DAFTAR ISI................................................................................................................................... II
Tujuan ....................................................................................................................................III
Pengertian .................................................................................................................................1
Etiologi .....................................................................................................................................1
Konsep kasus……………………………………………………………………………………………………………………………….….2
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………......…34
Kesimpulan…………………………………………………………………………….....…34
Saran ………………………………………………………………………………………..34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..35
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
4
B. Tujuan
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN
Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu merasa
kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa mustahil. Seseorang tersebut tidak akan
memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya, tidak memiliki solusi untuk masalah yang
dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang yang dapat membantuya menyelesaikan
masalahnya (Carpenito, 563).
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa utus asa tidak
mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk
mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang
menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya akibat
kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
BATASAN KARAKTERISTIK
• Penurunan efek
• Kurang inisiatif
6
• Penurunan verbalisasi
ETIOLOGI
a) Faktor kehilangan.
b) Kegagalan yang terus menerus.
c) Faktor Lingkungan.
d) Orang terdekat ( keluarga ).
e) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa).
f) Adanya tekanan hidup.
g) Kurangnya iman.
RENTANG RESPON
7
PENGKAJIAN
FAKTOR PREDISPOSISI
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.
Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV oleh dokter,
pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-uringan saat ada anggota
keluarga yang ingin membujuknya. Ppasien tidak memiliki semangat untuk sembuh, ia
merasa sudah tidak memiliki harapan.
Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien dengan
lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering menggunjingkannya
sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya. Keluarga pasien merasa sangat
sedih karena dukungan dan semnagatnya tidak dapat membuatnya semangat untuk
sembuh. Selain itu, pasien menjadi tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari
keputusasaan yang dialami. Pasien merasa hidupnya tidak akan lama lagi.
FAKTOR PRESIPITASI
1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu makannya.
2. Origin
Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di sekitarnya
Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan lingkungan
dan teman-temannya
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami stress secara
terus-menerus dan berkepanjangan.
8
4. Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien merasa tidak
ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama lagi.
MANIFESTASI KLINIS
Contoh ungkapan :
1. “Lebihbaiksayamenyerahkarenasayatidakmampumemperbaikikeadaan.”
2. “Masadepansayaseolahsuram.”
3. “Sayatidakdapatmembayangkanmasadepansaya 10 tahunkedepan.”
1) Fisiologis :
respon terhadap stimulus melambat
tidak ada energi
tidur bertambah
2) emosional :
individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi
dapat
merasakan
tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan
tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
hampa dan letih
perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
9
tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :
Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan, Penurunan verbalisasi, Penurunan afek,
Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.Ketidakmampuan mencapai sesuatu Hubungan
interpersonal yang terganggu, Proses pikir yang lambat, Kurangnya tanggung jawab terhadap
keputusan dan kehidupannya sendiri.
4) Kognitif :
Anoreksia, BB menurun
2) Emosional:
Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain, Merasa berada diujung
tanduk, Tegang, Muak ( merasa ia tidak bisa), Kehilangan kepuasan terhadap peran
dan hubungan yang ia jalani, Rapuh
2) Individu memperlihatkan:
Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara, Penurunan
motivasi, Keluh kesah, Kemunduran, Sikap pasrah, Depresi
3) Kognitif :
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima,
Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang, Bingung,
10
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif, Distorsi proses pikir dan asosiasi,
Penilaian yang tidak logis
SUMBER KOPING
1) Factor internal :
Umur dimana semakin tinggi umur koping individu yaitu dengan menyerahkan diri atas
apa yang akan terjadi, kesehatan dan energy, komitmen atau tujuan hidup, jenis kelamin
perempuan lebih sensitive dari laki-laki dan perasaan seseorang seperti harga diri
2) Factor eksternal :
Dukungan social, dukungan harga diri, dan dukngan emosi dimana seseorang merasa
dicintai
MEKANISME KOPING
POHON MASALAH
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
– Keputusasaan
– Isolasi social
– Intoleransi aktivitas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
Tindakan keperawatan :
12
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas
4) Latih teknik relaksasi :
a) Tarik napas dalam
b) Distraksi
SP2 Pasien : Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis dir sendiri (latihan 5
jari) dan kegiatan spiritual
Tujuan :
1) Mendiskusikan kondisi pasien : ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,akibat
2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up
13
b) Menjelaskan tujuan interaksi : menjelaskan ansietas pasien dan cara merawat agar
proses peyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat ansietas
pasien
3) Bantu keluarga mengenal ansietas :
a) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejlaa, serta akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien : tidak menambah masalah (stres)
dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yang telah dilatih perawat pada
pasien
c) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta untuk
memotivasi pasien melakukannya.
SP 2 Keluarga : Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus Terkait
Seorang wanita berusia 57 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas
sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Hasil pengkajian : klien memiliki riwayat TB paru sejak
bulan Januari tahun 2017, namun setelah menjalani pengobatan OAT selama 5 bulan, klien putus
obat karena terjadi masalah pada fungsi hatinya akibat dari pengobatan OAT. Kline juga
memiliki riwayat DM type 2. Setahun yang lalu klien pernah jatuh dan sampai saat ini klien tidak
bisa berjalan
Setelah sakit klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, namun saat ini harus
dibantu oleh orang lain. Klien jarang keluar rumah dan lebih senang mengurung diri di kamar.
Klien mengatakan capek, pasrah dengan kondisinya dan ingin mati saja. Menurut klien tidak ada
harapan untuk sembuh lagi. Klien merasa selalu merepotkan orang lain terutama anak-anaknya.
Klien sering menangis, kadang menolak minum obat, sulit konsentrasi dan lebih banyak diam.
B. Keluhan utama :
Faktor predisposisi :
Faktor presipitasi :
Faktor biologis : Klien memiliki riwayat TB paru dan DM type 2, memiliki masalah pada
fungsi hatinya karena pengobatan OAT, pernah jatuh dan sampai saat ini tidak bisa
berjalan.
15
Faktor psikologi : Perasaan sering menangis, sulit konsentrasi, pengalaman masa lalu
kurang menyenangkan dan konsep diri kurang baik.
Faktor sosial budaya : Adanya penolakan minum obat, komunikasi tidak efektif karena
lebih banyak diam, dan kecendrungan melakukan aktivitas dengan bantuan orang lain.
C. Tanda dan gejala
a. Mayor
1. Fisiologis :
Respon terhadap stimulus melambat
Tidak ada energi
Intoleransi aktivitas
2. Emosional :
Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi
dapat merasakan
Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
Lelah dan berserah diri
Perasaan sedih dan menjadi pendiam
Tidak berdaya, tidak mampu dan terperangkap
3. Individu memperlihatkan :
Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam pengeobatan
Penurunan verbalisasi
Penurunan afek/perasaan
Kurangnya ambisi, inisiatif, serta minat
Ketidakmampuan mencapai sesuatu
Hubungan interpersonal yang terganggu
Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.
4. Kognitif :
Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat
keputusan.
Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan
16
Tidak dapat mengenali sumber harapan
b. Minor
1. Fisiologi
Fungsi hati bermasalah
Nafas abnormal
2. Emosional
Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
Merasa berada diujung tanduk
Pesimis (merasa ia tidak bisa)
Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
Rapuh
3. Individu memperlihatkan
Komunikasi terganggu
Penurunan motivasi
Keluh kesah
Konsentrasi menurun
Sikap pasrah
Depresi
4. Kognitif
Penurunan kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu, masa sekarang, masa datang
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
Distorsi proses pikir dan asosiasi
Penilaian yang tidak logis
17
D. Analisa Data
DS DO
– Klien mengatakan pernah jatuh setahun – Keluarga mengatakan pasien jarang keluar
yang lalu dan sampai saat ini tidak dapat rumah dan lebih sering mengurung diri di
berjalan sampai sekarang kamarnya
– Klien mengatakan saat ini sangat – Klien terlihat sering menangis
bergantung dengan orang lain dalam – Klien terlihat kadang menolak minum obat
aktivitas sehari-hari – Klien terlihat sulit konsentrasi
– Klien mengatakan capek, pasrah, dan ingin – Klien terlihat lebih banyak diam
mati saja
– Klien merasa selalu merepotkan orang lain
terutama anak-anaknya
– Klien mengatakan tidak ada harapan untuk
sembuh
E. Diagnosa keperawatan
18
kamarnya
– Klien terlihat sering
menangis
– Klien terlihat sulit
konsentrasi dan lebih banyak
diam
19
konsentrasi dan lebih banyak
diam
F. Intervensi
1. Keputusasaan b.d Penurunan kondisi fisiologis
Intervensi
Tujuan dan Kriteria hasil
Individu Keluarga
Setelah dilakukan tindakan Peningkatan kualitas hidup : Terapi keluarga :
keperawatan 3x24 jam kriteria hasil 1. Bantu pasien untuk 1. Bantu keluarga untuk
yang diharapkan dari menidentifikasi area dari harapan mengidentifikasi area
perkembangan pasien, yaitu : dalam hidup. dari harapan dalam
1. Penerimaan : Status 2. Informasikan pada pasien hidup.
Kesehatan : mengenai apakah situasi yang 2. Ajarkan pengenalan
a. Melaporkan harga diri yang terjadi sekarang bersifat realitas dengan
positif dari tidak pernah sementara. mensurvey situasi dan
dilakukan menjadi sering 3. Demonstrasikan harapan dengan membuat rencana ke
dilakukan menunjukkan bahwa sesuatu depan.
b. Menunjukkan kegembiraan dalam diri pasien adalah sesuatu 3. Jangan memalsukan hal
dari tidak pernah dilakukan yang berharga dan memandang yang sebenarnya
menjadi sering dilakukan bahwa penyakit pasien adalah 4. Dukung hubungan
c. Melaporkan perasaan hanya satu segi dari individu. terapeutik dengan orang
berharga dalam hidup dari 4. Bantu pasien untuk menemukan yang penting bagi
tidak pernah dilakukan dan merevisi tujuan berkaitan pasien.
menjadi sering dilakukan dengan obyek yang diharapkan. 5. Gunakan bahasa yang
2. Keinginan untuk hidup : 5. Bantu pasien mengembangkan sederhana dan konkrit
a. Mengekspresikan keinginan spiritualitas diri. selama interaksi dengan
untuk hidup dari sangat 6. Fasilitasi kaitan antara pasien yang bermasalah
terganggu menjadi tidak kehilangan personal pasien dengan fungsi
terganggu dengan gambaran dirinya. kognitifnya.
b. Mengekspresikan perasaan 7. Fasilitasi untuk mengenang dan 6. Interaksi dengan pasien
dari sangat terganggu menikmati prestasi dan dengan menggunakan
menjadi tidak terganggu pengalaman masa lalu. interval (waktu) yang
c. Mengekspresikan keinginan 8. Libatkan pasien secara aktif pada teratur dalam rangka
untuk hidup dari sangat perawatannya sendiri. menunjukkan perhatian
terganggu menjadi tidak 9. Ajarkan pasien tentang aspek atau menyediakan
terganggu positif mengenai harapan, kesempatan bagi pasien
3. Kualitas hidup : misalnya mengembangkan arti untuk membicarakan
20
a. Kondisi social dari tidak tema pembicaraan yang perasaannya.
puas menjadi cukup puas merefleksikan kasih sayang dan 7. Anjurkan kegiatan
b. Kemampuan koping dari kebutuhan untuk pasien. sosial dan masyarakat.
tidak puas menjadi cukup 10. Ciptakan lingkungan yang 8. Berikan kesempatan
puas memfasilitasi pasien bagi keluarga untuk
c. Konsep diri dari tidak puas melaksanakan praktik agamanya terlibat dalam kelompok
menjadi cukup puas dengan cara yang tepat. pendukung
11. Tentukan apakah pasien
menunjukkan risiko keamanan
pada diri sendiri atau orang lain.
12. Monitor fungsi kognitif
misalnya, konsentrasi, perhatian,
ingatan, kemampuan untuk
memproses informasi, dan
kemampuan pengambilan
keputusan.
13. Monitor dan dukung kepatuhan
pasien dalam berobat.
14. Berikan pendidikan mengenai
pengobatan pada pasien
21
Mengekspresikan perasaan Monitor lingkungan
bersalah secara personal terhadap terjadinya
Mengidentifikasi pikiran perubahan status
negative yang berlebihan keselamatan
Memantau intensitas dan
frekuensi perasaan yang muncul Fasilitasi perasaan bersalah
(5300)
Pandu klien dan
keluarga
mengidentifikasi
perasaan sakit karena
merasa bersalah
Bantu klien dan
keluarga
mengidentifikasi dan
mengkaji situasi
dimana perasaan
bersalah muncul
Bantu klien dan
keluarga
mengidentifikasi
perilaku dalam
menghadapi perasaan
bersalah
Fasilitasi dukungan
spiritual jika
diperlukan
Intervensi
22
sesuai dengan situasi 2. Bantu pasien dalam saling percaya dengan
b. Menunjukkan konsentrasi
mengekspresikan nilai anggota keluarga
c. Mematuhi rejimen
pengobatan kepercayaan dan tujuannya 3. Tentukan kesiapan
d. Menunjukkan ketertarikan
dalam melakukan latihan otot anggota keluarga dalam
pada lingkungan
e. Tidak ada ide bunuh diri dan kesehatan mempelajari keadaan
f. Tidak ada depresi
3. Bantu pasien dalam pasien
menentukan tujuan jangka 4. Ajarkan pemberi
panjang dan jangka pendek perawatan dirumah
yang realisis serta perasaan mengenai terapi pasien
memiliki dari latihan tersebut yang sesuai
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan
atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy
yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya
terlalu berat untuk dijalani (dengan kata lain mustahil). Seseorang yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan
solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa
membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa tidak melihat
adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Sebaliknya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternative untuk
masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkan karena control dan
sumber yang ada.
Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
39
DAFTAR PUSTAKA
Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006).
Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan
WHOStuart, G.W. (2007).
Keliat, B. A., & Akemat. (2010). Model praktek keperawatan Jiwa Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC Nanda, ( 2011) Nursing diagnosa & intervensi
Stuard, G. W. (2013), Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.). Missouri: Mosby,
inc.
40