Anda di halaman 1dari 6

STANDAR 5.

STANDAR PEMANFAATAN KAYU UNTUK


KOMPONEN BANGUNAN RUMAH DAN ENERGI
TERBARUKAN

64 Foto: Sekretariat BSILHK


STANDAR 5. STANDAR PEMANFAATAN KAYU UNTUK KOMPONEN BANGUNAN
RUMAH DAN ENERGI TERBARUKAN

Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Badan


Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan KehutananKementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan

TINGKAT INSTRUMEN: NOMOR DOKUMEN:


Standar [SBSI]/Petunjuk Teknis SBSI. Pustarhut.2
KATEGORI INSTRUMEN:
Pengelolaan & Pengendalian Kerusakan Hutan
REVISI:
KELAS RISIKO:
0
Rendah

KELAS PENGGUNA:
Usaha/Kegiatan Risiko Rendah TANGGAL BERLAKU:

KLUSTER KEGIATAN:
Pra Konstruksi/Konstruksi JUMLAH HALAMAN:7

NAMA:
Pemanfaatan Kayu untuk Komponen Bangunan
Rumah dan Energi

A. URAIAN KEGIATAN STANDARDISASI


Perancangan pembangunan kawasan Ibu Kota Negara (IKN) memiliki visi “Kota Dunia
untuk Semua”. Visi Pembangunan IKN tersebut selanjutnya diturunkan ke dalam tiga tujuan
utama yaitu: a) simbol identitas nasional; b) kota berkelanjutan di dunia; serta c) penggerak
ekonomi Indonesia pada masa depan. Sebagai kota berkelanjutan di dunia, IKN diharapkan
menjadi kota yang mengelola sumberdaya secara efisien dan memberikan pelayanan secara
efektif dengan pemanfaatan sumberdaya air dan energi yang efisien, pengelolaan sampah,
moda transportasi terintegrasi, lingkungan layak huni dan sehat, sinergi lingkungan alam dan
lingkungan binaan. Kawasan IKN akan dibangun pada areal eks lahan hutan tanaman industri
dan konsep pembangunannya akan dibentuk menjadi forest city di mana 70-75% dari luas
kawasannya adalah hutan atau kawasan hijau sementara sisanya akan dimanfaatkan untuk
pembangunan infrastruktur. Berdasarkan hal tersebut, maka terlihat bahwa akan ada potensi
kayu dalam jumlah cukup besar yang dapat dimanfaatkan, termasuk yang dihasilkan dari proses
pemanenan kayu untuk membangun infrastruktur IKN.
Kayu-kayu berukuran diameter ≥ 10 cm yang dihasilkan dari proses pemanenan
dimanfaatkan sebagai komponen bangunan rumah, untuk mendukung pembangunan
infrastruktur berupa perumahan berkonsep “Green Building” yang selaras dengan konsep
“Green City” yang diusung dalam pembangunan IKN. Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan kayu
untuk komponen bangunan rumah akan melibatkan industri pengolahan kayu dan masyarakat
lokal sesuai prinsip dasar pembangunan IKN yaitu pelibatan masyarakat. Pemanfaatan kayu
untuk komponen bangunan rumah mengedepankan prinsip efektif, efisien, dan ramah
lingkungan dengan tetap memperhatikan kualitas bangunan rumah yang dihasilkan agar kuat,
awet dan layak huni.
Selanjutnya, kayu berdiameter kecil (< 10 cm) dan bagian lain dari pohon serta kayu-kayu
sisa penggunaan bangunan dapat digunakan sebagai kayu serpih. Penggunaan sebagai kayu
serpih diharapkan dapat mendukung target penggunaan energi terbarukan sebanyak 50-80%.
65
A1. Tujuan
Standar ini disusun sebagai pedoman pemanfaatan kayu untuk komponen bangunan
rumah dan energi terbarukan di kawasan IKN.

A.2. Pelaksana
Pelaksana kegiatan standar pemanfaatan kayu untuk komponen bangunan rumah dan
energi terbarukan di kawasan IKN adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dan industri pengolahan kayu di sekitar IKN.

A.3. Tahap Kluster Kegiatan


A.3.1 Pemanfaatan kayu untuk bangunan rumah
1. Melakukan pengolahan awal kayu bulat hasil tebangan seperti penggergajian dan
pengeringan sehingga memenuhi syarat kayu untuk bahan bangunan perumahan dan
gedung baik solid maupun komposit, mengacu pada:
- SNI 7538.1:2010 Kayu gergajian daun lebar – Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan
penandaan;
- SNI 7537.2:2010 Kayu gergajian – Bagian 2: Pengukuran dimensi
2. Penggunaan sebagai bahan bangunan perumahan khusus untuk kayu gergajian struktural
mengacu pada SNI 7973.2013 - Spesifikasi disain untuk konstruksi kayu.
- Kayu gergajian struktural terdiri atas klasifikasi kayu yang dikenal dengan “Dimensi”,
“Balok dan Balok Memanjang”, “Tonggak dan Timbers” serta “Papan”, dengan nilai
desain yang ditetapkan untuk masing-masing mutu.
- “Dimensi” merujuk pada kayu dengan tebal nominal 50,8 mm sampai 101,6 mm, dan
lebar nominal 50,8 mm atau lebih. Kayu “Dimensi” lebih lanjut dikelompokkan menjadi
Rangka Ringan Struktural, Rangka Ringan, Penopang, serta Balok Anak dan Papan.
- “Balok dan Balok Memanjang” merujuk pada kayu dengan penampang persegi panjang
dengan tebal nominal 127 mm atau lebih, dengan lebar 50,8 mm atau lebih, lebih besar
daripada tebalnya, dan sempit yang dipilah terhadap kekuatan lentur apabila dibebani di
muka sempit.
- “Tonggak dan Timbers” merujuk pada kayu dengan penampang persegi atau hampir
persegi dengan ukuran nominal 127 mm x 127 mm atau lebih besar, dengan lebar tidak
lebih dari 50,8 mm lebih besar daripada tebalnya, yang dipilah terutama untuk digunakan
sebagai tiang atau kolom yang memikul beban longitudinal.
- “Dek” merujuk pada kayu dengan tebal nominal 50,8 mm sampai 101,6 mm, berlidah
dan bertakikan untuk sambungan di muka sempit, dan ditujukan untuk dipakai sebagai
atap, lantai, atau membran dinding. Dek dipilah untuk penggunaan dalam arah sumbu
lemah, dengan muka lebar dek mengalami kontak dengan komponen struktur
pemikulnya, sebagaimana biasanya dipasang.
3. Apabila kayu dalam bentuk solid berdimensi kurang sebagaimana tersebut pada butir 2,
maka dapat dibuat dan digunakan produk kompositnya, dengan mengacu pada:
- SNI 7630:2011 Kayu Lapis – Toleransi Dimensi
- SNI 03-2105-2006 Papan Partikel
- SNI 01-4449-2006 Papan Serat
- SNI ISO 631: 2011 Panel parket mosaik – Karakteristik umum
4. Melakukan uji karakteristik kayu solid dan komposit mengikuti metode pada SNI yaitu:
- SNI ISO 9086-1:2012 Kayu – Pengujian sifat fisis dan mekanis – Istilah dan definisi –
Bagian 1: Konsep umum dan makrostruktur
- SNI 03 -3958-1995 Metode pengujian kuat tekan kayu di laboratorium
- SNI 03-3960-1995 Metode pengujian modulus elastisitas lentur kayu di laboratorium
5. Melakukan perlakuan peningkatan kualitas kayu seperti pengawetan mengacu pada: SNI 03-
5010.1:1999 Pengawetan kayu untuk perumahan dan Gedung
6. Pengolahan kayu menjadi produk yang dapat memenuhi standar dimensi dan kualitas
material komponen bangunan rumah yang kuat, awet dan tahan gempa seperti yang tertera
pada:
- SNI 03-6839-2002 Spesifikasi kayu awet untuk perumahan dan gedung

66
- SNI 2036:2011 Kayu untuk pembuatan lantai kayu – Simbol penandaan berdasarkan
jenis
- SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
- SNI 8386:2017 Kayu lapis indah
- SNI 1726:2019 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non-gedung
7. Melakukan pengujian karakteristik produk komposit kayu mengikuti standar metode pada
SNI untuk pengujian komposit kayu seperti:
- SNI 03-2105-2006 Papan partikel
- SNI 7207:2014 Uji ketahanan kayu terhadap organisme perusak kayu
- SNI 8619:2018 Struktur kayu – Kayu Laminasi (Glulam) – Metode Pengujian untuk
penentuan sifat fisis dan mekanis (ISO 8375:2017, IDT)

A.3.2. Pemanfaatan Kayu Serpih


1. Konversi kayu menjadi produk bahan energi seperti wood chip/serpih kayu, pelet, arang,
briket arang menggunakan metode yang efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan
produk yang memenuhi standar kualitas mengacu pada:
- SNI 8021:2020 Pelet kayu
- SNI 8675:2018 Pelet biomassa untuk energi
- SNI 8951:2020 Pelet biomassa untuk pembangkit listrik
- SNI 01-6235-2000 briket arang kayu
2. Menguji kualitas produk wood chip/serpih kayu, pelet, arang dan briket arang sesuai
standar:
- SNI 7835.3:2012 Serpih kayu (wood chips) - Bagian 3: cara uji
- SNI 8021:2020 Pelet kayu
- SNI 8675:2018 Pelet biomassa untuk energi
- SNI 8951:2020 Pelet biomassa untuk pembangkit listrik
- SNI 01-6235-2000 Briket arang kayu
3. Melakukan uji coba dan pengembangan penggunaan produk wood chip/serpih kayu dan
pelet kayu sebagai cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di sekitar IKN

A.4 Lokasi
Areal lokasi kegiatan adalah pabrik pengolahan kayu dan pembangunan rumah atau sesuai
lokasi kegiatan berlangsung

B. URAIAN STANDAR
B.1. Besaran Dampak
Jika standar ini tidak diterapkan maka terdapat potensi adanya penumpukan kayu di
kawasan IKN yang berdampak pada kerugian ekonomi akibat tidak optimal dalam
memanfaatkan sumber daya alam berupa kayu seperti penurunan kualitas kayu untuk
komponen bangunan rumah dan energi. Dampak lain yang ditimbulkan adalah menghambat
terpenuhinya target penggunaan sumber daya energi terbarukan sebesar 50-80% dari total
sumber energi yang digunakan di IKN.

B.2. Standar Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan


B.2.1. Bentuk Pengelolaan dan Pengendalian
Bentuk pengelolaan dan pengendalian lingkungan terhadap dampak yang timbul dari
kegiatan pemanfaatan kayu disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Bentuk pengelolaan dan pengendalian lingkungan terhadap dampak yang timbul dari
kegiatan pemanfaatan kayu
No. Kegiatan Dampak Pengelolaan dan Pengendalian
1. Pemanfaatan kayu 1. Potensi • Sejak proses penebangan,
untuk komponen penumpukan kayu di sudah dilakukan pengelompokan
bangunan rumah wilayah IKN bahan baku berdasarkan

67
No. Kegiatan Dampak Pengelolaan dan Pengendalian
diameter yang telah ditetapkan
(Ꝋ >10 cm)
• Sudah tersedia rencana
pemanfaatan dan industri
pengolah kayu
2. Tingginya limbah • Limbah pengolahan kayu untuk
dari proses komponen bangunan rumah,
pengolahan kayu dapat dimanfaatkan untuk
produk komposit dan kayu energi
serta bahan bakar boiler
3. Penurunan kualitas • Tersedianya pedoman material
kayu handling
4. Polusi suara dan • Lokasi industri pengolahan harus
udara dari gas diletakkan di kawasan industri
buang industri IKN
2. Pemanfaatan kayu 1. Potensi • Sejak proses penebangan,
untuk energi penumpukan kayu di sudah dilakukan pengelompokan
terbarukan wilayah IKN bahan baku berdasarkan
diameter yang telah ditetapkan
(Ꝋ ≤ 10 cm)
• Sudah tersedia rencana
pemanfaatan dan industri
pengolah kayu
2. Tingginya limbah • Limbah serbuk halus dapat
serbuk halus dari dimanfaatkan bahan bakar boiler
proses pengolahan industri
kayu
3. Penurunan kualitas • Tersedianya pedoman material
kayu handling untuk wood chips
4. Polusi suara dan • Lokasi industri pengolahan harus
udara dari gas diletakkan di kawasan industri
buang industri IKN

B.2.2. Lokasi
Lokasi yang terkena dampak kegiatan pemanfaatan kayu terutama limbah pengolahan
kayu dan polusi udara adalah kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP); kawasan IKN (KIKN);
dan kawasan pengembangan IKN (KPIKN).

B.2.3. Periode Pengelolaan


Selama operasi kegiatan dari setelah penebangan hingga produk akhir (komponen
bangunan rumah dan kayu energi).

B.3. STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


B.3.1. Bentuk Pemantauan
B.3.1.1. Pemantauan Pemanfaatan kayu untuk komponen bangunan
- Memantau kelayakan kualitas bahan kayu/komposit kayu dan material lainnya yang
digunakan sebagai komponen bangunan (indikator: hasil uji fisik mekanik, dan keawetan
kayu)
- Survei responden dalam penerapan standar di lapangan
- Pemantauan dilakukan secara langsung terhadap dampak terhadap lingkungan timbul di
areal operasional industri

B.3.1.2. Pemantauan Pemanfaatan kayu untuk energi


- Memantau seluruh rangkaian proses konversi kayu menjadi produk-produk bahan energi
seperti wood chip/serpih kayu, pelet, arang, dan briket arang agar sesuai dengan standar
atau SOP yang digunakan

68
- Memantau kualitas produk pelet, arang, dan briket arang yang dihasilkan agar memenuhi
standar produk yang diacu (Kesesuaian dengan SNI)
- Survei responden dalam penerapan standar
- Pemantauan dilakukan secara langsung terhadap dampak terhadap lingkungan timbul di
areal operasional industri

B.3.2. Lokasi
Areal lokasi kegiatan berlangsung (areal operasional industri)

B.3.3. Periode Pemantauan


Pemantauan akan dilakukan minimal tiga kali yaitu di awal untuk memantau kelayakan
kualitas material setelah proses penebangan, selanjutnya pada tahun kedua untuk memantau
proses dan kualitas produk yang dihasilkan, serta di akhir proses untuk survei responden dalam
penerapan standar di lapangan.

Daftar Pustaka

SNI 7538.1:2010 Kayu gergajian daun lebar – Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan
SNI 7537.2:2010 Kayu gergajian – Bagian 2: Pengukuran dimensi
SNI 7973.2013 - Spesifikasi disain untuk konstruksi kayu
SNI 7630:2011 Kayu Lapis – Toleransi Dimensi
SNI 03-2105-2006 Papan Partikel
SNI 01-4449-2006 Papan Serat
SNI ISO 631: 2011 Panel parket mosaik – Karakteristik umum
SNI ISO 9086-1:2012 Kayu – Pengujian sifat fisis dan mekanis – Istilah dan definisi – Bagian 1:
Konsep umum dan makrostruktur
SNI 03 -3958-1995 Metode pengujian kuat tekan kayu di laboratorium
SNI 03-3960-1995 Metode pengujian modulus elastisitas lentur kayu di laboratorium
SNI 03-5010.1:1999 Pengawetan kayu untuk perumahan dan Gedung
SNI 03-6839-2002 Spesifikasi kayu awet untuk perumahan dan gedung
SNI 2036:2011 Kayu untuk pembuatan lantai kayu – Simbol penandaan berdasarkan jenis
SNI 7973:2013 Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu
SNI 8386:2017 Kayu lapis indah
SNI 1726:2019 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan
non-gedung
SNI 03-2105-2006 Papan partikel
SNI 7207:2014 Uji ketahanan kayu terhadap organisme perusak kayu
SNI 8619:2018 Struktur kayu – Kayu Laminasi (Glulam) – Metode Pengujian untuk penentuan
sifat fisis dan mekanis (ISO 8375:2017, IDT)
SNI 8021:2020 Pelet kayu
SNI 8675:2018 Pelet biomassa untuk energi
SNI 8951:2020 Pelet biomassa untuk pembangkit listrik
SNI 01-6235-2000 briket arang kayu
SNI 7835.3:2012 Serpih kayu (wood chips) - Bagian 3: cara uji
SNI 8021:2020 Pelet kayu
SNI 8675:2018 Pelet biomassa untuk energi
SNI 8951:2020 Pelet biomassa untuk pembangkit listrik
SNI 01-6235-2000 Briket arang kayu

69

Anda mungkin juga menyukai