KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN TRENGGALEK 2023 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu proses kegiatan pada praktik keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang diberikan secara komprehensif dan langsung kepada klien berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien dapat disebut dengan Asuhan Keperawatan. Seseorang tidak dapat menduga kapan dan dimana akan mengalami musibah atau kecelakaan seperti fraktur cruris. Fraktur post op cruris adalah patahnya tibia dan fibula. Secara dapat dikatakan fraktur terbuka jika di sertai kerusakan jika di sertai kerusakan jaringan lunak otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah. Sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup. Dampak trauma patah tulang terbatas pada aktivitas, mungkin perubahan pada bagian tubuh yang rusak dan kecemasan yang mungkin timbul akibat rasa sakit dan nyeri (Mohammad Alfin & Nurul Khoirun Nisa, 2021). Faktor trauma yang menyebabkan fraktur cruris diantaranya adalah kecelakaan dan bencana alam. Korban fraktur cruris terbanyak adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, jatuh dari ketinggian, ataupun cedera karena olahraga. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien post op fraktur cruris adalah nyeri akut, perfusi perifer tidak efektif, gangguan intergritas kulit, gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri: mandi, resiko infeksi, dan resiko syok (SDKI Cetakan I, 2016. Dewan Perguruan Pusat PPNI, Jakarta Selatan). Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sebagai perawat adalah sesuai diagnosa yaitu nyeri akut yaitu nyeri akut dapat dilakukan dengan manajemen nyeri, perfusi purifier tidak efektif dapat dilakukan memonitoring tanda tanda vital, gangguan intregitas kulit dapat dilakukan monitor kulit akan adanya kemerahan, gangguan mobilitas fisik dapat dilakukan tindakan mengajarkan pasien dan keluarga tentang teknik ambulansi, defisit perawatan diri dapat dilakukan tindakan membantu pasien melakukan perawatan diri, resiko infeksi dapat dilakukan tindakan dengan kolaborasi pemberian obat, resiko syok dapat dilakukan tindakan monitoring status sirkulasi BP, warna kulit suhu kulit, denyut jantung , HR, dan ritme, nadi perifer.