Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yori Yulia Putri

NIM : 2310522063

Mata Kuliah : Etika Bisnis

STUDI KASUS

1. Kasus Penipuan Travel Haji PT Solusi Balad Lumampah (SBL) 2018-2019


https://news.detik.com/berita/d-4789810/kasus-penipuan-travel-umrah-sbl-range-
rover-hingga-uang-dibalikin-ke-jemaah
https://nasional.tempo.co/read/1191538/15-ribu-jemaah-yang-gagal-umrah-tuntut-
bos-sbl-membuka-asetnya

Lebih dari 15.000 jemaah PT Solusi Balad Lumampah (SBL) yang gagal berangkat
umrah dan haji ke Tanah Suci, telah mendaftarkan tagihan kreditornya. Nilai tagihan
ribuan jemaah itu hampir Rp 500 miliar, dengan menjual 88 aset milik Aom Juang dan
harus dikembalikan kepada 2.051 jemaah.

Hal ini tentu sangat merugikan jemaah yang belum bisa berangkat ke Makkah, pada
jadwal yang telah ditentukan. Padahal mereka telah memberikan uang kepada Travel
Haji SBL untuk mereka bisa pergi ke tanah suci.

Kasus ini melanggar tiga pilar yang membangun etika bisnis itu sendiri, berikut
penjelasannya :

1. Honesty
PT Solusi Balad Lumampah melanggar salah satu pilar utama dalam bisnis, karena
jika seseorang atau sekumpulan orang telah maupun akan menjalankan sebuah
bisnis, mereka harus berpegang teguh pada kejujuran.
Hal ini dikarenakan jika sebuah perusahaan/bisnis bersikap jujur selama mereka
menjalankan bisnis tentunya akan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan.
Kepercayaan itu dapat dibentuk dari pelaksanaannya kontrak atau komitmen yang
telah dibuat, lain halnya dengan PT Solusi Balad Lumampah yang melanggar etika
bisnis.

2. Fairness
Ketidakadilan yang dialami oleh para calon jemaah haji maupun umrah PT Solusi
Balad Lumampah, sebab mereka sangat dirugikan atas kehilangan atau tertundanya
kesempatan untuk pergi ke Makkah. Berdasarkan pemaparan dari tautan di atas, 88
aset dijual untuk menutupi biaya keberangkatan haji atau umrah yang terlambat
dikarenakan adanya penipuan dari kasus ini. Walaupun begitu, tetap saja adanya
ketidakadilan dalam kasus ini, seperti adanya jemaah yang telah menunggu selama
bertahun-tahun hingga dirinya gagal haji dikarenakan umurnya yang sudah tidak
memungkinkan untuk haji dan kasusnya belum tuntas dalam 2 tahun tersebut.

3. Integrity
PT Solusi Balad Lumampah, menunjukkan tidak bermutunya bisnis yang mereka
jalankan dengan kasus ini. Mereka telah mengambil keputusan yang sangat fatal
terhadap bisnis yang mereka jalankan. Ribuan jemaah haji yang maupun umroh
yang mendaftar telah membuktikan bahwa mereka memiliki daya saing yang bagus
dengan travel haji dan umroh lainnya. Namun mereka menyia-nyiakan kesempatan
yang ada dengan kasus penipuan maupun korupsi yang telah dilakukan oleh PT
Solusi Balad Lumampah. Seandainya, mereka tetap menjalankan bisnis dengan
baik dan sesuai dengan arah dan tujuan dari etika bisnis, mereka pastinya akan
mendapatkan yang namanya integrasi moral yang baik. Sehingga akan menjadi
cermin dari perusahaan atau bisnis yang mereka jalankan.

Apa yang dapat dilakukan untuk menghindari kasus :

PT Solusi Balad Lumampah seharusnya menjalankan bisnis yang telah ditekuni


sesuai dengan prinsip dari etika bisnis. Kejujuran menjadi pondasi utama dalam
berbisnis, dengan adanya kejujuran maka terciptanya kepercayaan dari jemaah haji.
Kejujuran dengan melakukan atau menjalankan kewajiban dari kontrak yang telah
tertera, merupakan kunci dari permasalahan ini. Penipuan yang dilakukan oleh PT
Solusi Balad Lumampah sangat tidak menunjukkan adanya integrasi moral,
ditambah penipuan ini melibatkan agama seperti ibadah haji dan umroh.

Menjadikan kejujuran, keadilan, dan integritas sebagai budaya dalam berbisnis,


sehingga hal tersebut dapat diminimalisir. Dengan menjadikannya budaya, para
pelaku usaha sudah terbiasa dan secara perlahan tidak tergiur dengan dana yang
besar karena telah menjadi budaya.

Di sini yang menjadi tersangka adalah seorang pemilik perusahaan, sehingga


pengawasan sangat sulit dilakukan. Jadi, perlu dilakukan penanaman dalam diri
seorang entrepreneur tentang pentingnya menjaga kepercayaan dari pelanggan.

2. Kasus PT Garuda Indonesia TBK 2019


https://www.kompasiana.com/dewiindahpurnami0007/62a2104f2098ab50954dc662/p
elanggaran-etika-profesi-dalam-skandal-manipulasi-laporan-keuangan-pt-garuda-
indonesia-tahun-2018

Pada Jumat, 28 Juni 2019 hasil pemeriksaan terhadap laporan keuangan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk tahun buku 2018 diumumkan. Dari hasil pemeriksaan,
ditemukan adanya pelanggaran dalam pelaksanaan audit laporan keuangan PT Garuda
Indonesia. Hal tersebut menyebabkan PT Garuda Indonesia dikenakan sanksi oleh
Kemenkeu, OJK, dan BEI.

Skandal ini pertama kali terungkap ketika dua komisaris PT Garuda Indonesia yaitu
Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk menandatangani laporan keuangan
tahun 2018 pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), karena mereka
menganggap terdapat kejanggalan serta penyusunan laporan keuangan tersebut tidak
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Laporan keuangan tersebut menunjukkan bahwa PT Garuda Indonesia berhasil


mendapatkan laba bersih sebesar USD 809,84 ribu atau jika dirupiahkan sekitar Rp
11,33 miliar, dimana hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi keuangan pada
tahun 2017 yang mengalami kerugian sebesar USD 216,5 juta. Kejanggalan tersebut
diketahui berasal dari akun pendapatan lain-lain yang menunjukkan angka sebesar USD
278,81 juta, yang berarti bahwa terdapat kenaikan hampir 14 kali lipat dari pendapatan
lain-lain pada tahun 2017 yang hanya sebesar USD 19,7 juta.

Pencatatan pendapatan lain-lain pada laporan keuangan PT Garuda Indonesia itu


termasuk ke dalam bentuk kecurangan dalam keuangan. Kecurangan dalam keuangan
atau yang biasa juga dikenal dengan istilah financial shenanigans adalah tindakan
penipuan yang dirancang untuk menyembunyikan kinerja atau kondisi keuangan
perusahaan yang dilakukan oleh manajemen, sehingga investor akan mengira bahwa
pendapatan perusahaan meningkat, arus kas lebih kuat, dan kondisi posisi keuangan
aman.

Berdasarkan prinsip atau pilar dari etika bisnis, PT Garuda Indonesia TBK, melakukan
pelanggaran terhadap 2 poin yaitu :

1. Honesty
PT Garuda Indonesia Tbk telah melakukan pelanggaran terhadap etika bisnis,
mereka telah membuat pencatatan pendapatan yang berupa laporan keuangan
dengan memanipulasi laba yang didapatkan padahal tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Sehubungan dengan hal ini terlihat jelas adanya penyusupan
kepentingan oleh Garuda Indonesia untuk meningkatkan labanya. Pasalnya,
jika kontrak tersebut tidak dicatat dalam akun pendapatan, maka maskapai
tersebut harus mencatatkan rugi sebesar USD244 juta.

2. Integrity
Tentunya PT Garuda Indonesia terbuka telah melanggar etika bisnis, sehingga
dapat merusak integrasi moral dari perusahaan. Penurunan mutu dari
perusahaan akibat kinerja karyawan maupun staf keuangan tersebut berdampak
cukup signifikan. Pemalsuan laba yang dilakukan oleh karyawan tersebut akan
berdampak pada menurunnya investasi yang dilakukan oleh para investor
sehingga dapat menurunkan tingkat pendapatan. Dikarenakan pemalsuan laba
ini sangat merugikan bagi para calon investor dikarenakan keuntungan yang
ditampilkan tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Hal yang dapat dilakukan agar dapat terhindar dari kasus ini yaitu :
Dengan tetap memegang teguh kejujuran dan kepercayaan yang telah diberikan
oleh perusahaan, selain itu perusahaan harus menegaskan kepada para
karyawan untuk tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik bisnis
karena jika dilanggar hal tersebut sangat merugikan perusahaan maupun
karyawan.

Perusahaan harus mengecek secara berkala tentang keuntungan maupun laba


yang telah diperoleh oleh perusahaan. Namun, jangan sampai karyawan
tersebut tertekan dengan pengawasan maupun pengecekan yang dilakukan.
Berikan kepercayaan berupa kebebasan kepada karyawan untuk bertanggung
jawab atas pekerjaannya.

Waspadai sistem keuangan perusahaan, dengan memperhatikan keuangan yang


masuk dan keluar. Perusahaan harus memperhatikan secara detail agar tidak
terjadi kekeliruan terlebih pemalsuan dana.

Bisnis perlu mendeteksi dan mencegah penipuan terjadi untuk menghindari


hutang dan pengeluaran yang tidak perlu. Perusahaan harus memperhatikan
tanda-tanda penipuan dan memastikan mereka mencapai sumber utama
penipuan untuk memperlakukannya dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai