Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPUTUSASAAN

A. DEFINISI

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan


atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi
energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).

Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya


terlalu bent untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil). Seseorang yang tidak memiliki
harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan
tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya
atau siapapun tidak akan bisa membantunya.

Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan keraguan duka


cita, apati, kesedihan, depresi, dan bunuh diri. (Cotton dan Range, 2004).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah:

a. Faktor Genetic: Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan
b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan Mental: Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi
oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi masalah
dan mengalami keputusasaan.
d. Struktur Kepribadian: Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.
2. FAKTOR PRESIPITASI

Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan adalah:

a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat (keluarga)
e. Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman

C. RENTANG RESPON
(Menurut Riyadi, 2009)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harapan Putus Harapan


Yakin Tidak berdaya
Percaya Putus asa Apatis
Inspirasi Gagal dalam kehidupan
Tetap hati Ragu-ragu
Sedih
Depresi
Bunuh diri
D. PROSES TERJADINYA MASALAH

Pengalaman yang negatif 1. Pengalaman negatif


(pencetus stress) dalam aspek besar
dalam hidup
2. Hanya
menyimpulkan
sesuatu yang negatif
Keputusasaan
dari pengalaman yang
tidak menyenangkan
3. Menyimpulkan
bahwa kejadian yang
tidak menyenangkan
disebabkan oleh
sikap/sifat tertentu
dari dirinya sendiri

E. TANDA DAN GEJALA

Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah:

a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan”)
b. Sering mengeluh dan Nampak murung.
c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali d. Menunjukkan
kesedihan, afek datar atau tumpul.
d. Menarik diri dari lingkungan.
e. Kontak mata kurang.
f. Mengangkat bahu adalah tanda masa bodoh.
g. Selalu tampak murung atau dalam suasana hati yang biru.
h. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
i. Menurun atau tidak adanya selera makan
j. Peningkatan waktu tidur.
k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
m. Berkurangnya keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang berarti
F. PENALATAKSANAAN
a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
b. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacam macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus
asa dan semangat juangnya.
c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat din, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial in hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari
penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan
dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.
e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain, terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan
bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling
sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan
evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.
G. POHON MASALAH
Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Tingkat percaya diri yang rendah

(Keliat, 2005)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko bunuh diri
b. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Harga diri rendah
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Resiko bunuh diri
Tujuan umum: Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan:
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabor dan tidak menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri


Tindakan:

a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:

a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.


b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lain-lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:

a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.


b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan
setiap hari (misal: berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan memiliki pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif

Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan umum: Klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan khusus

1. Klien dapat membangun hubungan saling percaya.


Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. c. Bicara dengan sikap
tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien c. Utamakan pemberian pujian
yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat c. Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan di rumah
c. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga Diagnosa

Diagnosa 3 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan umum: Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus:

1. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya


2. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
3. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya 4. Pasien mampu menggunakan cara
penyelesaian masalah yang baik

Tindakan:

1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:

a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya


b. Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPUTUSASAAN

SP 1: Mendiskusikan kegiatan positif yang dulu pernah dilakukan, dan menulis


ulang
Kegiatan positif yang sudah didiskusikan
Orientasi
Selamat pagi Bu/Pak. Perkenalkan Saya Akaz mahasiswi dari keperawatan unsoed,
kalau boleh tau siapa nama Ibu Bapak? Baik, maksud kedatangan saya kesini yaitu
untuk membantu Ibu Bapak dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
Bapak/Ibu. “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini” (pasien: sedih). “Bagaimana
kalau kita berbincang-bincang mengenai perasaan sedih yang Ibu Bapak rasakan saat
ini?” “Menurut Ibu Bapak dimana sebaiknya kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau ditempat ini saja”. “Jika kita berbincang bincang selama 30 menit. Apakah
Bapak/Ibu bersedia?”.

Tahap Kerja
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya mengenai perasaan sedih yang Ibu Bapak
rasakan saat ini”. (Pasien: saya sedih sekali….sejak jari tangan kanan saya
diamputasi, rasanya saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi…. Apalagi menghidupi
keluarga untuk minum saja saya masih butuh bantuan orang lain….). “Saya mengerti
perasaan Ibu Bapak. Sudah berapa lama perasaan itu Ibu Bapak rasakan? “Kalau saya
boleh simpulkan, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan
keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu merasa tidak
ada pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya walaupun sebenarnya masih
memiliki potensi/kemampuan untuk menyelesaikan masalah. “Pak/Bu, bagaimana
kalau saya memberitahu mengenai cara yang baik untuk menyelesaikan masalah?”
“Ada beberapahal yang Bapak/Ibu bisa lakukan. Semisal, Bapak/Ibu menceritakan
masalah kepada orang lain yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang
Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa
mengingat atau menuliskan kemampuan atau hal positif yang dulu pernah Ibu Bapak
lakukan. Coba ingat kembali apa saja hal baik yang dulu pernah bapak/ibu lakukan.
Wah….dulu ternyata bapak/ibu rajin berkebun ya. Baik sekarang buat daftar
sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya. Kegiatan seperti ini berguna untuk
membantu membangkitkan semangat dan harapan Ibu Bapak kembali dalam
menjalani kehidupan.”
Meskipun ibu bapak tidak dapat melakukannya lagi namun bapak/ibu masih bisa
mengajarkannya ke orang lain. Tulis dan buat daftar tersebut, ini akan membuktikan
bahwa ibu bapak masih punya banyak kemampuan yang bermanfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain. Hebat..

Terminasi
Baik… Pak/Bu, bagaimana rasanya setelah kita berbincang-bincang tentang masalah
Ibu Bapak tadi?”. “Coba Ibu Bapak menyebutkan apa sebenamya yang Bapak/Ibu
alami saat ini?”. “Cobalbu/bapak ulangi. Hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah?”. “Bagus sekali Pak/Ibu”. “Baiklah Ibu Bapak, sesuai
dengan janji kita telah berbincang-bincang selama 30 menit. Dan tadi Bapak/Ibu telah
mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah, setelah ini Bapak/Ibu bisa mencoba
untuk mulai menerapkannya. Bagaimana, apa Bapak/bu bersedia melakukannya?”
“Bagus sekali Pak/Bu” Ibu Bapak, bagaimana kalau besok kita berlatih kegiatan
membuat atau menuangkan air minum dari teko air, disini jam 9 pagi? Baiklah bu…
Saya permisi dulu. Assalamualaikum. Selamat Pagi”

Anda mungkin juga menyukai