Anda di halaman 1dari 2

Kasus PT Waskita Karya

Terungkapnya skandal Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa Konstruksi yang diduga
melakukan rekayasa laporan keuangan, Di tengah gencarnya pelaksanaan implementasi good
corporate governance (GCG) BUMN. Kasus Waskita, yang disebut-sebut sebagai Enron-nya
Indonesia menunjukkan bahwa Kementerian Negara BUMN perlu berupaya lebih keras lagi
dalam implementasi GCG di BUMN.
Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan
saham perdana. Direktur Utama Waskita yang baru, M. Choliq yang sebelumnya menjabat
Direktur Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tak sesuai,
dimana ditemukan kelebihan pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga
melakukan rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi
pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu.
Kasus ini menunjukkan bahwa masih lemahnya implementasi GCG di Indonesia. Fakta ini
terungkap dari keengganan Direksi Waskita melaksanakan GCG di Waskita. Walaupun di
Waskita telah beberapa kali assessment (pemetaan) implementasi GCG, namun tetap saja kasus
ini tidak terlacak. Hal ini menunjukkan betapa canggih dan cermatnya penutupan jejak dari
kasus ini.
Adapun Prinsip-prinsip good corporate governace yang dilanggar oleh PT Waskita
Karya:
1. Transparancy, harus adanya keterbukaan dalam proses penngambilan
keputusan dan mengemukan informasi yang meteril serta relevan mengenai
perusahaan. pada kasus PT Waskita Karya, para pemegang saham tidak
mendapat informasi yang relevan karena adanya manipulasi laporan keuangan.
Dimana seharusnya pemegang saham tahu kondisi keuangan perusahaan yang
sebenarnya
2. Akuntabilitas, perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu persahaan harus mengelola perusahaan
secara benar, terukur dan sesuai kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham. Pada kasus PT Waskita
pertanggung jawaban tidak dilakukan secara transparan dan wajar, dimana
manipulasi laporan keuangan yang dilakukan dapat merugikan para pemegang
saham
3. Responsibility, harus ada kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip korporasi
yang sehat. Di dalam kasus PT Waskita Karya, tidak ada rasa tanggung jawab
yang dimiliki direktur sehingga merekayasa laporan keuangan dengan
melakukan pencatatan (overstate) laba bersih. Oleh karena itu ketiga direktur
yang terlibat dijatuhkan hukuman dengan menonaktifkan tiga direksi PT
Waskita yang terlibat dan ditindak secara hukum

4. Fairness (Kewajaran), harus adanya keadilan dan kesetaraan di dalam


pemenuhan hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam kasus PT Waskita
Karya, banyak kerugian yang diterima pemegang saham akibat adanya
manipulasi laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai