Anda di halaman 1dari 15

Bab 9

permintaan pemerintah: prinsip-prinsip perpajakan

Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan penerimaan
bukan pajak. penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari
Pinjaman pemerintah baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri, penerimaan dari
badan usaha milik pemerintah, penerimaan dari lelang dan sebagainya.

Penerimaan pemerintah lainnya adalah pajak. Pada adalah suatu pungutan yang merupakan hak
prerogatif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang, pungutan yang dapat
dipaksakan kepada subjek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan
penggunanya. Pajak penghasilan yang diterima pemerintah tidak akan dapat ditunjukkan
penggunaannya, akan dipakai untuk apa, apakah untuk membayar upah dan gaji pegawai negeri,
untuk membeli barang/ jasa, atau untuk membayar utang pemerintah. Sebaliknya, sambutan
pemerintah karena pembayaran menerima jasa tertentu dari pemerintah disebut dengan retribusi,
Misalnya saja pungutan parkir, pembayaran listrik dan sebagainya.

Masalah penerimaan pemerintah dari sektor non Pajak kurang mendapat perhatian karena asal usul
dan pertanggung jawabannya sudah jelas. Berbeda dengan penerimaan negara dari pajak yang
selalu mendapat perhatian yang besar oleh karena dari sektor pajak ini timbul dua hal yang
sebenarnya merupakan akibat dari adanya aktivitas pemerintah, yaitu:

1) Siapakah yang membayar pajak ( wajib pajak), dan


2) Siapakah yang pada akhirnya menderita beban pajak.

Aspek yang pertama kurang menarik bagi para ahli keuangan negara, oleh karena telah jelas pihak-
pihak yang membayar suatu pajak tertentu ya itu orang atau badan yang disebut dalam undang-
undang pajak.

Aspek kedua, Siapa yang sedang menderita beban pajak karena pihak yang membayar pajak
mungkin bukanlah pihak yang menderita beban pajak hal ini terjadi apabila wajib pajak mampu
melimpahkan seluruh beban pajak kepada pihak lain. Misalnya pajak yang dikenakan kepada suatu
badan perseroan, beban pajak tersebut bisa diderita oleh pemilik modal ataupun konsumen yang
membuat harga harga hasil produksi naik sebesar pajak. Namun, pada tersebut juga dapat diderita
oleh pemilik faktor produksi apabila penerimaan bersih Para pemilik faktor produksi menurun. Teori
yang menganalisis pihak yang menderita bahan padat disebut teori insidens pajak ( teks insidens
theory). Pada umumnya Ada tiga konsep beban pajak, yaitu: insiden pajak absolut, insidens pada
anggaran berimbang atau Balance budget insidence dan insidens pajak diferensial atau diferensial
insidence. Perbedaan ketiga unsur tersebut terletak pada pola pengeluaran pemerintah. Dalam
mengenakan pajak, pemerintah dapat menggunakan berbagai jenis pajak dan perbedaan setiap jenis
pajak tersebut dapat dibedakan karena adanya perbedaan pada titik pengenaan pajak sebagaimana
dapat dilihat pada diagram 9. 1. Yang menunjukkan aliran lingkaran suatu perekonomian yang
sederhana.

Pada diagram 9. 1. Dapat dijelaskan bahwa sektor rumah tangga menerima barang dan jasa dari
sektor bisnis dan memberikan faktor-faktor produksi kepada sektor bisnis untuk proses produksi.
Uang merupakan kebalikan dari arus barang atau jasa dan faktor-faktor produksi. Pada titik 1
pemerintah mengenakan pajak pembelian perusahaan akan faktor-faktor produksi, misalnya pajak
pertambahan nilai (VAT).

Diagram 9.1.
Pada titik 2adalah pengenaan pajak pada pendapatan rumah tangga atau pajak penghasilan,
sedangkan pada titik 3 adalah pajak pengeluaran rumah tangga atau adalah pajak pengeluaran
rumah tangga atau expenditure tax dan pada titik 4 adalah pengenaan pajak terhadap total
penjualan perusahaan. Jenis pajak juga diterangkan pada diagram 9. 1. Yaitu pada kekayaan atau
property tax yaitu pada titik 2, Cukai pada umumnya dikenakan pada titik 4 dan pajak perseroan
dikenakan pada. 1.

Pada model sederhana ini, pemerintah mengenakan pajak pada titik manapun yang akan
menimbulkan pengaruh yang sama terhadap rumah tangga. Apabila pajak dikenakan pada total
pendapatan sektor rumah tangga yaitu. 3 maka jumlah uang yang dapat digunakan oleh sektor
rumah tangga akan turun. Apabila jumlah pajak yang sama dikenakan pada titik 2, pendapatan siap
dibelanjakan atau pendapatan siap dibelanjakan atau disposible income sektor rumah tangga
berkurang, walaupun pendapatan perorangan atau personal income tidak berkurang ( dalam model
ini pendapatan perorangan adalah total penerimaan dari pengeluaran jasa faktor-faktor produksi).
Apabila pajak dikenakan pada titik 4, maka pendapatan perorangan, pendapatan siap dibelanjakan,
dan total pengeluaran rumah tangga tidak dipengaruhi oleh pajak, akan tetapi nilai nyata
pendapatan sektor rumah tangga akan menurun sebab harga barang atau jasa naik sebesar jumlah
pajak. Oleh karena itu, dalam model ini dapat ditunjukkan bahwa di mana pun pemerintah
mengenakan pajak atau jenis pada apapun, beban pajak selalu diderita oleh sektor rumah tangga.

Model lingkar di atas juga menyebabkan bahwa beban pajak bukan hanya dari sektor rumah tangga
Tetapi juga sektor perusahaan yaitu apabila dikenakan pajak pada titik 1 akan mengurangi jumlah
faktor produksi yang dapat digunakan oleh sektor perusahaan dan apabila pada titik 2 maka akan
menaikkan harga faktor-faktor produksi dan sebagainya. Sehingga akhirnya penerimaan perusahaan
akan jatuh pada pemilik perusahaan atau pada karyawan yang merupakan anggota sektor rumah
tangga yang menderita beban akhir pajak. Contoh di atas yaitu pajak di titik 1 dan 4 digeser ke sektor
rumah tangga sedangkan pajak Pajak pada sektor rumah tangga yaitu di titik 2 tidak digeserkan.
Apabila setiap rumah tangga menerima seluruh pendapatan yang dari penjualan faktor-faktor
produksi dan menggunakan seluruhnya untuk membeli barang dan jasa jasa maka pajak umum akan
membebani sektor rumah tangga secara proporsional terhadap total pendapatan sektor rumah
tangga. Banyak pajak yang sifatnya khusus seperti Cukai rokok akan membebani anggota anggota
rumah tangga secara berbeda-beda yaitu hanya terhadap anggota rumah tangga yang merokok saja.

Insidens pajak ( teks insidence) dan distribusi pendapatan

Karena wajib pajak dapat menggeser beban pajak sebagian atau seluruhnya kepada orang lain maka
Seorang ekonom penting dalam melakukan identifikasi insidens pajak. Musgrave membedakan
analisis insidens pajak menjadi tiga yaitu:

1. Insidens pada berimbang( balanced budget insidence)


2. Insidens pada diferensial ( diferensial insidence)
3. Insiden pajak absolut ( Absolute incidence)

Insidens pada anggaran berimbang

Insiden ini adalah pengaruh distributif suatu pajak terhadap pengeluaran pemerintah yang dibiayai
dari penerimaan penerimaan pajak dalam suatu jumlah yang sama dengan konsep yang dijelaskan
pada diagram 9.2.4 cc yang menunjukkan jumlah produksi maksimum pakaian dan makanan yang
dapat dihasilkan dengan menggunakan seluruh faktor-faktor produksi yang ada atau production
possibility Curve) dengan anggapan bahwa hanya Kedua jenis barang tersebut yang dihasilkan dalam
suatu perekonomian.

Misalnya, keseimbangan awal terjadi pada titik E, yaitu pada titik bersinggungan kurva cc dengan
kurva DD yang merupakan kurva indefferens sosial. Di misalkan selanjutnya pemerintah membuat
program yang membutuhkan sumber tempur ekonomi untuk membuat jalan akibatnya pemerintah
harus mengambil faktor produksi yang sedang digunakan untuk memproduksi pakaian dan makanan,
sehingga program pemerintah tersebut menyebabkan produksi pakaian dan makanan yang dapat
dihasilkan menjadi berkurang. Keadaan ini ditunjukkan oleh kurva kemungkinan produksi EE yang
lebih kecil dari kurva CC. Misalnya dengan adanya program pemerintah tersebut titik keseimbangan
masyarakat terjadi pada titik E1. Analisis insidens pajak yang dilakukan dengan meneliti mengenai
distribusi masyarakat yang terjadi apabila pemerintah dalam membangun jalan tersebut
menggunakan kebijakan anggaran berimbang, itu jumlah yang diambil oleh pemerintah seluruhnya
dikembalikan lagi kepada masyarakat. Insidens pajak anggaran berimbang yaitu antara pajak dan
pengeluaran pemerintah dilakukan dengan melakukan perbandingan antara distribusi pendapatan
masyarakat yang terjadi di titik E ( yaitu sebelum ada program pemerintah) dan distribusi
pendapatan masyarakat yang ditunjukkan pada titik E 1 (yaitu setelah pemerintah membangun jalan
dengan menggunakan anggaran berimbang).

Diagram9.2.

pendekatan anggaran berimbang ini tidak dapat digunakan untuk membahas perubahan
pendapatan masyarakat di titik . Insiden pajak dengan anggaran berimbang menunjukkan bagaimana
biaya suatu program pemerintah didistribusikan diantara para anggota masyarakat. Kelemahan
analisis insiden pada anggaran berimbang terjadi karena hanya dapat menganalisis insiden
sepanjang dari segi penerimaan dan pengeluaran pemerintah sebagai suatu aktivitas keseluruhan
dan tidak dapat menganalisis dampak distribusi suatu jenis pajak terhadap satu aktivitas pemerintah
saja.

Insidens pajak absolut (absolute insidece)

Analisis ini hanya melihat pengaruh satu jenis pajak misalnya pajak pendapatan terhadap distribusi
pendapatan masyarakat tanpa melihat distributif jenis-jenis pajak lainnya atau efek distributif dari
suatu program pemerintah atau pun pengeluaran pemerintah.

Misalnya hanya dapat menganalisis dampak redistributif pada penghasilan saja.

Insidens pajak diferensial ( diferensial insidence)

Insidens pajak diferensial menganalisis berbagai alternatif pembiayaan dengan pajak akan suatu
program pemerintah. Misalnya pemerintah akan membuat suatu jalan berharga Rp 1 milliya. Jumlah
rp 1 miliar tersebut dapat diperoleh dari berbagai jenis pajak misalnya cukai, pajak penghasilan atau
pajak pertambahan nilai. Insiden sepakat diferensial menganalisis pengaruh berbagai jenis pajak
yang dipungut untuk membiayai suatu program tertentu terhadap distribusi penghasilan
masyarakat. Misalnya dalam program pembuatan jalan pemerintah mempertimbangkan pada yang
manakah yang lebih baik untuk membiayai program tersebut apakah menggunakan pajak
penghasilan atau cukai. Contohnya titik E1 pada titik 9.1. Menunjukkan keseimbangan masyarakat
apabila pemerintah mengenakan pajak penghasilan pada titik E 2 masukkan kambangan masyarakat
dapat bila pemerintah mengenakan cukai. Insiden pajak diferensial menganalisis perbedaan
distribusi pendapatan masyarakat di titik E 1 dan titik E2. Insiden sajak diferensial tidak menghiraukan
pengeluaran pemerintah arab pengeluaran pemerintah dianggap konstan sehingga analisis insiden
pajak diferensial hanya menganalisis pengaruh distribusi penerimaan pemerintah dari berbagai jenis
pajak. Oleh karena itu maka is insiden pajak diferensial mengharukan suatu jenis pajak sebagai dasar
perbandingan, yang biasanya adalah pajak pendapatan dengan tarif yang proporsional.

Pendekatan pada analisis insidens pajak ( tax incedencwe)

Dalam analisis ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan keseimbangan parsial
atau dan pendekatan keseimbangan ke umum. Pendekatan kesetimbangan parsial adalah suatu
pendekatan dimana yang dianalisis adalah distribusi pendapatan yang terjadi dalam suatu pasar saja
sebagai akibat adanya suatu pajak

Analisis insiden pendekatan keseimbangan umum menganalisis pengaruh suatu jenis pada dalam
satu pasar terhadap keseimbangan pasar pasar lainnya yang terkait dengan pihak yang dikenakan
pajak tersebut.

Insidens pajak keseimbangan parsial

Analisis dan tepat jalan menggunakan pendekatan keseimbangan parcel hanya melihat membuat
akhir suatu jenis pajak dalam suatu pasar saja sehingga analisis edisi dance pajak keseimbangan
parsial tidak dapat dipergunakan untuk menganalisis pajak penjualan umum yaitu pada penjualan
dikenakan pada semua jenis barang.

Ada dua jenis pajak penjualan yaitu pajak athfal lorem dan pajak peri unit. Pajak advan lorem adalah
pada penjualan yang dikenakan berdasarkan nilai sedangkan pajak penjualan peri unit adalah pada
yang dikenal ke berdasarkan jumlah unit barang yang dijual.

Dampak pajak penjualan dengan tarif advalorem dan pajak per unit adalah sama-sama mendorong
kurva penawaran ke atas, hanya perbedaan kalau pada pajak penjualan advalorem kurva penawaran
bergeser ke atas tidak sejajar dengan kurva penawaran sebelum adanya pajak penjualan, sedangkan
pada pajak penjualan per unit pergeseran kurva penawaran terjadi ke atas sejajar dengan kurva
penawaran sebelum ada pajak penjualan akan tetapi analisis insidens pajaknya tidak berbeda.

Apabila pemerintah mengenakan pajak penjualan atas suatu barang maka yang membayar adalah
konsumen. Tujuan ini akan menjadi lebih jelas lagi dianalisis dengan menggunakan Cukai atas suatu
barang. Sebetulnya pajak penjualan dan cukai kedua-duanya adalah sama yaitu termasuk pajak tidak
langsung, akan tetapi ada dua perbedaan yang mendasar antara kedua jenis pajak tersebut yaitu:

1. Cukai dikenakan pada barang terbatas


2. Cukai dimaksudkan untuk mengendalikan atau membatasi konsumsi masyarakat akan suatu
barang

Secara ekonomis pajak tidak langsung didefinisikan sebagai jenis-jenis pajak yang bebannya
diharapkan agar diderita oleh konsumen Sedangkan pajak langsung adalah pajak yang bebannya
diderita oleh wajib pajak atau orang yang dimaksud dalam undang-undang. Ditinjau dari segi
administrasi maka pajak langsung adalah jenis-jenis pajak yang mempunyai dua ciri berikut:

1. Mempunyai surat pemberitahuan pajak atau SPT


2. Dipungut berkali-kali
Ditinjau dari segi administrasi maka pajak tidak memenuhi kedua ciri di atas disebut dengan pajak
tidak langsung. Akan tetapi dari pandangan ilmu ekonomi publik didefinisikan ekonomi di atas
tidaklah tepat karena dapat atau tidaknya suatu pajak digeser kepada pihak lain tergantung dari
faktor faktor ekonomi. Jadi, tidaklah selalu terjadi bahwa yang disebut dengan pajak tidak langsung
misalnya pajak penjualan menjadi pajaknya sebagian atau seluruhnya menjadi beban konsumen.
Untuk mengetahui Siapakah yang menderita beban pajak diperlukan suatu analisis insiden pajak.

Cukai Rokok dapat dikenakan pada tahap produsen, pada tahap distribusi dan pada tahap penjualan
akhir pada konsumen.

dapat atau tidaknya suatu pajak digeserkan kepada konsumen tergantung pada empat faktor
ekonomi:

1. Elastisitas penawaran
2. Elastisitas permintaan
3. Bentuk pasar
4. Motivasi pengusaha

Pajak penjualan pada pasar persaingan sempurna

Misalnya kita akan menganalisis insidens Cukai tembakau dan kita sampaikan bahwa tembakau
hanya digunakan untuk pembuatan rokok. Kita juga asumsikan bahwa produksi rokok mempunyai
struktur biaya tetap kurva penawaran rokok sejajar dengan sumbu datar Sebagaimana terlihat dalam
diagram 9.3.11 dikenakan Cukai tembakau, harga rokok sebesar Rp400 dan keseimbangan terjadi
pada 100000000 barang rokok, titik potong antara permintaan dengan penawaran. Pada harga rokok
sebesar Rp400 setelah rokok dikenakan Cukai sebesar Rp200 maka kurva penawaran akan bergeser
ke atas pada harga rokok sebesar Rp600 kenaikan kurva penawaran tersebut menyebabkan
perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran terjadi pada jumlah rokok yang lebih kecil
yaitu sebanyak 80 juta barang. Penerimaan pemerintah dari Cukai sebesar 16 miliar, yaitu jumlah
rokok yang dijual 80000000 unit dikalikan dengan tarif Cukai sebesar Rp200 yang ditunjukkan oleh
area H1 H2 AB.

Akibat adanya Cukai sebesar Rp200 maka harga rokok yang tadinya Rp400 sekarang menjadi Rp600
yang berarti konsumen rokok harus membayar harga rokok yang lebih mahal Rp200 yaitu besarnya
Cukai rokok. Berarti Cukai rokok seluruhnya dibebankan kepada konsumen, walaupun Cukai rokok
tersebut dibayarkan kepada pemerintah oleh produsen rokok, atau produsen Rokok dapat
menggeser seluruh beban Cukai rokok kepada konsumen. Kesimpulan itu benar karena kurva
penawaran sejajar dengan sumbu datar sehingga kenaikan harga rokok adalah sebesar cukainya
yaitu Rp200 jadi produsen rokok yang menjadi pihak yang membayar pajak kepada pemerintah
dapat menggeser beban Cukai tembakau tersebut kepada konsumen rokok dengan menaikkan harga
penjualan. Apabila produsen tidak mampu menaikkan harga barang produksinya, prediksi dosen
tidak dapat menggeser beban pajak kepada konsumen sehingga produsen lah yang harus
menanggung beban Cukai seluruhnya.

Diagram 9.3.

Apabila kurva penawaran tidak sejajar dengan sumbu datar ataupun sumbu tegak maka produsen
akan dapat menggeser beban pokok sebagian kepada konsumen seperti yang terlihat pada diagram
9.4.11 adanya Cukai keseimbangan terjadi pada titik D, yaitu pada tingkat harga H1 dan jumlah
produksi rokok sebesar j1 bungkus per tahun.
Adanya juga yang menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas sehingga keseimbangan baru
terjadi pada titik A yaitu pada harga H2 dan jumlah rokok sebesar J2. Jarak AC menunjukkan
besarnya Cukai yang dikenakan pada setiap bungkus rokok yang dihasilkan.

pada diagram 9.4.18 bawa harga rokok naik dari 1 menjadi H2 atau sebesar AB, sedangkan besarnya
Cukai adalah jarak AC, sehingga terlihat bahwa kenaikan harga rokok per unit barang lebih kecil
daripada tarif Cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah. Dalam hal ini produsen rokok dikatakan
hanya mampu menggeser sebagian saja dari beban Cukai kepada konsumen yaitu sebesar AB
sedangkan Cukai sebesar AC ke AB per unit rokok menjadi beban bagi produsen. Penerimaan
pemerintah dari cuka ditunjukkan oleh daerah. H3CAH2.

Diagram 9.4.

Dari diagram 9.3. dan 9.4. Dapat disimpulkan bahwa semakin elastis kurva penawaran suatu
barang, semakin besar beban cuka yang dapat digeserkan oleh produsen kepada konsumen, dan
sebaliknya. Berhasil tidaknya seorang produsen Untuk menggeser beban pajak kepada konsumen
tidak hanya ditentukan oleh aktivitas penawaran, tetapi juga ditentukan oleh elastisitas permintaan.
Hal ini dapat dilihat pada Diagram 9.5.2 diagram 95.5. Terlihat bahwa ada dua kurva permintaan
yaitu D1 dan D2. Pemerintah mengenakan Cukai sehingga kurva penawaran bergeser sejajar dari s0
menjadi S1.

Pada kurva permintaan D1, kenaikan harga rokok sebagai akibat pengenaan Cukai sebesar H1 H2,
sedangkan pada kurva permintaan D 2 kenaikan akibat dikenakan Cukai sebesar H3H4. Kita dapat
melihat bahwa ada jarak H1H2 lebih besar dari jarak H3H4 yang menunjukkan bahwa produsen akan
lebih mudah Untuk menggeser beban Cukai kepada konsumen apabila rokok mempunyai elastisitas
permintaan yang rendah dan akan lebih sukar menghantar beban pajak kepada konsumen apabila
elastisitas permintaan rokok tinggi.

Diagram 9. 5.

Jadi, dalam hal pajak penjualan dan cukai pernyataan pemerintah bahwa pajak penjualan dan cukai
sepenuhnya dibayar oleh konsumen, artinya dengan menyatakan permintaan akan barang yang
dikenakan pajak atau kain tersebut mempunyai elastisitas sama dengan nol atau mempunyai
elastisitas penawaran sama dengan tak terhingga. Dalam kenyataannya sangat sedikit barang yang
mempunyai elastisitas sama dengan nol karena itu berarti bahwa barang tersebut sangat berharga
bagi konsumen sehingga berapapun harganya konsumen bersedia membeli barang tersebut dalam
jumlah yang sama atau struktur biaya produksi menunjukkan constant cost. Apabila kedua sisi
tersebut tidak terpenuhi maka pajak tidak langsung hanya dapat digeserkan kepada konsumen
sebagian saja dan tidak seluruhnya. Beban pajak yang diderita konsumen atau produsen yang lebih
besar tergantung pada elastisitas kurva permintaan dan elastisitas kurva penawaran.

Pajak penjualan pada pasar monopoli

Analisis insidens pajak server sel dapat pula digunakan untuk menganalisis distribusi beban pajak
penjualan pada pasar monopoli. Sebelum pemerintah mengenakan pajak penjualan atas tembakau,
produsen rokok menghadapi kurva permintaan yang ditunjukkan oleh kurva Ar = d 1 pada diagram
9.6. Apabila produsen bertujuan untuk memaksimumkan tingkat produksi dimana biaya Marginal
sama dengan permintaan Marginal atau MC = Mr dan harga OH0. Apabila D1 akan bergeser ke kiri
menjadi kurva D 2 dan kurva Mr 1 menjadi kurva Mr 2. Kurva d 1 sekarang menunjukkan harga yang
harus dibayar oleh konsumen pada setiap jumlah barang sedangkan kurva D 2 kurva d 1 sekarang
menunjukkan harga yang harus dibayar oleh konsumen pada setiap jumlah barang sedangkan kurva
D 2 menunjukkan harga yang diterima oleh produsen untuk kurva D1 sekarang menunjukkan harga
yang harus dibayar oleh konsumen pada setiap jumlah barang sedangkan kurva D2 menunjukkan
harga yang diterima oleh produsen untuk setiap jumlah barang yang dijual perbedaan antara D1 dan
D2 adalah t, untuk kasus pajak penjualan pada pasar monopoli lebih mudah membuat analisa
dengan menggeser kurva permintaan ke bawah sebab kurva MC tidak menunjukkan kurva
penawaran.

Dengan adanya pajak penjualan maka posisi keuntungan maksimum bagi produsen berubah dan
jumlah produksi juga berubah yaitu tu tu dari Oke OQ0 menjadi OQ1 dan harga rokok menjadi mahal
yaitu dari OH0 menjadi OH1 sehingga sebagian pajak digeser kepada konsumen. Walaupun produsen
mempunyai motivasi keuntungan maksimum dan ia bertindak sebagai seorang monopolis, tetapi
produsen tidak dapat menggeserkan seluruh beban pada terhadap konsumen dan produsen juga
harus menanggung beban pajak. Hal ini terlihat bahwa keuntungan produsen sebelum terkena pajak
sebesar ABCH0, dan setelah pajak menjadi DEFG.

Diagram 9.6.

Pajak penjualan pada pasar tidak sempurna

Pada jenis pasar persaingan tidak sempurna pengaruh pajak terhadap harga sangat sulit ditentukan.
Seorang pengusaha pada pasar persaingan tidak sempurna akan menggeser beban pajak kepada
konsumen atau tidak tergantung pada reaksi produsen lainnya. Apabila seorang produsen berusaha
Untuk menggeser beban pajak kepada konsumen dengan jalan menaikkan harga Sedangkan
produsen produsen lain tidak menaikkan harga jual maka produsen tersebut akan kehilangan pangsa
pasar sehingga pengusaha dalam pasar persaingan tidak sempurna akan merasa enggan untuk
menaikkan harga apabila dia memperkirakan produsen lain tidak menaikkan harga. Pengenaan suatu
pajak penjualan tidak dapat dibebankan secara keseluruhan kepada konsumen. Pergeseran beban
pajak tergantung pada berbagai faktor yang telah dijelaskan di atas.

Pajak penghasilan

Pajak penghasilan dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu pajak Pendapatan perseorangan dan
pajak perseroan. Walaupun secara administratif Kedua jenis pajak ini diklasifikasikan dalam pajak
langsung yang tidak dimaksudkan untuk digeserkan kepada pihak lain, tetapi pada kenyataannya
pada tersebut mungkin dapat digeserkan kepada pihak lain oleh wajib pajak.

Pajak Pendapatan perseorangan

Pajak Pendapatan perseorangan dikenakan pada setiap orang yang memperoleh pendapatan di atas
pendapatan kena pajak dalam suatu periode tertentu dalam hal ini diasumsikan bahwa upah yang
diterima individu tergantung dari jumlah jam kerja orang tersebut.

Pada diagram 9.7 titik sumbu tegak menunjukkan besarnya penghasilan sedangkan Sumber data
menentukan jumlah jam kerja. Kurva D1 D1 menunjukkan jumlah tenaga kerja yang diminta
sedangkan kurva SS adalah kurva penawaran tenaga kerja. Keseimbangan konsumen terjadi pada
perpotongan kurva penawaran SS dan kurva penawaran D1 D1 yaitu pada titik E. Apabila individu
tersebut dikenakan pajak pendapatan dengan tarif proporsional maka kurva D1 D1 akan berputar ke
bawah menjadi D2 D2. Sekarang kurva D1 D1 menunjukkan kurva permintaan yang dihadapi
produsen dan kurva D2 D2 adalah kurva permintaan yang dihadapi karyawan karena bagi karyawan
yang penting Bukankah upah bruto tetapi upah neto. Dengan dikenakannya pajak atas penghasilan
karyawan, maka tingkat upah yang ditunjukkan oleh kurva D1 D1 yang semula sekaligus
menunjukkan upah neto dan upah bruto, dengan dikenakannya pajak pendapatan maka sekarang
hanya menunjukkan tingkat upah bruto.

Diagram 9.7.

Kurva D2D2 menunjukkan tingkat lupa neto yang diterima karyawan dan kurva inilah yang
diperhatikan oleh karyawan. Keseimbangan yang baru terjadi pada titik a dengan jumlah jam kerja
lebih sedikit. Adanya banyak menyebabkan penghasilan bruto naik dari OU0 menjadi OU1. Beban
pajak penghasilan yang ditanggung karyawan hanya sebesar yang berarti karyawan mampu
menggeserkan beban pajak sebesar BC dari total pajak sebesar AB kepada majikan.

Pajak penghasilan badan

Pajak pendapatan badan dikenakan pada Keuntungan yang diperoleh suatu badan hukum dalam
satu periode tertentu. Dapat atau tidaknya pajak perseroan digetarkan kepada konsumen
tergantung pada struktur pasar dan motivasi pengusaha.

Pajak perseroan pada pasar persaingan sempurna

Pada pasar persaingan sempurna seorang pengusaha yang dikenakan pajak perseroan dalam jangka
pendek tidak dapat membesarkan beban pajak tersebut kepada konsumen karena pasar persaingan
sempurna produsen tidak dapat mempengaruhi harga tidak dapat berpindah usaha jenis usaha lain
yang tidak dikenakan pajak perseroan. Sedangkan dalam jangka panjang semua pengusaha yang
berada pada pasar persaingan sempurna akan berada dalam keseimbangan jangka panjang dana
tidak memperoleh keuntungan ekonomi. Tidak ada pajak perseroan yang diperoleh pengusaha
karena mereka tidak memperoleh suatu keuntungan ekonomi.

Perseroan pada pasar monopoli

Besarnya nya pajak perseroan yang dikenakan pada keuntungan perseroan tergantung pada
motivasi pengusaha dalam pasar monopoli. Apabila pengusaha mempunyai motivasi keuntungan
maksimum maka ia akan menetapkan produksi di mana MC = Mr. Karena keuntungan adalah
perbedaan antara tr-Tc, pajak perseroan tidak mempengaruhi biaya total maupun penerimaan total
sehingga pajak perseroan tidak mengubah posisi keuntungan maksimum. Karena pasar monopoli
harganya bisa berubah apabila produsen menambah atau mengurangi jumlah barang yang
dihasilkan maka pajak perseroan yang tidak mengubah posisi produksi perusahaan boleh juga tidak
akan menyebabkan kenaikan harga sehingga pasar tersebut tidak dapat digeser kepada konsumen
lain yang artinya pajak perseroan sepenuhnya menjadi beban produsen.

Pada dinding 9.8.0 lihat kurva TC,TR, dan kurva OAB, ya Allah apabila manajer menginginkan
penjualan maksimum maka jumlah barang yang harus dijual sebesar OQ1.

Pengurangan penjualan atau produksi akan menyebabkan kenaikan harga barang dan pasar
monopoli atau pasar persaingan sempurna. Disimpulkan bahwa tujuan suatu perseroan yang bukan
pencapaian tingkat keuntungan maksimum akan menyebabkan pengurangan penjualan apabila
keuntungan maksimum akan menyebabkan pengurangan penjualan apabila perseroan tersebut
dikenakan pajak perseroan. Berarti pajak perseroan dapat digeserkan sebagian atau seluruhnya
kepada konsumen yang harus membayar barang dengan harga yang lebih tinggi. Seberapa banyak
jumlah pada yang ada gitu kepada konsumen, sebagian atau seluruhnya, ada ada pasar monopoli
tergantung dari elastisitas permintaan akan barang yang dihasilkan. Semakin elastis kurva
permintaan maka semakin sedikit pajak perseroan yang dapat tiga gerakan kepada konsumen.

Diagram. 9.8
Keseimbangan parsial dengan insiden pajak diferensial maka dibuat asumsi bahwa pajak lain yang
digantikan oleh Cukai rokok tidak mempengaruhi permintaan dan penawaran akan rokok. Untuk
mengertikan analisis insidens pajak keseimbangan parsial dengan insiden pajak anggaran berimbang
maka diasumsikan bahwa pengeluaran pemerintah tidak mempengaruhi permintaan dan penawaran
akan rokok.

Jadi dalam membuat asumsi maka kita mengabaikan pengaruh Cukai rokok terhadap pasar-pasar
yang lain seperti pasar faktor produksi atau pasar barang lainnya. Hal ini terlihat pada diagram 9.4.
Dimana analisis insidens pajak hanya dapat melihat bagaimana beban pajak didistribusikan antara
produsen dan konsumen suatu barang saja. Analisis insiden pajak dengan pendekatan parsial
ekuilibrium juga tidak mampu melihat Bagaimana pengaruh dari Cukai rokok terhadap penggunaan
barang-barang lainnya, Apakah beban Cukai rokok dibebankan pada konsumen barang barang
lainnya. Karena keterbatasan analisis insiden pajak dengan pendekatan keseimbangan parsial ini
maka para ahli ekonomi sejak semula sudah merasa tidak puas dengan pendekatan tersebut walau
demikian mereka tidak mampu membuat analisis lain yang lebih baik.

Insidens pajak pendekatan keseimbangan umum

Pendekatan ini tidak saja melihat alokasi beban pajak pada sektor yang dikenakan suatu pajak, tetapi
juga pada sektor-sektor lainnya yang berhubungan. Adanya kenaikan harga bensin yang disebabkan
karena Cukai relatif terhadap harga barang lainnya yang menyebabkan permintaan akan barang lain
juga mengalami kenaikan sehingga harga barang lain akan naik. Sebagai akibat dikenakannya Cukai
bensin maka industri-industri yang permintaannya menurun akan mengurangi permintaan akan
Tenaga Kerja dan modal sedangkan industri yang permintaannya mengalami kenaikan akan
menaikkan permintaan Tenaga Kerja dan modal. Apabila semua industri mempunyai intensitas
faktor yang sama maka perubahan permintaan akan barang barang konsumsi hanya menyebabkan
realokasi faktor-faktor produksi dan laba atau rugi pada beberapa industri.

Akan tetapi asumsi bahwa semua istri mempunyai intensitas faktor produksi yang sama adalah tidak
realistis dalam suatu perekonomian terdapat industri yang padat moal. Untuk menganalisis insidens
pajak dengan model keseimbangan umum maka kita dapat menggunakan model dengan dua vektor
dan dua jenis faktor produksi untuk menyederhanakan analisis.

Misalnya dalam suatu perekonomian hanya ada dua sektor yaitu sektor X dan Y. Kedua sektor
tersebut hanya menggunakan dua faktor produksi yaitu modal dan tenaga kerja atau K dan l. Dalam
model insiden pajak keseimbangan umum ada 9 jenis Pajak yang dipungut oleh pemerintah yaitu:

1. tKu
2. t
3. t
4. t
5. t
6. t
7. t
8. t
9. t

Jenis pajak yang pertama sampai keempat disebut pajak faktor parsial karena dikenakan pada
pemilik faktor produksi dalam satu Jakarta jam. Timbangan jenis pajak diatas mempunyai
keterkaitan satu dengan yang lainnya sebagai berikut
Jenis matriks di atas dapat dilihat bahwa untuk menganalisis 3 jenis pajak dalam setiap baris atau
kolom maka dapat disimpulkan dengan menambah atau mengurangi satu jenis pajak dengan jenis
pajak lainnya kita hanya perlu mengetahui dua jenis pajak dan dapat diketahui secara langsung suatu
perekonomian kita hanya perlu menganalisis secara mendalam 4 jenis pajak dari 9 jenis keseluruhan
pajak yaitu t y, TM, TL dan TK X.

Model analisis insidens pajak dengan pendekatan keseimbangan umum sebagaimana dikemukakan
oleh harberger menggunakan asumsi berikut:

1. Dalam perekonomian hanya ada 2 faktor produksi yaitu l dan K.


2. Faktor produksi l&k dipergunakan untuk memproduksi barang yang dihasilkan sektor X dan Y
gimana penggunaan kedua faktor produksi tersebut dapat saling menggantikan satu sama
lain.
3. Dalam setiap sektor proses produksi yang digunakan mempunyai sifat constant return to
scale.
4. Faktor intensitas di kedua sektor berbeda-beda
5. Faktor produksi tenaga kerja dan modal kedua-duanya dipergunakan sepenuhnya dalam
proses produksi dan mempunyai mobilitas sempurna di antara ke dua sektor.
6. Analisa insidens pada keseimbangan umum adalah insiden pajak diferensial yaitu analisa
mengenai efek distribusi suatu pajak yang dikenakan untuk menggantikan pajak lain dalam
jumlah yang sama.
7. Semua orang di asumsikan mempunyai frekuensi yang sama

Analisa berbagai jenis pajak dengan model keseimbangan umum

Asumsi di atas merupakan asumsi yang sangat menyeramkan akan model insidens pada
keseimbangan umum, dan sangat berguna untuk menganalisis beban akhir suatu pajak.

Pajak atas barang y (tY)

Apabila suatu pajak dikenakan pada sektor y maka barang y akan naik relatif terhadap barang lain,
sehingga Konsumen akan mengurangi konsumsi barang y dan barang lain akan naik misalkan X. Pajak
yang dikenakan pada penjualan Suatu barang akan menyebabkan turunnya harga faktor produksi
yang digunakan secara intensif dalam proses produksi untuk menghasilkan barang tersebut.

Turunnya harga barang barang modal tergantung dari tiga faktor

1. Elastisitas permintaan akan barang y


2. Perbedaan faktor intensitas di kedua sektor
3. Elastisitas substitusi faktor produksi di sektor X

Karena kita membuat asumsi bahwa preferensi setiap orang identik maka tidak ada pengaruh pada
dari segi penggunaan pendapatan. Apabila kita melepas asumsi ini maka individu yang
mengkonsumsi barang y dalam jumlah besar akan menderita beban pajak lebih besar dari individu
lain yang mengkonsumsi barang dalam jumlah yang lebih sedikit. Beban akhir total dari pajak atas
barang ya haruslah dilihat dari segi penggunaan dan segi penerimaan pendapatan.

Pajak pendapatan (tM)

Pajak pendapatan sama dengan pajak atas modal dan tenaga kerja dengan tarif yang sama. Warna
diasumsikan bahwa penawaran faktor-faktor produksi tidak berubah, maka pajak pendapatan
sepenuhnya akan menjadi beban pemilik faktor-faktor produksi karena tidak dapat digeserkan
kepada pihak yang lain.

Pajak atas upah karyawan (tL)

Pajak penghasilan karyawan dikenakan atas upah karyawan baik di sektor X maupun di sektor y,
karena itu tidak ada hasrat karyawan untuk menghindari pajak dengan bekerja di sektor lain dan
diasumsikan bahwa penawaran faktor-faktor produksi tidak berubah maka pajak atas upah juga
tidak dapat digeserkan kepada konsumen maupun kepada pemilik faktor produksi lain.

Pada atas untuk modal di satu sektor (tKy)

Apabila pajak dikenakan pada pemilik modal dalam satu hari saja maka akan terjadi dua efek yaitu
efek yaitu efek output dan efek substitusi. Kedua efek ini dapat dijelaskan dengan diagram 9.9.
Menyebabkan harga barang y naik sehingga jumlah yang diminta menjadi berkurang. Apabila sektor
yang menggunakan teknik produksi yang padat modal maka relatif lebih banyak model yang dilepas
oleh vektor y dibanding dengan tenaga kerja. Kedua faktor produksi yang dilepas oleh dalam sektor
tersebut harus diserap oleh sehingga harga relatif modal terhadap upah menjadi turun.

Efek substitusi jelas menunjukkan turunnya harga relatif modal apabila kedua faktor produksi K dan l
dapat disubstitusikan satu sama lain.

Jadi efek total suatu pajak atas modal dalam vektor Y yang padat modal akan menyebabkan sewa
modal turun. Tetapi apabila sektor y merupakan sektor pada tenaga maka fokus dan efek substitusi
akan saling berlawanan sehingga pengaruh pajak tersebut pada sewa input modal hanya bisa
diketahui dengan melakukan studi empiris. Efek dari suatu pajak yang dikenakan pada modal sektor
yang ditunjukkan dalam diagram 9.9.

Diagram 9.9.

prinsip pengenaan pajak

Prinsip pengenaan pajak yang baik telah dikemukakan oleh Adam Smith dengan Canon of taxation
dan para ahli keuangan negara lainnya. Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi beberapa
kriteria berikut:

1. Distribusi dari beban pajak harus adil,


2. Banyak pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan ekonomi,
3. Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi di sektor swasta,
4. Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiskal untuk tujuan stabilisasi
dan pertumbuhan ekonomi,
5. Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak,
6. Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya harus sesedikit mungkin
7. Kepastian,
8. Dapat dilaksanakan
9. Dapat diterima

Dalam membahas masalah keadilan sistem pajak ada 2 prinsip keadilan yang digunakan yaitu prinsip
manfaat dan prinsip kemampuan membayar.

Prinsip manfaat dalam perpajakan

Menurut prinsip ini setiap orang harus membayar pajak sebesar manfaat yang diterima dari aktivitas
pemerintah artinya prinsip manfaat sesuai dengan insidens keseimbangan anggaran kedua-duanya
Berdasarkan model pertukaran sukarela. Pada diagram 9.10. Kita anggap bahwa pemerintah dapat
menyediakan suatu barang misalnya Jalan Raya dengan AC dan MC sebesar op, dan jalan raya yang
dibuat sepanjang Om km per tahun. Kurva permintaan akan Jalan Raya sepanjang Om KM
ditunjukkan oleh kurva da dan jumlah permintaan B ditunjukkan oleh kurva Db.

Diagram 9. 10.

Untuk menyediakan jalan sepanjang OM Km A bersedia membayar seharga OP1 dan B bersedia
membayar harga op 2 di mana OP1 + OP2 = OP.

Dalam bidang seperti ini model pertukaran sukarela ini tidak dapat digunakan untuk menetapkan
besarnya pajak yang harus dibayar oleh setiap orang karena tidak ada seorangpun yang bersedia
menyatakan kesukarelaan akan barang yang disediakan oleh pemerintah.

Prinsip kemampuan membayar

Menurut ini, setiap orang harus membayar bagiannya sesuai dengan kemampuannya untuk
membayar. Untuk dijadikan suatu prinsip perpajakan yang selama ini 2 harus menggunakan suatu
ukuran operasional untuk mengukur kemampuan seseorang untuk membayar pajak. Ukuran yang
biasanya dipakai untuk mengukur kemampuan seseorang dalam membayar pajak adalah
pendapatan, pengeluaran konsumsi dan kekayaan.

Walaupun ketiganya merupakan ukuran kemakmuran seseorang namun pada umumnya ukuran
yang dipakai dalam pendapatan, saya nggak punya kemampuan membayar akhirnya diukur dengan
suatu konsep pengorbanan sebagai fungsi dari pendapatan seseorang yang dibayarkan sebagai
panjang.

Kurva A B pada diagram 9.11. Tempat menunjukkan kepuasan total atas pendapatan seseorang.
Semakin besar pendapatan seseorang semakin tinggi pula kepuasan total orang tersebut. Misalnya A
pendapatannya sebesar OC dan B mempunyai pendapatan sebesar OD pada diagram 9.11. Kepuasan
Marginal A1 penghasilan terbesar dan kepuasan Marginal B sebesar JH sedangkan kepuasan total a
sebesar c dan kepuasan total B sebesar DG.

Pemerintah mengharapkan penerimaan pajak pendapatan sebesar HZ dari A dan B.

Diagram 9.11

Konsep kesamaan absolut

Konsep persamaan aku selalu menyatakan bahwa distribusi pajak haruslah sedemikian rupa
sehingga pengurangan kepuasan total diantara kedua orang tersebut sama besarnya. Pengurangan
kepuasan total yang dialami oleh a sebesar m dan b sebesar GK. Menurut konsep kekuasaan Absolut
ini harus membayar pajak sebesar DM atau FN sedangkan B harus membayar pajak sebesar KP atau
HL. Total penerimaan pajak sebesar Hz, di mana Hz = FN+ HL.
Konsep persamaan proporsional

Untuk kesamaan proporsional menyatakan bahwa pengenaan pajak harus sedemikian rupa sehingga
proporsi dari pengeluaran kepuasan total antara kedua orang tersebut sama besarnya. Makanya
pemerintah ingin mendapatkan pajak sebesar Hz. Menurut konsep ini, a harus membayar pajak
sebesar FR dan Badu sebesar HLagi Ahmad. Proporsi pengurangan kepuasan kedua orang tersebut
sama besarnya, yaitu GK/GD lagi Badu dan EQ/EC, gimana GK/GD = EQ/EC.

Konsep persamaan pengorbanan Marjinal

Pada konsep persamaan pengorbanan Marjinal, beban pajak didistribusikan sedemikian rupa di
antara a dan b sehingga kepuasan total sesudah dikurangi pajak antara kedua orang tersebut sama
besarnya.

Dalam diagram 9.12 dalam teori ekonomi mikro, menunjukkan penurunan kepuasan Marginal
berlaku untuk konsumsi suatu barang seperti sepatu, makanan dan sebagainya. Dari diagram 9.12.0
lihat bahwa Ahmad dan Badu dianggap mempunyai kurva kepuasan total identik. Jadi dalam analisis
di atas dianggap bahwa sejumlah uang atau pendapatan yang sama memberikan kepuasan yang
sama bagi kedua orang tersebut. Sampai saat ini teori ekonomi tidak mampu mengukur tingkat
kepuasan seseorang akan suatu barang atau uang lebih lagi melakukan perbandingan kepuasan dari
dua orang yang berbeda.

Pada tabel 9.1 dapat dilihat jumlah pajak secara Absolut meningkat dengan semakin Tingginya
tingkat pendapatan, tetapi secara relatif tidaklah demikian. Pada struktur pajak yang progresif, A
pajak dengan tarif 10% sedangkan B sebesar 20% dan C sebesar 26,67%. .

Tabel 9.1.

Perang ekonomi dan politisi menyukai struktur pajak yang progresif oleh karena struktur pajak yang
demikian itu menyebabkan distribusi pendapatan menjadi lebih merata.

Beban lebih pajak

Persyaratan lain dari suatu pajak yang baik adalah beban lebih pada skala seminimal mungkin. Beban
lebih pajak adalah kerugian masyarakat dengan adanya suatu pajak yang tidak dapat
dikompensasikan.

Beban lebih ( excess burden) pada pendekatan parsial

Misalnya rokok dikenakan Cukai sehingga kurva penawaran bergeser ke atas sebagaimana
ditunjukkan dalam diagram 9.13 titik keseimbangan yang semula terjadi pada titik c dengan adanya
Cukai pindah ke titik a dan jumlah barang yang dibeli berkurang dari Oj1 menjadi Oj2.

Sumbangan pembelian dan penjualan rokok sebesar j2j satu ini akan menyebabkan pengurangan
penggunaan faktor produksi untuk kemudian dialihkan penggunaannya untuk menghasilkan barang-
barang lain.

Pada industri yang mempunyai struktur biaya konstan besarnya beban lebih pajak sebesar:

Diagram 9.13.
Apabila bentuk kurva penawaran mempunyai slope yang positif maka selain elastisitas permintaan
besarnya beban lebih dari suatu pajak juga tergantung dari besarnya elastisitas penawaran dari
barang yang dikenai pajak tersebut. Semakin tinggi elastisitas penawaran suatu barang semakin
besar pula beban lebih suatu pajak yang dikenakan pada barang tersebut.

Hubungan antara beban lebih dan elastisitas permintaan

besarnya beban lebih berkaitan sangat erat dengan adanya aktivitas permintaan. Hubungan tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:

DWL =

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa besarnya beban lebih tergantung dari beberapa faktor
yaitu permintaan tarif pajak jumlah barang dan harga barang.

Apabila industri yang dikenakan pajak tidak mempunyai struktur biaya konstan maka beban lebih
tersebut harus memperhitungkan berkurangnya surplus konsumen dan surplus produsen. Karena itu
rumus di atas berubah menjadi:

DWL=

Beban lebih ( excess burden) pada pendapatan keseimbangan umum

Analisis mengenai beban lebih yang diuraikan di atas merupakan analisis dalam suatu pasar hanya
atau artikel equilibrium analisis, pada uraian diatas kita tidak melihat Bagaimana akibat dari
pengenaan Cukai atas suatu barang terhadap barang lainnya yang merupakan barang substitusi atau
barang komplementer dari barang yang dikenai cukai. Oleh karena itu, penghitungan beban lebih
dengan pendekatan keseimbangan parsial akan menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi karena
tidak memperhitungkan dampaknya terhadap pasar-pasar lainnya yang terkait. Untuk melihat
Bagaimana perhitungan beban lebih dengan memperhatikan pasar lainnya yang terkait digunakan
Indonesia keseimbangan umum.

Itu kan ada dua jenis barang yaitu X dan Y dimana X dan Y merupakan substitusi satu dan lainnya
misalnya x adalah minyak kelapa dan Y adalah minyak jagung. Ditampilkan lebih lanjut bahwa y telah
dikenakan Cukai dan kita ingin menganalisa beban lebih dari satu pajak yang dikenakan terhadap
barang X. Diasumsikan kedua barang tersebut mempunyai struktur biaya tetap.

Diagram 9.14

Sebelum barang X dikenakan cukai, keseimbangan terjadi pada titik a dan titik B pada diagram 9.14.0
pengenaan Cukai pada barang X menyebabkan kurva penawaran akan barang X bergeser keatas dan
harga menjadi sebesar oh2, sehingga masyarakat menderita beban lebih sebesar Def. Keuntungan
total masyarakat yang terjadi karena dan cukai barang X sebesar y 1 AB Y 2, sedangkan biaya faktor-
faktor produksi untuk menghasilkan tambahan barang y sebesar y1 Y2 CG, dan keuntungan Neta
masyarakat dari tambahan barang y sebesar area abcg. Jadi perubahan ksatria masyarakat dari
adanya Cukai terhadap barang x adalah:

Seandainya kita memperhitungkan beban lebih dari cuka yang dikenakan pada barang X dan Y maka
peluang kesejahteraan masyarakat adalah sebesar:
Perhitungan beban lebih dengan pendekatan indifferens

Pada diagram 9.15 sumbu datar menunjukkan jumlah barang X sedangkan sumbu tegak
menunjukkan jumlah barang-barang lain. Garis AB menunjukkan jumlah Kedua jenis barang yang
dapat diperoleh dengan sejumlah uang tertentu.

Diagram 9.15.

Keseimbangan konsumen terjadi pada titik e yaitu pada persinggungan garis AB dan kurva indiferens.

Apabila X dikenakan pajak maka dengan pendapatan yang sama barang yang dapat dibeli lebih akan
sedikit dan garis anggaran berputar dari kiri menjadi AC.

Keseimbangan konsumen berubah dari titik A ke d dan konsumen mengkonsumsi barang X sebesar
oj1. Penerimaan pemerintah dari Cukai sebesar DE.

Kriteria sistem pajak lainnya

Beberapa kriteria suatu sistem pajak yang baik lainnya adalah unsur kepastian, biaya administrasi
yang minimal, pelaksanaan dan dapat diterima oleh masyarakat.

Aktivitas investasi yang dilaksanakan oleh masyarakat memerlukan biaya yang sangat besar dan
penuh resiko sehingga Para investor seharusnya mendapat kepastian akan besarnya pajak yang
harus.

Biaya administrasi melaksanakan suatu jenis pajak yang merupakan biaya pemungutan pengenaan
pajak haruslah diusahakan seminimal mungkin. Suatu sistem yang baik haruslah dapat dilaksanakan
dan dipaksakan. Pemerintah harus dapat meneliti usaha-usaha wajib pajak untuk menghindari
dirinya dari pembayaran pajak.

Selain kriteria yang telah disebutkan kriteria lain adalah bahwa suatu sistem pajak juga harus dapat
diterima oleh masyarakat sebab suatu sistem pajak yang tidak dapat diterima oleh masyarakat akan
menyebabkan usaha-usaha Untuk menghindarkan diri dari pajak yang lebih besar.

Upaya masyarakat Untuk menghindarkan pajak merupakan suatu hal yang sangat dalam mengingat
pajak merupakan suatu pungutan paksaan dan sesuatu yang dipaksakan pastilah akan menimbulkan
reaksi negatif. Upaya penghindaran pajak oleh masyarakat dapat dilakukan secara legal dan secara
tidak legal.

Anda mungkin juga menyukai