.3. Pengembangan
teknik motivasi 21,22
dalam kegiatan
pembelajaran

1.2.4. Pengembangan 23,24


teknik bertanya

25
1.2.5. Hubungan antar
pribadi dalam
mengajar
1.3 Pelaksanaan 26
supervisi 1.2.6. Pemanfaatan
penilaian waktu dalam
pembelajara mengajar
n
1.2.7. Penggunaan 27,28
media belajar

1.3.1. Penilaian lisan

2. Kinerja 1.3.2. Penilaian tugas 29,30,


71

Mengajar 31
1.3.3. Identifikasi 32
kelemahan proses
belajar mengajar 33

1.3.4. Penggunaan alat


penilai praktek . 34

2.1.Kemampuan 1.3.5. Pengembangan


mengajar penilaian
guru instrument belajar 35

1.3.6. Penyusun tes


objekif 36,37

1.3.7. Pengembangan
pencapaian tujuan
pembelajaran 38

2.1.1. Menyusun
program tahunan 39

2.1.2. Merumuskan TIK 40

2.1.3. Merencanakan
langkah-langkah
yang sesuai
dengan TIK 41

2.1.4. Memulai kegiatan


pembelajaran 42

2.1.5. Pengembangan
kegiatan
pembelajaran 43,44,
45
2.1.6. Pemanfaatan
waktu secara
efesien 46,47

2.1.7. Mendorong siswa 48


menyampaikan
pendapat dan
bertanya 49
72

2.1.8. Menggunakan
media dalam
pembelajaran 50

2.1.9. Menggunakan
gerakan dan
isyarat dalam
mengajar 51

2.1.10. Mengembangkan 52
jenis tes

2.1.11. Penilaian
terhadap tujuan
pembelajaran
yang dicapai

3.8 Pengumpulan Data Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulan data penelitian adalah

kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan langsung kepada responden untuk

dapat diisi sesuai dengan petunjuk pengisian yangtelah ditetapkan.

Langkah lebih lanjut yang dilakukan setelah itu adalah melakukan coding,

scoring dan tabulasi data untuk keperluan analisis. Coding dilakukan dengan

mengganti nama denga nomor urut responden, sedangkan scoring di lakukan

mengacu pada bobot pilihan jawaban sebagaimana ditetapkan di atas.

Disamping kuesioner, data penunjang (yang relevan) juga digali melalui

observasi dan wawancara. Teknik observasi dilakukan dengan pengamatan

langsung terhadap objek penelitian.


73

Sedangkan teknik wawancara digunakan untuk melengkapkan data yang

diperoleh dari dokumen-dokumen. Wawancara dilakuka terhadap Kepala

Madrasah, Pengawas Madrasah, dan para guru. Pengumpulan data penelitian ini

dilakukan pada bulan Desember 2003.

3.9 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan masalahdan tujuan penelitia serta mempertimbangkan jenis

data yang diperoleh, maka analisis data penelitian digunakan meliputi (1) analisis

deskriptif, (2) uji persyaratan analisis, dan (3) pengujian hipotesis.

3.9.1 Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif dimaksud untuk menggambarkan distribusi

frekuensi dan presentasi data pada variabel pelaksanaan supervisi program

pembelajaran, variabel pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran,

pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran dan kinerja mengajar guru.

Dari masing-masing variabel yag diteliti diklarifikasikan ke dalalm

lima kategori antara lain : Baik sekali, Baik, Cukup Baik, Kurang, dan

Kurang sekali melalui konversi data. Hal ini bertolak dari pernyataan Azwar

(1995) bahwa bila skor total individual makin mendekati skor total ideal dapat

di interpresentasikan sebagai makin positif atau semakin favorable, sebaiknya

bila makin mendekati skor ideal minimal, maka berarti makin negative atau

tak favorable.

Adapun rumus untuk menentukan besarnya interval dalam konversi

data adalah sebagai berikut :


74

Penyajian data untuk keempat variabel tersebut dilakukan melalui

“Pengelompokan data ke dalam kelas-kelas disetu dengan distribusi

frekuensi” (Hakim dan Kumadji, 1997). Penyusunan distribusio frekuensi

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : (1) menentukan jumlah

kelas dengan menggunakan rumus ”Sturges”, yaitu K = 1+3,3 log n, (2)

menghitung range, yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah, (3)

menentukan panjang kelas. Formulanya adalah C= R K, dimana C adalah

panjang kelas, (4) menentukan kelas, dengan memperhatikan batas bawah dan

batas atas, dan (5) mencari frekuensi tiap-tiap kelas, yaitu berapa banyak

respon yang termasuk kedalam suatu kelas interval tertentu.

Selanjutnya berdasarkan interval nilai tersebuit diperoleh rentangan

skor masing-masing variabel maupun subvariabel dapat ditunjukkan sebagai

berikut :

Tabel 3.4 : Daftar konversi Skor Ideal Variabel Pelaksanaan Supervisi


program pembelajaran, pelaksanaan supervisi kegiatan
pembelajaran, pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran dan
kinerja mengajar guru.

Skor dan Kategori


Variabel/sub No
No Baik Cukup Kurang
Variabel Item Baik Kurang
Sekali Baik Sekali

1 Pelaksanaan
Supervisi
Pembelajaran
1.1 Supervisi 1-14 >51-56 >46-51 >41-46 >36-41 >36
75

Program
Pembelajaran
(XI)
1.2 Supervisi 15-28 >51-56 >46-51 >41-46 >36-41 <36
kegiatan
pembelajaran
(X2)
1.3 Supervisi 29-38 >36-40 >32-36 >28-32 >24-28 <24
penilaian
pembelajaran
(X3)
2 Kinerja 39-52 >50-56 >44-50 >38-44 >32-38 <32
mengajar
guru( Y)

3.9.2 Uji Persyaratan Analisis

Maksud uji persyaratan analisis ini adalah untuk mengetahui apakah

data yang diperoleh dengan menggunakan instrument kuesioner memenuhi

syarat untuik dianalisis dengan menggunakan prosedur analisis regresi.

Persyaratan yang dimaksud adalah normalisasi, homogenitas, linearitas, multi-

collinierity dan tidak terjadi outlier (skor ekstrim).

Pengujian normalitas dilakukan melalui uji normalitas “gocaness of

fit” dari Kolmogorov Smirnove dengan toleransi 5% dan Normal Probability

plot (Observed-Expevted) yang diolah dengan bantuan program SPSS versi

12.00 melalui computer.


76

Pengujian homogenitas dilakukan melalui uji homogen plot residual

studentized terhadap harga-harga prediksi (standardized predicted value) pada

regresi tahap akhir. Kriterianya, variabel itu homogen bila penyebaran

residual (bertanda ”0” tidak membentuk pola tertentu (Noruris,1986)

Pengujian lineritas dilakukan menggunakanuji freg dengan toleransi

5%, dan curve lift, jadi hubungan kedua variabel bersifat linier apabila

Sig<0.05. pengujian multikolinier dilakukan dengan cara mengkorelasikan

antar variabel bebas dengan ketentuan terjadi multikolinier apabila nilai

koefisien r>0,80. ini bertolak dari pernyataan Nie, dkk (1975) bahwa multi-

collinierity terjadi apabila diperoleh nilai r>0.80.

Pengujian Cutlier data dilakukan untuk menguji apakah terdapat data

ekstrim di dalam masing-masing variabel. Pengujian ini dilakukan melalui

pengetesan ZRESID pada regresi tahap akhir melalui Caewise diagnostics.

Menurut noruris (1986) outliet.

Dari gambar tersebut dapat dibuat persamaan hubungan bersama variabel

bebas terhadap variabel terikatnya sebagai berikut :

Yanto = a + b1 X1 + b2 X2 + B3 X3

Dimana:

Yanto : Kinerja mengajar

a : Bilangan konstanta

b1 b2 b3 : Variabel bebas

X1 X2 X3 : Koefisien masing-masing variabel bebas


77

(Sugiono, 1997)

Untuk menguji apakah regresi yang diperoleh sudah memenuhi syarat,

dalam arti tidak sama dengan nol (0) digunakan uji Fisher (F) dengan rumus

sebagai berikut :

Cara pengambilan keputusan:

Jika F hitung F tabel = Ho ditolak. Hi diterima

Terdapat beda nyata

Berarti bahwa variabel yang diamati berpengaruh

terhadap tingkat kinerja mengajar guru.

Jika F dihitung tabel = Ho diterima. Hi ditolak

Tidak ada beda nyata

Berarti bahwa, variabel yang diamati tidak

berpengaruh terhadap tingkat kinerja guru.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kebaikan kinerja mengajar guru

regresi berganda maka akan dihitung Koefisien Determinasi (R2) yang

merupakan angka yang menunjukkan besarnya daya pada varioabel

bebas/predictor (X) terhadap variabel terikat/kreterium (Y). Tingkat kinerja

mengajar guru dianggap baik jika Koefisien Determinasi (R2) nya mendekati

(1).

Rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut :


78

Selanjutnya semua pengolahan data regresi linier berganda,F hitung

dan Koefisien Determinasi (R2) dilakukan dengan computer program

SPSS/PC+ data terjadi apabila memiliki nilai ZRESID lebih besar dari 3,16

atau lebih kecil dari -3.160.

3.9.3 Pengujian Hipotesis

Analisis regresi dimaksud untuk menjawab hipotesis penelitian dan

menguji model hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang

telah dirancang berdasarkan teori. Adapun model rancangan analisis regresi

tersebut adalah sebagai berikut :

X1

X2
Y

X3

Gambar 3.1: Model Analisis Regresi


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Diskripsi Data Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah yang direncanakan pada bab

sebelumnya, selanjutnya disajikan distribusi frekuensi dan histogramnya

untuk masing-masing diskripsi data variabel tersebut.

a. Pelaksanaan Supervisi Program Pembelajaran menurut Persepsi


Guru MI se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo

Dari data pelaksanaan supervisi program pembelajaran

sebagaimana tercantum pada lampiran 2,memiliki nilai terkecil 16 dan

nilai terbesar 56. dari nilai tersebut diperoleh K = 8 (pembulatan), range =

40, dan C = 5. sedangkan nilai rerata diperoleh sebesar 41,042 dan standar

deviasi sebesar 6,170. selanjutnya distribusi frekuensi dan histogramnya

dapat dibuat sebagaimana tersaji pada tabel 4.1 dan gambar 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Supervisi Pelaksanaan


Program Pembelajaran menurut Persepsi Guru MI se- Kec
Wonoasih Kota Probolinggo

No Interval Nilai Frekuensi F%

> 51-56 10 5,96

> 46-51 26 15,48

79
80

> 41-46 55 32,74

> 36-41 54 32,14

> 31-36 18 10,71

> 26-31 2 1,19

> 21-26 0 0

> 16-21 3 1,79

168 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, sebagian besar (32,74%)

guru memberikan penilaian pada interval nilai >11-46 terhadap

pelaksanaan supervisi program pembelajaran oleh Kepala Madrasah MI

Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pada umumnya

pelaksanaan supervisi program pembelajaran oleh Kepala Madrasah

menurut persepsi guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo

secara umum tergolong cukup tinggi.

4.1.2 Pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran menurut persepsi guru

MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo (X2)

Dari data pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran

sebagaimana tercantum pada lampiran 2, memiliki nilai terkecil 20 dan

nilai terbesar 56. Dari nilai tersebut diperoleh K=8 (pembulatan),


81

range=36, dan C=5 (pembulatan). Sedangkan nilai rerata diperoleh

sebesar 41,32 dan standar deviasi sebesar 5,808. Selanjutnya distribusi

frekuensi dan histogramnya dapat dibuat sebagaimana tersaji pada tabel

4.2 dan gambar 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pelaksanaan supervisi kegiatan


pembelajaran menurut persepsi Guru MI Se-Kecamatan
Wonoasih Kota Probolinggo.

Interval Nilai Frekuensi F%

> 51 – 56 3 1,79

> 46 – 51 23 13,7

> 41 – 46 76 45,23

> 36 – 41 42 25

> 31 – 36 13 7,73

> 26 – 31 8 4,76

> 21 – 26 2 1,19

< 21 1 0,59

168 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, sebagian besar (45,23%)

guru memberikan penilaian pada interval nilai >41-46 terhadap

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran oleh Kepala Madrasah MI

Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.


82

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pada umumnya

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran oleh kepala Madrasah

menurut persepsi guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo

secara umum tergolong cukup tinggi.

4.1.3 Pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran menurut persepsi


Guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo (X3)

Dari data pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran

sebagaimana tercantum pada lampiran 2, memiliki nilai terkecil 11 dan

nilai terbesar 40. Dari nilai tersebut diperoleh K=8 (pembulatan),

range=29, dan C=4 (pembulatan). Sedangkan nilai rerata diperoleh

sebesar 29,60 dan standart deviasi sebesar 4,548. Selanjutnya distribusi

frekuensi dan histogramnya dapat dibuat sebagaimana tersaji pada tabel

4.3 dan gambar 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pelaksanaan supervisi penilaian


pembelajaran menurut persepsi guru MI Se-Kecamatan
Wonoasih Kota Probolinggo.

Interval Nilai Frekuensi F%

> 36 – 40 8 4,76

> 32 – 36 48 28,6

> 28 – 32 72 42,9

> 24 – 28 26 15,5

> 20 – 24 8 4,76
83

> 16 – 20 4 2,38

> 12 – 16 1 0,59

< 12 1 0,59

168 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, sebagian besar (42,9%)

guru memberikan penilaian pada interval nilai. 28-32 terhadap

pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala Madrasah MI

Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pada umumnya

pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala Madrasah

menurut persepsi guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo

secara umum tergolong cukup tinggi.

4.1.4 Kinerja Mengajar Guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota


Probolinggo (Y)

Dari data kenerja mengajar guru sebagaimana tercantum pada

Lampiran 2, memiliki nilai terkecil 9 dan nilai terbesar 56. Dari nilai

tersebut diperoleh K=8 (pembulatan), range= 47, dan C=6 (pembulatan).

Sedangkan nilai rerata diperoleh sebesar 41,042 dan standar deviasi

sebesar 6,170. Selanjutnya distribusi frekuensi dan histogramnya dapat

dibuat sebagaimana tersaji pada tabel 4.4 dan gambar 4.4.


84

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kinerja Mengajar guru MI


Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.

Interval Nilai Frekuensi F%

> 50 – 56 54 32,1

> 44 – 50 71 42,3

> 38 – 44 37 22

> 32 – 38 5 2,98

> 26 – 32 - 2,98

> 20 – 26 - -

> 14 – 20 - -

< 8 - 14 1 0,59

168 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, sebagian besar (42,3%)

guru memberikan penilaian pada interval nilai .44-50 terhadap kinerja

mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pada umumnya

kinerja mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo

secara umum tergolong cukup baik.


85

Tabel 4.6. Analisis varian dan Regresi Umum

Sub Variasi Jumlah Kuadrat df Mean Kuadrat

Regresi 306.81574 8 102.27191

Residu 4879.13068 164 29.75080

Sementara hasil belajar regresi umum dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.7 Analisis Regresi Umum

Jenis Analisis Hasil Analisis

Multiple R 0,24323

R Kuadrat 0,5916

Penyesuaian R Kuadrat 0,4195

Standart Error 5,45443

F 3,43762

4.2 Pengujian hipotesis

Mengacu pada empat hipotesis yang diajukan dalam penilaian ini, maka

dalam pengujian hipotesis disajikan secara berturut-turut hipotesis pada bab I.

Tiap-tiap variabel akan dikemukaka dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis nihil

(Ho) dan hipotesis kerja atau alternative (Ha).


86

3.2.1 Pengujian Hipotesis Minor

a. Menguji Hubungan Tingkat Pelaksanaan Supervisi Program


Pembelajaran oleh Kepala Madrasah (X1) dengan Peningkatan
Kinerja Menajar Guru (Y)

Ho.1 : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara

tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran

oleh Kepala Madrasah dengan peingkatan kinerja

mengajar guru MI se-kec. Wonoasih Kota Probolinggo.

Ha.1 : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara

tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran

oleh kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja

mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota

Probolinggo.

Berdasarkan analisis statistic ditemukan koefisien korelasi

antara X1 dan Y sebesar 0,1025. Hasil ini kemudan dibandingkan

dengan nilai r tabel pada N=168 maka ditemukan angka 0,159

untuk taraf signifikan 5%. Karena r hitung actual lebih kecil dari r

tabel (teoritik) yaitu 0,1025 < 0,159, maka hipotesis nihil (Ho.1)

yang berbunyi : ”Tidak terdapat hubungan positif yang sidnifikan

antara tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran oleh

kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru MI


87

Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo diterima. Selanjutnya

hipotesis kerja (Ha.1) yang berbunyi : ”Terdapat hubungan positif

yang signifikan antara tingkat pelaksanaan supervisi program

pembelajaran oleh kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja

mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo” di

tolak.

b. Menguji Hubungan Tingkat Pelaksanaan Super Visi


Kegiatan Pembelajaran

Oleh Kepala Madrasah (X2) dengan Peningkatan Kinerja Mengajar

Guru (Y)

0.2 : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara

tingkat pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran oleh

Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar

Guru MI se- Kec Wonoasih Kota Probolinggo

a.2 : Terdapat hubngan positif yang signifikat antara tingkat

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran oleh Kepala

Madrasah dengan peniingkatan kinerja mengajar Guru

MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo

berdasarkan analisis statistic ditemukan koefisien korelasi

antara X2dan yanto sebesar 0,1849. hasil itu kemudian

dibandingkan dengan nilai r tabel pada N =168 ditemukan angka

0,159 untuk tarf signifikan 5. Karen r hitung actual lebih besar


88

dari r tabel teoritik yaitu 0,1849 > 0,159, maka hipotesis nihil

(Ho.2) yang berunyi : tidak terdapat hubungan positif yang

signifikan antara tingkat pelaksanaan supervisi kegiatan

pembelajaran oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja

mengajar Guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo

ditolak. Dan selanjutnya hipotesis kerja (Ha.2) yang berbunyi :

terdapat hubungan positif yang signifikat antara tingkat

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran oleh Kepala

Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru Se-

Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo ditolak. Dan selanjutnya

hipotesis kerja (Ha.2) yang berbunyi : “Terdapat hubungan

positif yang signifikan antara tingkat pelaksanaan kinerja

mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo”

diterima.

c. Menguji Hubungan Tingkat Pelaksanaan Supervisi Penilaian


Pembelajaran oleh Kepala Madrasah (X3) dengan
Peningkatan Kinerja Mengajar Guru (Y)

Ho.3 : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara

tingkat pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran

oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja

mengajar guru MI se-Kec Wonoasih Kota Probolinggo.

Ha.3 : Terdapat hubungajn positif yang signifikan antara tingkat

pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh


89

Kepala Madrasah denagn peningkatan kinerja mengajar

guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.

Berdasarkan analisis statistik ditemukan koefisien

korelasi antara X3 dan Y sebesar 0.2381. Hasil ini kemudian

dibandingkan dengan nilai r tabel pada N = 168 ditemukan angka

0.159 untuk taraf signifikan 5%. Karena r hitung actual lebih

besar dari r tabel (teorotik) yaitu 0.2381 > 0.159, maka hipotesis

nihil (Ho.3) yang berbunyi : “Tidak terdapat hubungan positif

yang signifikan antara tingkat pelaksanaan supervisi penilaian

pembelajaran oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja

mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo”

ditolak. Dan selanjutnya hipotesis kerja (Ha.3) yang berbunyi :

“Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat

pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala

Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru MI Se-

Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo” diterima.

3.2.2 Pengujian Hipotesis Mayor

Menguji hubungan bersama antara tingkat pelaksanaan supervisi

program pembelajaran, pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran,

dan pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala


90

Madrasah (X1,X2, dan X3) dengan peningkatan Kinerja Mengajar Guru

Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.

Hipotesis Mayor :

Ho : Tidak terdapat hubungan bersama positif yang signifikan antara

tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran,

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan

supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala Madrasah denagn

peningkatan kinerja mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih

Kota Probolinggo.

Ha : Terdapat hubungan bersama positif yang signifikan antara

tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran,

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan

kinerja mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota

Probolinggo,

Dari hasil analisis computer diperoleh persamaan regresi :

Y = 37.545128 - 029363(X1) + 075734(X2) + 246508(X3)

Dari persamaan regresi tersebut ditemukan koefisien regresi

sebesar 0,24323 n ralat buku estimasi = 5,45443, serta koefisien

determinasi (R2) = 0,05916. Karena efisien regresi tersebut sebesar

0,24323 > 0, maka hal tersebut berarti bahwa notesis Ho ditolak dan

Hipotesis Ha diterima.
91

Untuk menguji signifikan koefisien korelasi ganda dicari nilai F

nya dan ternyata F = 3,43762. Selanjutnya F teotorik dengan derajat (db)

3 dan 164168-3-1) ditemukan nilai 2,67 untuk tingkat kesalahan 5%.

Dari analisis tersebut berarti nilai F hitung (actual) lebih besar dari nilai

Factabel (teoritik) yaitu 3,43762 > 2,67. Dengan demikian hubungan

antara variabel predictor (pelaksanaan supervisi program pembelajaran,

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan supervisi

penilaian pembelajaran) dengan variabel kreterium (peningkatan kinerja

mengajar guru Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo adalah

signifikan. Oleh sebab itu hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi : “Tidak

terdapat hubungan berwsama positif yang signifikan antara tingkat

pelaksanaan supervisi program pembelajaran, pelaksanaan supervisi

kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan supervisi penilaian

pembelajaran oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja

mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo” ditolak.

Sebaliknya hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi : “Terdapat hubungan

bersama positif yang signifikan antara tingkat pelaksanaan supervisi

program pembelajaran, pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran,

dan pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala

Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru MI Se-Kecamatan

Wonoasih Kota Probolinggo” diterima. Rincian hasil analisis variabel

terdapat pada tabel 4.8.


92

Tabel 4.8 Rincian Hasil Analisis Variabel

Variabel B SEB Beta Correl Part Car

X3 0,246508 0,120275 0,201179 0,238091 0,152236

X1 -0,0293363 0,92428 -0,032509 0,102520 -0024062

X2 0,075734 0,116133 0,78928 0,184939 0,049393

(Constan) 37,545928 3,40529

Variabel Partial T Sigt

X3 0,158031 2,050 0,0420

X1 -0,024799 -0,318 0,7521

X2 0,050857 0,652 0,5152

(Constant) 11,025 0,00000

4.3 Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Predikator Terhadap


Kriterium Peningkatan Kinerja Mengajar Guru

Secara teoriritik besarnya sumbangan efektif % (SE) predikator

terhadap kreterium adalah : r X beta (Zainal Hasan, 1991). Sedangkan

sumbangan efektif % nya sumbangan relartif % (SR) X R2 (Hadi, 1982) maka

besar sumbangan relative % setiap predicator terhadap kreterium adalah

Dengan demikian maka besarnya sumbangan relatif dan sumbangan

relatif ketiga predikator yang dikaji dengan kriterium peningkatan kinerja

mengajar guru adalah sebagai berikut :


93

Tabel 4.9 Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Predikator terhadap


Kriterium

No Predikator SE% SR%

1. Pelaksanaan supervisi program pembelajaran (X1) -33,32 -56,32

2. Pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran (X2) 1,46 24,7

3. Pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran (X3) 4,79 8,10

Jumah 39,57 100

3.4 Ikhtisar Hasil Penelitian

Tabel 4.10 Ikhtisar Hasil Penelitian Presentase

Variable Tkt. Penilaian Guru Tkt. Kinerja Mengajar Guru

X1 32,74 -

X2 45,23 -

X3 42,9 -

Y - 42,3

Tabel 4.11 Ikhtisar Hasil Analisis Regresi Ganda

Variable Koefisien T Variabel Signifikan

Yang berkorelasi Korelasi Tabel 5%

X1Y 0,1025 - 0,159 Tidak Signifikan

X2Y 0,1849 - 0,159 Signifikan

X3Y 0,2381 - 0,159 Signifikan

X1,2,3Y 3,43762 2,67 - Signifikan


94

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan uji statistic pada

deskripsi hasil penelitian didapatkan beberapa hasil temuan penelitian.

Berdasarkan temuan ini pembahasan hasil penelitian dapat dikelompokkan

menjadi 5 (lima) bagian. Pertama, tingkat pelaksanaan supervisi program

pembelajaran, pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan

supervisi penilaian pembelajaran. Kedua, hubungan tingkat pelaksanaan

supervisi program pembelajaran oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan

kinerja mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo. Ketiga,

hubungan tingkat pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran oleh Kepala

Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru MI Se-Kecamatan

Wonoasih Kota Probolinggo. Keempat, hubunan tingkat pelaksanaan supervisi

penilaian pembelajaran oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja

mengajar guru MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo dan Kelima,

hubungan bersama tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan supervisi penilaian

pembelajara oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru

MI Se-Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.

1. Tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran, pelaksanaan


supervisi kegiatan pembelajaran, pelaksanaan supervisi penilaian
pembelajaran menurut penilaian guru dan kinerja mengajar guru

Dalam pembahasan ini akan diuraikan 4 (empat) bagian antara lain.

Pertama, pembahasan tentang tingkat pelaksanaan supervisi program


95

pembelanjaan oleh kepala Madrasah menurut penilaian guru MI se-Kec.

Wonoasih Kota Probolinggo. Berdasar analisis deskripsi prosentae

menunjukkan tingkat pelaksanaan supervisi program pembelanjaan oleh

kepala Madrasah menurut penilain guru dapat dilihat data tergolong “cukup

baik”.Hal ini dapat dibuktikan sebesar 32,74% guru memberi penilaian pada

interval nilai > 41-46.

Dari data tersebut menunjukan bahwa pelaksaan supervisi program

pembelanjaan oleh kepala Madrasah dirasakan sangat perlu bagi guru untuk

membantu menyusun satuan pelajaran (satpel) yang akan di ajarkan selama

satu catur wulan, menyusun denga merencanakan persiapan mengajar dengan

menyusun materi pelajran, bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran khusus (TPK), metode mengajar, dan menggunakan alat Bantu

atau media dalam mengajar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Roechey (1973), mengemukakan

tentang kualitas mengajar guru ada lima aspek, salah satunya adalah

mencakup persiapan dan perencanaan mengajar. Bertititk tolak dari

pendapat,tampaknya kualitas itu tergambar dalam bagaimana efktifitas guru

dalam melakmelaksanakan program dalam pembelajaran.

Kedua, pembahasa taentang pelaksanaan supervisi kegiatan oleh

Kepala Madrasah menurut penilaian guru MI se-Kec. Wonoasih Kota

Probolinggo. Berdasakan analisis data persentase menunjukkan pada


96

umumnya guru memberi penilaian “cukup baik”. Hal ini dapat dilihat dari

angka persentase sebesar 45,23% pada interval >41-46.

Dari data tersebut menunjukkan pelaksanaan supervisi kegiatan

pembelajaran oleh kepala Madrasah sangat penting bagi guru dalam

membantu guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas atua dalam

peraktek.Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran

antara lain: (1) membantu guru dalam pelaksaan mengawli pelajaran dengan

menguraikan topic yang akan di ajarkan, (2) kondisi di dalam kelas, (3)

membantu guru memberikan penjelasn materi kepada siswa, (4) membantu

guru menciptakan suasana belajar agar siswa mersakan senang dan

termotivasi, (5) membantu guru menumbuhkan minat siswa untuk bertanya,

(6) membantu guru dalam menggunakan alat dan media belajar, dan (7)

membantu guru dalam memanfaatkan waktu dalam kegiatan pembelajaran.

Ketiga, pembahasan tentang tingkat pelaksanaan supervisi penilaian

pembelajaran oleh kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar

guru MI Swasta se Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo.berdasar analisis

data prosentase menunjukkan bahwa pada umunya guru memberi penilaian

“cukup baik”. Hal ini dapat dibuktikan sebesar 42,9% guru memberi penilaian

pada interval nilai >28-32.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi

penilaian pembelajaran oleh Kepala Madrasah sangat perlu bagi guru untuk

membantu dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan.


97

Penilaian pembelajaran oleh guru ini antara lain: (1)memberikan penialain tes

lisan atau tertulis, (2) mengidentifikasi kelemahan yang perlu diperbaiki pada

saat kegiatan pembelajaran, (3) menysun tes objektif,dan (4) mengetehui

seberapa besar materi yang di ajarkan telah di pahami siswa dan sebagainya.

Hal ini sesuai dengan apa yang digariskan Depdikbud (1993) yang

menguraikan bahwa supervisi pendidikan adlah suatu usaha pembinaan dalam

rangka peningkatan kemampuan pengelolaan pendidikan bagi guru, Kepala

Madrasah serta tenaga kependidikan lainnya, agar upaya dalam membantu

guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Menurut pendapat Mark (1974), nilai supervisi terletak pada

perkembangan dan penilain untuk perbaikan situasi pembelajaran yang

direfleksikan pada pembelajaran siswa.

Keempat, pembahasan tentang kinerja mengajar guru MI Swasta se

Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo. Berdasrkan analisis data prosentase

menunjukkan pada umumnya guru memberi penilaian“Baik”. Hal ini dapat

dibuktikan sebesar 42,3% guru memberi penilaian pada interval >44-50.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wijono (1989) menjelaskan tentang

kinerja mengajar guru terkait pad kemamapuan guru yang meliputi: (1)

kopetensi pengetehuan yang menentukan perspektif guru,(2) kompetensi

penampilan yang menentukan proses dalam mengajar, (3) kompetensi

konsekwensi yang menentukan tingkah laku yang tampak sebagai

kesangkilahguru mengajar.
98

2. Hubungan tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran oleh


kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru

Hail analisis statistik “tidak terdapatnya hubungan positif yang

signifukasi antara tingkat pelaksanaan supervisi program pembelajaran oleh

Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru MI se-Kec.

“Wonoasih Kota Probolinggo “, dimana r hitung (empitik) lebih kecil dari r

tabel yaitu sebesar 0,1025<0,159.

Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pelaksanaan

supervisi program pembelajaran oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan

kinerja guru disebabkan beberapa hal alas an: (1) walaupun Kepala Madrasah

tetap melaksanakan supervisi program pembelajaran, hal ini disebabkan

karena lebih dari satu mata pelajajaran yang program pembelajaran, hal ini

disebabkan kepada guru untuk mengajar, (2) guru masih mengandalkan

program-program pembelajaran yang telah ada, sehingga tidak mau merevisi

kembali, (3) banyak guru yang takut mencoba hal-hal baru yang belum begitu

dikuasainya dan merasa lebih tenang mengajar dengan cara yang lama, (4)

guru merasa sudah cukup berpengalaman sehingga sehingga tidak perlu

memperhatikan program supervisi program pembelajaran,dan (5) Kepala

Madrasah, penilik guru terlalu cepat merasa puas atas hasil belajar siswa.

3. Hubungan tingkat pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajarn oleh


kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru

Hasil analisis statistik “terdapatnya hubungan positif yang singnifikan

antara tingkat pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran oleh Kepala


99

Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru MI se-Kec.”Wonoasih

Kota Probolinggo”, dimana r hitung (empiric) lebih besar dari r tabel yaitu

sebesar 0,1849>0,159.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kilickman (1985) menguraikan bahwa

tujuan supervisi pengajaran adalah untuk membantu guru bagaimana

meningkatkan kemampuan atau kepastiannya agar dapat mencapai tujuan

belajar yang telah ditetapkan. Pendapat tersebut juga diperkuat beberapa hasil

penelitian tentang upayaprovisional guru ditunjukkan oleh penguasaan

keahlian dalam kegiatan mengajar baik keahlian menguasai materi pelajaran ,

penggunaan bahan pengajaran , pengelolaan kegiatan belajar siswa maupun

untuk selalu memperkaya serta meremajakan kemamapuannya (Depdikbud,

1996).

4. Hubungan Tingkat Pelaksanaan Supervisi Penilaian Pembelajaran oleh


Kepala Madrasah dengan Peningkatan Kinerja Mengajar Guru

Hasil analisis statistic menunjukkan “terdapatnya hubungan positif

yang signifikan antara tingakat pelaklasaan supervisi penilaian pembelajaran

oleh Kepala Madrasah dengan peningkatan kinerja mengajar guru MI se-Kec.

Wonoasih Kota Probolinggo dimana hitung (empiric) lebih besar dari r tabel

yaitu sebesar 0,2381>0,159.

Data ini sesuai dengan haisl penelitian yang telah dilakukan oleh

Blacbourn (1983) menyimpulkan bahwa para guru bersikap positif terhadap

supervisi yang sifatnya evaluatif. Pendapat ini juga diperkuat Blacbourn dan
100

Moody (1984) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengalaman belajar, dan persepsi guru terhahap supervisi yang sifatnya

evaluatif.

5. Hubungan bersama antara tingkat pelaksanaan supervisi program


pembelajaran, pelakasaan supervisi kegiatan pembelajaran pelaksanaan
supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala Madrasah dengan
peningkatan kinerja mengajar guru

Hasil analsis staristik menunjukkan “terhadap Hubungan bersama

antara tingkat pelaksanan supervisi program pembelajaran, pelaksanaan

supervisi kegiatan pembelajaran, pelaksanaan supervisi penilaian

pembelajaran oleh Kepala Madrasah denga peningkatan kinerja mengajar

guru MI se-Kec. Wonoasih Kota Probolinggo dimana nilai F hitung (impirik)

lebih besar dari F tabel yaitu 3,43762>2.67.

Hasil penelitian ini sesui dengan pendapat Neagly dan Evans (1980)

yang menguraikan bahwa pelaksanaan supervisi pembelajaran adalah sebagai

usaha untuk membantu guru. Pendapat ini diperkuat juga pada penelitian

Pidarta (1985), menguraikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pelaksanaan sipervisi pengajaran dengan peningkatan profesi guru.

Pendapat ini juga sesuai dengan digariskan Depdikbud (1993), bahwa

supervisi pengajaran adalah suatu pembinaan dalam rangka peningkatakan

kemampuan pengelolaan pendidikan khususnya pada guru dalam membantu

guru memprebaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.


101

Hal ini juga sesuai dengan pedoman supervisi dan Pembina

professional guru (1991/1992) antara lain : (1) meningkatkan kemampuan

guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, (2) meningkatkan

kemampuan guru pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian

pembelajaran, maka dengan pembinaan tersebut kinerja mengajar guru-guru

itu akan dapat ditingkatkan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan supervisi

pengajaran oleh Kepala Sekokah apabila dilaksanakan atau diimplikasikan

dengan baik kepada guru-guru MI Swasta akan meningkatkan kinerja atau

kemampuan mengajar guru.

6. Sumbangan Efekif dan Sumbangan Relatif Terhadap Kriterium


Peningkatan Kinerja Mengajar Guru

Dari analiss sumbangan predicator terhadap kriterium di tengarai

bahwa : sumbangan efektif dari variabel pelaksanaan supervisi penilaian

pembelajaran dan pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran masing-

masing sebesar 4,79 % dan 1,46 %. Sumbangan terbesar dari variabel ini

memberi pengaruh terkuat diantariaga predicator yang dikaji terhadap

peningkatan kinerja mengajar guru sedangkan sumbangan relatif dari variabel

pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran sebesar 24,7% dan pelaksanaan

supervisi penilaian pembelajaran sebesar 8,10%. Sumbangan relatif yang

terbesar pada variabel pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran. Hal ini

sangat rasional dilakukan karena terbukti pula bahwa : pelaksanaan supervisi


102

pengajaran memiliki hubungan yang signifikan dengan meningkatkan profesi

kinerja guru (Pidarta, 1985).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disampaikan dua hal pokok yaitu (1) kesimpulan, dan (2) saran.

Kesimpulan merupakan penegasan kembali terhadap temuan penelitian, sedangkan

saran merupakan implikasi lebih lanjut dari kesimpulan tersebut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil peneltian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut.

1. Secara umum pelaksanaan supervisi program pembelajaran oleh Kelapa

Sekolah menurut persepsi guru tergolong ‘’cukup baik’’, pelaksanaan

supervisi kegiatan pembelajaran oleh Kepala Sekolah menurut persepsi guru

tergolong‘’cukup baik’’ pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh

Kepala Sekolah menurut persepsi guru tergolong’’cukup baik’’, dan Kinerja

mengajar guru menurut persepsi guru dapat dikategorikan tergolong ‘’Cukup

Baik’’.

2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pelaksanaan supervisi program

pembelajaran oleh Kepala Sekolah dengan peningkatan kinerja mengajar guru

MI se-Kec. Wonoasih Kota Probolinggo hal tersebut dimungkinkan karena

guru masih mengandalkan program yang telah ada, sehingga tidak merevisi

kembali dan banyak guru yang takut mencoba program-program yang baru

103
104

yang belum begitu dikuasainya serta merasa lebih tenang mengajar dengan

cara yang lama.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pelaksanaan

supervisi kegiatan pembelajaran oleh Kepala Sekolah dengan peningkatan

kinerja mengajar guru MI se-Kec. Wonoasih Kota Probolinggo.

4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pelaksaan supervisi

penilaian pembelajaran oleh Kepala Sekolah dengan peningkatan kinerja

mengajar guru MI se-Kec. Wonoasih Kota Probolinggo.

5. Terdapat hubungan bersama positif yang signifikan antara tingkat pelaksanaan

supervisi program pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan

pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran oleh Kepala Sekolah dengan

peningkatan kinerja mengajar guru MI se-Kec. Bamtur Kota Probolinggo.

6. Proporsi sumbangan predictor terhadap kriterium memperlihatkan bahwa :

pada sumbangan efektif sumbangan yang terbesar berasal dari pelaksanaan

supervisi penilaian paembelajaran sebesar 4,79% dan pelaksanaan supervisi

kegiatan pembelajaran sebesar 1,46%, sedangkan pada sumbangan relatif

sumbangan yang terbesar pada pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran

sebesar 34,7% dan pelaksanaan supervisi penilaian pembelajaran sebesar

8,10%.

7. terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengalaman Kepala

Sekolah dengan peningkatan kinerja guru MI se-Kec.Batur Kota Probolinggo.


105

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan kapada pihak-pihak yang terkait

(1) kepala sekolah, atau pemilik (2) Guru, (3) para penelti.

5.2.1 Kepala Sekolah

Bagi Kepala Sekolah disarankan:

a. Agar pelaksanaan supervisi pengajaran yang terkait dengan program

pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian pembelajaran oleh

Kepala Sekolah dalam rangka pembinaan kepada guru dapat berhasil guna

dan disenangi para guru serta rasa semangat para guru, supervisor

haruslah menciptakan iklim terbuka terhadap guru serta pemantapan

hubungan yang saling menunjang, menghargai guru, bersahabat dan aling

mempercayai.

b. Pelaksanaan supervisi pengajaran dianggap bermanfaat bila direncanakan

dengan baik, dilaksanakan sesuai dengan teknik dan prinsip-prinsip

supervisi pengajaran.

5.2.2 Para guru

Kepada para guru disarankan:

a. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapatnya hubungan pelaksanaan

supervisi program pembelajaran oleh Kepala Sekolah dengan peningkatan

kinerja mengajar guru, maka guru dalam kegiatan mengajar diharapkan


106

selalu mencoba metode dan teknik mengajar yang baru yang diperoleh

dari pelaksanaan supervisi pengajaran oleh Kepala Sekolah.

b. Guru diharapkan selalu meningkatkan kualitas terhadap program

pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian pembelajaran yang

dilaksanakan oleh Kepala Sekolah, sehingga tidak selalu mengandalkan

program-program yang lama.

5.2.3 Kepada peneliti lanjutan

Kepada para peneliti lanjutan disarankan :

1. Temuan penelitian ini hanya bersifat deskriptif dan korelasional oleh

karma itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap lebih

jauh lagi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pelaksanaan

supervisi.

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi

program pembelajaran oleh Kepala Sekolah tidak terdapat huubungan

antara tingkat pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran dengan

peningkatan kenierja mengajar guru MI se-Kec Wonoasih Kota

Probolinggo,hal ini kemungkinan disebabkan salah satunya guru-guru

masih mengandalkan dan menggunakan kurikulum yang telah

ada,sehingga mereka merasa tidak pernah memperbaiki program yang

untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekarang.

Anda mungkin juga menyukai