Hidup seorang anak gembala yang bekerja pada saudagar kaya. Dia bertugas
untuk merawat domba majikannya dan meminta tolong warga jika ada serigala
berteriak, “Tolong! Ada serigala di sini!”. Sontak, warga desa pun segera
menghampiri dan menolong, tetapi mereka kesal karena anak gembala hanya
bercanda.
“Tolong! Ada serigala di sini!”. Seperti sebelumnya warga desa pun segera
menghampirinya. Dan lagi-lagi mereka kesal karena anak gembala hanya bercanda.
Senang dengan reaksi warga, anak gembala pun terus-menerus menipu warga
domba dan anak gembala. Ketakutan, anak gembala pun berteriak minta-tolong,
tetapi tidak ada warga yang menjawab karena mereka sudah tidak percaya.
Akhirnya si anak gembala sadar bahwasanya dengan dia suka berbohong dia
tidak lagi dipercaya oleh semua orang, dan hal tersebut sangat merugikan
sangka, angsa tersebut ternyata bertelur emas. Bingung dengan telur tersebut,
petani akhirnya membawanya ke kota dan bertanya pada pedagang emas. “Ini
emas murni,” kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan uang
yang banyak.
Sejak saat itu, angsa pun terus menerus mengeluarkan telur emas satu butir
setiap harinya yang membuat petani senang. Namun, bukannya dijual, petani
justru menumpuk emas tersebut agar bisa dijual dalam jumlah banyak.“Aku akan
kaya raya. Namun, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap
Hari demi hari, jumlah telur si angsa bukannya bertambah, tetapi malah
berkurang. Di satu waktu, angsa hanya mengeluarkan satu telur saja yang
membuat petani marah. “Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu
Setelah disembelih, petani kaget karena tidak ada emas sama sekali di dalam
tubuh angsa. Telur yang disimpan petani pun kini berubah menjadi telur biasa.
Kini, petani hanya bisa menyesal karena serakah dia telah menyembelih
angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti dia masih bisa mendapatkan