Anda di halaman 1dari 7

Proceeding

National Symposium on Thermofluids VIII 2016


Yogyakarta, 10 November 2016

Optimalisasi Desain Alat Penukar Panas Jenis Shell and Tube Heat
Exchanger Menggunakan Metoda Computational Fluid Dynamics
. Rosyida Permatasari1 Ilham Dian Andimas2
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti,
Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol Jakarta 11440
E-mail: Ilhamdianandimas@yahoo.co.id; prosyida@yahoo.com

Abstract
Shell and Tube Heat Exchanger (STHE) is equipment for heat transfer from one medium
to other. The shell side design of STHE; in particular the baffles spacing, percentage of
baffle cut and shell diameter are depend on the value of heat transfer coefficient and
pressure drop. This will be investigated by numerically modeling using Computational
Fluid Dynamics (CFD). The basic geometry of STHE has made by AutoCAD, the flow
and temperature fields inside the shell have studied using ANSYS-FLUENT. Also,
attempts were made to investigate the effects and heat transfer characteristic of a STHE
for three different percentage of baffle cut (BC 22%, 26 %, 30%) and different the
number of baffles. From the CFD simulation results, the shell side outlet temperature,
pressure drop, optimum baffle cut and number of baffle were determined.
Keywords: Heat Exchanger, Shell and Tube, Baffle Spacing, Baffle Cut.

1. Pendahuluan perpindahan kalor, perubahan temperatur, dan


Salah satu tipe dari alat penukar kalor (APK) yang penurunan tekanan.
paling banyak digunakan adalah Shell and Tube Heat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Exchanger (STHE). APK ini terdiri dari sebuah shell pengaruh ukuran baffle cut dan jumlah baffle terhadap
silindris di bagian luar dan sejumlah tube di bagian distribusi temperatur dan tekanan pada sisi shell untuk
dalam, di mana temperatur fluida di dalam tube optimalisasi desain STHE
berbeda dengan di luar tube (tetapi di dalam shell)
sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida 2. Metodologi Penelitian
di dalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang 2.1 Tahapan penelitian
berhubungan dengan bagian dalam tube disebut Terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan ketika
tubeside dan yang di luar tube disebut dengan shellside melakukan simulasi CFD yaitu [4]:
[1]. Mendesain shellside dari STHE, khususnya jarak 1. Pemrosesan awal (Pre-processing)
baffle, baffle cut dan diameter shell tergantung pada Langkah pemrosesan awal adalah membuat model
nilai koeffisien perpindahan panas dan nilai penurunan paket dalam paket CAD (Computer Aided Design),
tekanan [2]. membuat mesh yang sesuai, kemudian menerapkan
Baffle ditempatkan pada ruang shellside, berfungsi kondisi batas dan sifat-sifat fluidanya.
untuk mengarahkan arah aliran fluida melintasi secara 2. Pemecahan masalah (solving)
menyilang di sisi shellside, sehingga menghasilkan Pemecahan masalah merupakan langkah untuk
koefisien heat transfer yang lebih besar. Selain itu, menggunakan Solvers (program inti pencari solusi)
baffle juga berfungsi sebagai penyanggah tube bundle, CFD menghitung kondisi-kondisi pada saat pre-
untuk mencegah terjadinya defleksi pada tube dan processing.
getaran tube bundle [3]. 3. Pemrosesan lanjut
Computational fluid dynamics (CFD) menjadi alat Pemrosesan lanjut merupakan langkah terakhir
rekayasa untuk memprediksi aliran didalam berbagai dalam analisis CFD. Pada tahap ini, CFD dapat
tipe peralatan pada skala industri. Walaupun peralatan mengorganisasi dan menginterpretasi data hasil
untuk pengaplikasian aliran satu fasa CFD tersedia simulasi CFD berupa gambar, kurva, animasi, dan
banyak, aplikasi dari multifasa CFD bagaimanapun lain-lainnya.
juga masih merupakan hal yang rumit dari kedua
pandangan fisik dan numerik. Simulasi CFD akan 2.2 Model Komputasi
dilakukan pada sebuah single shell pass dan single Model komputasi dari sebuah STHE ditunjukkan
tube pass heat exchanger dengan menggunakan bentuk pada gambar 1, sedangkan parameter geometri tercan-
baffle dan aliran turbulen sebagai variabelnya [2]. tum dalam spesifikasi pada sub-bab 2.3, STHE disimu-
Model aliran turbulen yang terbaik diperhitungkan lasi dengan lima siklus dari baffle ke arah sisi shell
dengan membandingkan hasil CFD dari koefiesien dengan jumlah tabung 7. Pada domain perhitungan

Jurusan Teknik Mesin FTI TRISAKTI ISBN : XXXX


Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

secara keseluruhan dibatasi oleh sisi dalam dari shell usaha perhitungan. Kontrol yang baik pada mesh
dan segala sesuatu yang berada dalam shell terkandung hexahedral di dekat permukaan dinding memungkin-
dalam domain tersebut. Bagian inlet dan outlet domain kan menangkap lapisan gradien batas yang lebih
terhubung dengan tabung yang sama. akurat. Name selection dibagi menjadi 26 fluid
Untuk menyederhanakan simulasi numerik, domain, Fluid_Inlet, Fluid_Shell dan Fluid_Outlet dan
digunakan beberapa asumsi berikut [5]: lima solid domain yaitu Solid_Baffle1 ke solid Baffle 5
a. Fluida di sisi shell adalah properties termal untuk kelima baffle.
konstan; Penukar panas yang didiskretisasikan kedalam
b. Aliran fluida dan proses perpindahan panas adalah solid dan fluid domain yang untuk memiliki kontrol
aliran turbulent dan dalam kondisi stedi; yang lebih baik atas jumlah node. Fluid mesh dibuat
c. Kebocoran aliran hanya di antara tabung dan lebih baik dari solid mesh untuk simulasi fenomena
baffle, sedangkan kebocoran antara baffle dan penggabungan perpindahan panas. 26 fluid domain
shell diabaikan; seperti ditunjukkan pada Gambar. 2. Hasil model yang
d. Konveksi secara alami yang disebabkan oleh didekritisasi sudah sesuai dengan kualitas yang
variasi densitas fluida bisa diabaikan; dibutuhkan kemudian di ekspor ke dalam ANSYS.
e. Tidak ada perubahan suhu dinding tabung di
bagian sisi shell dan
f. Penukar panas adalah terisolasi dengan baik,
sehingga kehilangan panas ke lingkungan sekitar
benar-benar diabaikan.

2.3 Geometri dan Mesh


Sistem pemodelan desain shell and tube heat
exchanger mengacu pada Tubular Exchanger
Manufacturers Association (TEMA).
Gambar 2. Sistem model Alat Penukar Kalor Shell and
Tube.

2.5 Meshing

Gambar 1. Tampilan isometrik dari penataan baffle


pada Alat Penukar Kalor Shell and Tube.

Spesifikasi pada STHE :


 Jenis STHE yang digunakan adalah tipe lurus;
 Ukuran diameter dalam shell Φ90 mm dan
panjangnya 600 mm;
 Jumlah tube sebanyak 7 buah, dengan tata letak
rotated triangular dan tube pitch 30 mm;
 Ukuran diameter luar tube sebesar Φ 20 mm;
 Material Tube terbuat dari tembaga dan material Gambar 3. Meshing pada Alat Penukar Kalor Shell
shell terbuat dari baja karbon; and Tube
 Ukuran baffle cut sebesar 22%, 26% dan 30%. Pada awalnya dibuat mesh yang relatif besar
 Fluida pada Shell yaitu Cold Water dan Tube yaitu dengan mengandung sel campuran (sel Tetra dan
Warm Water. hexahedral) yang memiliki bentuk segitiga dan
 Jumlah baffle ada 5 buah segiempat. Cara ini diperoleh menggunakan sel
terstruktur (hexahedral) sebanyak mungkin, melalui
2.4 Diskretisasi Model metode otomatis yang tersedia di ANSYS meshing
Model tiga dimensi yang telah disiapkan sebelum- client. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi difusi
nya, kemudian didiskretisasi kedalam CFD. Untuk numerik sebanyak mungkin dengan penataan mesh
menangkap kedua lapisan batas termal dan kecepatan, secara baik, terutama di dekat kawasan dinding shell.
maka model didiskretisasikan menggunakan elemen Kemudian, untuk model independen mesh, dibuatlah
mesh hexahedral yang akurat dan melibatkan sedikit mesh halus (fine mesh) yang digunakan pada bagian

Jurusan Teknik Mesin FTI TRISAKTI ISBN : XXXX


Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

tepi dan daerah gradien temperatur dan tekanan yang


tinggi.
Model yang dihasilkan di transfer ke ANSYS
workbench, kemudian didalam opsi meshing dipilih
physic preference–CFD, solver preference–fluent.

2.6 Masalah Pengaturan (Solution set-up)


Simulasi dilakukan dengan menggunakan ANSYS
FLUENT. Dalam simulasi dengan memilih Jenis
tekanan berbasis, kecepatan formulasi yang-mutlak
Dan waktu-bersifat sementara pada bagian solver.
Dalam perhitungan, memilih model dengan k–ε
standard.

2.7 Solusi Inisialisasi


Metode solusi yang dipakai menggunakan
Pressure–velocity coupling dengan scheme-SIMPLE.
Dalam Spatial discretization memilih gradient–least Gambar 4. Gambaran velocity streamline pada BC
squares cell based, pressure–second order, momentum 22% dengan lima baffle.
second order upwind, turbulent kinetic energy–second
order upwind, turbulent dissipation rate–first order Aliran fluida mengalir dari sisi masuk bagian atas
upwind. Sedangkan pada solution control memilih kearah sisi keluar bagian bawah melalui beberapa
momentum–0.7, turbulent kinetic energy–0.8, turbu- baffle. Pada bagian masuk terlihat bahwa terjadi
lent dissipation rate–0.8, turbulent viscosity–1 dan perbedaan warna dengan bagian baffle pertama, kedua
energy–1. dan seterusnya sampai pada bagian keluar shell.
Perubahan warna tersebut menunjukkan terjadinya
3. Hasil dan Pembahasan perlambatan kecepatan fluida karena pengaruh
pemasangan baffle didalam shell.
3.1 Simulasi yang Konvergen Heat Exchanger yang mempunyai panjang 6 meter
Dengan menggunakan kondisi batas dan solusi memberi gambaran tentang kontur kecepatan dan
inisialisasi simulasi telah diatur untuk 500 iterasi. rincian suhu aliran di seluruh penampang dalam situasi
Konvergen dari simulasi diperlukan untuk mendapat- yang berbeda di sepanjang APK.
kan parameter bagian outlet STHE. Hal ini juga
memberikan keakuratan nilai dari parameter untuk 3.3 Pengukuran temperatur sepanjang sumbu STHE
keperluan dari laju perpindahan panas. Continuity, X- terhadap ukuran Baffle Cut
Velocity, Y-Velocity, Z-Velocity, energy, k, epsilion Pengukuran Temperatur sepanjang sumbu STHE
adalah bagian dari scale residual yang harus konvergen terhadap ukuran Baffle Cut (BC) dapat dilihat pada
dalam daerah yang spesifik. Untuk percobaan ini, nilai gambar 5.a sampai dengan 5.c.
Continuity, X-Velocity, Y-Velocity, Z-Velocity, k,
epsilion harus kurang dari 10-4 dan nilai energinya
harus kurang dari 10-7.

3.2 Plot Kecepatan Streamline


Gambaran sebuah kontur kecepatan streamline
(untuk BC 22%) pada sepanjang heat exchanger untuk
bisa dilihat pada gambar 4.

Gambar 5.a. Perubahan suhu terhadap perubahan


bentuk baffle dengan 5 baffle.

Jurusan Teknik Mesin FTI TRISAKTI ISBN : XXXX


Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

yang paling kecil atau dengan kata lain penggunaan


kalor yang dikeluarkan lebih kecil.

3.4 Pengukuran Temperatur Sepanjang Sumbu STHE


terhadap Jumlah Baffle.
Pengukuran Temperatur sepanjang sumbu STHE
terhadap pemasangan jumlah baffle dapat dilihat pada
gambar 6.a sampai dengan 6.c.

Gambar 5.b. Perubahan suhu terhadap perubahan


bentuk baffle dengan 3 baffle.

Gambar 6.a. Perubahan suhu terhadap perubahan


jumlah baffle dengan dengan baffle cut 22%.

Gambar 5.c. Perubahan suhu terhadap perubahan


bentuk baffle dengan 1 baffle.

Pada gambar 5.a sampai dengan 5.c diatas


menunjukkan angka temperatur fluida didalam Shell
and Tube Heat Exchanger yang berbeda dengan
ukuran baffle cut yang bervariasi dari ukuran BC 22%,
26% dan 30%.
Pada gambar 5.a. menunjukkan penggunaan 5
baffle pada alat penukar kalor, dalam simulasi Gambar 6.b. Perubahan suhu terhadap perubahan
menghasilkan perbedaan temperatur antara bagian jumlah baffle dengan dengan baffle cut 26%.
keluar dan masuk shell yang paling kecil adalah pada
kondisi pemakaian baffle cut 26% yaitu sebesar
0,1278oK, dimana suhu masuk sebesar 300oK
sedangkan suhu keluar adalah 300,1278oK
Pada gambar 5.b. menunjukkan penggunaan 3
baffle pada alat penukar kalor, dalam simulasi
menghasilkan perbedaan temperatur antara bagian
keluar dan masuk shell yang paling kecil adalah pada
kondisi pemakaian baffle cut 30% yaitu sebesar
0,1242oK.
Pada gambar 5.c. menunjukkan penggunaan 1
baffle pada alat penukar kalor, dalam simulasi
menghasilkan perbedaan temperatur antara bagian Gambar 6.c. Perubahan suhu terhadap perubahan
keluar dan masuk shell yang paling kecil adalah pada jumlah baffle dengan dengan baffle cut 30%.
kondisi pemakaian baffle cut 26% yaitu sebesar
0,1014oK. Pada gambar 6.a sampai dengan 6.c diatas
Sedangkan, alat penukar kalor yang tidak menunjukkan angka temperatur fluida didalam Shell
menggunakan baffle menghasilkan perbedaan nilai and Tube Heat Exchanger yang berbeda dengan
temperatur yang sangat tinggi. jumlah baffle yang bervariasi dari jumlah lima baffle,
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan tiga baffle, dan satu baffle.
baffle cut 26% menghasilkan perbedaan temperatur Pada gambar 6.a. menunjukkan penggunaan baffle
cut ukuran BC 22% pada alat penukar kalor, dalam

Jurusan Teknik Mesin FTI TRISAKTI ISBN : XXXX


Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

simulasi menghasilkan perbedaan temperatur antara


bagian keluar dan masuk shell yang paling kecil adalah
pada penggunaan jumlah baffle (Np) 3 yaitu sebesar
0,1370oK.
Pada gambar 6.b. menunjukkan penggunaan baffle
cut ukuran BC 26 % pada alat penukar kalor, dalam
simulasi menghasilkan perbedaan temperatur antara
bagian keluar dan masuk shell yang paling kecil adalah
pada penggunaan jumlah baffle (Np) 3 yaitu sebesar
0,1014oK.
Pada gambar 6.c. menunjukkan penggunaan baffle
cut ukuran BC 22% pada alat penukar kalor, dalam
simulasi menghasilkan perbedaan temperatur antara
Gambar 7.b. Perubahan temperatur di titik outlet shell
bagian keluar dan masuk shell yang paling kecil adalah
terhadap perubahan ukuran baffle cut.
pada penggunaan jumlah baffle (Np) 3 yaitu sebesar
(*) HPI : Hasil Percobaan Ilham
0,1242oK.
HPA : Hasil Percobaan Ajithkumar [5]
Perbedaan temperatur dengan jumlah baffle 3
HPM: Hasil Percobaan Mica V. Vukic [3]
(NP=3) pada masing-masing baffle cut adalah
0,1370oK, 0,1014oK dan 0,1242oK. Sehingga dapat
Gambar 7.b. menunjukkan perbandingan hasil
disimpulkan bahwa penggunaan jumlah baffle (Np=3)
pengamatan penulis (HPI) dengan peneliti sebelumnya
pada baffle cut 26% menghasilkan perbedaan
(HPA dan HPM).
temperatur yang paling kecil atau dengan kata lain
penggunaan kalor yang dikeluarkan lebih kecil.
3.6 Tekanan pada sisi outlet shell untuk 5 Baffle
3.5 Temperatur pada sisi outlet untuk 5 Baffle
Nilai dari tekanan outlet di sisi shell untuk jenis
STHE untuk berbagai ukuran baffle cut dengan jumlah
Nilai dari temperatur outlet di sisi shell untuk jenis
lima baffle bisa dilihat pada tabel berikut ini:
STHE untuk berbagai ukuran baffle cut dengan jumlah
lima baffle bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Temperatur Outlet pada shellside terhadap
perubahan baffle cut.
Tabel 1. Temperatur Outlet pada shellside terhadap
perubahan baffle cut Ukuran Outlet (Pa) Penurunan tekanan
Ukuran Baffle Temperatur Outlet pada Baffle pada sisi Shell (Pa)
sisi Shell (oK) BC 22% -209.49 230,47
BC 22% 300, 14209
BC 26% -220,36 231,06
BC 26% 300,12781
BC 30% -8,87 224,74
BC 30% 300,17380

Gambar 7.a. Perubahan temperatur di titik outlet shell


terhadap perubahan ukuran baffle cut. Gambar 7. Penurunan tekanan pada STHE terhadap
(*) HPI : Hasil Percobaan Ilham perubahan ukuran baffle cut.
(*) HPI : Hasil Percobaan Ilham

Dari grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa


ukuran baffle cut mempengaruhi terjadi penurunan
tekanan pada bagian sisi shell STHE. Dan penurunan

Jurusan Teknik Mesin FTI TRISAKTI ISBN : XXXX


Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

tekanan yang paling kecil didapat pada ukuran baffle


cut 30%.
Daftar Pustaka
3.7 Koefisien Perpindahan Panas
[1] I. Bizzy, et al.2013, Studi Perhitungan Alat
Data koefisien perpindahan panas yang dihasilkan Penukar Kalor tipe Shell and Tube dengan
dalam simulasi CFD bisa digambarkan dalam table program Heat Transfer Research Inc, Jurnal
berikut ini; Rekayasa Mesin Vol.13. No.1 Maret 2013.
Tabel 3. Koefisien Perpindahan Panas [2] Avinash D Jadhav, et al.2014, CFD Analysis of
Shell and Tube Heat Exchanger to Study the
Baffle Jumlah Temperatur Koefisien Laju Effect of Baffle Cut on the Pressure Drop,
Cut Baffle Keluar (oK) Perpindahan Perpindahan
International Journal of Research in Aeronautical
Panas Panas (W) and Mechanical Engineering, Vol.2 Issue.7. July
(W/m2K)
2014 Pages 1–7.
[3] Mica Vukic, et al.2003, Experimental Study on
1 300,15308 0,5307 0,0812A(*)
Thermal and Flow Processes in Shell and Tube
22% 3 300,13699 0,3135 0,1799A
Heat Exchanger, Facta Universitatis. Series:
5 300,14209 0,3218 0,0457A
Mechanical Engineering Vol. 1, No 10, 2003, pp.
1 300,13898 0,4029 0,0559A 1377 – 1384.
26% 3 300,10144 0,6154 0,0624A [4] Hetal Kotwal, et al.2013, CFD Analysis of Shell
5 300,12781 0,1087 0,01389A and Tube Heat Exchanger-A Review, Internatio-
1 300,18851 2,28060 0,4299A nal Journal of Engineering Science and
30% 3 300, 12424 3,52900 0,4384A Innovative Technology (IJESIT) Volume 2,
5 300, 4697 5,19775 2,441A Issue 2, March 2013.
*A = luas permukaan perpindahan panas (m2) [5] Ajithkumar M.S, et al.2014, CFD Analysis to
Study the Effects of Inclined Baffles on Fluid
Pada table 3. diatas, menunjukkan nilai dari Flow in a Shell and Tube Heat Exchanger,
koefisien perpindahan panas dan temperatur pada sisi Department of Thermal Power Engineering,
keluar shell untuk baffle cut 30% dan 5 jumlah baffle International Journal of Research in Advent
menghasilkan temperatur keluar yang paling tinggi Technology, Vol.2. No.7, July 2014. E-ISSN:
dengan penurunan tekanan yang paling kecil (lihat 2321-9637.
Gambar 7), sehingga nilai laju perpindahan panas (Q)
nya paling besar. .

4. Kesimpulan

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa:


1. Ukuran baffle cut dan jumlah baffle akan
berpengaruh terhadap koefisiensi dan laju
perpindahan panas dari alat penukar panas jenis
shell and tube;
2. Perubahan ukuran baffle cut dalam shell juga
mempengaruhi nilai temperatur di sisi keluar shell;
3. Perubahan jumlah baffle mempengaruhi nilai
temperatur di sisi keluar shell;
4. Desain yang paling optimal dari STHE adalah
menggunakan baffle cut dengan ukuran BC30%
dengan jumlah baffle lima buah.
.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih diucapkan pada Jurusan Teknik Mesin,


FTI Universitas Trisakti yang telah memberikan
dukungan untuk mempresentasikan hasil penelitian ini.

Jurusan Teknik Mesin FTI TRISAKTI ISBN : XXXX

Anda mungkin juga menyukai