KELUARGA I. Tantangan tauhid dalam membina keluarga
Membangun keluarga yang sakinah tidaklah mudah,
tak sedikit di antara mereka yang gagal dalam membina keluarga. Salah satu penyebab mengapa keluarga gagal adalah salah dalam memulai dan tidak tahu prinsip dan tujuan utama dalam keluarga. Seringkali orang menikah hanya sekedar menuruti tuntunan tuntutan hakikat biologi. Ia tidak memahami hak dan kewajiban suami istri serta kedudukan masing masing. Ia memulai Hidup berumah tangga dengan pijakan yang rapuh Hal itulah yang menyebabkan keluarga tersebut mudah dilanda problematika.
Memang, tampak tak satupun keluarga yang
tak pernah dilanda masalah. Namun masing- masing beda dalam mengambil jalan keluar masalah bahkan ada di antaranya tak sanggup menyelesaikan masalah dan berakhir dengan perceraian Karena itulah dalam membangun keluarga harus mempunyai dasar yang kokoh dalam prinsip. Dalam perspektif Islam dasar utama kehidupan termasuk kehidupan keluarga adalah aqidah atau lebih spesifiknya adalah tauhid. Keluarga harus dimulai dengan niat karena Allah dan mudah dijalani dengan mengikuti aturan-aturan Allah. II. Tauhid sebagai pondasi keluarga.
Salah satu fungsi utama keluarga adalah untuk
menjaga keberlangsungan generasi manusia tentu saja bukan sekedar generasi, tetapi generasi yang mampu mengarungi kehidupan dan memahami dengan berat tujuan Hakiki kehidupan. Karenanya orang tua berkewajiban mendidik putra-putri mereka agar si anak ini mampu mengarungi kehidupan dengan baik dan mengerti tujuan Hakiki kehidupan. Semenjak kecil orang tua biasanya secara natural telah memahami tugas untuk mendidik anak-anak mereka, terutama berkenaan dengan kebutuhan kebutuhan duniawi. Dengan dipandu oleh kedua orang tuanya, si anak ini belajar secara bertahap mulai dari merangkak berdiri berjalan dan seterusnya sampai pada sebagaimana Ia memenuhi kebutuhan dan ancaman-ancaman hidupnya Itu semua barulah kebutuhan duniawi itu semua belum sampai pada tujuan hakikat kehidupan. Orang tua berkewajiban mengenalkan tujuan Hakiki kehidupan, tujuan hidup Hakiki kehidupan adalah adanya kesadaran dalam diri manusia bahwa ia adalah seorang hamba dan wajib menyembah Tuhannya Allah Subhanahu Wa Ta'ala Allah berfirman dalam surat az-zariyat ayat 56: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada- Ku". Orang tua berkewajiban menyelamatkan anak cucu mereka bukan hanya dari ancaman kehidupan dunia tapi juga ancaman kehidupan akhirat Allah berfirman dalam suat At-Tahrim ayat 6: "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya malaikat-malaikat yang kasar keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan mengerjakan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" Karena itulah, hal utama yang harus diajarkan kepada anak-anak dan seluruh anggota keluarga adalah mengenal Allah Subhanahu ta'ala. Pelajaran pertama yang harus diberikan kepada anggota keluarga adalah tauhid hal ini Sebagaimana telah diterangkan oleh Lukman hamba Allah yang Saleh yang kisahnya di abadikan dalam Al Quran surat Luqman ayat 13 “Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu ia memberikan pelajaran kepadanya, Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar adalah kezhaliman yang besar”. Dalam ayat tersebut Luqman mengajarkan anak- anaknya agar bertauhid agar tidak menyekutukan Allah, agar menjadikan Allah sebagai pusat perhatian dan pedoman utama dalam hidup dalam ayat ini Lukman mengajarkan beberapa kunci utama dalam menghadapi kehidupan yaitu ; - Mendirikan salat - Amar ma'ruf nahi munkar, - Bersabar dalam menghadapi ujian hidup. III. Ciri-ciri keluarga yang bertauhid. Komitmen tauhid yang diamalkan oleh sebuah keluarga tidak hanya bermanfaat pada keluarga tersebut tapi akan berpengaruh positif pada lingkungan sekitar karenanya ciri keluarga yang bertauhid antara lain sebagai berikut;
1. Komitmen menjalankan ajaran Islam. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya kegiatan bersama anggota keluarga dalam mengamalkan ibadah misalnya salat, puasa, infaq, membaca Alquran dan lain-lainnya 2. Bergaul dengan baik dengan tetangga. Hal ini merupakan buah dari pengamalan ajaran agama Islam. Dalam kehidupan sosial pergaulan ini ditunjukkan dengan adanya saling kenal dan saling komunikasi (ta'aruf) saling tolong-menolong (ta'awun) dan saling ingat mengingatkan (Amar ma'ruf nahi munkar) 3. Turut serta dalam kegiatan masyarakat. Keluarga yang bertauhid mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah- masalah sosial ia menjauhkan diri dari sikap individualis. Karenanya keluarga ini menunjukkan keaktifan dan berkontribusi terhadap kegiatan-kegiatan sosial yang ada bahkan seharusnya keluarga ini mampu menjadi inisiator dan menjadi leader dalam kegiatan ini. IV. Langkah-langkah dalam membangun keluarga yang bertauhid. Ayah sebagai kepala rumah tangga harus menyadari bahwa ia mempunyai kewajiban untuk mengajarkan agama kepada seluruh anggota keluarga, karenanya ia dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang lebih di antara anggota keluarga, namun jika hal ini tidak terpenuhi, artinya ayah mempunyai pengetahuan yang kurang dalam hal agama, juga tidak masalah. Hal yang terpenting adalah ia mempunyai kesadaran akan pentingnya membangun keluarga yang bertauhid, keluarga yang komitmen untuk menjalankan ajaran Islam. Untuk itulah ia berkewajiban untuk menciptakan sistem dan suasana agar terbentuknya suasana rumah tangga yang Islami. Jika istri mempunyai pengetahuannya dalam hal agama maka tidaklah Mengapa bahkan menjadi suatu keharusan agar mendampingi suami dalam mengajarkan ajaran agama Islam pada keluarganya dengan tanpa merendahkan kedudukan suami sebagai kepala rumah tangga. Masing-masing orang tuanya punya cara dalam pengalaman yang berbeda dalam menanamkan nilai-nilai agama dalam keluarga salah satunya adalah dengan mengikuti tips dan langkah-langkah konkret sebagai berikut ; 1. Orang tua harus menjadi teladan utama, seringkali orang tua menghendaki anak- anaknya menjadi anak yang saleh, namun hal ini tak bicara, banyak instruksi kepada si anak sedangkan dia sendiri tidak melakukannya. Seharusnya tidaklah demikian. Orang tua seharusnya lebih banyak memberikan contoh. 2. Adakan Ta’lim, mengaji bersama di rumah dengan anggota keluarga ini dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan agama bagi seluruh anggota keluarga jika anggota keluarga ada yang anggota keluarga tidak ada yang mumpuni dalam hal agama bisa mengundang guru ngaji datang ke rumah atau mengikuti Ta,lim di luar secara rutin bersama dengan anggota keluarga 3. Lakukan kegiatan kegiatan agama secara rutin dan bersama-sama misalnya dengan melakukan jamaah salat lima waktu, tadarus bersama dan sebagainya. Hal ini akan menciptakan suasana religius dalam keluarga TERIMA KASIH