4.
a. Hubungan antara etika dan hukum
Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Pengertian lain dalam KBBI, hukum
adalah undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat.
Sedangkan etika adalah sistem prinsip-prinsip moral yang mempengaruhi
bagaimana orang membuat keputusan dan menjalani hidup mereka. Etika berkaitan
dengan apa yang baik bagi individu dan masyarakat dan juga digambarkan sebagai
filsafat moral.
Hubungan antara etika dan hukum sesuai dengan moto sebagai berikut : “Jika
sesuatu adalah legal, maka secara moral adalah legal” (If it’s legal, then it’s morally
okay). Di negara dimana sistem hukumnya telah sangat maju, hukum merupakan
aturan yang relatif lengkap. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan etika (unethical)
adalah tidak sah (illegal). Sebaliknya di negara dimana sistem hukumnya belum
begitu maju, etika merupakan sumber utama sebagai pedoman, bukan hukum. Etika
diperlukan tidak hanya karena berbagai situasi yang tidak dicakup oleh hukum tetapi
juga sebagai pedoman untuk menciptakan hukum yang baru.
Ada masalah yang diperkatakan etika, tetapi tidak dicakup oleh hukum. Oleh
karena itu, hukum dan etika sangat berkaitan erat, karena untuk berlakunya sebuah
aturan hukum diperlukan etika atau moral yang bagus.
b. Alasan tujuan pembelajaran etika
1) Mengingat konsep baik dan buruk setiap individu bisa jadi berbeda, pembelajaran
etika dilakukan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik
dan buruknya perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu.
2) Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib,
teratur, damai dan sejahtera dengan konsep baik dan buruknya tindakan yang
telah disepakati.
3) Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar
suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh
norma itu terhadap norma yang dapat berlaku.
c. Tiga aliran etika
1) Etika deotologi
Etika deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu
tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan. Etika ini kadang-kadang disebut
etika berbasis "kewajiban" atau "obligasi" karena peraturan memberikan
kewajiban kepada seseorang. Etika deontologis biasanya dianggap sebagai lawan
dari konsekuensialisme, etika pragmatis, dan etika kebajikan.
Etika deontology adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral
atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk
melakukan tindakan.
Contoh dari etika deontology adalah kewajiban untuk tidak berbohong.
2) Etika teleologi
Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa baik
buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu.
Etika teleologi membantu kesulitan etika deontologi ketika menjawab apabila
dihadapkan pada situasi konkrit ketika dihadapkan pada dua atau lebih kewajiban
yang bertentangan satu dengan yang lain. Jawaban yang diberikan oleh etika
teleologi bersifat situasional yaitu memilih mana yang membawa akibat baik
meskipun harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain.
Contoh dari etika teleology adalah seorang anak yang mencuri untuk membeli
obat ibunya. Kewajiban untuk tidak mencuri inin tidak bisa dipenuhi karena focus
pada tujuan untuk menyelamatkan ibunya.
3) Etika keutamaan
Etika keutamaan adalah teori etika yang berpendapat bahwa filsafat moral tidak
pertama-tama berurusan dengan benar atau salahnya tindakan manusia menurut
norma-norma atau prinsip-prinsip moral tertentu, melainkan dengan baik-
burukya kelakuan atau watak manusia.
Etika keutamaan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia,
lebih menekankan pada “saya harus menjadi orang yang bagaimana?”
Contoh etika keutamaan adalah watak orang yang belas kasih terhadap sesama
tanpa memandang status.