Anda di halaman 1dari 7

1.

a. Konsep kemanusiaan menurut Pancasila


Kemanusiaan menurut Pancasila adalah bahwa seluruh manusia merupakan
mahkluk yang beradab dan memiliki keadilan yang setara di mata Tuhan. Dengan
kata lain, seluruh manusia sama derajatnya baik perempuan atau laki-laki, miskin
maupun kaya, berpangkat maupun yang tidak.
Seluruh bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya selaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya,
sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan
keturunan. Nilai-nilai kemanusiaan telah tercermin di setiap sila dalam Pancasila:
1) Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk
agama, melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut
mengamanatkan bahwa setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing.
2) Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara
pada kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang. Sila
Kedua, mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Pasal 7
Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.
3) Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga
Negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa
dan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan
prinsip HAM Pasal 1 bahwa Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan
hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
4) Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,
bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga
negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan,
paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
Inti dari sila ini adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan
untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat mengganggu
kebebasan orang lain.
5) Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan
dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-
besarnya pada masyarakat. Asas keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini,
dimana keadilan disini ditujukan bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan
atau diskriminasi antar individu.
b. Hal yang mendasari negara barat melakukan imperialism dan kolonialisme
Kolonialisme adalah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, suatu bagian
dari imperium. Kolonialisme diartikan sebagai penaklukan dan penguasaan atas tanah
dan harta penduduk asli oleh penduduk pendatang.
Pembentukan komunitas (koloni) baru sering ditandai dengan usaha
membubarkan dan membentuk kembali komunitas yang sudah ada dengan
melibatkan praktek perdagangan, penjarahan, pembunuhan massal, perbudakan, dan
pemberontakan. Sistem penguasaan ini umumnya ditandai dengan kewajiban daerah-
daerah koloni membayar pajak atau upeti kepada kerajaan pusat.
Istilah imperialisme yang diperkenalkan di Perancis pada tahun 1830-an oleh
Napoleon Bonaparte. Pada tahun 1830-an, istilah ini diperkenalkan oleh penulis
Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh
Kerajaan Inggris. Orang Inggris menganggap merekalah yang paling berkuasa karena
mereka telah banyak menguasai dan menjajah di wilayah Asia dan Afrika. Mereka
menganggap bahwa penjajahan bertujuan untuk membangun masyarakat yang dijajah
yang dinilai masih terbelakang dan untuk kebaikan dunia.
Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan
politik negara-negara kaya dan berkuasa , mengawal dan menguasai negaranegara
lain yang dianggap terbelakang dan miskin dengan tujuan mengeksploitasi sumber-
sumber yang ada di negara tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara
penjajahnya.
Imperialisme menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh satu bangsa
atas bangsa lain. Tujuan utama imperialisme adalah menambah hasil ekonomi. Selain
faktor ekonomi, terdapat satu kepercayaan bahwa sebuah bangsa lebih mulia atau
lebih baik dari bangsa lain yang dikenal sebagai ethnosentrism. Faktor lain yang
menyumbang pada dasar imperialism adalah adanya perasaan ingin mencapai taraf
sebagai bangsa yang besar dan memerintah dunia, misalnya dasar imperialisme
Jepang.
2. Makna keadilan Aristototeles
a. Keadilan distributive
Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap orang
didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya masing-masing.
Keadilan distributif berperan dalam hubungan antara masyarakat dengan perorangan.
Keadilan distributif menuntut bahwa setiap orang mendapatkan apa yang menjadi
haknya. Jadi sifat keadilan distributif sangat proporsional. Di sini yang dinilai adil
adalah apabila setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknya secara
proporsional. Keadilan distributif berkenaan dengan penentuan hak dan pembagian
hak yang adil dalam hubungan antara masyarakat dengan negara, dalam arti apa yang
seharusnya diberikan negara kepada warganya
Contoh keadilan distributive adalah karyawan konveksi yang menjahit baju lebih
banyak dari pada penjahit lainnya dengan kualitas hasil jahitan sama, berhak
mendapat gaji lebih tinggi dari karyawan lain yang menghasilkan jahitan lebih sedikit
dengan kualitas jahitan yang sama.
b. Keadilan retributive
Keadilan retributive berasal dari ide dasa bahwa seseorang berhak untuk
mendapatkan pengalaman atau imbalan yang setimpal seperti apa yang telah
dilakukan terhadap orang lain. Model keadilan retributive menyatakan bahwa ketika
seseorang melakukan kejahatan, maka hukuman yang diterima oleh pelaku
merupakan hukuman yang ditujukan untuk membalas perbuatan kejahatan yang telah
dilakukan pelaku.
Teori retributive menyatakan bahwa setiap orang harus bertanggungjawab atas
perilakunya, akibatnya dia harus menerima hukuman yang setimpal. Berbeda dengan
balas dendam , keadilan retributive bukanlah pribadi, diarahkan hanya pada perbuatan
salah, memiliki batasan inheren, tidak melibatkan kesenangan pada penderitaan orang
lain, dan menggunakan standar prosedural. Contoh keadilan retributive adalah
hukuman mati kepada orang yang secara sengaja dan sadar melakukan tindakan
pembunnuhan.
c. Keadilan komutatif
Keadilan komutatif, yaitu perlakuan kepada seseorang tanpa melihat jasa-jasa yang
sudah dilakukan. Contoh keadilan komutatif adalah koruptor yang mendapat
hukuman yang sesuai tanpa memandang status dan jasa yang telah diberikan.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam konteks ke-Indonesiaan
Menurut saya, hingga saat ini, meskipun telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan, tradisi kegiatan ilmiah di Indonesia masih belum bisa menyamai tradisi
kegiatan ilmiah di dunia Barat. Bangsa Indonesia mempunyai sistem nilai sendiri yang
melandasi berbagai bidang kehidupan termasuk kehidupan ilmiah. Pancasila sebagai
pondasi nilai dalam kehidupan ilmiah adalah suatu imperative Ilmu dalam konteks
pengujian, dalam proses dalam dirinya sendiri memang harus bebas nilai, objektif
rasional, namun di dalam proses penemuannya dan penerapannya ilmu tidak bebas nilai.
Ilmu harus memperhatikan nilai-nilai yang ada dan berlaku di masyarakat. Ilmu harus
mengemban misi yang lebih luas yaitu demi peningkatan harkat kemanusiaan. Ilmu harus
bermanfaat bagi manusia, masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia.
Ilmu yang dikembangkan harus tetap objektif bermanfaat bagi seluruh umat manusia dan
tidak boleh bertentangan dengan nilai Pancasila, yaitu nilai teositas, nilai humanitas,
nilai integritas kebangsaan, nilai demokrasi dan nila keadilan sosial.
Terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
mencakup lima hal sebagai berikut:
1) Bahwa pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religius
masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan dengan keyakinan
religious, tetapi tidak harus dipertentangkan karena keduanya mempunyai logika
sendiri.
2) Ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan dituntun oleh
nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan.
3) Iptek merupakan unsur yang “menghomogenisasikan” budaya sehingga merupakan
unsur yang mempersatukan dan memungkinkan komunikasi antarmasyarakat.
Membangun penguasaan iptek melalui sistem pendidikan merupakan sarana
memperkokoh kesatuan dan membangun identitas nasional.
4) Prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek harus merata ke semua
masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh masyarakat.
5) Kesenjangan dalam penguasaan pengembangan iptek harus dipersempit terus
menerus sehingga semakin merata, sebagai konsekuensi prinsip keadilan sosial

4.
a. Hubungan antara etika dan hukum
Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Pengertian lain dalam KBBI, hukum
adalah undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat.
Sedangkan etika adalah sistem prinsip-prinsip moral yang mempengaruhi
bagaimana orang membuat keputusan dan menjalani hidup mereka. Etika berkaitan
dengan apa yang baik bagi individu dan masyarakat dan juga digambarkan sebagai
filsafat moral.
Hubungan antara etika dan hukum sesuai dengan moto sebagai berikut : “Jika
sesuatu adalah legal, maka secara moral adalah legal” (If it’s legal, then it’s morally
okay). Di negara dimana sistem hukumnya telah sangat maju, hukum merupakan
aturan yang relatif lengkap. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan etika (unethical)
adalah tidak sah (illegal). Sebaliknya di negara dimana sistem hukumnya belum
begitu maju, etika merupakan sumber utama sebagai pedoman, bukan hukum. Etika
diperlukan tidak hanya karena berbagai situasi yang tidak dicakup oleh hukum tetapi
juga sebagai pedoman untuk menciptakan hukum yang baru.
Ada masalah yang diperkatakan etika, tetapi tidak dicakup oleh hukum. Oleh
karena itu, hukum dan etika sangat berkaitan erat, karena untuk berlakunya sebuah
aturan hukum diperlukan etika atau moral yang bagus.
b. Alasan tujuan pembelajaran etika
1) Mengingat konsep baik dan buruk setiap individu bisa jadi berbeda, pembelajaran
etika dilakukan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik
dan buruknya perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu.
2) Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib,
teratur, damai dan sejahtera dengan konsep baik dan buruknya tindakan yang
telah disepakati.
3) Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar
suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh
norma itu terhadap norma yang dapat berlaku.
c. Tiga aliran etika
1) Etika deotologi
Etika deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu
tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan. Etika ini kadang-kadang disebut
etika berbasis "kewajiban" atau "obligasi" karena peraturan memberikan
kewajiban kepada seseorang. Etika deontologis biasanya dianggap sebagai lawan
dari konsekuensialisme, etika pragmatis, dan etika kebajikan.
Etika deontology adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral
atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk
melakukan tindakan.
Contoh dari etika deontology adalah kewajiban untuk tidak berbohong.
2) Etika teleologi
Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa baik
buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu.
Etika teleologi membantu kesulitan etika deontologi ketika menjawab apabila
dihadapkan pada situasi konkrit ketika dihadapkan pada dua atau lebih kewajiban
yang bertentangan satu dengan yang lain. Jawaban yang diberikan oleh etika
teleologi bersifat situasional yaitu memilih mana yang membawa akibat baik
meskipun harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain.
Contoh dari etika teleology adalah seorang anak yang mencuri untuk membeli
obat ibunya. Kewajiban untuk tidak mencuri inin tidak bisa dipenuhi karena focus
pada tujuan untuk menyelamatkan ibunya.
3) Etika keutamaan
Etika keutamaan adalah teori etika yang berpendapat bahwa filsafat moral tidak
pertama-tama berurusan dengan benar atau salahnya tindakan manusia menurut
norma-norma atau prinsip-prinsip moral tertentu, melainkan dengan baik-
burukya kelakuan atau watak manusia.
Etika keutamaan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia,
lebih menekankan pada “saya harus menjadi orang yang bagaimana?”
Contoh etika keutamaan adalah watak orang yang belas kasih terhadap sesama
tanpa memandang status.

Anda mungkin juga menyukai