id
1. Buaya Muara
buaya muara jantan memiliki panjang 3-4m dan berat 200-300kg. Sedangkan
panjang tubuh buaya muara betina tidak lebih dari 3,5 m dan berat hingga 150kg.
Buaya muara memiliki otot yang sangat kecil dan lemah untuk membuka rahang.
Buaya muara memiliki moncong yang lebar dibandingkan dengan sebagian besar
buaya lainnya. Sisik berbentuk oval dan scutesnya kecil dibandingkan dengan
spesies lain. Buaya muara memiliki garis rahang tidak rata dengan gigi bulat
berukuran tidak beraturan. Buaya muara juga dikenal sebagai perenang yang
fantastis dan mampu menempuh jarak jauh melalui laut sekitar 900 km
dan garis-garis di tubuh dan ekornya. Pewarnaan pada kulit buaya ini berlangsung
muara dewasa cenderung memiliki warna hijau yang lebih gelap, meskipun ada
beberapa varian mulai dari yang relatif pucat hingga hampir hitam. Mirip dengan
buaya muara remaja, buaya muara dewasa juga memiliki bintik-bintik gelap di
tubuh mereka dan pita gelap di ekornya, sementara bagian bawahnya berwarna
putih atau kuning. Buaya muara memiliki gigi yang tajam dan seperti pasak
beradaptasi dengan baik untuk mencengkeram mangsa dengan erat, tetapi tidak
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk merobek daging. Oleh karena itu, hewan mangsa dengan ukuran kecil
hanya ditelan utuh, sementara hewan mangsa yang lebih besar diseret ke air yang
potongan daging yang bisa diatur melalui sentakan kepala secara tiba-tiba atau
menggunakan teknik yang disebut death roll. Death roll merupakan perilaku
buaya berputar berulang kali untuk memelintir potongan daging. Buaya muara
termasuk pemalas dan menggunakan sedikit energi sepanjang hari, sehingga dapat
bertahan hidup berbulan-bulan tanpa makan. Buaya muara ini lebih suka berburu
di malam hari dan menghabiskan sebagian besar hari tidak aktif di air atau
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Classis : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Familia : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Beberapa perilaku harian utama pada buaya yang diamati dalam penelitian
ini adalah perilaku bergerak, makan, istirahat, dan sosial. Perilaku bergerak pada
buaya muara seperti berenang (berpindah tempat dari satu titik air ke titik badan
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
air lainnya), menyelam (terapung di air, namun perlahan tenggelam), ambil nafas
(terapung dipermukaan air dengan bagian moncong buaya hingga dorsal masih
terlihat), berjalan tinggi (berjalan dengan perut tidak diseret di tanah), berderap
(berjalan tinggi dengan cepat), merayap (berjalan dengan perut terseret di tanah),
belly run (merayap dengan cepat). Perilaku makan pada buaya dapat diamati dari
cara berburu yaitu diam di permukaan dan menyelam, selain itu buaya juga
menerkam mangsa dari bagian kepala, bagian badan, dan bagian lainnya, serta
tempat makan buaya bisa di daratan maupun perairan. Perilaku istirahat pada
buaya yaitu seperti berjemur, misalnya berjemur di permukaan air dan mengambil
nafas di atas air, di bawah kanopi (jika terdapat kanopi pada kandang), ataupun
hanya diam di tanah terbuka. Perilaku sosial pada buaya yaitu seperti berkelahi
(tingkah laku bertujuan untuk menguasai tempat ataupun sarangnya), dan menjaga
anak (buaya muara terus berada di sarang yang terdapat telur sampai telur tersebut
Buaya yang hidup di alam bebas dapat mempelajari pola dan kebiasaan mangsa.
Perilaku Buaya betina saat makan yaitu menggunakan strategi menerkam tiba tiba
berkamuflase dengan mata telinga dan nostril tetap di permukaan air lalu
menerkam mangsa ketika lengah untuk kemudian ditarik masuk ke dalam air
hingga tenggelam. Pada buaya jantan juga memiliki strategi yaitu dengan cara
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bantuan gravitasi) dan perlahan mangsa pun ditelan (Maria dan Rahi, 2019).
internasional perdagangan buaya muara hanya dapat dibenarkan jika berasal dari
konservasi seperti Taman Nasional, Suaka Margasatwa, dan Cagar Alam. Selain
(Kurniati, 2002).
Kasus kematian reptil sering terjadi karena adanya konflik antara manusia
dengan satwa liar. Masalah yang mempengaruhi konservasi buaya adalah konflik
manusia dengan buaya. Penyebab paling umum dari serangan buaya adalah
manusia yang tinggi di kisaran habitat buaya. Selain itu, buaya adalah predator
habitatnya) sehingga manusia tidak dikecualikan akan menjadi salah satu mangsa
alternatif bagi buaya ketika mangsa alami mereka berkurang atau bahkan habis
Konflik dapat terjadi jika ada kontak langsung antara manusia dan buaya
yang membawa dampak negatif pada buaya atau manusia dan bahkan keduanya.
Meningkatnya aktivitas manusia dan pemukiman yang lebih dekat dengan habitat
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
buaya adalah salah satu penyebab kontak langsung antara manusia dan buaya.
adalah kebiasaan orang yang sering membuang limbah organik rumah tangga,
limbah perikanan, dan ternak limbah ke sungai. Hasil klasifikasi potensi konflik
pemukiman dengan kegiatan kurang dari satu kilometer jarak dari sungai dan
pantai. Semakin jauh jarak dari sungai dan pantai, potensi konflik adalah menjadi
hidup buaya. Hal tersebut karena dapat mengancam kehidupan buaya yaitu
untuk mengembangbiakkan jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang untuk
Suatu tempat untuk habitat satwa di tempat konservasi baik kebun binatang
maupun kebun binatang harus memiliki standar kualifikasi yang didasarkan atas
perilaku satwa, konstruksi kandang. Ada lima macam kandang untuk penangkaran
buaya dengan fungsi kandang yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut :
a. Kandang Showroom
Kandang yang berfungsi untuk tempat anakan buaya yang baru menetas
berumur diatas satu tahun sampai mencapai ukuran siap potong yaitu umur dua
sampai empat tahun yang panjang tubuhnya kurang lebih 1,80 - 2,20 m dengan
lebar dada 45 -50 cm. Selain itu kandang ini juga berfungsi untuk membesarkan
Dikandang ini indukan buaya akan membuat sarang, kawin dan bertelur
meliputi kandang, pakan, dan cuaca. Faktor yang pertama adalah kandang.
Kandang merupakan hal yang penting dalam melakukan konservasi ex-situ karena
semakin banyak kelahiran atau banyak individu buaya maka seharusnya semakin
banyak pula kandang. Buaya dengan umur dan ukuran berbeda tidak dapat
ditempatkan dalam satu kandang hal tersebut untuk menghindari konflik fisik
pakan, pemberian pakan buaya muara seharusnya tidak terdapat kendala dalam hal
jenis, bentuk ataupun jadwal pemberian pakan. Jika terjadi suatu sistem
pembentukan koloni kecil buaya muara, maka pemimpin harus makan terlebih
dahulu, yang lain tidak boleh makan. Hal tersebut juga memicu pertengkaran yang
13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pemberian pakan, maka buaya muara yang tidak mendapat makan dan akhirnya
mati. Faktor yang ketiga adalah cuaca. Cuaca hanya terjadi dalam waktu singkat
yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu dan kelembaban. Cuaca hujan
sangat mempengaruhi penetasan buaya muara. Jika penetasan telur gagal karena
telur membusuk yang diakibatkan tanah basah oleh air hujan disertai air kolam
meluap sehingga mengakibatkan sarang buaya terendam air dalam kurun waktu
yang cukup lama. Suhu yang diperlukan untuk penetasan telur buaya muara
berkisar antara 30ºC sampai 34ºC dengan kelembaban antara 40% sampai 68%,
B. Kerangka Berpikir
disebabkan oleh pembalakan liar, dari kejadian tersebut maka diperlukan adanya
mengenai konservasi di TST Jurug masih sangat kurang, maka diperlukan studi
14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kurangnya informasi
mengenai konservasi buaya
muara di Taman Satwataru
15