Anda di halaman 1dari 34

- 21 -

Kecelakaan Kerja atau PAK kepada Pemberi Kerja paling


la.ma 6 (enam) bulan sejak terdapat kesimpulan K e c e l a k a a n
K e r j a a t a u P A K o l e h B P J S Ketenagakerjaan atau
penetapan Kecelakaan Kerja atau PAK oleh Pengawas
Ketenagakerja.an.

(2) Pernberi Kerja memberikan informasi perkembangan kondisi


Peserta yang mengalami Kecelakaa_n Kerja atau PAK paling
lama 14 (empat belas) hari kerja. sejak BRIS
Ketenagakerjaan meminta informasi dimaksud.

(3) Permintaan informasi oleh BPJS Ketenagakerjaa,n sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan informasi yang diberikan oleh
Pemberi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaika_n kepada Dinas P rovins i atau unit
pengaw as an ketenagakerja an setempat.

Pasal 19

(1) Pemberi Kerja wajib melaporkan akibat Kecelakaan Kerja


atau PAK kepada:

a. BRIS Ketenagaker jaan; dan

b. D i n a s Provinsi atau unit pengawasan


ketenagakerjaan setempat.

(2) Laporan sebagaima_na dimaksud pada ayat (1)


disampaikan dalam jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak
Pekerja dinyatakan sembuh, Cacat, atau meninggal dunia
berdasarkan surat keterangan dokter yang menerangkan:

a. keadaan sernentara tidak mampu bekerja, telah berakhir;

b. Cacat Total Tetap untuk selamanya;

c. C a c a t S e b a g i a n A n a t o m i s ;

d. Cacat Sebagian Fungsi; atau

e. m e n i n g g a l d u n i a .
- 22 -

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan laporan tahap II dan sekaligus sebagai
pengaj uan manfaat JKK kepada BPJS
Ketenagakedaa_n yang dilengkapi dengan dokumen sebagai
berikut:

a. K artu P es erta BPJ S K etenagakerj aan;

b. k a r t u t a n d a p e n d u d u k ;

c. surat keterangan Dokter Pemeriksa daniatau Dokter


Penasihat;

d. kuitansi biaya pengangkutan;

e. k-uitansi biaya pengobatan da.niata_u perawatan; dan

dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.

(4) Kuitansi biaya pengobatan dan f atau perawatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e dapat
dimintakan penggantian kepada BRIS
Ketenagakerjaan dalarn hal fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan belum bekerjasama dengan BRIS
Ketenag2.kerjaan.

(5) Dokumen pendukung lainnya sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf f sesuai dengan jenis kejadia_n Kecelakaan
Kerja atau PAK.

(6) Jik.a dokumen sebagaimana dimaksud pada avat (3) telah


lengkap, BPJS Ketenagakerjaa_n menghitung dan membayar
kepada pihak yang berhak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(7) J ika dokumen s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3)


tidak Iengkap, BPJS Ketenagakerjaan
memberitahukan kepada Pemberi Keda paling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak laporan tahap II diterirna.

(8) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a


da.n huruf b dapat berupa dokumen elektronik atau fotokopi.

(9) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dapat dilakukan secara daring daniatau
luring.
- 23

Pasal 20

Dinas Provinsi ata► unit pengawasan ketenagakerjaan


setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b
yang telah menerima laporan tahap 11, melakukan k o o r d i n a s i
d e n g a n B P J S K e t e n a g a k e r j a a n u n t u k pembayaran manfaat
JKK bagi Peserta Penerima Upah.

Pasal 21

BPJS Ketenagakerjaan melaporkan Kecelakaan Kerja atau PAK


yang menimpa Peserta Penerima Upah dan telah dibayarkan
manfaatnya kepada Dinas Provinsi atau unit pengawasan
ketenagakerjaan setempat secara berkala.

Paragraf 2
JKM

Pasal 22

(1) Pemberi Kerja atau ahli waris Peserta Penerima Upah


melaporkan dan mengajukan permohonan manfaat J K I V I
k e p a d a B R I S K e t e n a g a k e r j a a n d e n g a n melampirkan
dokumen sebagai berikut:

a. Kartu Peserta BPJ - S Ketenagakerjaan;

b. k a r t u t a n d a p e n d u d u k a t a u k a r t u i d e n t i t a s lainnya
dari ahli waris;

c. kartu keluarga;

d. surat keterangan kernatian dari pejabat yang


berwenang; dan

e. surat keterangan ahli waris dari pejabat yang berwenang.

(2) Selain dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemberi


Kerja dan ahli waris Peserta Penerima Upah dapat
menyampaikan dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan.

( 3 ) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


sampai dengan huruf e dan ayat (2) dapat berupa dokumen
elektronik atau fotokopi.
- 25 -

Bagian Ketiga
Tata Cara Pelaporan dan Penetapan Jaminan Bagi
Pekerja Bukan Peserta BPJS Ketenagakerjaan

Paragraf 1
JKK

Pasal 26

P emberi Kerja yang belum mengikuts ertakan pekerjanya


dalam program JKK kepada BPJS Ketenagakerjaa_n, jika
terjadi risiko Kecela_kaan Kerja atau PAK terhadap
pekerjanya, P emberi Kerja wajib membayar hak Pekerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

Pemberi Kerja, Pekerja, atau ahli warisnya wajib


mela.porkan setiap Kecelakaan Kerja atau PAK yang
menimpa Pekerja kepada Dinas Provinsi atau unit
pengawasan ketenagakerjaan setempat,

(2) La.poran sebagaimana climaksud pada ayat (1)


disarnpaikan d.alam jangka waktu paling lama 2 x 24 j a m
sejak terjadinya Kecelakaan Kerja atau sejak
didiagnosis PAK.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan laporan tahap 1 dan dibuat dengan
menggunakan formulir laporan Kecelakaan Keda atau
PAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.

( 4 ) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dapat dilakukan secara daring daniatau
luring.

Pasal 28

(1) Pemberi Kerja, Pekerja, atau ahli warisnya wajib


melaporkan akibat Kecelakaan Kerja atau PAK kepada
Dinas Provinsi atau unit pengawasa_n ketenagakerjaan
setempat sebagai laporan tahap II.
- 26 -

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disampaikan dala_m jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak
Pekerja dinyatakan sembuh, Cacat, atau meninggal dunia
berdasarkan surat keterangan dokter yang menerangkan:

a, keadaan sementara tidak mampu bekerja telah


berakhir;

b.Cacat Total Tetap untuk selamanya;

c.Cacat Sebagian Anatomis;

d.Cacat Sebagian Fungsi; atau

e.meninggal dunia.

( 3 ) Berdas arkan laporan s ebagaim.a_n.a. dimaks ud pada


ayat (2) , Pengawas Ketenagakerjaan melakukan
pemeriksaan dan penelitian atas kebenaran dari
laporan tersebut.

(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penelitian,


Pengawas Ketenagakerjaa.n membuat penetapan
besarnya manfaat JKK dan mewajibkan Pemberi Kerja
untuk membayar hak Pekerja sesuai dengan
ketentuan peratura_n perundang-undangan,

(5) Dalam hal penetapan sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) tidak dapat diterima ❑leh salah satu pihak
m a k a p i b a k y a n g t i d a k d a p a t m e n e r i m a d a p a t meminta
penetapan kepada Menteri.

(6) Penetapan Menteri merupakan penetapa_n akhir yang


wajib dilaksanakan oleh para pihak.

Paragraf 2
JKM

Pasal 29

Pemberi Kerja ya_ng tidak mengikutsertakan Pekerja dalarn


program JKM kepada BPJS Ketenagakerjaan, jika terjadi risiko
terhadap Pekerja, Pemberi. Kerja wajib membayar hak P ekerja
s es uai dengan ma_nfaat JK M yang diatur dalarn ketentuan
peratura_n perundang-undangan.
- 27 -

Pasa_l 30

(1) Ahli waris Pekerja wajib melaporkan dan mengajukan p e m i o h o n a n


p e m b a y a r a n m a n f a a t J K M k e p a d a Pemberi Kerja dengan
melampirkan dokumen sebagai berikut:

a . k a r t u t a n d a p e n d u d u k a t a u k a r t u i d e n t i t a s lainnya
dari ahli waris;

b.kartu keluarga;

c . surat keterangan kematian dari pejabat yang berwenang;

d . surat keterangan ahli waris dari pejabat yang berwenang;


dan

e . dokumen pendukung lainnya jika diperlukan.

(2) Dokurnen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa


dokumen elektronik atau fotokopi.

(3) Berdasa•kan laporan dan pengajuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Pemberi Kerja wajib
membayar manfaat LIKM kepada a.h1i waris Pekerja, paling
lama 3 (tiga) hari kerja sejak dipenuhinya persyaratan
dokumen pelaporan secara lengkap dan benar.

(4) Dalam hal Pem beri Kerja tidak melaksanakan


kewajibannya sebagaimana dirnaksud pada ayat (3), ahli waris
Pekerja dapat melaporkan kepada Pengawas K e t e n a g a k e r j a a n
p a d a D i n a s P r o v i n s i a t a u u n i t pengawasan ketenagakerjaan
setempat_

(5 ) Be rd as ar ka n p el ap or an s eb ag ai ma n a d im ak s u d p ad a a y a t
(4), Pengawas Ketenagakerjaan melakuka.n
pemeriksaan dan penelitian untuk mengetahui
kebenaran dari laporan tersebut.

(6) Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penelitian,


Pengawas Ketenagaketjaan mewajibkan Pemberi Kerja
untuk membayar manfaat JKM sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
- 35 -

(2) Dalam hal Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara


mendaftarkan peserta rnagang, siswa kerja praktek, tenaga
honorer, atau narapidana yang dipekerjakan dalam proses
asimilasi serta mahasiswa kerja praktek atau peserta
pendidikan penge.mbangan bakat dan rninat dalam program
JKM maka Iuran JKM dibayar s e s u a i d e n g a n p e r s e n t a s e
I u r a n p r o g r a m J K M b a g i Peserta Penerima. Upah di
perusahaan tersebut.

(3) Upah yang dijadikan dasar dalam membayar Iuran


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
didasarkan pada Upah terendah dari Pekerja yang
me1akukan pekerjaan yang sa.ma di perusa.ha.an
tersebut.

(4) Pembayaran Iuran dilakukan paling lambat tanggal 15 pada


bulan Iuran yang bersangkutan.

Pasal 46

Dalam hal Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara yang


mempekerjakan peserta magang, siswa kerja praktek,
tenaga honorer, atau narapidana yang dipekerjakan dalam
proses asimilasi serta mahasiswa kerja praktek atau pesetta
pendidikan pengembanga.n bakat dan minat m e m b a y a r
I u r a n t a n g g a l 1 5 p a d a b u l a n I u r a n yang bersangkutan
atau dibayar pada bulan berikutnya maka Iuran diperhitungkan
sebagai pembayaran lura_n bulan tertunggak.

Bagian Ketiga
Tata Cara Pelaporan dan Penetapan Jaminan

ParagraS 1
JICK

Pasal 47

(1) Kecelakaan Kerja harus memenuhi unsur adanya ruda paksa


yang dibuktika.n dengan adanya cideraijejas
- 36

atau luka pada tubuh manusia akibat suatu peristiwa atau


kejadian.

(2) Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


kriteria sebagai berikut:

a. kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan


pekerjaa_n Peserta Bukan Penerima Upah;

b. kecelakaan terjadi dalam perjala_nan berangkat dari rumah


menuju Tempat Kerja atau sebaliknya melalui ja1an yang
biasa dilalui atau wajar dilalui; atau

c. P A K .

Pasal 48

(1) Peserta Bukan Penerima Upah daniatau keluarganya wajib


melaporkan Kecelakaan Kerja atau PAK yang menimpa
Peserta Bukan Penerima Upah kepada:

a. BRIS K etenagakerja an; dan

b. D i n a s Provinsi atau unit pengawasan


ketenagakerjaan setempat.

( 2 ) L a p o r a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t ( 1 ) disan -
ipaikan dalam jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak
terjadinya Kecelakaan Kerja atau sejak didiagnosis PAK.

(3) Laporan sebagaimana climaksud pada ayat (2)


merupakan laporan tahap I dan dibuat dengan
menggunakan formulir Kecelakaan Kerja tahap I
sebagaimana diatur dalam Peraturan BPJS
Ketenagakeijaan.

(4) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dapat dilakukan secara da.ring dan/atau luring.

Pasal 49

(1) Kecelakaan Kerja atau PAK dapat diberitahuka.n kepada


BPJS Ketenagakerjaan dan Dinas Provinsi atau

unit pengawasan ketenagakerjaan setempat ❑leh: a.


Wadah atau Kelompok Tertentu;
- 37

b , s e r i k a t p e k e r j a / s e r i k a t b u r u h y a n g P es e r t a B u k a n

Penerima Upah menjadi anggotanya; dan/atau

c. fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan.

(2) Pemberitahuan Kecelakaan Keda atau PAK


sebagaimana climaksud pada ayat (1), tidak
membebaskan kewajiban Peserta Bukan Penerima
Upah daniatau keluarganya melaporkan Kecelakaan
Kerja atau PAK yang menimpa Peserta.

( 3 ) Ketentuan mengenai mekanisme pemberitahuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denga_n
Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 50

(1) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 48 ayat (1) huruf a melakukan pemeriksaan dan
membuat kesimpulan mengenai Kecelakaan Kerja atau
PAK yang dilaporkan Peserta Bukan Penerima Upah
daniatau keluarganya, paling lama 30 (tiga puiuh) hari
sejak laporan tahap 1 diterirna.

(2) K es impulan BPJS Ketenagakerjaan mengenai


K e ce la ka an K e rj a a ta u P A K di be ri ta hu ka n k ep ad a
Dinas Provinsi atau unit pengawasan ketenagakerjaan setempat
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.

(3) Dalam membuat kesimpula_n kasus Kecelakaan Kerja a t a u


PAK, BPJS Ketenagakerjaan dapat meminta
pertimbangan medis Dokter Penasihat melalui
Pengawas Ketenagakerjaan.

(4) Jika has il kes impulan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) merupakan Kecelakaan Kerja atau PAK maka BPJS
Ketenagakerjaan memberikan manfaat
pelayanan kesehatan JKK di fasilitas kesehatan yang
bekerja sarna dengan BRIS Ketenagakerjaan.

(5) D a l a m h a l f a s i l i t a s k e s e h a t a n t i d a k b e k e r j a s a m a
dengan BPJS Ketenagakerjaan maka penggantian atas
manfaat pelayanan kesehatan diberikan setelah
laporan tahap II diterima.
- 38

Pasal 51

(1) Dalarn hal hasil kesimpulan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 50 ayat (1) bukan Kecelakaan Kerja atau
bukan PAK maka BPJS Ketenagakerjaan
memberitahukan kepada Dinas Provinsi atau unit
pengawasan ketenagakerjaan setempat paling lama 1
(satu) hari kerja sejak kesimpulan dibuat.

(2) Dinas Provinsi atau unit pengawasan ketenaga_kerjaan


setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap
pemberitali uan BPJS Ketenagakerjaan.

(3) Dalam melakukan penelitian dan pemeriksaan, bila diperl


ukan Pengavvas Ketenagakerjaan dapat
berkoordinasi dengan BPJS Ketenagakerjaan.

(4) B e r d a s a r k a n hasil penelitian dan pemeriksaan


sebagaimana dirnaksud pada ayat (2), Pengawas
Ketenagakerjaan membuat:

a. penetapan K ecelakaan K erja atau PA K ; atau

b. penetapan bukan Kecelakaan Kerja atau bukan


PAK.

Pasal 52

(1) Dalam membuat penetapan kasus PAK, Pengawas


Ketenagakerjaan dapat meminta pertimbangan medis
Dokter Penasihat.

(2) S e l a i n pertimbangan medis, Pengawas


Ketenagakerjaan dapat meminta data pendukung
sebagai berikut:

a. data hasil pemeriksaan kesehatan awal sebelum


Peserta Bukan Penerima Upah bekerja;

b, data has il pemeriks aan kesehatan berkala s elama


Peserta Bukan Penerima Upah bekerja;

c. data hasil pemeriksaan khusus tentang riwayat


penyakit yang diderita Peserta Bukan Penerima
Upah yang dikeluarkan oleh Dokter Pemeriksa;
d. data hasil pengujian lingkungan kerja yang
dikeluarkan oleh Penguji 1{3, Pengawas
- 39 -

K etenagakerjaan, dan/atau ahli kes elamat an dan

kesehatan kerja yang ditunjuk oleh Menteri;

e. data hasil pemeriksaan kesehatan Peserta Bukan


Penerima Upah secara umum di bagian tersebut;

f. riw ayat pekerjaan P es erta Bukan P enerima U pah;

g. riwayat kesehatan Peserta Bukan Penerima Upah;


da_niatau

h. data medis/reka_m medis Peserta Bukan Penerima Upah.

Pasal 53

(1) Dinas Provinsi atau unit kerja pengawasan


ketenagakerjaan setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b melakukan penelitian d an
pe me ri ks aa n me ng en ai K e ce la ka a n K er ja at au PAK
yang dilaporkan Peserta Bukan Penerima Upah dan/atau
keluarganya.

( 2 ) Penelitian dan pemeriksaan s ebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.

( 3 ) Dalam melakukan pemeriksaan, Pengawas


K etenagakerjaan dapat mengadakan peneliti an dan
pemeriks aan ke lapangan atas kejadian kecelaka an
tersebut bersama-sama dengan BPJS Ketenagakerjaan
untuk dilakukan analisis.

( 4 ) Berdasarkan hasil analisis sebagaimana dimaksud


pada ayat (3), Pengawas Ketenagakerjaan membuat:

a.penetapan Kecelakaan Kerja atau PAK; atau

b . penetapan bukan K ecelakaan K erja atau bukan PAK.

Pasal 54

(1) Penelitian dan pemeriksaan Kecelakaan Kerja atau PAK


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1),
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. penelitian dokumen, meliputi:


1. laporan tahap I dan/atau laporan tahap II,
- 40 -

2.kartu tanda penduduk atau identitas


lainnya;

3 . Kartu Peserta BPJS Ketenagakaerjaan; dan 4, data


pendukung, paling sedikit memuat:

a)kronologis kejadian;

b)k e t e r a n g a n s a k s i y a n g m e n g e t a h u i
kejadian tersebut; dan

c)d e n a h l o k a s i k e j a d i a n , d a n

b. pemeriksaan lapangan yang dilakukan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 2


dan angka 3 dapat berupa dokumen elektr - onik atau fotokopi.

Pasal 55

Dalam hal laporan tahap I terdapat kesimpulan bukan


Kecelakaan Kerja atau bukan PAK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 ayat (1) atau telah dibuat penetapan bukan Kecelakaan
Kerja atau bukan PAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
ayat (4) huruf b, BRIS Ketenagakerjaan melakukan
k o o r d i n a s i d e n g a n B a d a n P e n y e l e n g g a r a Jaminan Sosial
Kesehatan terkait pelayanan kesehatan Peserta Bukan
Penerima Upah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 56

(1) Jika dalam kesimpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


50 ayat (4) hasilnya merupakan Kecelakaan Kerja atau
PAK atau terdapat penetapan Kecelakaan Kerja atau PAK
sehagaimana dimaksud dalam Pasal 5 1 a y a t ( 4 ) h u r u f a
dan tidak ada perbedaaan pendapat mengenai
penetapan Kecelakaan Kerja atau P A K , m a n f a a t J K K
d i b a y a r k a n o l e h B P J S Ketenagakerjaan.
- 41 -

(2) Dalam hal terdapat penetapan PAK sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), biaya perawatan dan
pengobatan sebelumnya menjadi tanggung jawab
BPJS Ketenagakerjaan terhitung sejak penegakan
diagnosis klinis atas kasus PAK atau dugaan PAK.

Pasal 57

(1) S etelah laporan tahap I dis a_mpaikan oleh P es erta


Bukan Pener - ima Upah daniatau keluarganya, BPJS
Ketenagakerjaan meminta informas i perkembangan
kondisi Peserta Bukan Penerima Upah yang
mengalami K.ecelakaan Kerja ata.0 PAK kepada Peserta
Bukan Penerima Upah daniatau keluarganya paling
larna 6 (enam) bulan sejak terdapat kesimpula.n
Kecelakaan Kerja ata.0 PAK oleh BRIS
K etenagakerjaan atau penetapan K ecelakaan Kerja
atau PAK oleh Pengawas Ketenagakerjaan.

(2) Peserta Bukan Penerima Upah daniatau keluarganya


memberikan informasi perkembangan kondisi Peserta
Bukan Penerima Upah yang mengalami Keeelakaan
Kerja atau PAK paling lama 14 (empat belas) hari kerja sej
ak BPJS Ketenagakerjaan memin ta in form a si dimaksud.

(3) P e r m i n t a a n informasi oleh BPJS Ketenagakerjaan


sebagalmana dimaksud pada ayat (1) dan informasi
yang cliberikan oleh Peserta Bukan Penerima Upah
da ni at au ke lu ar ga ny a s e ba ga im an a di ma ks ud pa da
ayat (2) disampaikan kepada Dinas Provinsi atau unit
pengawasan ketenagakerjaan setempat.

Pasal 58

(1) Peserta Bu kan Penerima U pah daniatau keluarganya


wajib melaporkan akibat Kecelakaan Kerja atau PAK
kepada:

a.BPJS Ketenagakerjaan; dan

b.D i n a s Provinsi ata.0 unit pengawasan


ketenagakerjaan setempat.
- 42 -

(2) Laporan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1)


d i s a m p a i k a n d a l a m j a n g k a w a k t u I a m a 2 x 2 4 jam
sejak Peserta Bukan Penerima Upah dinyatakan s embuh,
Cacat, atau meninggal dunia berdas arkan surat
keterangan dokter yang menerangkan:

a, ke ad aa _n s e me nt ar a t id ak m am pu b ek er ja t el ah
berakhir;

b.Cacat Total Tetap untuk selamanya;

c.Cacat Sebagian Anatomis;

d.Cacat S ebagian Fungs i; atau

e.m e n i n g g a l d u n i a .

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan laporan tahap 11 dan sekaligus sebagai
pengajuan manfaat JKI( kepada BPJS
Ketenagakerjaan yang dilengkapi denga_n dokumen
sebagai berik -ut:

a.Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan;

b.k a r t u t a n d a p e n d u d u k ;

c . s u ra t ke te ra ng a. n D o kt er P e me ri ks a d an ia ta u Dokter
Penasihat;

d.kuitans i biaya pengangkutan;

e . kuitans i biaya pengobatan dan/atau peraw atan; dan

f.dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.

(4) Kuita_nsi biaya pengobatan daniatau perawatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e dapat
dimintakan penggantian kepada BPJS
Ketenaga_kerjaan dalam hal fasilita.s pelayanan
kesehatan yang digunakan belum bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan.

(5) Dokurnen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a


dan huruf b dapat berupa fotokopi atau dokumen
elektronik.
(6) Dokumen pendukung lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf f s esuai dengan jenis kejadian Kecelakaan
Kerja atau PAK.
43 -

(7) Jika dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3 )


telah Iengkap, BPJS Ketenagalcerjaan meng,hitung dan

membayar kepada pihak yang berhak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Jika dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak


lengkap, BPJS Ketenagakerjaan
memberitahukan kepada Peserta Bukan Penerima Upah
daniatau keluarganya paling la_ma 3 (tiga) hari kerja sejak
laporan tahap II diterima.

(9) Penyampaian laporan sebagaimana dirnaksud pada ayat (2)


dapat dilakukan secara daring daniatau luring.

Pasal 59

Dinas Provinsi atau unit pengawasan ketenagakerjaan setempat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf b ya_ng telah
menerima laporan tahap II, melakukan k o o r d i n a s i d e n g a n B R I S
Ketenagakerjaa.n untuk pembayaran manfaat JICK bagi
Peserta Bukan Penerima Upah dan/atau keluarganya.

Pasal 60

BR.IS Ketenagakerjaan melaporkan kasus Kecelakaan Kerja atau PAK


yang menimpa Peserta Bukan Penerima Upah dan telah
dibayarkan manfaatnya kepada D inas Provins i atau unit
pengawasan ketenagakerjaan setempat secara berkala.

Pasal 61

(1) P ernberi K erja Selain P enyelenggara Negara yang


mempekerjakan peserta magang, siswa kerja praktek,
t en ag a h on or er , at au n ar ap id an a ya ng d ip ek er ja ka n
dalam proses asitnilasi serta mahasiswa kerja praktek
atau peserta pendidikan pengembangan bakat dan
minat, wajib melaporkan setiap Kecelakaan Kerja atau
PAK kepada BPJS Ketenagakerjaan dan Dinas Provinsi
atau unit pengawasan ketenagakerjaan setempat,
- 44 -

dalarn waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak


terjadinya KeceIakaan Kerja

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan laporan tahap I.

(3) Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara


sebagaimana dima_ksud pada ayat (1) wajib
melaporkan akibat Kecelakaan Kerja atau PAK kepada BPJS
Ketenagakerjaan dan Dinas Provinsi atau unit pengawasan
ketenagakerjaan setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x
24 jam setelah peserta magang, siswa kerja praktek, tenaga
honorer, atau narapidana y a n g d i p e k e r j a k a n d a l a . m
proses serta mahasiswa kerja praktek atau peserta
pendidikan pengembangan bakat dan minat, dinyatakan
sembuh, Cacat, atau menirtggal dunia.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


merupakan laporan tahap I1 dan disampaikan berd
a s a r k a n s u r a t k e t e r a n g a n d o k t e r y a n g menerangkan:

a. keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir;

b. Cacat Total Tetap untuk seIarnanya.;

c. C a c a t S e b a g i a n A n a t o m i s ;

d. C a c a t S e b a g i a n F u n g s i ; a t a u

e. meninggal dunia.

(5) Persyaratan da.n mekanisrne pelaporan dan penetapan jaminan


bagi peserta magang, s isw a kerja praktek, tenaga
honorer, atau narapidana yang dipekerjakan dalam proses
asimilasi serta mahasiswa kerja praktek atau peserta
pendidikan pengembangan bakat dan minat, dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi Peserta Bukan
Penerima Upah.
- 51 -

( 5 ) Dalam hal Pemberi Kerja Jasa Konstruksi tidak dapat


membayar luran secara lunas maka pembayaran I u r a n
d a p a t d i l a k u k a n b e r d a s a r k a n t a h a p a n sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3) huruf c, dan ayat (3) huruf d
dengan ketentuan seluruh Iuran harus sudah dibayar lunas
paling lambat pada saat Pemberi Kerja Jasa Konstruksi
menerima pembayaran d a r i P e n g g u n a J a s a K o n s t r u k s i
s e b e l u m t a h a p Pekerjaan Konstruksi berakhir.

Pasal 73

(1) Setiap Pengguna Jasa Konstruksi wajib mensyaratkan p e r h i t u n g a n


b e s a r n y a I u r a n p r o g r a m J K K d a n program JKM dalarn
dokumen lelang.

(2) S e t i a p Penyedia Jasa Konstruksi wajib


memperhitungkan besarnya Iuran program JKI( dan program
JKM pada saat penawaran pekerjaan.

Bagian Ketiga
Tata Cara Pelaporan dan Penetapan Jaminan

Pasal 74

Ketentuan mengenai tata cara pelaporan dan penetapan JKK dan


JKM bagi Peserta Penerirna Upah seba.gaimana dimaksud dalarn
Pasal 7 sampai dengan Pasal 24 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap tata cara pelaporan dan penetapan JKK dan JKM bagi
Peserta pada sektor usaha Jasa Konstruksi.

Pasal 75

(I) Pemberi Kerja Jasa Konstruksi wajib melaporkan


Kecelakaan Kerja atau PAK yang menimpa Pekerja Jasa
Konstruksi kepada:

a. BPJ S K etenagakerja an; dan

b. D i n a s Provinsi atau unit pengawasan


ketena.gakerjaan setempat.
- 52 -

(2) Laporan sebagairnana dimaksud pada ayat (1)


merupakan Iaporan tahap I yang harus disampaikan dalam
jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak terjadi
Kecelakaan Kerja atau sejak didiagnosis PAK, dengan
menggunakan formulir Kece1akaan Kerja tahap I yang telah
ditetapkan.

(3) P emberi K erja Jas a Konstruks i w ajib melaporkan akibat


Kecelakaan Kerja atau PAK kepada:

a. BPJ S K etenagakerja an; dan

b. D i n a s Provinsi atau unit pengawasan


ketenagakerjaan setempat.

(4) Laporan sebagairnana dimaksud pada ayat (3)


rnerupakan laporan tahap II yang harus disampaikan dalam
jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak Pekerja Jasa
Konstruksi dinyatakan sembuh, Cacat, atau meninggal dunia
berdasarkan surat keterangan dokter yang menerangkan:

a. keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir;

b. C a c a t T o t a l T e t a p u n t u k s e l a m a n y a ;

c. C a c a t S e b a g i a n A n a t o m i s ;

d. C a c a t S e b a g i a n F u n g s i ; a t a u

e. m e n i n g g a l d u n i a .

(5) Laporan sebagaimana dirnaksud pada ayat (3)


sekaligus merupakan pengajuan manfaat JKK kepada B P J S
Ketenagakerjaan dengan melampirkan persyaratan
yang meliputi:

a.formulir pendaftaran proyek Jasa Konstruksi dan bukti


pembayaran Iuran terakhir;

b.k a r t u t a n d a p e n d u d u k ;

c. surat keterangan Dokter Pemeriksa dan/atau Dokter


Penasihat;

d.k u i t a n s i b i a y a p e n g a n g k u t a n ;

e. kuitansi biaya pengobatan dan/atau perawatan , b i l a


f a s i l i t a s p e l a y a n a n k e s e h a t a n y a n g digunakan
belum bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan
yang disebabkan karena tidak
53

terdapat fasilitas kesehatan yang bekeda sama


dengan BPJS Ketenagakerjaan di tempat
terjadinya Kecela_kaan Kerja; dan

f. dokumen pendukung Iainnya jika diperlukan.

(6) Jika data seba_gaLmana dimaksud pada ayat (5) telah lengkap,
BPJS Ketenaga_kerjaan menghitung dan mernbayar
manfaat JI(1( kepada yang berhak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Jika data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak lengkap,
BPJS Ketenagakerjaan memberitahukan kepada Pemberi
Kerja Jasa Konstruksi paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
laporan Kecelakaan Kerja atau PAK tahap II diterima.

(8) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dan ayat (4) dapat dilakukan secara daring daniatau luring.

Pasal 76

(1) Dalam hal perffitungan BPJS Ketenagakerjaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (6) tidak
diterima salah satu pihak dan terjadi perbedaan pendapat
antara Pekerja Jasa Konstruksi, Pemberi Kerja Jasa
Konstruksi,dan iatau BRIS
Ketenagakerjaan mengenai penetapan Kecelakaan Kerja atau
PAK, akibat Kecelakaan Kerja, persentase Cacat, dan besarnya
JKK, penetapan manfaat JKK dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.

(2) Dalam hal penetapan Pengawas Ketenagakerjaan


sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) tidak diterima salah
satu pihak, pihak yang tidak rnenerima dapat merninta
penetapan Menteri.
- 54 -

Pasal 77

(1 ) P e k e r j a J a s a K o ns t r u k s i y a n g t e l a h d i n y a t a k a n sembuh
berdasarkan surat keterangan dokter berhak mendapatkan
manfaat JKK dari BPJS
Ketenagakerjaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja s e t e l a h
d i p e n u h i n y a p e r s y a r a t a n t e k n i s d a n administratif.

(2 ) Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan tidak melaksa_nakan kewajiban


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenai sanksi ganti
rugi sebesar 1% (satu persen) dari nilai nominal
santunan ,7ang harus dibayar untuk setiap hari
keterlambatan dan dibayarkan kepada Peserta Jasa
Konstruksi.

Pasal 78

Dalam hal Pekerja Jasa K o ns t r u k s i yang mengalami


Kecelakaan Kerja meninggal dunia maka hak atas rnanfaat J K K
d i b e r i k a n k e p a d a a h l i w a r i s n y a s e s u a i d e n g a n ketentuan
pera.turan perundang-undangan.

Pasal 79

(1) Ahli waris Pekerja Jasa Konstruksi yang meninggal dunia


bukan akibat Kecelakaan Kerja berhak atas manfaat JKM.

(2) Pembayaran manfaat JKM sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) wajib dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja
sejak diterimanya surat permohonan pengajuan manfaat
JKM dengan melampirkan:

a.surat keterangan kematian;

b.surat keterangan ahli waris; dan

c . nomor kepesertaan untuk masing-masing proyek Jasa Kon


struksi yang bersangkutan

( 3 ) D a la m ha l BP J S K e te na ga ke rj a an ti da k me me nu hi
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
dikenakan ganti rugi sebesar % (satu persen) dari
ni la i n om in al s an tu na n y an g h ar us di ba ya r un tu k
55

setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada ahli

waris Peserta Jasa Konstruksi yang bersangkutan.

Pasal 80

Ketentuan mengenai bentuk formulir pelaporan Kecelakaan Ketja


atau PAK dan formulir pelaporan kematian diatur dengan
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 81

Pemberi Kerja Jasa K ons truks i yang belum

mengikutsertakan Pekerja Jasa Konstruksi dalam program JKK


kepada BPJS Ketenagakerjaan, jika terjadi risiko K e c e l a k a a n
Kerja atau PAK terhadap Pekerja Jasa Konstruksi,
Pemberi Kerja Jasa Konstruksi wajib membayar hak
Pekerja Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 82

Ketentuan mengenai tata cara pelaporan dan penetapan jaminan


bagi Pekerja bukan Peserta BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 30 berlaku
mutatis mutandis terhadap Pekerja Jasa Konstruksi bukan Peserta
BPJS Ketenagakerjaan.

BAB V
TATA CARA PEMBERIAN MANFAAT JKK DAN JKM

Bagian Kesatu
Pemberian Manfaat JKK

Pasal 83

Peserta yang mengalami Kecelakaan Kerja atau PAK berhak atas


manfaat JKK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 56

Pasal 84

(1) Dalam hal Peserta mengalami Cacat Sebagian


Anatomis daniatau Cacat Sebagian Fungsi maka
jumlah persentase kecacatan tidak lebih dari 70%
(tujuh puluh persen).

( 2 ) Dalam hal terdapat kecacatan organ tubuh yang tidak


tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
beserta perubahannya maka untuk menentukan
besarnya persentase kecacatan menggunakan
perhitungan persentase hilangnya kemampuan kerja
fisik sebagimana dimaksud dalarn Tabel Persentase
Cacat Sebagian Anatomis, Cacat Sebagian Fungsi,
Cacat Total Tetap, dan Cacat lainnya yang tercantum
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Program J aminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian beserta
perubahannya dan peraturan lain yang mengatur
tentang pedoman diagnosis dan penilaian Cacat
karen.a Kecelakaan Kerja atau PAK.

Pasal 85

(1) P eserta P enerirna Upah dan P ekerja Jas a K ons truksi


yang meninggal mendadak dianggap sebagai
Keeelaka.an Kerja dan berhak atas manfaat JICK sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
jika memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pekerja sedang bekerja di Tempat Kerja tiba-tiba


meninggal dunia tanpa melihat penyebab dari
penyakit yang dideritanya; atau

b. Pekerja sedang bekerja di Tempat Kerja mendapat


serangan penyakit kemudian dibawa ke dokter,
at,au unit pelayanan kesehatan atau rumah sakit
dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam
kemudian meninggal dunia.
- 57

(2) Peserta Bukan Penerima Upah yang meninggal


mendadak pada saat menjalankan aktivitas pekerjaan sesuai
pendaftaran kepesertaannya dianggap sebagai Kecelakaan
Kerja dan berhak atas manfaat JKK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jika memenuhi syarat
sebagai berikut:

a. Pekerja sedang bekerja di Tempat Kerja tiba-tiba meninggal


dunia tanpa melihat penyebab dari penyakit yang
dideritanya; atau

b. Peketja sedang bekerja di Tempat Kerja mendapat serangan


penyakit kemudian dibawa ke dokter atau unit
pelayanan kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih
dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal
dunia.

(3) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), Peserta Bukan Penerima Upah yang meninggal
mendadak harus memenuhi persyaratan telah membayar
Iuran paling sedikit 12 (dua belas) bulan pada saat Peserta
meninggal dunia.

(4) Peserta magang, siswa kerja praktek, atau narapidana dalam


proses asimilasi serta mahasiswa kerja praktek a t a u
p e s e r t a p e n d i d i k a n p e n g e m b a n g a n b a k a t d a n minat
yang meninggal mendadak dianggap sebagai Kecelakaan
Kerja dan berhak atas manfaat JKK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jika memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 86

(1) Peserta Penerima Upah yang mengalami Kecelakaan K e r j a


p a d a s a a t d i t u g a s k a n k e l u a r n e g e r i o l e h Pemberi Kerja,
berhak atas manfaat JKK.

(2) Dalam hal Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengalami Kecelakaan Kerja di luar negeri, biaya pelayanan
kesehatan dibayar terlebih dahulu oleh Pemberi Kerja.
- 58

(3) Penggantian biaya pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dapat diajukan kepada BPJS Ketenagakerjaan
dengan ketentuan biaya penggantian y a n g d i b e r i k a n s e t a r a
d e n g a n s t a n d a r f a s i l i t a s kesehatan tertinggj di Indonesia
yang telah bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan
sesuai dengan ketentuan perat.uran perundang-
undangan.

Pasal 87

Upah sebagai dasar perhitungan manfaat JICK bagi Peserta


Penerima Upah atau Pekerja Jasa Konstruksi
menggunakan Upah terakhir pada saat Keeelakaan Kerja terjadi.

Pasal 88

(1) Dalam hal terdapat perubahan data. Upah Peserta. Penerima


Upah atau Pekerja Jasa Konstruksi, Pemberi Kerja tidak
melaporkan perubahan data tersebut dan terjadi risiko
Keeelakaan Kerja, BPJS Ketenagakerjaan menghitung manfaat
berdasarkan data Upah terakhir yang dilap-orkan sebelum
terjadi risiko Kecelakaan Kerja kepada BR.JS
Ketenagakerjaan.

(2) K e k u r a n g a n pembayaran manfaat akibat tidak


dilaporkannya perubahan data Upah sebagaima_na
dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemberi
Kerja.

Pasal 89

(1)Pembayaran manfaat JKK atas kasus PAK


menggunakan dasar perhitungan Upah Peserta
Penerima Upah atau Pekerja Jasa Konstruksi pada saat
penegakan diagnosis klinis yang disertai bukti pajanan
penyebab PAK.

( 2 ) Pembayaran manfaat JKK atas kasus PAK bagi Peserta B u k a n


P e n e r i m a U p a h m e n g g u n a k a n d a s a r penghasilan
penetapan manfaat yang dilaporkan
kepada BPJS ketenagakerjaan pada saat penegakan
- 59 -

diagnosis klinis yang disertai bukti pajanan penyebab PAK.

(3) Dalam hal penegakan diagnosis klinis yang disertai b u k t i


pajanan penyebab PAK pada saat Peserta
seba.gaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) telah
berhenti bekerja, Upah yang digunakan sebagai dasar
pembayara_n manfaat JKK pada kasus PAK
s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t ( 1 ) m e r u p a k a n Upah
atau penghasilan teraldiir pada saat Peserta masih aktif
bekerja.

(4) Penegakan diagnosis klinis dan bukti pajanan PAK


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Dokter Pemeriksa, Dokter Penasihat, daniatau dokter umum
atau dokter spesialis yang kompeten di bidang kesehatan
kerja.

Pasal 90

( 1 ) P e m b a y a r a n m a n f a a t J K K a t a s k a s u s K e c e l a k a a n Kerja
atau PAK bagi Pekerja Jasa Konstruksi yang k o m p o n e n
u p a h n y a t i d a k t e r c a n t u m a t a u t i d a k diketahui, Upah
sebagai dasar perhitungan manfaat J I K K m e n g g u n a k a n
harga satuan Upah tiap jenis pekerjaan yang
dikeluarkan oleh dinas yang rnenyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum
setempat.

{2) Dalarn hal dinas yang menyelenggarakan urusan


pemerint.ahan di bida_ng pekerjaa_n umum tidak
me mp un ya i ha rg a s a tu an U p ah , U pa h s e ba ga i da s a r
perhitungan manfaat J KK rnenggunakan Upah
minimum provinsi setempat.

(3) Dalam hal daerah menetapkan Upah minimum


kabupatenikota, Upah sebagai dasar perhitungan m a n
faat JKK menggunakan U pah minimu m
kabupaten/kota seternpat.
60

Pasal 91

(1) Pemberi Kerja yang menunggak Iuran JICK sampai d e n g a _ n 3


( t i g a ) b u l a n b e r t u r u t - t u r u t d a n t e r j a d i Kecelakaan
Kerja atau PAK, BPJS Ketenagakerjaan w a j i b m e m b a y a r
m a n f a a t J K K k e p a d a P e s e r t a Penerima Upah atau ahli
warisnya.

(2) Pemberi Kerja yang menunggak luran JKK lebih dari 3 ( t i g a )


b u l a n b e r t u r u t - t u r u t d a n t e r j a d i K e c e l a k a a n Kerja atau
PAK, Pemberi Kerja wajib membayar terlebih dahulu
manfaat JKK kepada Peserta Penerima Upah atau ahli warisnya.

(3) Dalam hal Pemberi Kerja telah melunasi seluruh


tunggakan Iuran dan denda ya_ng menjadi
kewajibannya, Pernberi Kerja dapat meminta
penggantian manfaat JKK kepacla BPJS
Ketenagakerjaan.

(4) Pemberi Kerja mengajukan permintaan penggantian manfaat


JKK kepada BPJS Ketenagakerjaan paling latna 3 (tiga) bulan
sejak Pemberi Kerja membayar hak Peserta Penerima Upah.

(5) BPJS Ketenagakerjaan wajib me mbayar pengga.ntian manfaat


JKK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak surat permintaan dan dokumen pendukung
diterima secara lengkap dan benar oleh BPJS Ketenagaketjaan.

Pasal 92

(1) Peserta Bukan Penerima Upah yang menunggak luran


JKK sampai dengan 3 (tiga) bulan berturut-turut dan
terjadi Kecelakaan Kerja atau PAK, BPJS
K e t e n a g a k e r j a a n w a j i b m e m b e r i k a n m a n f a a t J K K beru
pa:

a. pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis


berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan;
dan

b. santunan berupa uang setelah Peserta Bukan P enerima


U pah dinyatakan s embuh, Cacat
61 -

Sebagian Anatomis, Cacat Sebagian Fungsi, Cacat

Total Tetap atau meninggal dunia berdasarkan

surat keterangan Dokter Pemeriksa atau Dokter

Penasihat dan telah melunasi tunggakan Iuran.

(2) Tunggakan Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b dilunas i oleh Pes erta Bukan Penerima Upah
atau ahli warisnya dari jumlah santunan berupa uang
yang seharusnya diterima.

Pasal 93

Ketentuan mengenai pembayaran manfaat JKK dalam hal


P em be ri K e rj a me nu ng ga k I ur an s e ba ga im an a di ma ks ud
dalarn Pasal 91 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
pembayaran manfaat JKK bagi peserta magang, siswa kerja
praktek, tenaga honorer, atau narapidana yang
dipekerjakan dalam proses asimilasi serta mahasiswa kerja
praktek atau peserta pendidikan pengembangan bakat dan
minat, dalam hal Pemberi Kerja menunggak Iuran.

Pasal 94

(1) Pemberi Kerja Jasa Konstruksi yang menunggak Iuran J K K


melewati tanggal jatuh tempo tahapan
pembayaran Iuran dan terjadi Kecelakaan Kerja atau
PAK, Pemberi Kerja wajib membayar terlebih dahulu
manfaat JKK kepada Pekerja atau ahli warisnya.

(2) D a l a m h a l P e m b e r i K e r j a J a s a K o n s t r u k s i t e l a h
melunasi seluruh tunggakan Iuran yang menjadi
kewajibannya, Pemberi Kerja dapat meminta
penggantian manfaat JKK kepada BPJS
Ketenagakerjaan.

(3) P e m b e r i Kerja Jasa Konstruksi mengajukan


permintaan penggantian manfaat JKK s ebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada BPJS Ketenagakerjaan
paling lama 3 (tiga) bulan sejak Pemberi Kerja
membayar hak Peserta Penerima Upah.
- 62

(4) BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar penggantian manfaat


JKX sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pa1ing lama 7
(tujuh) hari kerja sejak surat permintaan dan dokumen
pendukung diterima secara lengkap dan benar oleh BPJS
Ketenagakerjaan.

Pasal 95

(1) Peserta yang bekerja pada lebih dari 1 (satu) Pemberi Kerja
dan didaftarkan oleh masing-masing Pemberi Kerja dalam
program JKK serta mengalami Kecelakaan Kerja, berhak
mendapatkan manfaat JKK berdasarkan kejadian Kecelakaan
Kerja sesuai perusahaan tempat Peserta melakukan pekerjaan.

(2) Peserta yang bekerja pada lebih dari 1 (satu) Pernberi Kerja dan
didaftarkan oleh masing-masing Pemberi Kerja dalam
program JKK serta mengalami PAK, berhak mendapatkan
manfaat JKK berdasarkan faktor penyebab dominan PAK di
salah satu perusahaan tempat Peserta me1akukan pekerjaan.

Bagian Kedua
Pemberian Manfaat JKM

Pasal 96

Peserta yang meninggal dunia bukan akibat Kecelakaan Kerja


atau PAK berhak atas manfaat JKM sesuai dengan ketentua_n
peraturan perundang-undang.an.

Pasal 97

(1) Pemberi Kerja yang menunggak luran J - KM sampai dengan


3 (tiga) bulan berturut-turut dan Peserta P e n e r i m a
U p a h m e n i n g g a l d u n i a b u k a n k a r e n a Kecelakaan Kerja
atau PAK, BPJS K.etenagakerjaan wajib membayar manfaat
JKIA kepada ahli warisnya s e s u a i d e n g a n k e t e n t u a n
p e r a t u r a n p e r u n d a n g undangan.

Anda mungkin juga menyukai