Disusun oleh :
9965123277
Kelompok 2
BANDUNG
2014
IV. TUJUAN PRAKTIKUM :
a. Dapat mengetahui prosedur kalibrasi alat ukur gelas berupa buret, pipet seukuran, dan labu
ukur dengan benar.
b. Dapat melakukan kalibrasi alat ukur gelas berupa buret, pipet seukuran, dan labu ukur dengan
benar.
V. PRINSIP PERCOBAAN :
a. Buret
Berat dari volume aqua DM yang dikeluarkan oleh buret diukur, dan kemudian dibandingkan dengan
berat jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan. Pengerjaan pada skala interval 5
sampai 25, sehingga dapat ditemtukan nilai ketepatannya.
b. Pipet Seukuran
Berat dari volume aqua DM yang dikeluarkan oleh pipet seukuran diukur, kemudian dibandingkan
dengan berat jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan sehingga dapat ditentukan
nilai ketepatannya.
c. Labu Ukur
Berat dari volum aqua Dm dari labu ukur yang telah diketahui beratnya diukur. Kemudian
dibandingkan dengan berat jenis air pada suhu pengukuran volume tersebut dilakukan, sehingga
dapat ditentukan nilai ketepatannya.
VI. DASAR TEORI :
PENDAHULUAN
Secara umum kalibrasi mempunyai pengertian sebagai rangkaian kegiatan membandingkan hasil
pengukuran suatu alat dengan alat standar yang sesuai untuk menentukan besarnya koreksi
pengukuran alat serta ketidakpastiannya. Dalam pengertian ini alat standar yang digunakan juga
harus terkalibrasi dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi. Dengan demikian maka besarnya koreksi
pengukuran alat dapat ditelusurkan ke standar nasional atau standar internasional dengan suatu
mata rantai kegiatan kalibrasi yang tidak terputus.
Alat ukur yang telah dikalibrasi tidak akan secara terus menerus berlaku masa kalibrasinya, karena
peralatan tersebut selama masa penggunaanya pasti mengalami perubahan spesifikasi akibat
pengaruh frekuensi pemakaian, lingkungan penyim-panan, cara pemakaian, dan sebagainya. Untuk
itulah selama berlakunya masa kalibrasi alat bersangkutan perlu dipelihara ketelusurannya dengan
cara perawatan dan cek antara secara periodik.
Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang
sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar lagi dengan
adanya pengaruh lingkungan, operator, serta metode pengukuran. Padahal dalam menghasilkan
hasil pengukuran tersebut sangat diharapkan bahwa setiap alat ukur yang digunakan dimanapun
memberikan hasil ukur yang sama dalam kaitannya dengan keperluan keamanan, kesehatan,
transaksi, dan keselamatan.
Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan yang sama, alat ukur tersebut perlu
mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau standar internasional. Cara untuk
memberikan jaminan bahwa alat yang digunakan mempunyai ketelusuran kepada standar nasional
adalah dengan melakukan kalibrasi terhadap alat tersebut. Lebih dari itu untuk memelihara
ketelusuran tersebut perlu dilakukan perawatan alat dalam selang kalibrasi tertentu.
Dalam penerapan standar ISO/IEC 17025 : 2005, kiranya upaya-upaya untuk menyamakan persepsi
bagi semua pihak terkait perlu dilaksanakan. Ketelusuran pengukuran tidak hanya sekedar menjadi
persyaratan administratif, melainkan telah menjadi kebutuhan teknis yang mendasar terutama
dengan diwajibkannya mencantumkan estimasi ketidakpastian dalam hasil uji.
Tujuan Kalibrasi
Manfaat Kalibrasi
· Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya
· Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan
laboratorium dan produksi yang dimiliki.
· Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukkan oleh alat ukur.
· Nilai Koreksi/Penyimpangan
· Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium yang
terakreditasi
· Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, aliran
udara, dan kedap getaran
· Perangkat baru
· Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
METODE PERHITUNGAN 1
Untuk mendapatkan hasil pengukuran massa yang akurat, efek buoyancy (daya apung benda
akibar aliran udara) harus di koreksi terlebih dahulu. .Udara pada keadaan standar dengan keadaan
saat ditimbang itu beda. Sehingga menyebabkan sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut
menyebabkan perbedaan buoyancy pada alat alat tersebut (tingkatan keseimbangan pada saat
kedua objek itu mempunyai massa yang sama ) .Hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan :
Data massa air sebenarnya (M) di konversi ke dalam bentuk volume(ml) dengan
menggunakan tabel masa jenis air pada suhu kalibrasi .Termometer yang digunakan juga harus
terkalibrasi agar hasil yang diperoleh akurat. Konversi dapat menggunakan rumus
Dimana : M = massa air sebenarnya (g)
10 0.9997026
11 0.9996084
12 0.9995004
13 0.9993801
14 0.9992474
15 0.9991026
16 0.9989460
17 0.9987779
18 0.9985986
19 0.9984082
20 0.9982071
21 0.9979955
22 0.9977735
23 0.9975415
24 0.9972995
25 0.9970479
26 0.9967867
27 0.9965162
28 0.9962365
29 0.9959478
30 0.9956502
Setelah mendapatkan volume air pada suhu percobaan(Vo) ,kemudian volume tersebut
dikoreksi pada suhu baku alat atau batas suhu yang tertera pada alat tersebut.
Koreksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien ekspansi termal air atau juga koefisien
muai gelas ,dengan rumus :
Koefisien muai beberapa material alat volumetrik dapat dilihat dalam tabel di bawah ini yang diambil
dari ASTM E-542 – 01 APPENDIX Tabel X1.3 :
Untuk mengetahui seberapa besar keselahan dari hasil pengukuran maka dapat dihitung persen
kesalahan .Dimana persen kesalahan itu adalahan kesalahan mutlak terhadap nilai yang sebenarnya
dikalikan 100% , dan kesalahan mutlak itu sendiri adalah selisih hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya, oleh karena itu diperoleh rumus persen kesalahan yaitu :
Dalam suatu pengukuran yang terpenting adalah sampai sejauh mana kesalahan tersebut masih
dapat diterima .Penerimaan suatu kesalahan yang muncul dalam suatu pengukuran sering
diistilahkan dengan toleransi .Secara matematika, toleransi dalam pengukuran adalah selisih hasil
pengukuran terbesar yang dapat diterima dengan hasil pengukuran terkecil yang dapat diterima.
Maka diperoleh rumus :
Menurut ASTM E694 – Standard Practice for Calibration of Laboratory Volumetric Apparatus. Berikut
adalah tabel data toleransi pada setiap alat pada suhu 20 oC
1. Buret
Kapasitas (ml) Toleransi (ml)
5 0.01
10 0.02
25 0.03
50 0.05
100 0.20
2. Pipet Seukuran
0.5 0.006
1 0.006
2 0.006
5 0.01
10 0.02
20 0.03
25 0.03
50 0.05
100 0.08
3. Labu Ukur
5 0.02
10 0.02
25 0.03
50 0.05
100 0.08
250 0.12
500 0.20
1000 0.30
2000 0.50
Menurut ASTM E 694 ,dengan pengecualian gelas ukur toleransi untuk alat alat kelas B pada
umunya 2 kali dari alat alat kelas A,
METODE PERHITUNGAN 2
Faktor Koreksi
Suhu (T) FK
24°C 1,0038
25°C 1,0040
26°C 1,0042
27°C 1,0045
A. Alat :
1. Buret 25 ml
2. Pipet seukuran 5 ml
3. Labu ukur 25 ml
5. Botol Timbang
7. Neraca Analitik
B. Bahan :
1. Aqua DM
2. Alkohol 95%
3. Kertas isap
VIII. RANGKAIAN ALAT :
Buret
Pipet
seukuran
Labu ukur
IX. PROSEDUR KERJA
A. Kalibrasi Buret
1. Labu ukur dicuci hingga bersih. Labu ukur kosong tersebut ditimbang.
2. Labu ukur yg sudah diketahui beratnya diisi dengan aqua dm dan ditanda bataskan.
X. DIAGRAM ALIR :
A. Buret 25 ml
B. Pipet Seukuran 5 ml
C. Labu Ukur 25 ml
XI. DATA PENGAMATAN :
A. Buret 25 ml
Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
0 ml – 5 ml 5 ml – 10 10 ml – 15 10 ml – 15 10 ml – 15
ml ml ml ml
Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml
Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Vt(V pada suhu baku alat) 4,9626 ml 5.0102 ml 5,0147 ml 4,9233 ml 4,9626 ml
Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
0 ml – 5 ml 5 ml – 10 10 ml – 15 10 ml – 15 10 ml – 15
ml ml ml ml
Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml
Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Vt(V pada suhu baku alat) 5,0144 ml 5.0012 ml 5,0277 ml 4,9757 ml 4,9820 ml
Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
0 ml – 5 ml 5 ml – 10 10 ml – 15 10 ml – 15 10 ml – 15
ml ml ml ml
Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml
Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Vt(V pada suhu baku alat) 5,0147 ml 5,0202 ml 5,0009 ml 5,0119 ml 4,9927 ml
B. Pipet Seukuran 5 ml
Pengamatan ke 1 2 3
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml
C. Labu Ukur 25 ml
Pengamatan ke 1 2 3
Vyang dipindahkan 25 ml 25 ml 25 ml
A. Buret 25 ml
0 ml – 5 5 ml – 10 10 ml – 15 10 ml – 15 10 ml – 15
ml ml ml ml ml
Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml
Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
0 ml – 5 5 ml – 10 10 ml – 15 10 ml – 15 10 ml – 15
ml ml ml ml ml
Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml
Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Pengamatan ke 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
0 ml – 5 5 ml – 10 10 ml – 15 10 ml – 15 10 ml – 15
ml ml ml ml ml
Vawal 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml
Vakhir 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
B. Pipet Seukuran 5 ml
Pengamatan ke 1 2 3
Vyang dipindahkan 5 ml 5 ml 5 ml
C. Labu Ukur 25 ml
Pengamatan ke 1 2 3
Vyang dipindahkan 25 ml 25 ml 25 ml
XII. PEMBAHASAN :
1. Alat yang akan dikalibrasi haruslah benar benar bersih dan kering . Supaya hasil yang di
dapatkan akurat ,cermat ,dan teliti
2. Pengukuran yang dilakualan yaitu pengukuran berulang ,dimana pengukuran alat dilakukan
sebanyak 3 kali supaya hasil yang diperoleh lebih cermat, telti,dan akurat
3. Untuk pengeringan alat tidak menggunakan dryer karena pada suhu tinggu alat ukur tersebet
akan memuai dan alat tidak dalam kondisi semula atau standar.
4. Untuk mempercepat proses pengeringan alat dapat menggunakan kertas isap dan alkohol ,dan
cukup didiamkan di udara , karena sifat alkohol yang cepat menguap sehingga mempercepat
pengeringan alat .
5. Hasil antara metode rumus perhitungan pertama dan metode rumus perhitungan ke dua
tidaklah sama melainkan memiliki selisih yang tidak terlalu jauh ,yaitu berkisar antara kurang lebih
0,01 ml
6. Menurutr asumsi saya , metode rumus perhitungan pertama lebih teliti ,cermat, dan
akurat .Dikarenakan pada metode rumus perhitungan pertama lebih memerhatikan faktor
lingkungan.
8. Alat-alat yang digunakan di laboratorium SMK Negeri 13 Bandung adalah alat alat kelas C .Tabel
toleransi di atas adalah tabel toleransi untuk kelas A. Menurut ASTM E 694 ,dengan pengecualian
gelas ukur toleransi untuk alat alat kelas B pada umunya 2 kali dari alat alat kelas A, sedangkan kelas
C 2 kali dari alat alat kelas B .Oleh karena itu Toleransi untuk alat alat kelas menjadi C lebih besar .
b. Kesalahan sistematik, diakibatka oleh alatnya itu sendiri ,contohnya kesalahan pada skala alat ,
kesalahan ini dapat diatasi dengan merata rata kan hasil.
c. Kesalan random/tak terduga ,diakibatkan oleh hal hal yang tak terduga contohnya kondisi
pengamat
10. Dari hasil perhitungan, buret yang dikalibrasi masih layak untuk digunakan dengan nilai toleransi
untuk buret 25 ml adalah 0,03 ml ,dan hasil menurut metode 1 adalah 0,02117 ml dan metode 2
adalah 0,02092 ml
11. Dari hasil perhitungan, pipet seukuran yang dikalibrasi masih layak untuk digunakan dengan nilai
toleransi untuk pipet seukuran 5 ml adalah 0,01 ml untuk alat alat kelas A dan untuk alat alat kelas C
lebih besar ,dan hasil menurut metode 1 adalah 0,02117 ml dan metode 2 adalah 0,02092 ml
12. Dari hasil perhitungan, labu ukur yang dikalibrasi masih layak untuk digunakan dengan nilai
toleransi untuk labu ukur 25 ml adalah 0,03 ml ,dan hasil menurut metode 1 adalah 0,0293 ml dan
metode 2 adalah 0,0159 ml
13. Labu ukur adalah alat yang harus dikalibrasi meskipun tidak termasuk alat ukur ,karena
digunakan dalam perhitungan .
XIII. KESIMPULAN :
XIV. DAFTAR PUSTAKA :