NAMA ANGGOTA :
Keluarga adalah lingkungan pertama bagi pembentukan ketauhidan anak. Orangtua adalah
unsur utama bagi tegaknya tauhid dalam keluarga, sehingga setiap orang wajib memiliki
tauhid yang baik, sehingga dapat membekali anakanaknya dengan ketauhidan dan materi-
materi yang mendukungnya, disamping anak dapat melihat orang tuanya sebagai tauladan
yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman, dan pengarahan. Jika latihan-latihan
dan bimbingan agama terhadap anak dilalaikan orang tua atau dilakukan dengan kaku dan
tidak sesuai, maka setelah dewasa ia akan cenderung kepada atheis bahkan kurang perduli
dan kurang membutuhkan agama, karena ia tidak dapat merasakan apa fungsi agama dalam
hidupnya. Namun sebaliknya jika pendidikan tentang Tuhan diperkenalkan sejak kecil, maka
setelah dewasa akan semakin dirasakan kebutuhannya terhadap agama. Maka yang dimaksud
metode pendidikan tauhid dalam keluarga adalah cara yang dapat ditempuh dalam
memudahkan tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga. Metode-metode yang digunakan
untuk pendidikan tauhid dalam keluarga antara lain:
1. Kalimat Tauhid
Maka sangat benarlah metode pendidikan yang diajarkan Rasulullah saw. untuk
mengumandangkan adzan dan iqomat kepada bayi yang baru lahir. Adzan dan iqomat
merupakan panggilan bagi seorang muslim untuk shalat sujud beribadah mengakui
keesaan Allah, bertauhid bahwa Bersaksi Tidak Ada Tuhan Selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah SWT. Sehingga suara yang didengar oleh sang bayi adalah suara
ketauhidan, telinganya yang akan bereaksi terhadap suara yang berirama, sehingga lembut
dan merdunya kumandang adzan dan iqomah dapat dijadikan awal pendidikan untuknya.
Inilah metode awal bagi orang tua untuk menanamkan ketauhidan kepada anaknya
dengan kalimat yang sempurna kalimat Laa Ilaaha Illallah yang terdapat pada rangkaian
adzan dan iqomat.
Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa tidak dapat dipungkiri jika adzan dan iqomah
membawa pengaruh dan kesan dalam hati.Mendidik anak dengan kalimat tauhid, yang
akan mengikat jiwanya dan akan berpengaruh bagi perkembangan anak di masa yang
akan datang. Sehingga diharapkan kepada setiap orang tua tidak melupakan metode ini
ketika anak-anak mereka lahir.
2. Keteladanan
Keteladanan akan memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi tercapainya tujuan
pendidikan dalam keluarga, begitu pula dalam hal pendidikan tauhid. Orang tua
merupakan contoh tauladan utama sebagai panutan bagi anak-anaknya, memegang teguh
ketauhidan dan menjaganya, serta mengamalkan nilai-nilai ketauhidan dalam keluarga.
Pendidikan praktis menunjukkan bukti bahwa anak secara psikologis cenderung
meneladani orang tuanya, karena adanya dorongan naluriah untuk meniru. Kualitas
agama anak serta ketauhidannya sangat tergantung kepada orang yang terdekat dengan
mereka yakni orang tua. Kepribadian anak akan terbentuk dan terpola dari teladan yang ia
tiru sejak awal kehidupannya dalam keluarga. Islam telah memberikan contoh kepada
para orang tua kepada sosok bernama Lukman Al Hakim, yang mengajarkan bagaimana
seharusnya seorang ayah menuntun dan menanamkan ketauhidan kepada anak-anaknya,
contoh ini tidak hanya melalui perintah tetapi keteladanan Lukman Al Hakim sendiri
sebagai orang tua.
Orang tua merupakan sentral figur bagi anak dalam keluarga, sehingga jika kita
meminjam konsep yang ada dalam Quantum teaching disebutkan bahwa semuanya
berbicara, semua yang dilakukan orang tua, bahkan mimik wajahpun semunya
menyampaikan informasi bagi anak. Semuanya menjadi sumber anak untuk belajar,
sehingga jiwa ketauhidan harus selalu terpancar dari setiap wajah orang tua. Kepribadian
yang menunjukkan bahwa orang tua hanya takut dan tunduk kepada Allah SWT, muncul
dalam setiap aktivitas yang ada dalam keluarga. Islam telah memberikan contoh kepada
kita semua seorang figur yang memiliki akhlak yang sempurna. Ketauhidan beliau sangat
mantap, sehingga andaikata bulan dan matahari diletakkan dipangkuannya ia tidak akan
melepas ketauhidannya kepada Allah SWT, ialah Nabi Muhammad saw. Sehingga bagi
para orang tua tidak hanya cukup menjadikan dirinya sebagi teladan anakanaknya, namun
juga harus mengarahkan dirinya serta anak-anaknya untuk meneladani keteladanan Nabi
Muhammad SAW. dan para sahabat beliau yang memiliki kepribadian tauhid yang
mantap dan sudah terbukti.
3. Pembiasaan
Ada beberapa syarat yang harus dilakukan untuk menerapkan metode pembiasan ini
antara lain:
a. Proses pembiasan dimulai sejak anak masih bayi, karena kemampuannya untuk
mengingat dan merekam sangat baik. Sehingga pengaruh lingkungan keluarga
secara langsung akan membentuk kepribadiannya. Baik ataupun buruk
kebiasannya akan muncul sesuai dengan kebiasan yang berlangsung di dalam
lingkungannya,
b. Metode ini harus dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus, teratur dan
terencana. Oleh sebab itu faktor pengawasan sangat menentukan. Dengan
demikian diharapkan pada akhirnya anak akan terbentuk dengan kebiasaan yang
utuh, permanen dan konsisten,
c. Meningkatkan pengawasan, serta melakukan teguran ketika anak melanggar
kebiasaan yang telah ditanamkan,
d. Pembiasan akan terus berproses, sehingga pada akhirnya anak melakukan semua
kebiasaan tanpa adanya dorongan orang tuanya baik ucapan maupun pengawasan.
Namun akan melakukannya karena dorongan dan keinginan dari dalam dirinya
sendiri.
Begitu pula dalam pendidikan tauhid dalam keluarga dapat dilakukan dengan
pembiasaan atau latihan-latihan agar nilai-nilai ketauhidan tertanam dalam diri anak.
Meskipun tidak dapat dipungkiri pendidikan tauhid sangat membutuhkan dan berkaitan
erat dengan materi-materi pendidikan lain seperti akhlak, fiqih, dan sebagainya. Namun
bagaimana seluruh materi pelajaran tersebut dapat mendukung kepada pendidikan tauhid
sebab tauhidlah sebagai dasar dari seluruh materi tersebut. Ketauhidan anak akan tumbuh
melalui latihan-latihan dan pembiasaan yang diterimanya. Biasanya konsepsi-konsepsi
yang nyata, tentang Tuhan, malaikat, jin, surga, neraka, bentuk dan gambarannya
berdasarkan informasi yang pernah ia dengar dan dilihatnya.
4. Nasehat
Seluruh metode pendidikan tauhid dalam keluarga yang penyusun jelaskan, semuanya
saling berkaitan dan saling mendukung. Sehingga dalam mendidik ketauhidan anak tidak
hanya menggunakan satu metode saja, namun harus menggunakan metode-metode yang
lain, seperti metode kalimat tauhid; metode keteladanan; metode pembiasaan, dan
sekarang metode nasehat. Metode-metode inipun, seperti yang sudah penyusun
sampaikan membutuhkan materi-materi lain di luar materi ketauhidan. Nasehat ini harus
dimulai juga sejak anak masih kecil, selain sebagai sarana pendidikan tauhid juga sebagai
dorongan dan motivasi anak untuk belajar berbicara. Kemampuan bahasa anak akan
diiringi oleh kemampuan otaknya juga. Maksudnya ketika ia mendengarkan sebuah
nasehat ia akan merekam setiap kosa kata yang ia dengar dalam memorinya, serta akalnya
juga mencoba memahami setiap kosa kata sampai kalimat yang ia dengar. Oleh karena itu
bahasa yang digunakan orang tua haruslah sederhana dan jelas.
5. Pengawasan
Maksud dari pengawasan ialah orang tua memberikan teguran jika anaknya
melakukan kesalahan atau perbuatan yang dapat mengarahkannya kepada pengingkaran
ketauhidan. Pengawasan juga bermakna bahwa orang tua siap memberikan bantuan jika
anak memerlukan penjelasan serta bantuan untuk memahami dan melatih dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan kepadanya. Pendidikan tauhid dalam keluarga harus
dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus. Para orang tua tidak boleh putus asa
dan menyerah, apalagi sampai menghentikan pendidikan ini. Jika berhenti maka
prosespun akan berhenti.Mengutip penjelasan Muhammad Zein, bahwa orang tua harus
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas pendidikan tauhid anak. Rasa
tanggungjawab akan menjadi motor penggerak untuk memperhatikan dan memikirkan
pendidikan tauhid untuk anak-anaknya.
Hal ini berdampak positif bukan hanya bagi internal anggota keluarga
mereka,melainkan juga kepada keluarga lain di sekitar mereka. Kehidupan keluarga
berbasis tauhidyang sarat dengan semangat persamaan dan persaudaraan ini pada
akhirnya mendorongsemua anggota masyarakat, tanpa ada pembedaan sedikit pun, untuk
bersama-sama bahu-membahu menciptakan tatanan masyarakat yang sejahtera, adil, dan
makmur dalam ridhaAllah yang dalam Al-Qur’an disebut dengan baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafûr.
Ciri yang pertama adalah keluarga yang bertauhid akan selalu komitmen dalam
menjalankanajaran islam. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kegiatan bersama-
sama dengan anggotakeluarga ketika mengamalkan ritual ibadah. Contohnya, shalat,
puasa, zakat, membaca Al-Quran, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Keluarga yang bertauhid memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya. Hal
tersebutmerupakan hasil dari pengamalan ajaran agama di dalam kehidupan sosial.
Hubungan yang baiktersebut ditunjukkan dengan adanya saling kenal, saling
komunikasi, saling tolong-menolong,dan juga saling mengingatkan.
c. Aktif di dalam kegiatan masyarakat
Selain berhubungan baik, keluarga yang bertauhid sering aktif di dalam kegiatan
masyarakat.Biasanya mereka tidak suka bersikap individualis. Mereka lebih senang
melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang ada di dalam masyarakat setempat.
Taat pada ajaran islam, perintah Allah SWT, dan juga Rasulullah SAW adalah ciri
berikutnyadari keluarga yang bertauhid. Perintah tersebut bisa yang ada di dalam Al-
Quran maupundisampaikan Rasullulah SAW. Upaya untuk menumbuhkan suasana
tersebut adalah dengan pembiasaan. Oleh sebab itu, orang tua juga akan
menumbuhkan kebiasaan gemar beribadah danmenaati semua perintah Allah SWT
dan Rasulullah SAW kepada anak-anaknya agar merekatahu tujuan hidup menurut
islam.
Salah satu penyangga utama rumah tangga yang bertauhid adalah dengan
menerapkan nilai-nilai akhlak yang islami. JIka anggota keluarga telah tertanam hal-
hal tersebut seperti amanah, jujur, dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, maka
mereka sudah berhasil menanamkansikap-silap yang berisi nilai islami.
Sang suami selalu lebih perhatian, mencintai, dan mengayomi istrinya. Begitu
juga dengan sangistri yang selalu menyenangkan suami, menaati perintahnya, dan
menjaga dirinya. Keduanyasangat perhatian dengan keselamatan anak-anaknya,
menjaga mereka, mengajarkan mereka nilai-nilai islami, dan memberikan pendidikan
kepada mereka. Hal-hal tersebut akan selalu dilakukanoleh keluarga yang bertauhid.
Keluarga yang bertauhid akan selalu menjaga dan juga memelihara status dan hak
masing-masing di dalam anggota keluarganya sebagaimana peran orang tua dalam
mendidik anak. Ayahyang berperan sebagai pemimpin keluarga akan bertanggung
jawab terhadap seisi rumah dan juga keselamatan keluarganya. Dia juga mempunyai
hak untuk dihormati dan ditaati selama haltersebut tidak bertentangan dengan syariat
islam. Peran Ibu di dalam keluarga adalah mengayomianak-anaknya. Dia juga
bertugas untuk menumbuhkan kesejukan dan membahagiakankeluarganya. Selain itu,
ibu punya hak untuk dimuliakan dan sayangi. Begitu juga dengan anak-anak yang
punya hak terhadap orang tua, yakni butuh kedamaian, bimbingan dan perawatan
sertakasih sayang dari kedua orang tuanya.
Suasana Islami yang tercermin dari keluarga muslim adalah ketaatan dan
ibadahnya kepadaAllah SWT, upaya menumbuhkan suasana tersebut adalah dengan
pembiasaan, untukterwujudnya hal tersebut maka antara sesama anggota keluarga
harus saling menopang.Dalam upaya menumbuhkan kebiasaan gemar beribadah pada
anak-anak maka ajaklah merekake masjid, bila datang Ramadhan latihlah mereka
untuk berpuasa dan seterusnya.
Di antara tantangan yang berat dihadapi keluarga muslim saat ini adalah serangan
Ghazwul fikri,sehingga hampir setiap rumah kita tak terhindar dari panah-panah
beracun yang di lepaskan olehmusuh-musuh Islam. Maka sebuah kesadaran Islam (al
wa’yu al Islami) harus terus di hidupkan melalui interaksi yangintens terhadap nilai-
nilai Islam, dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar agar nuansa keislaman rumah,
anak-anak, lingkungan, dan seluruh aktivitas kita mampu terbentengi dari pencemaran
akhlak.
Sebagai bagian dari tujuan pendidikan islam, tauhid adalah inti dari pendidikan Islam.
Karena prinsip pendidikan tauhid adalah pemenuhan kebutuhan fitrah manusia. Islam
merupakan agama tauhid. Selain itu,cenderung kepada tindakan tindakan dzalim
(aniaya), karena pada dasarnya iman yang benar (al-iman ash shahih) tidak wajar
dicampur dengan kedzaliman, karena kedzaliman tidak mungkin tercampur dengan iman,
karena iman memiliki kecenderungan pada kebaikan, keadilan, kedamaian, keselamatan,
dan kepada penunaian hak hak seperti yang di ajarkan oleh agama.
Al-Qur'an juga mengajak manusia menganut prinsip tauhid dengan cara menyebutkan
akibat-akibat positif bertauhid, dalam bentuk ganjaran kebaikan dan pahala, baik di dunia
maupun di akhirat.
Sebaliknya, Al-Qur'an juga menerangkan akibat-akibat negatif dari sikap penentangan
prinsip tauhid baik dalam bentuk akibat yang berupa hukuman-hukuman di dunia maupun
siksaan diakhirat. Perbuatan syirik manusia akan melahirkan balasan terburuk dan
terjahat di akhirat. Dalam menegaskan prinsip tauhid, Allah berfirman "Maka ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan
untuk ditiru atau dijadikan contoh teladan dalam berbuat, bersikap dan berkepribadian.
Secara psikologis seorang anak cenderung meneladani orang tuanya, karena adanya
dorongan naluriah untuk meniru.
Kualitas agama seorang anak serta ketauhidannya sangat tergantung kepada orang
yang terdekat dengan mereka yakni orang tua. Kepribadian anak akan terbentuk dari
teladan yang ia tiru sejak awal kehidupannya dalam keluarga.
Adapun di antara metode yang digunakan dalam memberikan pengajaran tauhid kepada
anak-anak adalah memperdengarkan kalimat-kalimat tauhid, memberikan keteladanan,
pembiasaan, memberikan nasehat dan melakkukan pengawasan. memperdengarkan
kalimat kalimat tauhid dimulai saat anak tersebut dilahirkan ke dunia.
Karena sesungguhnya bayi yang baru lahir pendengarannya sudah berfungsi, sehingga
ia akan langsung memberikan reaksi terhadap suara. Telinga akan segera berfungsi
setelah ia lahir, meskipun ada perbedaan antara bayi yang satu dengan yang lain.
Keteladanan sebagai salah satu metode yang penting dalam pengajaran, sebagai sumber
pendidikan Islam juga pendidikan tauhid dalam keluarga, al-Qur'an telah memberikan
statemen tentang keteladanan sebanyak tiga kali yakni dalam surat Al Ahzab ayat 21 dan
surat Al Mumtahanah ayat 4 dan 6.
Nasehat adalah salah satu cara untuk menjelaskan Termasuk tentang dalam semua
hakekat. menyampaikan dan menjelaskan materi-materi pendidikan tauhid dalam
keluarga. Nasehat harus dimulai juga sejak anak masih kecil, selain sebagai sarana
pendidikan tauhid juga sebagai dorongan dan motivasi anak untuk belajar berbicara..
Kemampuan bahasa anak akan diiringi oleh kemampuan otaknya juga. Maksudnya ketika
ia mendengarkan sebuah nasehat ia akan merekam setiap kosa kata yang ia dengar dalam
memorinya, serta akalnya juga mencoba memahami setiap kosa kata sampai kalimat yang
ia dengar. Oleh karena itu bahasa yang digunakan orang tua haruslah sederhana dan jelas.
Tetapi juga dirinya agar tidak melakukan kesalahan terancam yang menyebabkan
dirinya. api neraka. Bagaimana ia melindungi keluarganya dari api neraka jika ia tidak
mampu menjaga dirinya sendiri. Maksud dari pengawasan yaitu orangtua memberikan
teguran pada anaknya jika melakukan kesalahan atau perbuatan yang dapat
mengarahkannya kepada pengingkaran ketauhidan.
Pengawasan juga bermakna bahwa orangtua siap memberikan bantuan jika anak
memerlukan penjelasan serta bantuan untuk memahami dan melatih dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan kepadanya.
10. Implementasi Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Tentang Tauhid Sebagai Prinsip
Keluarga Pendidikan Akhlak
يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َماَل ِئ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما
ََأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” .(surat at-tahrim; 6)
Ada dua hal pokok yang harus ada dalam pendidikan keluarga yaitu tauhid dan
akhlak. Pokok tauhid mutlak diperlukan karena tauhid mengajarkan akan sifat dan
kekuasaan Allah sehingga melalui pendidikan tauhid akan tumbuh generasi yang sadar
akan sifat-sifat ilahiah.
Begitu pula halnya dengan akhlak yang mengatur pola hubungan dengan masyarakat
sehingga melalui pendidikan akhlak akan tumbuh generasi yang berakhlak mulia yakni
generasi yang tindakannya sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT. Sebagai
prinsip keluarga, tauhid (menurut al-Faruqi) memandang keluarga sebagai suatu sarana
untuk memenuhi tujuan Ilahi (penghambaan). Keluarga melahirkan suatu hubungan yang
luas dan kompleks karena di dalamnya tercipta suatu pendidikan dasar. Sepertimencintai,
menolong, mendukung (supporting), dan sebagainya. Keluarga merupakan unit
pembentuk-pembangun masyarakat. Pembangunan ini tentu saja mensyaratkan adanya
interaksi edukatif di dalamnya.
Pendidikan keluarga adalah dasar pendidikan bagi anak berikutnya. Nilai pendidikan
dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya baik di sekolah maupun
dalam masyarakat. Tauhid sebagai inti ajaran Islam mesti dijadikan prinsip hidup. Tauhid
sebagai prinsip hidup. berarti esensi tauhid melandasi setiap aktivitas muslim. Makna
tauhid itu sendiri yang masih sangat basic (keyakinan dan kesaksian bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah) Sebagai prinsip keluarga, tauhid menjadi landasan untuk setiap
aktivitas dalam keluarga.
Pendidikan anak bukan hanya pada saat dia dikandung, melainkan juga sampai dia
beranjak balita bahkan dewasa. Anak merupakan masa yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Karena, anak mampu menyerap apapun dalam otaknya yang
berkembang pesat. Apapun yang diajarkan oleh orang tua jika terus dilakukan pasti
disimpan kedalam memori bahwa sadarnya yang mempengaruhi itu saat dia dewasa.
Tauhid merupakan posisi terpenting dalam Islam bagi ke- Islaman seseorang. Dalam
konsep Islam, amal ibadah dan aktivitas sehari-hari adalah berlandaskan tauhid yang
dimilikinya. Bahkan dikatakan bahwa tauhid menjadi pandangan hidup ( Way of life )
bagi kehidupan muslimin. Tauhid adalah bentuk Mazhdar dari kata kerja aktif Wahada –
Yuwahhidu- Tauhidan artinya “ meng-esakan’’ atau “ menjadikan sesuatu itu esa”.
Sedangkan menurut istilah syari’i ialah peng- Esaan terhadap AllahSWT dengan cara
yang khusus bagi- Nya.
Artinya : dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, hu janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Bila dipahami ayat ini secara sederhana dan pendidikan tauhid itu dilakukan dengan
kata-kata, maka anak Luqman ketika itu berumur belas tahun. Sebab kemampuan
kecerdasan untuk dapat memahami hal abstrak terjadi apabila perkembangan
kecerdasannya sampai ketahap mampu memahami hal-hal diluar jangkauan alat
inderanya, yaitu 12 tahun.
Syirik adalah suatu hal yang abstrak, tidak mampu dipahami oleh anak yang
perkembangan kecerdasannya belum sampai pada kemampuan tersebut. Lanjutan
ayat tersebut yang berbunyi “Syirik itu adalah kezaliman yang besar”, maka untuk
memahaminya diperlukan kemampuan mengambil kesimpulan yang abstrak dari
kenyataannya. Biasanya kemampuan yang demikian, tercapai pada umur 14 tahun. Maka
umur anak Luqman ketika itu 14 tahun. Pembentukan iman dan tauhid seharusnya
dimulai sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai
hasil pengamatan pakar kejiwaan yang menunjukkan bahwa janin dalam kandungan, telah
mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi itu yang mengandungnya.
Hal tersebut tampak dalam perawatan kejiwaan, dimana keadaan keluarga ketika si
anakdalam kandungan itu, mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental sijanin di
kemudian`hari. Seorang ibu sangat berpengaruh perkembangan anak, maka mulai dalam
kandungan anak harus diberi pelajaran atau pendidikan dan orang tua harus memperbaiki
sikap dan perilakunya agar anak nantinya menjadi anak yang sesuai dengan yang
diharapkan orang tua karena sikap dan emosi seorang ibu akan mempengaruhi si anak
nantinya. Dalam masa-masa dan keadaan krisis, manusia sangat membutuhkan
pertolongan. Oleh karena itu, mereka mendatangi siapa saja mereka anggap mampu
menolong mereka seperti, orang-orang suci, para nabi, imam, syuhada, bahkan meminta
pertolongan pada malaikat dan peri.
Dengan berbaiat dan bersumpah kepada para penolong itu, mereka memohon
pertolongan yang mereka harap dengan memohon agar yang mereka datangi itu bisa
memenuhi keinginan mereka. Kadang ada juga menawarkan sesuatu persembahan yang
istimewa kepada para penolong itu, sehingga (menurut pikiran mereka)
akan memperbesar kemungkinan akan terkabulnya semua keinginan mereka. Dari
paparan diatas, dapat dilihat bahwa sebagian umat Islam masih ada yang melakukan
cara-cara yang dilakukan oleh non orang muslim dalam memperlakukan dewi- dewi
mereka, kepada para nabi, orang-orang suci, imam, syuhada, malaikat, dan roh halus.
Namun meski orang melakukan dosa-dosa seperti diatas, mereka tetap mengaku
masih sebagai orang Islam yang mereka merasa perbuatan itu tidak mengurangi kualitas
keislamannya.
Di dalam pendidikan, keluarga mempunyai arti penting sebagai wadah antara individu
dan kelompok yang menjadi tempat pertama dan utama untuk anak bersosialisasi. Ibu,
ayah, saudara adalah orang yang pertama bagi anak untuk mengadakan kontak dan tempat
pembelajaran. Keluarga, khususnya orang tua mempunyai peran yang sangat penting
dalam menerapkan pendidikan agama Islam pada anak usia dini, karena orang tua adalah
pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya serta merupakan cerminan dari
segala tingkah laku anak-anaknya. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak Hidup
tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, karena manusia diciptakan bukan sekedar
untuk hidup, ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang
semestinya diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan.
Ini merupakan salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya
yang membuat lebih unggul dan lebih mulia.
Kalimat Tauhid adalah sebuah keyakinan dan kesaksian bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak di sembah selain Allah, pernyataan singkat ini mengandung makna yang
paling agung dan Paling Kaya dalam seluruh khazanah Islam. Seluruh kekayaan dan
keragaman kebudayaan, peradaban, sejarah, pengetahuan, ajaran dan kebijaksanaan Islam
dipadatkan dalam satu kalimat pendek ini: La Ilaha illa Allah. Tauhid merupakan
pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia; ruang dan waktu, sejarah manusia
dan takdir.
14. Kesimpulan
Metode yang digunakan selain berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan materi
pendidikan tauhid juga membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Metode kalimat
tauhid sebagai contoh, digunakan untuk menanamkan ketauhidan anak serta untuk
mengawali getaran-getaran perdana pada auditif anak yang telah berfungsi sesaat setelah
dilahirkan. Kemudian metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasehat dan
terakhir metode pengawasan. Secara garis besar metode tersebut terbagi dua yakni
metode teoritis dan praktis. Pendidikan tauhid dalam keluarga menuntut kemampuan
pengetahuan dan wawasan orang tua yang luas. Karena orang tualah sebagai pendidik
utama dalam konsep ini. Orang tua harus memiliki pengetahuan Islam yang terintegral
untuk melaksanakan konsep pendidikan tauhid dalam keluarganya, selain penguasaan
terhadap materi-materi ketauhidan dan metodenya.
Selain itu metode yang digunakan harus bertahap, sehingga sesuai antara metode,
materi, dan kemampuan anak.Pendidikan tauhid dalam keluarga menempati posisi
terpenting dalam pendidikan keluarga sebagai landasan dan tujuan dari pendidikan lain
yang terintegral di dalamnya. Seperti pendidikan akhlak dan pendidikan ibadah.
Pendidikan tauhid sebagai ruh dari pendidikan-pendidikan lain, namun pendidikan tauhid
memerlukan bantuan materi-materi pendidikan lain untuk mengantarkan ruh dan tujuan
tauhid. Sehingga anak akan melakukan seluruh aktivitas kehidupannya dengan landasan
ketauhidan yang mantap.