Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN KE-LIMA

KASUS PELANGGARAN GOOD CORPORATE GORVERNANCE


OLEH PT. KATARINA UTAMA TBK.

Disusun Oleh:
NURUL RAHMAWATI
2022220039

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BINA INSANI
BEKASI
2023
KASUS PELANGGARAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (CGC) OLEH

PT. KARINA UTAMA TBK. BERKAITAN DENGAN PASAR MODAL DI

INDONESIA

Abstract

GCG (Good Corporate Governance) merupakan suatu hal yang penting dalam
sebuah Perusahaan. Perusahaan yang telah memerhatikan sitem tersebut akan
memiliki sitem dengan tata kelola yang baik, hal ini tentu dapat membuat
hubungan baik antara perusahaan dengan Stakeholder. Jikalau tidak di terapkan,
lemahnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik menyebabkan terjadinya
kejahatan dan penyalahgunaan modal pasar. Kejahatan ini di duga karna
beberapa macam sebab diantaranya adalah, kecerobohan, kelemahan aparatur
yang mencakup integritas dan profesionalisme serta kelemahan regulasi. Setiap
perusahaan yang beroprasi di pasar modal di perlukan untuk melindungi
kepentingan stakeholder dalam kegiatan imvestasi di pasar modal.

Kata kunci: good corporate governance, capital, crime, violations.


I. LATAR BELAKANG KASUS

PT katarina utama Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam


bidang jasa, adapun beberapa hal yang perusahaan ini lakukan adalah; jasa
pemasangan, pengujian kelayakan produk dan peralatan telekomunikasi.
Belum lama ini PT Katarina utama menggelar penawaran saham perdana
kepada publik dengan dana sebesar 210 juta saham atau setara dengan
25,93% dari total saham, dengan penawaran Rp160,- perlembar saham. Dari
hasil IPO diperoleh dana segar sebesar Rp33,66 milyar. Rencananya seperti
terungkap dalam prospektus perseroan, 54,05% dana dari hasil IPO akan
digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan 36,04% dana IPO akan
direalisasikan untuk membeli peralatan proyek.
Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina, PT Media
Intertel Graha (MIG) dan Forum Komunikasi Pekerja Katarina (FKPK)
melaporkan telah terjadi penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh
manajemen Katarina. Dana yang sedianya akan digunakan sebagaimana
tugas. Hingga saat ini manajemen perseroan belum melakukan realisasi
sebagaimana tugas.
Dari dana hasil IPO sebesar Rp33,66 milyar, yang direalisasikan oleh
manajemen kedalam rencana kerja perseoran hanya sebesar Rp4,62 milyar,
sehingga kemungkinan terbesar adalah terjadinya penyelewengan publik
sebesar Rp29,04 milyar untuk kepentingan pribadi. Selain itu, Katarina diduga
telah memanipulasi laporan keuangan di tahun 2009 dengan memasukan
sejumlah pitang fiktif. Perusahaan listrik negara (PLT) memutuskan aliran
listrik kekantor cabang Katarina di Medan, Sumatra Utara, karena tidak
mampu membayar tunggakan listruk sebesar Rp9 juta untuk tagihan selama
tiga bulan berjalan.
Pemotongan gaji karyawan, karyawan yang tidak mengikuti jamsostek
tetapi gajinya juga ikut dipotong. Bursa menghentikan perdagangan saham
Katrina sejak awal September 2010. BEI kemudian melimpahkan kasus ini
kepada Bapepam-LK (OJK) untuk ditindak lanjuti.
II. RUMUSAN MASALAH

2.1. Pelanggran terhadap prinsip-prinsip CGC

Pasal 3 KepMen BUMN No. 177/2002, menyatakan

pengertian mengenai transparansi yaitu keterbukaan dalam

melaksanaakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukaan informasi materil dan

relevan mengenai perusahaan.

Saya rangkum berbagai poin pelanggaran PT Katarina

sebagai bahan analisa;

 Keadilan dan kewajaran (fairness)

PT Katarina Utama tidak memperlakukan secara

adil para pemangku kepentingan baik primer

maupun sekunder, investor tidak diperlakukan

secara adil dan tidak ada keadilan pula bagi

karyawan salah satu contoh yang sangat jelas yaitu

pemotongan gaji untuk asuransi jamsostek para

karyawan, para karywan yang tidak mengikuti

asuransi jamsostek gajinya tetap ikut terpotong

tanpa alasan. Selain itu cabang Katarina di Medan

telah melakukan penutupan secara sepihak tanpa

menyelesaikan hak hak para karyawan dengan

tidak membayar gaji sesuai dengan pengorbanan

yang telah mereka berikan kepada PT Katarina


Utama, ini membuktikan bahwasanya manajemen

Katarina melanggar prinsip keadilan.

 Prinsip transparansi (Keterbukaan)

PT Katarina Utama tidak menyampaikan informansi

dengan besar, seperti yang telah disampaikan

diatas manajemen Katarina telah memasukkan

sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset

perseroan, sehingga informasi yang diterima oleh

para pemangku kepentingan menjadi tidak akurat

yang mengakibatkan para pemangku kepentingan

seperti investor menjadi salah mengambil

keputusan. Hal ini menunjukan bahwa PT Katarina

Utama telah melanggar prinsip Transparasi

(Keterbukaan) dalam penyampaian informasi.

 Prinsip Akuntabilitas

Telah terbukti bahwa PT Katarina Utama tidak

merelisasikan dana hasil IPO sesuai dengan

prospektus perseroan dan melakukan

penyelewengan dana untuk kepentingan pribadi

direktur, sehingga terjadi ketidak-efektifan kinerja

perseroan. Laporan keuangan yang di hasilkannya

pun menjadi tidak akurat dan tidak dapat dipercaya.

Hal ini jelas menjadi bukti bahwa PT Katarina

Utama jelas gagal dalam menerapkan perinsip

akunnbilitas.
 Prinsip Responsibilitas (Tanggung jawab)

PT Katarina Utama jelas sangat melanggar Prinsip

Responsibilitas dengan melakukan penyelewengan

dana milik investor publik hasil IPO sebesar

Rp29,04 milyar, manajemen PT Katarina juga tidak

menyelesaikan kewajibannya kepada karyawan

dengan tidak memayarkan gaji mereka, selain itu

PT Katarina tidak membayar tunggakan listrik

sebesar Rp 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan

berjalan. Berdasaekan informasi yang dihimpun

seputar indonesia (SI), sebagaian besar direksi dan

pemangku kepentingan perseroan dikabarkan telah

melarikin diri keluar negeri. Hal ini jelas

menggambarkan bahwa Katarina bahwa Prinsip

Respontabilitas.

 Prinsip Kemandirian

Dengan adanya penyelewengan dana hasil IPO

membuat perseroan menjadi tidak efektif dalam

menjalankan kegiatan oprasionalnya, tidak mampu

membayar gaji karyawan dan tidak mampu

membayar tunggakan listrik PLN sehingga

menyebabkan ditutupnya cabang PT Katarina

Utama di Medan. Hal ini lah yang menyebabkan PT

Katarina Utama tdiak dapat menjalankan prinsip

kemandirian.
2.2. Dampak terhadap pelanggaran GCG:

 Ketidakpercayaan para pemegang saham

(stakeholder)

 Kektidakpercayaan karyawan, munculnya berbagai

demo karyawan di beebagai cabang PT Katarina

Utama.

 Ketidakpercayaan Mitra Kerja, penggelembungan

nilai aset dengan memasukan sejumlah piutang

fiktif yang dituduhkan kepada satu pemengang

saham Katarina, PT Media Intertel Graha (MIG),

membuat mitra tersebut berbalik melaporkan

manajemen Katarina dan menimbukan

ketidakpercayaan kepada manajemen Katarina.

 Ketidakpercayaan pemerintah, PLN memutuskan

aliran listrik ke kantor cabang Katarina di Medan,

Sumatera Utara, karena tidak mampu membayar

sebanyak 9 juta untuk tagihan selama 3 bulan.

 Bursa menghentikan perdagangan saham Katarina

sejak awal september 2010.

 Tidak berjalannya kegitan optasional perusahaan

karena perusahaan tidak mampu membiayai

kegiatan oprasional sehingga tdiak ada pemasukan

bagi perusahaan, bahkan kantor cabang Katarina di

Medan akhirnya ditutup.


2.3. Analisa dari kasus GCG PT Katarina Utama, dapat:

 Mendorong tercapainya kesinambungan

perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan

pada atas transparasi, akuntabilitas,

responsibilitas,indenpendensi serta kesetaraan dan

kewajaran.

 Mendorong pemberdayaan fungsi dan pendirian

masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan

komisaris, direksi dan rapat umum pemegang

saham.

 Mendorong pemegang saham, anggota dewan

komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat

keputusan dan menjalankan tindakannya di landasi

oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan.

 Mendorong timbunya kesadaran dan tanggung

jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan

kelestarian lingkungan terutama disekitaran

lingkungan perusahaan.

 Mengoptimalkan nilai perusahaan perusahaan bagi

pemegang saham dengan memperhatikan

pemangku kepentingan lainnya.

 Meningkatkan daya saing perusahaan secara

nasional maupun internasional, sehingga

meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat


mendorong arus investasi dan pertumbuhan

ekonomi nasional yang kesinambungan.

III. KESIMPULAN

Pada Agustus 2010 lalu, salah satu pemegang saham Katarina,


PT Media Intertel Graha (MIG) dan Forum Komunikasi Pekerja
Katarina (FKPK) melaporkan telah terjadi penyimpangan dana hasil
IPO yang dilakukan oleh manajemen Katarina. Pasal 33 UUD`1945
Hasil amandemen secara tegas menyatakan bahwasanya
“Perekonomian nasional di selenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi keadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional,”

PT Katarina Utama melanggar beberapa prinsip etika profesi


diantaranta:
 Prinsip transparansi (Keterbukaan)
 Prinsip Akuntabilitas
 Prinsip Responsibilitas (Tanggung jawab)
 Prinsip Kemandirian
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai