KEPUTUSASAAN
A. DEFINISI
a. Faktor Genetic: Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan
b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan Mental: Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi
oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi masalah
dan mengalami keputusasaan.
d. Struktur Kepribadian: Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.
2. FAKTOR PRESIPITASI
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat (keluarga)
e. Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman
C. RENTANG RESPON
(Menurut Riyadi, 2009)
a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan”)
b. Sering mengeluh dan Nampak murung.
c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali d. Menunjukkan
kesedihan, afek datar atau tumpul.
d. Menarik diri dari lingkungan.
e. Kontak mata kurang.
f. Mengangkat bahu adalah tanda masa bodoh.
g. Selalu tampak murung atau dalam suasana hati yang biru.
h. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
i. Menurun atau tidak adanya selera makan
j. Peningkatan waktu tidur.
k. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
l. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
m. Berkurangnya keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang berarti
F. PENALATAKSANAAN
a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
b. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacam macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus
asa dan semangat juangnya.
c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat din, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial in hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari
penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan
dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.
e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain, terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan
bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling
sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan
evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.
G. POHON MASALAH
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
(Keliat, 2005)
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko bunuh diri
b. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Harga diri rendah
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Resiko bunuh diri
Tujuan umum: Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
Tindakan:
Tindakan:
Tujuan khusus
Tujuan umum: Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus:
Tindakan:
1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
Tahap Kerja
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya mengenai perasaan sedih yang Ibu Bapak
rasakan saat ini”. (Pasien: saya sedih sekali….sejak jari tangan kanan saya
diamputasi, rasanya saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi…. Apalagi menghidupi
keluarga untuk minum saja saya masih butuh bantuan orang lain….). “Saya mengerti
perasaan Ibu Bapak. Sudah berapa lama perasaan itu Ibu Bapak rasakan? “Kalau saya
boleh simpulkan, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan
keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu merasa tidak
ada pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya walaupun sebenarnya masih
memiliki potensi/kemampuan untuk menyelesaikan masalah. “Pak/Bu, bagaimana
kalau saya memberitahu mengenai cara yang baik untuk menyelesaikan masalah?”
“Ada beberapahal yang Bapak/Ibu bisa lakukan. Semisal, Bapak/Ibu menceritakan
masalah kepada orang lain yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang
Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa
mengingat atau menuliskan kemampuan atau hal positif yang dulu pernah Ibu Bapak
lakukan. Coba ingat kembali apa saja hal baik yang dulu pernah bapak/ibu lakukan.
Wah….dulu ternyata bapak/ibu rajin berkebun ya. Baik sekarang buat daftar
sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya. Kegiatan seperti ini berguna untuk
membantu membangkitkan semangat dan harapan Ibu Bapak kembali dalam
menjalani kehidupan.”
Meskipun ibu bapak tidak dapat melakukannya lagi namun bapak/ibu masih bisa
mengajarkannya ke orang lain. Tulis dan buat daftar tersebut, ini akan membuktikan
bahwa ibu bapak masih punya banyak kemampuan yang bermanfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain. Hebat..
Terminasi
Baik… Pak/Bu, bagaimana rasanya setelah kita berbincang-bincang tentang masalah
Ibu Bapak tadi?”. “Coba Ibu Bapak menyebutkan apa sebenamya yang Bapak/Ibu
alami saat ini?”. “Cobalbu/bapak ulangi. Hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah?”. “Bagus sekali Pak/Ibu”. “Baiklah Ibu Bapak, sesuai
dengan janji kita telah berbincang-bincang selama 30 menit. Dan tadi Bapak/Ibu telah
mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah, setelah ini Bapak/Ibu bisa mencoba
untuk mulai menerapkannya. Bagaimana, apa Bapak/bu bersedia melakukannya?”
“Bagus sekali Pak/Bu” Ibu Bapak, bagaimana kalau besok kita berlatih kegiatan
membuat atau menuangkan air minum dari teko air, disini jam 9 pagi? Baiklah bu…
Saya permisi dulu. Assalamualaikum. Selamat Pagi”