Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Rafly Syawal Syahruddin

10522881
1PA31
Tugas Sistem Filsafat Pancasila

Sila pertama : Prinsip pengakuan atas kebebasan beragama, saling menghormati dan bersifat
toleran serta menciptakan kondisi agar hak kebebasan beragama dapat dilaksanakan oleh masing-
masing pemeluk agama.

1. Terminologi (asal muasal kata, arti kata dan definisi)


:

Asal Muasal Kata: "Pengakuan" berasal dari kata dasar "akui", yang berarti mengakui atau
menghormati suatu hal atau hak. "Kebebasan" mengacu pada kondisi bebas dari pembatasan atau
penindasan.

Arti Kata: Prinsip pengakuan atas kebebasan beragama menggambarkan prinsip moral, hukum, atau
politik yang mengakui dan menghormati hak setiap individu untuk memiliki keyakinan agama, serta
kebebasan untuk menjalankan, mempraktikkan, dan menganut agama sesuai dengan keyakinan
pribadinya.

Definisi: Prinsip ini menyatakan bahwa negara atau masyarakat seharusnya menghormati kebebasan
individu dalam memilih, menjalankan, dan mempraktikkan agama atau keyakinan mereka tanpa
diskriminasi atau intervensi yang tidak adil.

2. Konsep dasar (ruang lingkup makna)


:

memastikan bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih, mempraktikkan, dan menganut
agama atau keyakinan pribadinya tanpa adanya diskriminasi atau intervensi yang merugikan.

3. Regulasi (aturan perundang-undangan atau landasan hukum)


:

Banyak negara memiliki pasal-pasal dalam konstitusinya yang menjamin kebebasan beragama, hak
individu untuk menjalankan agama sesuai keyakinan pribadi, serta prinsip-prinsip pengakuan, saling
menghormati, dan toleransi.

4. Konteks sosial dan budaya : masyarakat pluralisme dan masyarakat multicultural


:

Masyarakat Pluralisme:

Pluralisme merujuk pada adanya keberagaman dalam masyarakat, termasuk keberagaman agama,
keyakinan, dan nilai-nilai.
Dalam masyarakat pluralisme, terdapat coexistence (kekompakan) antara berbagai kelompok agama
atau keyakinan yang berbeda, di mana setiap kelompok diakui dan dihargai hak kebebasan beragama
mereka.
Prinsip pengakuan atas kebebasan beragama menjadi penting dalam masyarakat pluralisme, karena
masing-masing kelompok harus diberikan kebebasan untuk mempraktikkan agama atau keyakinan
mereka tanpa adanya diskriminasi atau penindasan.

Masyarakat Multikultural:
Masyarakat multikultural mengacu pada masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok etnis,
budaya, dan agama yang hidup berdampingan.
Dalam masyarakat multikultural, penting untuk mendorong saling menghormati dan toleransi antara
kelompok-kelompok tersebut, termasuk dalam konteks kebebasan beragama.
Prinsip-prinsip pengakuan, menghormati, dan toleransi menjadi landasan yang kuat untuk
menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap individu dan kelompok agama merasa dihormati
dan diakui dalam kebebasan beragama mereka.

5. Membentuk karaktekristik manusia Indonesia yang dikenal dengan manusia Mono pluralis
:

Prinsip pengakuan atas kebebasan beragama, saling menghormati, dan bersifat toleran memiliki
peran yang signifikan dalam membentuk karakteristik manusia Indonesia yang dikenal sebagai
manusia mono pluralis. Istilah "mono pluralis" menggambarkan karakteristik sosial dan budaya
masyarakat Indonesia yang secara bersamaan memiliki kecenderungan mono (satu) dalam agama
yang dianut, namun tetap menghargai dan menerima keberagaman agama dan keyakinan di
sekitarnya.
:
Sila kedua : setiap orang memiliki martabat yang sama, setiap orang harus diperlakukan adil
sebagai manusia yang menjadi dasar dari HAM.

1. Terminologi (asal muasal kata, arti kata dan definisi)


:

Asal Muasal Kata:


Kata "martabat" berasal dari bahasa Arab "martabah" yang berarti kehormatan, kedudukan yang
tinggi, atau martabat. Dalam konteks hak asasi manusia (HAM), konsep martabat manusia pertama
kali diperkenalkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human
Rights) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948.

Arti Kata:
"Martabat" dalam konteks HAM mengacu pada prinsip bahwa setiap individu memiliki nilai yang
inheren dan hak yang sama sebagai manusia.
"Diperlakukan adil" mengacu pada perlakuan yang adil, tanpa diskriminasi, penindasan, atau
perlakuan yang merendahkan martabat manusia.
"Dasar HAM" mengacu pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang melindungi dan menghormati hak-hak
asasi manusia setiap individu.

Definisi:
Konsep bahwa "setiap orang memiliki martabat yang sama" berarti bahwa semua individu, tanpa
memandang ras, etnis, agama, jenis kelamin, atau faktor-faktor lainnya, memiliki nilai intrinsik yang
sama sebagai manusia. Martabat manusia adalah hak yang melekat pada setiap individu, yang tidak
dapat dirampas atau diabaikan.
"Setiap orang harus diperlakukan adil" berarti bahwa individu harus diperlakukan dengan keadilan,
kesetaraan, dan tanpa diskriminasi. Ini mencakup perlindungan terhadap pelanggaran hak-hak asasi
manusia dan perlakuan yang merendahkan martabat seseorang.
Prinsip ini menjadi dasar dari HAM, yang merupakan seperangkat nilai-nilai, prinsip, dan norma-
norma yang mengakui hak-hak dasar dan kebebasan individu, serta memberikan perlindungan dan
jaminan bahwa setiap individu memiliki martabat yang sama.

2. Konsep dasar (ruang lingkup makna)


:

Konsep dasar ini menggarisbawahi pentingnya menghormati dan melindungi hak-hak asasi manusia
setiap individu tanpa kecuali. Konsep ini menuntut pemerintah, lembaga hukum, dan masyarakat
untuk menghargai keberagaman, mencegah diskriminasi, dan menciptakan lingkungan yang inklusif di
mana semua orang dapat hidup dengan martabat dan kebebasan yang sama.

3. Regulasi (aturan perundang-undangan atau landasan hukum)


:

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights):


Deklarasi ini diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948 dan merupakan
dokumen penting dalam mengakui dan melindungi hak asasi manusia.
Pasal 1 dan 2 dari Deklarasi menyatakan bahwa semua orang dilahirkan bebas dan setara dalam
martabat dan hak-hak. Seluruh individu memiliki hak atas perlakuan yang adil dan tanpa diskriminasi.

4. Konteks sosial dan budaya : masyarakat pluralisme dan masyarakat multicultural


:

Masyarakat Pluralisme:

Masyarakat pluralisme mengacu pada masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, agama,
budaya, dan keyakinan yang berbeda.
Dalam masyarakat pluralisme, prinsip bahwa setiap orang memiliki martabat yang sama dan harus
diperlakukan adil menjadi dasar bagi keberagaman tersebut.
Konsep ini mendorong pengakuan, penghormatan, dan toleransi terhadap perbedaan individu dan
kelompok, serta menciptakan lingkungan di mana kerukunan, dialog, dan persatuan antara kelompok-
kelompok yang berbeda dapat berkembang.

Masyarakat Multikultural:

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang dihuni oleh individu dengan latar belakang budaya,
agama, dan kebiasaan yang beragam.
Konsep bahwa setiap orang memiliki martabat yang sama dan harus diperlakukan adil menjadi dasar
yang memungkinkan terjadinya interaksi yang harmonis antara berbagai kelompok dalam masyarakat
multikultural.
Masyarakat multikultural menghargai keberagaman sebagai kekayaan dan mempromosikan
pengakuan, penghargaan, dan saling belajar antara kelompok-kelompok budaya yang berbeda.

5. Membentuk karaktekristik manusia Indonesia yang dikenal dengan manusia Mono pluralis
:

Manusia Mono pluralis Indonesia menghormati dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia setiap
individu, termasuk kebebasan beragama, kebebasan berekspresi, hak untuk hidup dalam martabat,
dan hak-hak lainnya.

Anda mungkin juga menyukai