Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepatuhan kontrol pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan

hal yang penting karena penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit

yang menyebabkan kematian didunia, akan tetapi pasien Penyakit Jantung

Koroner (PJK) harus selalu kontrol atau melakukan pengobatan secara berkala

agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut atau dapat berujung pada kematian.

Selain itu kepatuhan kontrol juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan

kualitas hidup. Ketidakpatuhan berobat biasa terjadi pada pasien penyakit

jantung koroner (American Heart Association, 2014). Masalah kepatuhan

kontrol yang penyakit kronis adalah pengobatan yang membutuhkan jangka

panjang. Pasien dengan penyakit kronis yang tidak patuh dalam kontrol pada

akhirnya akan diikuti oleh berhenti melakukan pengobatan, inilah yang salah

satu yang menyebabkan kualitas hidup pasien PJK menurun.Ketidakpatuhan

kontrol terhadap Penyakit Jantung Koroner dapat mempengaruhi angka

kekambuhan, hal ini akan berdampak buruk pada kualitas hidup pasien bahkan

dapat menyebabkan kematian (Rinawati, 2013).

Kepatuhan seseorang memainkan peranan yang sangat penting didalam

pencegahan penyakitnya (Falvo, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pasien, antara lain: pendidikan kesehatan, perilaku, dan keyakinan


(Albert, 2008). Pada penderita jantung koroner, kepatuhan kontrol harus

diperhatikan untuk mencegah mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup.

Berbagai faktor berupa usia, fraksi ejeksi, penggunaan obat, kepatuhan pasien dan

taraf ekonomi dapat mempengaruhi kualitas hidup (Yaghoubi et al., 2012).

Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan,

dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut, dan hubungan

terhadap tujuan, harapan, standart dan keinginan (World Health Organiation

quality of Life – Bref).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, angka

kematian penyakit jantung sekitar 30% dari total kematian 58 juta dan

diperkirakan pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 36% dari seluruh

total kematian didunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,

2013), prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 1,5% atau sekitar 2.6 juta

orang dan angka penyakit jantung koroner di Jawa Timur menempati posisi kedua

terbanyak setelah Yogyakarta (Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan,

2013). Menurut data Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan kita

Tahun 2012, sebanyak 144.820 dengan keluhan jantung dan pembuluh darah

lainnya datang, jumlah ini cenderung meningkat setiap tahunnya antara 5 sampai

15%. Dari total kunjungan paling banyak kasusnya yaitu Penyakit Jantung

Koroner (PJK) sekitar 3.000 lebih (Suara Pembaharuan, 2013). Data RS Bangil

kunjungan pelayanan jantung mengalami kenaikan mencapai 30 persen baik

pengunjung lama maupun baru setiap tahunnya, data tahun 2016 kunjungan
perawatan mencapai 7.992 pasien, padahal tahun sebelumnya jumlah kunjungan

tercatat 5.601 pasien (Radar Bromo, 2017) .

Penyakit Jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo terjadi penigkatan

setiap tahunnya. Data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Dr. Harjono

Ponorogo menunjukkan bahwa angka kunjungan pasien baru maupun kunjungan

ulang dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Poli Jantung pada tahun 2013

rata – rata kunjungan sebanyak 350 orang per bulan dan pada tahun 2014 mulai

dari bulan januari sampai oktober sebanyak 3984 kunjungan, rata – rata

kunjungan sebanyak 398 orang (Pamungkas, 2015). Pada tahun 2015 angka

kunjungan sebanyak 434 orang per bulan (Rahhayati, 2016) dan hasil rekapitulasi

kunjungan bulan januari 2017 angka kunjungan sebanyak 896 orang (Nurhidayat,

dkk. 2018). Berdasarkan penelitian (Panda dkk, 2016) data kualitas hidup pasien

PJK yang mempunyai kualitas hidup baik hanya 36%. Menurut (Rohmayati,

2011) diperoleh rata – rata kualitas hidup pada pasien PJK adalah sebesar 58.60%.

Meskipun penyakit jantung koroner bukan merupakan penyakit menular

tetapi penyakit ini dapat menjadi penyebab turunnya produktifitas seseorang,

perubahan pola hidup dengan menyesuaikan segala aktifitasnya dengan penyakit

yang dideritannya. Hal ini berlangsung relatif lama dan tidak diketahui kapan

sembuhnya karena secara medis penyakit tidak menular tetapi hanya bisa

dikendalikan (Widiarti, 2012). Kualitas hidup pada pasien Jantung koroner

cenderung berfluktuasi, karena dipengaruhi oleh kesehatan fisik, psikologis,

lingkungan, dukungan sosial, spiritual, dan tingkat kepatuhan dalam menjalani

pengobatan maupun diit yang telah ditentukan. Kondisi seperti kepatuhan kontrol
yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Pada pasien dengan penyakit

jantung, membutuhkan pengobatan dalam waktu lama untuk meningkatkan

kualitas hidupnya, sehingga pasien dapat mempertahankan dan menstabilkan

kemampuan fungsional, memenuhi kebutuhan, mencegah kekambuhan, dan dapat

menjalani hidup dengan nyaman. Kualitas hidup menjadi hal yang sangat penting

bagi pasien penyakit jantung koroner. Kualitas hidup yang baik pada pasien

penyakit jantung koroner sangat diperlukan agar pasien mampu mendapatkan

status kesehatan terbaiknya dan mempertahankan fungsi atau kemampuan fisiknya

seoptimal mungkin dan selama mungkin (Widiarti, 2012).

Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang kualitas hidup pada pasien

Penyakit Jantung Koroner (PJK) seperti penelitian Shoufiah & Noorhidayah 2017

yang menyatakan bahwa pasien yang memiliki efikasi diri yang baik mempunyai

peluang kualitas hidup baik sebesar 7,757 kali dibandingkan responden yang

efikasi dirinya kurang baik (Shoufiah & Noorhidayah, 2017). Efikasi diri dapat

memprediksi kepatuhan dalam regimen pengobatan, perilaku kesehatan, aktifitas

fisik, dan manajemen nyeri yang efektif serta manajemen penyakit (Luszzynska,

2005). Efikasi diri adalah hasil interaksi antara lingkungan eksternal, mekanisme

penyesuaian diri serta kemampuan personal, pengalaman dan pendidikan (Niu,

2010). Efikasi diri mengacu pada kepercayaan individu akan kemampuannya

untuk sukses dalam melakukan sesuatu (Bandura, 1986).

Kepatuhan kontrol pada pasien PJK merupakan salah satu hal yang

diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup, akan tetapi masih banyak pasien

yang tidak kontrol rutin. Perawat sebagai tenaga profesional dibidang kesehatan
mempunyai kontribusi yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

PJK. Peran tersebut meliputi, health education atau penyuluhan kesehatan tentang

penyakit PJK, kepatuhan dalam menjalani pengobatan (kontrol rutin),

mengkonsumsi obat sesuai resep, melakukan diit yang yang telah ditentukan, dan

aktivitas yang cukup. Dengan kepatuhan kontrol diharapkan pasien dapat

mempertahankan dan menstabilkan kondisi fungsional tubuhnya seoptimal

mungkin, memperoleh kesehatan terbaiknya, mencegah kekambuhan serta

meningatkkan kualitas hidupnya.

Berdasarkan paparan masalah diatas peneliti tertarik untuk menganalisis

hubungan kepatuhan kontrol dengan kualitas hidup pada pasien penyakit jantung

koroner (PJK).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah dalam latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Hubungan Kepatuhan

Kontrol Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK)?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan

kepatuhan kontrol dengan kualitas hidup pada pasien Penyakit Jantung

Koroner (PJK).

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi kepatuhan kontrol pada pasien Penyakit jantung

Koroner (PJK).

2. Mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien Penyakit jantung

Koroner (PJK).

3. Menganalisis hubungan kepatuhan kontrol dengan kualitas hidup

pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi khasanah keilmuan

dibidang kesehatan dalam memperluas ilmu pengetahuan, sehingga dapat

digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan

kualitas hidup pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK). Selain itu

diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan

dan rujuakan ilmiah ilmu keperawatan khususnya keperawatan

medikal bedah dalam meningkatkan kualitas hidup pada pasien

Penyakit Jantung Koroner (PJK).

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

memecahkan permasalahan yang berfokus pada kualitas hidup pada

pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK).


1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana bagi pasien

Penyakit Jantung Koroner (PJK) dalam memahami kepatuhan

kontrol guna meningkatkan kualitas hidup

2. Profesi Keperawatan

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien Penyakit

Jantung Koroner.

1.5 Keaslian Tulisan

Penelitian - penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kualitas hidup pada

pasien Penyakit janntung Koroner (PJK) :

1. Rahmawati Shoufiah, Noorhidayah (2017) dalam penelitiannya yang berjudul

“Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner”.

Tujuan dari penelitian ini dalah menganalisis hubungan efikasi diri dengan

kualitas hidup pasien Penyakit Jantung Koroner. Dari hasil penelitiannya

didapatkan 32 responden yang memiliki efikasi diri baik, sebanyak 28

responden (85%) memiliki kualitas hidup baik dan hanya 4 responden

(12,5%) yang memiliki kualitas hidup kurang baik sedangkan dari 78

responden yang memiliki efikasi diri kurang baik, sebanyak 37 responden

(47,4%) memiliki kualitas hidup baik dan sebanyak 41 responden (52,6%)

yang memiliki kualitas hidup kurang baik. Dengan demikian didapatkan


terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kualitas hidup

pasien PJK di RSUD Dr. Kanudjoso Djatiwibowo balikpapan tahun 2017

(Pvalue <0,005). Persamaan dari penelitian ini adalah sama – sama meneliti

tentang kualitas hidup pasien PJK sedangkan perbedaannya adalah peneitian

tersebut meneliti tentang efikasi diri dan penelitian ini meneliti tentang

kepatuhan kontrol.

2. Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti, Anastasia Anna, Ayu Prawesti, Etika

Emaliyawati (2016) dalam penelitiaanya yang berjudul “Faktor yang

Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner” .

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup pada pasien PJK yang sedang menjalani rawat jalan. Dari hasil

penelitiannya didapatkan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup pada pasien PJK meliputi depresi, cemas, dan revaskularisasi. Dari

ketiga variabel tersebut yang mempengaruhi kualitas hidup paling signifikan

adalah depresi. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan variabel

kualitas hidup dan pengambilan responden dengan pasien rawat jalan.

Perbedaanya yaitu penelitian tersebut kualitas hidup diukur menggunakan

Seattle Angina Questionnare dan pada penelitian ini kualitas hidup diukur

menggunakan kuesioner WHOQOL (World Health Organiation’s Quality of

Life).

3. Lita Widiarti (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Kualitas Hidup

Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUD Banyumas”

Dari hasil penelitiannya didapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang


sinifikan antara agama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,

status perkawinan, sumber pembiayaan, lamanya menjalani pengobatan,

penghasilan perbulan dengan kualitas hidup secara keselurah. Akan tetapi

trdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kualitas hidup

secara keseluruhan (Pvalue = 0,03). Persamaan dalam penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner WHOQOL (World Health Organiation’s Quality of

Life) sebagai pengukur kualitas hidup. Perbedaan dalam penelitian ini adalah

variabel yang digunakan

4. Rinawati (2013) dalam penelitianya yang berjudul “Tingkat Kepatuhan

Pasien Gagal Jantung Dalam Manajemen Perawatan Diri” Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien

gagal jantung dalam manajemen perawatan diri. Dari hasil penelitiannya

menunjukkan ketidakpatuhan dalam manajemen diri meliputi cairan,

aktifitas, diet, dan psikososial sedangkan dalam program pengobatan sebagian

besar besar responden menunjukan kepatuhan, yaitu sebesar 74,4%.

Perbedaan dari penelitian adalah variabel dan tempat penelitian

Anda mungkin juga menyukai