Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... I

DAFTAR ISI................................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................III

Latar Belakang .......................................................................................................................III

Tujuan ....................................................................................................................................III

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................................1

Pengertian .................................................................................................................................1

Etiologi .....................................................................................................................................1

Konsep kasus……………………………………………………………………………………………………………………………….….2

Teori asuhan keperawatan secara umum ..................................................................................2

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TERKAIT KASUS .....................................................10

Analisa kasus ..........................................................................................................................10

Asuhan keperawatan sesuai kasus ..........................................................................................13

Hasil penelitian asuhan keperawatan……………………………………………………………………………………….……18

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………......…34

Kesimpulan…………………………………………………………………………….....…34

Saran ………………………………………………………………………………………..34

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..35

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanyakemungkinan untuk


memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
membantunya.Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa tidak
melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa
yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya masih dapatmenemukan alternatif atau
untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukansesuatu untuk mewujudkannya karena
kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang
dapat menimbulkankeputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan
keinginanuntuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga
harusmenngunakan resiko bunuh diri.Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam
hidupnya. Hal ini munculdalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih
sering dan lebihumum dirasakan daripada dilaporkan.Keputusasaan sering terlihat pada mereka
yang cenderung kaku dan tidak fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun
perilaku.Keputusasaan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak mampumemandang
kehidupan ke arah yang lebih baik dan cenderung putusasa akan segalakemampuannya,dan
kebanyakan Ungkapan klien mengarah ke situasi kehidupantanpa harapan dan terasa hampa.Dari
semua cobaan dan kesulitan yang kita alami di dalam hidup, mungkinyang paling berbahaya
ialah keputusasaan. Terkadang pengalaman keputusasaan inidinamakan malam yang gelap dalam
jiwa kita. Bila mengalami keputusasaan kitaseperti merasa bahwa semua jenis terang sirnah dan
pergi, lalu kita sendiri sedang berdiri di dalam kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu
penghiburan kecil kalaumasing-masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang
mengalamikeputusasaan pada waktu dan tempat tertentu di dalam hidup, tanpa kecuali.

4
B. Tujuan

Tujuan umum :

Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasiendengan


konsep keputusasaan.

Tujuan khusus :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keputusasaan.


2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab keputusasaan.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala yang ada pada pasien
dengankeputusasaan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan medis pada pasien dengankonsep
keputusasaan.
5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
konsepkeputusasaan.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

PENGERTIAN

Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika seorang


individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta tidak mampu
memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini
memiliki beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang inisiatif, pasif,
meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera makan, kurang kontak mata, dan
sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis,
stress jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan.

Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu merasa
kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa mustahil. Seseorang tersebut tidak akan
memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya, tidak memiliki solusi untuk masalah yang
dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang yang dapat membantuya menyelesaikan
masalahnya (Carpenito, 563).

Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa utus asa tidak
mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk
mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang
menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya akibat
kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

BATASAN KARAKTERISTIK

• Perubahan pola tidur

• Penurunan efek

• Penurunan selera makan

• Kurang inisiatif

• Penurunan respon terhadap stimulus

6
• Penurunan verbalisasi

• Isyarat verbal putus asa

• Kurang keterlibatan dalam asuhan

• Kurang kontak mata

• Menjahui orang yang mengajak bicara

ETIOLOGI

a) Faktor kehilangan.
b) Kegagalan yang terus menerus.
c) Faktor Lingkungan.
d) Orang terdekat ( keluarga ).
e) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa).
f) Adanya tekanan hidup.
g) Kurangnya iman.

RENTANG RESPON

respon adaptif respon maladaptif

Harapan Putus harapan


Yakin Tidak berdaya
Percaya Putus asa
Inspirasi Apatis
Tetap hati Gagal dalam kehidupan
Ragu-ragu
Sedih
Depresi
Bunuh diri

7
PENGKAJIAN

FAKTOR PREDISPOSISI

1. Faktor resiko biologis

Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.

2. Faktor resiko psikologis

Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV oleh dokter,
pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-uringan saat ada anggota
keluarga yang ingin membujuknya. Ppasien tidak memiliki semangat untuk sembuh, ia
merasa sudah tidak memiliki harapan.

3. Faktor resiko sosiokultural

Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien dengan
lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering menggunjingkannya
sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya. Keluarga pasien merasa sangat
sedih karena dukungan dan semnagatnya tidak dapat membuatnya semangat untuk
sembuh. Selain itu, pasien menjadi tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari
keputusasaan yang dialami. Pasien merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

FAKTOR PRESIPITASI

1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu makannya.
2. Origin
 Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di sekitarnya
 Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan lingkungan
dan teman-temannya
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami stress secara
terus-menerus dan berkepanjangan.

8
4. Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien merasa tidak
ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

MANIFESTASI KLINIS

A. Mayor ( harus ada)

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan, dan


berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal
tentang kesedihan.

Contoh ungkapan :

1. “Lebihbaiksayamenyerahkarenasayatidakmampumemperbaikikeadaan.”

2. “Masadepansayaseolahsuram.”

3. “Sayatidakdapatmembayangkanmasadepansaya 10 tahunkedepan.”

4. “Sayasadar, sayatipernahmendapatkanapa yang sayainginkansebelumnya.”

5. “Rasanyasayatidakmungkinmenggapaikepuasandimasa yang akandatang.”

1) Fisiologis :
 respon terhadap stimulus melambat
 tidak ada energi
 tidur bertambah
2) emosional :
 individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi
dapat
 merasakan
 tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan
 tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
 hampa dan letih
 perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
9
 tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.

3) Individu memperlihatkan :

Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan, Penurunan verbalisasi, Penurunan afek,
Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.Ketidakmampuan mencapai sesuatu Hubungan
interpersonal yang terganggu, Proses pikir yang lambat, Kurangnya tanggung jawab terhadap
keputusan dan kehidupannya sendiri.

4) Kognitif :

Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat keputusan,


Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah yang dihadapi saat ini,
Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir, Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali
), Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap, Tidak dapat mengidentifikasi atau
mencapai target dan tujuan yang ditetapkan, Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta
membuat keputusan,Tidak dapat mengenali sumber harapan

B. Minor ( mungkin ada )


1) Fisiologis:

Anoreksia, BB menurun

2) Emosional:

Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain, Merasa berada diujung
tanduk, Tegang, Muak ( merasa ia tidak bisa), Kehilangan kepuasan terhadap peran
dan hubungan yang ia jalani, Rapuh

2) Individu memperlihatkan:
Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara, Penurunan
motivasi, Keluh kesah, Kemunduran, Sikap pasrah, Depresi
3) Kognitif :
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima,
Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang, Bingung,

10
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif, Distorsi proses pikir dan asosiasi,
Penilaian yang tidak logis

SUMBER KOPING

Kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan social dna


dorongan motivasi

1) Factor internal :
Umur dimana semakin tinggi umur koping individu yaitu dengan menyerahkan diri atas
apa yang akan terjadi, kesehatan dan energy, komitmen atau tujuan hidup, jenis kelamin
perempuan lebih sensitive dari laki-laki dan perasaan seseorang seperti harga diri
2) Factor eksternal :
Dukungan social, dukungan harga diri, dan dukngan emosi dimana seseorang merasa
dicintai

MEKANISME KOPING

 Mekanisme koping yang konstrukstif


 Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusasaan
 Beradaptasi dengan lingkungannya
 Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis
 Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat ( Struart, 2011)
 Fokus pada masalah
 Mekanisme koping dektrukstif

POHON MASALAH

Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Gangguan konsep diri : harga


diri rendah kronis
11
DIAGNOSA KEPERAWATAN

– Keputusasaan

– Resiko bunuh diri

– Isolasi social

– Intoleransi aktivitas

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Intervensi Generalis pada Pasien

Tujuan :

1) Pasien ammpu mengenal ansietas


2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
ansietas

Tindakan keperawatan :

1) Mendiskusikan ansietas : penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat


2) Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran dan emosi

SP1 Pasien : Asesmen ansietas dan latihan relaksasi

1) Bina hubungan saling percaya


a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama
pangilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi : melatih pengendalian ansietas agar proses
penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas
3) Bantu pasien mengenal ansietas :
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas

12
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas
4) Latih teknik relaksasi :
a) Tarik napas dalam
b) Distraksi

SP2 Pasien : Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis dir sendiri (latihan 5
jari) dan kegiatan spiritual

1) Pertahakan rasa percaya pasien


a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi
2) Membuat kontrak ulang : latihan pengendalian ansietas
3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual

2. Intervensi Genealis pada Keluarga

Tujuan :

1) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya


2) Keluarganya mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalai ansietas

Tindakan keperawatan pada keluarga

1) Mendiskusikan kondisi pasien : ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,akibat
2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP 1 Keluarga : Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat :

1) Bina hubungan saling percaya


a) Mengucapka salam terapeutik, memperkenalkan diri

13
b) Menjelaskan tujuan interaksi : menjelaskan ansietas pasien dan cara merawat agar
proses peyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat ansietas
pasien
3) Bantu keluarga mengenal ansietas :
a) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejlaa, serta akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien : tidak menambah masalah (stres)
dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yang telah dilatih perawat pada
pasien
c) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta untuk
memotivasi pasien melakukannya.

SP 2 Keluarga : Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up

1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran


keuarga merawat pasien dan kondisi pasien
2) Membuat kontak ulang : latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan
spiritual
4) Diskusikan dnegan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang
perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi, gelisah,
tidak dpat tidur) dan cara merujuk pasien.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus Terkait

Seorang wanita berusia 57 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas
sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Hasil pengkajian : klien memiliki riwayat TB paru sejak
bulan Januari tahun 2017, namun setelah menjalani pengobatan OAT selama 5 bulan, klien putus
obat karena terjadi masalah pada fungsi hatinya akibat dari pengobatan OAT. Kline juga
memiliki riwayat DM type 2. Setahun yang lalu klien pernah jatuh dan sampai saat ini klien tidak
bisa berjalan

Setelah sakit klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, namun saat ini harus
dibantu oleh orang lain. Klien jarang keluar rumah dan lebih senang mengurung diri di kamar.
Klien mengatakan capek, pasrah dengan kondisinya dan ingin mati saja. Menurut klien tidak ada
harapan untuk sembuh lagi. Klien merasa selalu merepotkan orang lain terutama anak-anaknya.
Klien sering menangis, kadang menolak minum obat, sulit konsentrasi dan lebih banyak diam.

B. Keluhan utama :

Faktor predisposisi :

 Faktor biologis : Adanya penyakit infeksi TB paru


 Faktor psikologis : Perasaan lelah, pasrah, keinginan untuk mati, dan tidak memiliki
harapan untuk sembuh lagi
 Faktor sosial dan budaya : Perilaku mengurung diri, perasaan selalu merepotkan orang
lain terutama anak-anaknya

Faktor presipitasi :

 Faktor biologis : Klien memiliki riwayat TB paru dan DM type 2, memiliki masalah pada
fungsi hatinya karena pengobatan OAT, pernah jatuh dan sampai saat ini tidak bisa
berjalan.

15
 Faktor psikologi : Perasaan sering menangis, sulit konsentrasi, pengalaman masa lalu
kurang menyenangkan dan konsep diri kurang baik.
 Faktor sosial budaya : Adanya penolakan minum obat, komunikasi tidak efektif karena
lebih banyak diam, dan kecendrungan melakukan aktivitas dengan bantuan orang lain.
C. Tanda dan gejala
a. Mayor
1. Fisiologis :
 Respon terhadap stimulus melambat
 Tidak ada energi
 Intoleransi aktivitas
2. Emosional :
 Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi
dapat merasakan
 Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
 Lelah dan berserah diri
 Perasaan sedih dan menjadi pendiam
 Tidak berdaya, tidak mampu dan terperangkap
3. Individu memperlihatkan :
 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam pengeobatan
 Penurunan verbalisasi
 Penurunan afek/perasaan
 Kurangnya ambisi, inisiatif, serta minat
 Ketidakmampuan mencapai sesuatu
 Hubungan interpersonal yang terganggu
 Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.
4. Kognitif :
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat
keputusan.
 Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan

16
 Tidak dapat mengenali sumber harapan
b. Minor
1. Fisiologi
 Fungsi hati bermasalah
 Nafas abnormal
2. Emosional
 Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
 Merasa berada diujung tanduk
 Pesimis (merasa ia tidak bisa)
 Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
 Rapuh
3. Individu memperlihatkan
 Komunikasi terganggu
 Penurunan motivasi
 Keluh kesah
 Konsentrasi menurun
 Sikap pasrah
 Depresi
4. Kognitif
 Penurunan kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
 Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu, masa sekarang, masa datang
 Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
 Distorsi proses pikir dan asosiasi
 Penilaian yang tidak logis

17
D. Analisa Data

DS DO

– Klien mengatakan pernah jatuh setahun – Keluarga mengatakan pasien jarang keluar
yang lalu dan sampai saat ini tidak dapat rumah dan lebih sering mengurung diri di
berjalan sampai sekarang kamarnya
– Klien mengatakan saat ini sangat – Klien terlihat sering menangis
bergantung dengan orang lain dalam – Klien terlihat kadang menolak minum obat
aktivitas sehari-hari – Klien terlihat sulit konsentrasi
– Klien mengatakan capek, pasrah, dan ingin – Klien terlihat lebih banyak diam
mati saja
– Klien merasa selalu merepotkan orang lain
terutama anak-anaknya
– Klien mengatakan tidak ada harapan untuk
sembuh

E. Diagnosa keperawatan

Data Masalah Etiologi


Ds : Keputusasaan Penurunan kondisi fisiologis
– Klien mengatakan capek,
pasrah, dan ingin mati saja
– Klien mengatakan tidak ada
harapan untuk sembuh
Do :
– Keluarga mengatakan pasien
jarang keluar rumah dan lebih
sering mengurung diri di

18
kamarnya
– Klien terlihat sering
menangis
– Klien terlihat sulit
konsentrasi dan lebih banyak
diam

Ds : Resiko bunuh diri Penyakit fisik


– Klien mengatakan capek,
pasrah dan ingin mati saja
– Klien mengatakan tidak ada
harapan untuk sembuh
– Klien merasa selalu
merepotkan orang lain
terutama anak-anaknya
Do :
– Keluarga mengatakn pasien
jarang keluar rumah dan lebih
sering mengurung diri di
kamar
– Klien terlihat sering
menangis
– Klien terlihat kadang
menolak minum obat
Ds : Intoleransi aktivitas Imobilitas
– Klien mengatakan pernah
jatuh setahun yang lalu dan
sampai saat ini tidak dapat
berjalan sampai sekarang
– Klien mengatakan saat ini
sangat bergantung dengan
orang lain dalam aktivitas
sehari-hari
Do :
– Klien terlihat sulit

19
konsentrasi dan lebih banyak
diam

F. Intervensi
1. Keputusasaan b.d Penurunan kondisi fisiologis

Intervensi
Tujuan dan Kriteria hasil
Individu Keluarga
Setelah dilakukan tindakan Peningkatan kualitas hidup : Terapi keluarga :
keperawatan 3x24 jam kriteria hasil 1. Bantu pasien untuk 1. Bantu keluarga untuk
yang diharapkan dari menidentifikasi area dari harapan mengidentifikasi area
perkembangan pasien, yaitu : dalam hidup. dari harapan dalam
1. Penerimaan : Status 2. Informasikan pada pasien hidup.
Kesehatan : mengenai apakah situasi yang 2. Ajarkan pengenalan
a. Melaporkan harga diri yang terjadi sekarang bersifat realitas dengan
positif dari tidak pernah sementara. mensurvey situasi dan
dilakukan menjadi sering 3. Demonstrasikan harapan dengan membuat rencana ke
dilakukan menunjukkan bahwa sesuatu depan.
b. Menunjukkan kegembiraan dalam diri pasien adalah sesuatu 3. Jangan memalsukan hal
dari tidak pernah dilakukan yang berharga dan memandang yang sebenarnya
menjadi sering dilakukan bahwa penyakit pasien adalah 4. Dukung hubungan
c. Melaporkan perasaan hanya satu segi dari individu. terapeutik dengan orang
berharga dalam hidup dari 4. Bantu pasien untuk menemukan yang penting bagi
tidak pernah dilakukan dan merevisi tujuan berkaitan pasien.
menjadi sering dilakukan dengan obyek yang diharapkan. 5. Gunakan bahasa yang
2. Keinginan untuk hidup : 5. Bantu pasien mengembangkan sederhana dan konkrit
a. Mengekspresikan keinginan spiritualitas diri. selama interaksi dengan
untuk hidup dari sangat 6. Fasilitasi kaitan antara pasien yang bermasalah
terganggu menjadi tidak kehilangan personal pasien dengan fungsi
terganggu dengan gambaran dirinya. kognitifnya.
b. Mengekspresikan perasaan 7. Fasilitasi untuk mengenang dan 6. Interaksi dengan pasien
dari sangat terganggu menikmati prestasi dan dengan menggunakan
menjadi tidak terganggu pengalaman masa lalu. interval (waktu) yang
c. Mengekspresikan keinginan 8. Libatkan pasien secara aktif pada teratur dalam rangka
untuk hidup dari sangat perawatannya sendiri. menunjukkan perhatian
terganggu menjadi tidak 9. Ajarkan pasien tentang aspek atau menyediakan
terganggu positif mengenai harapan, kesempatan bagi pasien
3. Kualitas hidup : misalnya mengembangkan arti untuk membicarakan

20
a. Kondisi social dari tidak tema pembicaraan yang perasaannya.
puas menjadi cukup puas merefleksikan kasih sayang dan 7. Anjurkan kegiatan
b. Kemampuan koping dari kebutuhan untuk pasien. sosial dan masyarakat.
tidak puas menjadi cukup 10. Ciptakan lingkungan yang 8. Berikan kesempatan
puas memfasilitasi pasien bagi keluarga untuk
c. Konsep diri dari tidak puas melaksanakan praktik agamanya terlibat dalam kelompok
menjadi cukup puas dengan cara yang tepat. pendukung
11. Tentukan apakah pasien
menunjukkan risiko keamanan
pada diri sendiri atau orang lain.
12. Monitor fungsi kognitif
misalnya, konsentrasi, perhatian,
ingatan, kemampuan untuk
memproses informasi, dan
kemampuan pengambilan
keputusan.
13. Monitor dan dukung kepatuhan
pasien dalam berobat.
14. Berikan pendidikan mengenai
pengobatan pada pasien

2. Intoleransi aktivitas b.d penyakit fisik

Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Mandiri Keluarga
Menahan diri dari bunuh diri (1408) Pengurangan Kecemasan Terapi keluarga (7150)
 Mengekpresikan perasaan (5820)  Gunakan riwayat
marah, kesepian dan  Gunakan pendekatan keluarga untuk
keputusasaan secara asertif yang tenang dan mendukung diskusi
 Mengekspresikan harapan meyakinkan keluarga
hidup  Pahami situasi krisis  Tentukan pola
 Mempertahankan jalinan yang terjadi dari komunikasi dalam
hubungan perspektif klien keluarga
 Verbalisasi ide-ide bunuh diri  Lalukan usapan pada  Identifikasi gangguan
Kontrol diri terhadap impuls (1405) punggung dan leher khusus terkait dengan
 Mengidentifikasi perilaku secara tepat harapan peran
impulsive yang berbahaya Manajemen lingkungan :  Identifikasi area
 Mengidentifikasi perasaan dan keselamatan (6486) ketidakpuasan dan/atau
perilaku yang mengarah pada  Identifikasi hal-hal konflik
tindakan impulsive yang membahayakan  Bantu anggota
 Mendapatkan bantuan ketika di lingkungan keluarga
merasakan impuls  Modifikasi lingkungan berkomunikasi lebih
Resolusi rasa bersalah (1310) untuk meminimalkan efektif
 Menyatakan penyebab rasa bahan berbahaya dan
bersalah beresiko

21
 Mengekspresikan perasaan  Monitor lingkungan
bersalah secara personal terhadap terjadinya
 Mengidentifikasi pikiran perubahan status
negative yang berlebihan keselamatan
 Memantau intensitas dan
frekuensi perasaan yang muncul Fasilitasi perasaan bersalah
(5300)
 Pandu klien dan
keluarga
mengidentifikasi
perasaan sakit karena
merasa bersalah
 Bantu klien dan
keluarga
mengidentifikasi dan
mengkaji situasi
dimana perasaan
bersalah muncul
 Bantu klien dan
keluarga
mengidentifikasi
perilaku dalam
menghadapi perasaan
bersalah
 Fasilitasi dukungan
spiritual jika
diperlukan

3. Intoleransi aktivitas b.d penyakit fisik

Intervensi

Tujuan dan Kriteria hasil Individu Keluarga

Setelah dilakukan tindakan Peningkatan kualitas hidup : Mobilisasi keluarga :


keperawatan 3x24 jam kriteria hasil
1. Dapatkan persetujuan medis 1. Jadilah pendengar yang
yang diharapkan dari
untuk melakukan program baik untuk anggota
perkembangan pasien, yaitu :
latuhan kekuatan jika keluarga
1. Energi Psikomotor (0006) diperlukan 2. Bangun hubungan
a. Menunjukan afek yang

22
sesuai dengan situasi 2. Bantu pasien dalam saling percaya dengan
b. Menunjukkan konsentrasi
mengekspresikan nilai anggota keluarga
c. Mematuhi rejimen
pengobatan kepercayaan dan tujuannya 3. Tentukan kesiapan
d. Menunjukkan ketertarikan
dalam melakukan latihan otot anggota keluarga dalam
pada lingkungan
e. Tidak ada ide bunuh diri dan kesehatan mempelajari keadaan
f. Tidak ada depresi
3. Bantu pasien dalam pasien
menentukan tujuan jangka 4. Ajarkan pemberi
panjang dan jangka pendek perawatan dirumah
yang realisis serta perasaan mengenai terapi pasien
memiliki dari latihan tersebut yang sesuai

G. HASIL-HASIL PENELITIAN ASKEP PADA PASIEN YANG MENGALAMI


KEPUTUSASAAN

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan
atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy
yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya
terlalu berat untuk dijalani (dengan kata lain mustahil). Seseorang yang tidak memiliki harapan
tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan
solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa
membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa tidak melihat
adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Sebaliknya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternative untuk
masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkan karena control dan
sumber yang ada.

Saran
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

39
DAFTAR PUSTAKA

Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006).
Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan
WHOStuart, G.W. (2007).

Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A., & Akemat. (2010). Model praktek keperawatan Jiwa Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC Nanda, ( 2011) Nursing diagnosa & intervensi

Stuard, G. W. (2013), Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.). Missouri: Mosby,
inc.

40

Anda mungkin juga menyukai