Anda di halaman 1dari 114

PENGEMBANGAN USAHA KAIN TENUN DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI


PENGRAJIN KAIN TENUN
(Studi Kasus Di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok
Timur)

Oleh:

SAMPURNA SARI
NIM:180501054

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2022

I
PENGEMBANGAN USAHA KAIN TENUN DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI
PENGRAJIN KAIN TENUN
(Studi Kasus Di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok
Timur)

Skripsi
Diajukan kepada Univeristas Islam Negeri Mataram untuk
melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi
(S.E)

Oleh:
SAMPURNA SARI
NIM:180501054

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2022

I
III
IV
V
VI
MOTTO

ٰٓ ‫طٰٓوٰٓا‬
ٰٓ ‫ٰٓواتٰٓقٰٓوآّٰٰللآٰٰٰٓٓلٰٓعٰٓلٰٓك‬
ٰٓ‫ٰٓم‬ ٰٓ ٰٓ‫آٰو ٰٓراب‬ ٰٓ ‫ٰٓي ٰٓن ٰٰٓٓا ٰٓمنٰٓوآٰاصٰٓبٰٓ ٰٓرٰٓوآٰ ٰٓو‬
ٰٓ ‫صابٰٓ ٰٓرٰٓو‬ ٰٓ‫ٰٰٓٓيآٰيٰٓ ٰٓهآٰالٰٓذ‬

ٰٓ‫تٰٰٓٓفٰٓل ٰٓح ٰٓو ٰٓن‬


“Wahai Orang-Orang Yang Beriman! Bersabarlah Kamu Dan

Kuatkanlah Kesabaranmu Dan Tetaplah Bersiap-Siaga (Di Perbatasan

Negerimu) Dan Bertakwalah Kepada Allah Agar Kamu Beruntung.”

-Ali ‘imran ayat 200-

Meskipun Kita Tidak Bisa Menjadi Besar Diawal, Aku Ingin

Tetap Tumbuh Lebih Besar Sedikit Demi Sedikit

-Treasure-

VII
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur yang amat

besar kepada allah SWT, yang telah memeberikan penulis kekuatan,

dan terimakasih telah memberikan penulis kemudahan sehingga

penulis ditempah menjadi seorang hamba yang mengerti akan rasa

sabar dan syukur, Alhamdullilah. Skripsi ini penulis persembahkan

untuk:

Ibunda dan almarhum ayahanda tercintaku, yang selama ini

tidak henti-hentinya mendukung dan mendo’akan putrinya dari awal

sampai akhir pendidikanku. Untuk saudara dan saudariku (ihan,ihin

dan amin dll) terimakasih karena sudah memberikan dukungan baik

moril maupun materil, hingga penulis menyelesaikan pendidikan.

Dan untuk keluarga dan sahabat-sahabatku teman seperjuangan,

yang telah memberikan masukan, semangat dan dukungan serta

do’a-doanya, serta telah menemani selama peroses penelitian ini,

sehingga penulis bisa menyesaikan skripsi ini dengan baik.

Persembahan ini sebagai bentuk rasa terimkasih penulis kepada

kalian yang meberikan penulis dorongan , motivasi, semangat,

pengorbanan, kesebaran, serta do’anya kepada penulis.

VIII
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, Tuhan alam semesta dan tidak lupa sholawat serta salam tidak

lupa kita curhakan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad

SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau sampai akhir, Aamiin.

Skripsi ini penulis susun untuk melengkapi salah satu syarat

untuk memperloleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.). pada program

setudi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Mataram. Penulis sadari dalam beroses

pembuatan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, yang

membutuhkan banyak kritik dan saran yang membangun. Dengan

selesainnya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dan dukungan dari

banyak pihak, terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Salahuddin, M.Ag dan Din Hary Fitriady M.Ag

selaku dosen pembimbing I dan II yang telah banyak

memberikan kritik, saran dan bimbingan pada penulis, selama

mengerjakan skripsi ini.

2. Bapak Lalu Ahmad Ramdani, ME selaku wali dosen penulis

3. Ibu Zulfawati, M.A Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah

4. Bapak Dr. Riduan Mas’ud, M.Ag. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Islam


IX
5. Bapak Prop. Dr.H. Masnun, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram.

6. Bapak kepala desa, staf, ketua kelompok tenun, dan pengerajin

tenun desa pringgasela dan semua pihak yang memebatu dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persat, terimakasih banyak penulis ucapkan.

Semoga amal perubatan dari semua pihak tersebut

mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Dan

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang yang

membacanya. Aamiin

Mataram……………….2022

Sampurna Sari

X
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .…………………………………………..I


HALAMAN LOGO………………………………………………II
PERSETUJUAN PEMBIMBING...…...…………………………III
NOTA DINAS PEMBIMBING ……………………………..…...IV
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……...…………………...V
PERSETUJUAN DEWAN
PENGUJI……………………………错误!未定义书签。
MOTTO………………………………………………………….VII
PERSEMBAHAN……………………………………………….VIII
KATA PENGANTAR…………………………………………….IX
DAFTAR ISI………………………………………………………XI
DAFTAR TABEL………………………………………………XIII
DAFTAR GAMBAR……………………………………………XIV
ABSTRAK……………………………………………………..XV
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………….1
LATAR BELAKANG MASALAH………………..………..1
RUMUSAN MASALAH……………………………..……..7
TUJUAN DAN MANFAAT………………………………...7
1.Tujuan……………………………………………………7
2.Manfaat…………………………………………………7
D. RUANGLINGKUP DAN SETTING PENELITIAN…….9
E. TELAAH PUSTAKA ……………..................................10
F. KERANGKA TEORI…………………………………...14
G. METODE PENELITIAN……………………………….31
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN……………………...37
BAB 11 PAPARAN DATA DAN TEMUAN……………………40
A. Kain Tenun Dan Strategi Pengembangannya…………...40

XI
B. Kesejahteraan Ekonomi Pengerajin Kain Tenun di Desa
Pringgasela……………………………………………...62
BAB III PEMBAHASAN………………………………………..68
A. Kreativitas produk Dan Usaha tenun pringgasela………68
B. Evektifitas Usaha Tenun Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Pengerajin Tenun Di Desa
Prnggasela………………………………………………76
BAB IV PENUTUP………………………………………………82
A. Kesimpulan……………………………………………...82
B. Saran…………………………………………………….84
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….86
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………….89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………...97

XII
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Data Informan Pengerajin Tenun Desa Pringgasela ……..41

Table 2.2 Data Informan Pengerajin Tenun Desa Pringgasela……..42

XIII
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 wawancara dengan Ketua Kelompok Nina Tenun

(KNP)…………………………………………………60

Gambar 3.2 wawancara dengan Ketua Koperas Tenun…….……….60

Gambar 3.43 foto Menenun…………………………………………61

Gambar 3.4 foto Menenun……….………………………………….61

Gambar 3.5 foto Motif Kembang Komak………………….………..62

Gambar 3.6 foto Motif Sari Menanti……….……………………….62

Gambar 3.7 foto Motif Rebung……………………………………. 63

Gambar 3.7 foto Motif Patuk Sajik…………………………………63

XIV
PENGEMBANGAN USAHA KAIN TENUN DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI
PENGRAJIN KAIN TENUN
(Studi Kasus Di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur)

Oleh:
SAMPURNA SARI
NIM:180501054

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengembangan Usaha Kain


Tenun Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi
Pengrajin Kain Tenun di desa Pringgasela Lombok Timur.
bertujuan untuk mengetahui perkembangan usaha tenun dan
perannya dalam terhadap perekonomian keluarga para
pengerajin kain tenun di Desa Pringgasela. Industry tenun
merupakan salah satu sumber pendapatan yang bisa diandalkan
untuk menopang perekonomian keluarga. seiring dengan
perkembanangn zaman kain tenun tidak hanya dijadikan
sebagai identitas setiap daerah saja, tetapi seiring
perkembangannya para pengerajin tenun melihat peluang
usaha di dalam industry ini
Dalam penelitian ini, metodelogi penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan
metode pengumpulan datanya melalui metode obserpasi,
dokumentasi dan wawancara.
Impelmentasi dari pengembagan usaha tenun ini
adalah meningkatkan pendapatan pengerajin tenun di Desa
Pringgasela dimana berdampak pada sisi ekonomi pengrajin
kain tenun, yaitu mampu menaikkan taraf hidup mereka
menjamin pendidikan anak-anak mereka, dan meningkatkan
taraf kesehatan mereka.

Kata Kunci: Tenun, Pengembangan Usaha Dan


Perekonomian

XV
DEVELOPMENT OF WOVEN FABRIC BUSINESS IN
IMPROVING THE ECONOMIC WELFARE OF WOVEN FABRIC
ARTISTS
(Case Study in Pringgasela Village,Lombok Timur)

By:
SAMPURNA SARI
ID: 180501054

ABSTRACT

This study entitled Development of Woven Fabrics in


Improving Economic Welfare of Woven Craftsmen in Pringgasels
Village, East Lombok, aims to determine the development of the
weaving business and its role in the family economy of woven
fabric craftsmen in Pringgasela Village. Industry, weaving is one
source of income that can be relied upon to support the family
economy, along with the development of the era, woven cloth is
not only used as the identity of each region, but along with its
development, weaving craftsmen see business opportunities in
this industry.
In this study, the research methodology used is a
descriptive qualitative approach with data collection methods
through observation, documentation and interviews.
The implementation of the development of this weaving
business is to increase the income of weaving craftsmen in
Pringgasela Village which has an impact on the economic side of
woven fabric craftsmen, namely being able to increase their
standard of living, ensure the education of their children and
improve their health.
Keywords: Economy Weaving, Development

XVI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan budaya

lokal yang sangat beragam, ini terlihat potensi kekayaan lokal

Indonesia yang sangat banyak dan tersebar di seluruh Indonesia,

termasuk sektor ekonomi kreatif, salah satunya industry kreatif tenun.

Ekonomi kreatif mengandalkan sumber daya insan sebagai modal

utama, terutama proses penciptaan, kreativitas, keahlian, dan talenta

individu.

Tenun merupakan salah satu kain tradisonal Indonesia yang di

dibuat atau diproduksi berbeda-beda di setiap dareahnya, Indonesia

adalah Negara penghasil seni tenun terbesar, terutama dalam hal

motif,corak dan warna atau keanekaragaman hiasan. Seperti hannya di

Desa Pringgasela Lombok Timur merupakan desa yang kaya akan

sumber daya yang cukup bagus untuk dikembangkan, terutama sumber

daya tenun yang merupakan salah satu desa wisata kerajinan tenun

yang ada di Lombok Timur.

Selain sebagi upaya mempertahankan warisan budaya nenek

moyangnya, seiring dengan perkembagan zaman dan juga kebutuhan,

1
masyarakat pringgasela terutama ibu-ibu pengerajin tenun menjadikan

menenun sebagai sumber mata pencaharian, para pengerajin tenun di

desa pringgasela melihat peluang usaha pada industry ini. Pada

mulanya kain tenun hanya di jadikan sebagai sarung dan selendang

oleh masyarakat sekitar, namun seiring dengan perkembagan fashion

yang sangat berpariatif para designer mulai melirik kain-kain

tradisional untuk di modifikasi menjadi fashion tradisonal moderen.

Persaingan diera teknologi yang sangat ketat, mengharuskan

Setiap Pengusaha harus menggunakan strategi untuk mengembangkan

usahanya. mengharuskan para pelaku industri dalam memproduksi

suatu barang dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, dalam

mengembangakan produk yang berkualitas dan dapat bersaing

dipasaran. Banyak jenis produk unik yang tersebar saat ini, tapi masih

banyak wisatawan yang belum mengenal desa pringgasela sebagi

salah satu penghasil kain tenun dan porduk-produk unik dari tenun.

Pengerajin tenun dalam mengembangkan usahanya harus

mengikuti selera dan kebutuhan konsumen, para pengerajin tenun

harus cerdas dan lebih kreatif dalam membaca situasi pasar, dan

dalam menarik minat wisatawan agar usahnya lebih berkembang dan

di kenal luas oleh masyarakat atau wisatawan, dan seperti yang di

harapkan mendaptkan keutungana dan mengembagankan usaha agar

2
lebih luas lagi. Tapi sebagian besar UMKM di Indonesia justru tidak

mengemas produk dengan kemasan yang baik , hai ini disebabkan

karena pengetahuan manajemen usaha yang rendah, dan merek yang

terdapat pada kemasan produk.1

Selain perajin tenun, keberadaan sentra industri kecil dan

usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat penting bagi

perekonomian suatu negara. UMKM harus lebih diperhatikan karena

keberadaannya mengurangi pengangguran. Dalam kaitan ini, sentra

industri kecil dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)

memang perlu mendapat perhatian khusus, karena statusnya

menghilangkan pengangguran, memproduksi barang konsumsi

setengah jadi atau jadi, dan menjadi penyumbang PDB terbesar.

Dalam hal ini, dari sisi permintaan, pemilik industri telah mengalami

penurunan permintaan. Industri yang masih bisa bertahan dari wabah

Covid-19 adalah mencari bahan baku dari tempat-tempat ini (lokal).

Dalam hal penjualan, sentra industri kecil dan UMKM harus

menurunkan harga untuk mempertahankan usahanya. Saat ini,

penjualan di beberapa industri telah turun lebih dari 50%. Mereka

1
Bahrur Rosyid, “Pola Inkubasi Manajemen Usaha Krupuk Dalam
Pengambangan Ekonomi, Inovasi Dan Diversifikasi Produk Masyarakat Kota
Mataram,” UIN Mataram 11, Vol. 1 (2020): 23.
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunitas/article/view/1165

3
hanya dapat mengandalkan penjualan melalui toko atau penjualan

fisik yang cenderung mengalami penurunan penjualan.2

Seseorang pada dasarnya menginginkan kehidupan yang layak

dan melakukan bermacam upaya untuk mencapai hal tersebut, baik

layak secara jasmani dan rohani, baik perekonomiannya, maupun

sosial budaya kemasyarakatannya demi terpenuhnya segala bentuk

kebutuhan baik kebutuhan individu, keluarga serta

masyarakat.sehingga kesejahteraan sosial dalam hidup dapat terujud. 3

Kesejahteraan masyarakat pada pedesaan akan dapat terujud,

dengan cara meningkatkan atau mengembangkan kerajinan

masyarakat dan industry kecil, secara, umum industry kecil ini

mempunyai sifat menyerap tenaga kerja yang banyak, yang

notabennya berada di pedesaan, karena mengandalkan tenaga

manusia.

Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial dijelaskan bahwa kesejahteraan sosial

merupakan terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial

2
Muhammad Nouvan Zahid,” Pengalaman Perajin Tenun Ikat di Tengah Pandemi
Covid-19 di Sentra Industri Kecil Kabupaten Lamongan” Jurnal,Vol.7. No. 1, 26
Januari 2021, hal.4. http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/sosio
3
Lalu Hairurrozi, “Wisata Budaya dan kesejahteraan,” KOMUNITAS PMI UIN
Mataram 10, no. 1 (23 September 2019): 75–94,
https://doi.org/10.20414/komunitas.v10i1.1165.

4
warga agar dapat hidup layak dan mengembangkan diri, sehingga

dapat melaksanakan fungsi sosialnya.4

Kesejahteraan Pengerajin Tenun dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan

Pengerajin yang rendah mengakibatkan kesejahteraan Pengerajin

tenun menjadi rendah. Tingkat pendapatan yang rendah bisa di

akibatkan bebrapa faktor, salah satunya adalah sulitnya mendapatkan

pekerjaan diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan.5

Agar bisa membantu perekonomian keluarga tidak sedikit

perempuan lebih memilih untuk bekerja, sehingga peran perempuan

menjadi ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan bekerja

membatu menopang perekonomian. Pada industry ini para pengerajin

tenun yang didominasi oleh para perempuan dan ibu-ibu rumah

tangga, menyandarkan hidupnya pada menenun.

Pada umunya tingkat pendapatan masyarakat merupakan salah

satu faktor penting yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka,

jadi suami dan istri harus berkerja sama untuk mencukupi kebutuhan

mereka. Pengembagan dilakukan selain sebagai pengembangan usaha

4
Safroni Isrososiawan, “Pengaruh Pengembangan Usaha Koperasi Terhadap
Peningkatan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia ,” UIN
Mataram, 2019, 14.
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunitas/article/view/1165
5
Dhewanto,W,dkk, Inovasi Dan Kewirausahaan Sosial, Panduan Dasar Menjadi
Agen Perubahan, (Bandung:Alfabeta, 2013), hlm. 72

5
diharapkan bisa meningkatkan pendapatan untuk membantu

perekonomian keluarga para pengerajin tenun.

Pada obserpasi awal yang penulis lakukan, bahwa tenun

tidak kalah dari tenun dari Daerah-daerah lain yang ada di Indonesia,

namun belum banyak yang mengetahui keberadaan tenun Pringgasela

ini sendiri, ini disebabkan karena kurangnya kemampuan promosi

yang dilakukan oleh para pengerajin maupun pemerintah desa sendiri.

Salah satu kendala dalam mengembangkan usaha tenun yaitu,

para pengerajin kurang bisa memasarkan atau mempromosikan kain

tenun mereka sendiri, karena pengerajin tidak mempunyai skil

bagaiaman cara mengembangkan usaha tenun mereka. sehingga para

pengerajin selalu kepengepul untuk menjual kain mereka dengan

harga yang jauh lebih murah dari pada harga pasarannya sedangkan

Biaya Operasionalnya yang cukup tinggi. 6

Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan

pengembangan sehingga berdampak pada pendapatan dan

kesejhteraan karena skil SDM yang kurang mempuni, dan tidak

banyak melakukan inovasi dan tidak banyak melakukan stake halder.

Sedangkan dari sisi generasi muda, banyak generasi muda yang tidak

6
Observasi, 12 Februari, 2022

6
paham makna dari tenun itu sendiri, sehingga para generasi muda

tidak tertarik untuk mempelajarinya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan oleh

peneliti di atas, maka perumusan masalah yang dapat dirumuskan

yaitu:

1. Bagaimana upaya yang di lakukan oleh pengrajin dalam

meningkatkan kesejahteraan ekonomi.?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam pengembangan usaha

kain tenun di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur.?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

1. Bagaimana upaya yang di lakukan oleh pengrajin dalam

meningkatkan kesejahteraan ekonomi.?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam pengembangan

usaha kain tenun di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok

Timur.?

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

7
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan

manfaat secara teoritis dalam ilmu pengetahuan, khususnya

pada bidang Ekonomi

b. Manfaat Ilmiah
Untuk menambah ilmu pengetahuan pada umumnya,

dan pada khusunya dapat dijadikan rekomendasi atau refrensi

bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian tentang

Tenun Sesek Pringgasela ini terkait dengan strategi

pengembangan usaha dan minat konsumen terhadap Tenun

Sesek Pringgasela ini.

c. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

kesarjanaan (S1) pada jurusan Ekonomi Syariah FEBI UIN

Mataram. Selain itu untuk menambah pengetahuan dan

memberikan pengalaman nyata mengenai strategi

pengebagan usaha dan perekonomian Pengerajin tenun di

pringgasela.

2) Bagi Pengerajin Tenun

8
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi

Pengerajin tenun dalam membuat suatu pengembagan ,

perencanaan, dan membuat suatu strategi, dalam

melaksanakan suatu usaha tenun.

D. RUANGLINGKUP DAN SETTING PENELITIAN

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ekonomi

khususnnya tentang strategi pemasaran, impilikasi kesejahteraan.

Koresponden yang di teliti oleh peneliti muali dari remaja sampai

dengan orang dewasa atau berusia dari 20-60 tahun.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Pringgasela Kecamatan

Pringgasela Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Tenun ini sangat bagus untuk dikembangkan, terutama sumber

daya tenun gedongan yang merupakan salah satu desa wisata

kerajinan tenun yang ada lama di Lombok Timur.

Lokasi Desa Pringgasela ini sekitar 50 Km dari kota

Mataram atau sekitar 1 Jam perjalanan, dan sekitar 20 Km dari

kota Selong atau 5 menit perjalanan dengan menggunakan

9
kendaraan pribadi atau taksi. Sebagian besar perempuan yang ada

di Desa Pringgasela Selatan ini bekerja sebagai penenun.

E. TELAAH PUSTAKA

Pada penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, sebagai bahan

acuan dalam penelitian ini, Beberapa penelitian terdahulu tersebut

sebagia berikut:

1. Novia Sridewi dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Strategi Pengembangan Usaha Dalam Meningkatkan Pendapatan

Pada Rumah Makan Sukma Rasa Labuapi Kabupaten Lombok

Barat”penelitian ini berfokus pada stategi pengembangan usaha

dan bagaimana meningkatkan pendapatan pada bisnis rumah

makan.

Dan stategi pengembangan yang di lakukan terbuki mampu

meningkatkan pendapatan pada rumah makan tersebut. Salah satu

strategi yang digunakan adalah menambah pariasi produk,

meningkatkan kualitas pelayanannya.

Adapun relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan

penulis lakukan adalah sama-sama memfokuskan pada stategi

pengembangan usaha, dan perbedaannya terletak pada objek

10
penelitiannya, novia mengambil usaha rumah makan sedangkan

penulis pada usaha tenun. 7

2. Baiq Zuriatun, dalam penelitiannya yang berjudul “Prospek

Pengembagan Usaha Kereajinan Bambu UD. SAMBI TERENG

Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Pengerajin Desa

Dasan Bare Kecamatan Gunung Sari Perepektif Ekonomi Islam”8

dalam peneltian ini prospek usaha kerajinan bambu yang di jalani

UD. Sambi Tereng sangat bagus dan menjanjikan dan memberikan

suatu pengasilan besar bagi pelaku usaha tersebut.

Peren UD. Sambi Tereng pada para pengerajin adalah mampu

meningkatkan pendapatan pengerajin, pengerajin desa dasan bare

memiliki pendapatan tambahan bagi keluarga mereka. Kesamaan

peelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah

sama-sama membahas pengembagan usaha dan tingkat

kesejahteraan pengerajinnya, dan penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif deskriptif dan perbedaannya terletap

pada pada objek dan lokasi peneltian.

7
Novia Sridewi, “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Dalam Meningkatkan
Pendapatan Pada Rumah Makan Sukma Rasa Labuapi Kabupaten Lombok Barat”
(Skripsi, Mataram, UIN Mataram, 2020)
8
Baiq Zuriatun, “Prospek Pengembagan Usaha Kereajinan Bambu UD. SAMBI
TERENG Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Pengerajin Desa Dasan Bare
Kecamatan Gunung Sari Perepektif Ekonomi Islam” (Skripsi, Mataram, UIN Mataram,
2015).

11
3. Dalam peneltian yang di tulis oleh Ahmad Haerun Umam Strategi

Pengembangan Usaha Ternak Itik Petelur Persepektif Ekonomi

Islam (Studi Kasus Kelompok Ternak Itik Mongglemong Desa

Dasan Cermen, Kecamatan Sandubaya Kota Mataram),9 dalam

penelitian ini lebih mempokuskan kestrategi pemasaran, dan juga

tehnik penjualannya menggunakan banyak perantara, dari segi

penjualannya peternak menjual dengan harga yang sangat rendah

meskipun pada akhirnya konsumen membeli telur itik dengan

harga yang tinggi.

Relevansinya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-

sama membahas tentang pengembangan usaha. Ada pun perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis berbeda di

objek penelitian dan lokasi, dan penelitian ini juga mengangkat

Persepektif Ekonomi Islam.

4. Satriawan, Dkk Jurnal yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Kesejahteraan Masyarakat Melalui Program Badan Usaha Milik

Desa (Bumdes)” dalam penelitian ini penulis fokus pada upaya

meningkatkan kesejahteraan melalui program desa.

Ahmad Haerun Umam, “Strategi Pengembangan Usaha Ternak Itik Petelur


9

Persepektif Ekonomi Islam: Studi Kasus Kelompok Ternak Itik Mongglemong Desa
Dasan Cermen, Kecamatan Sandubaya Kota Mataram” (Skripsi, UIN Mataram, 2019),

12
Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah

sama-sama fokus pada kesejahteraan masyarakat di desa.

Perbedaannya objek dan tempat penelitiannya saja.10

5. Pada jurnal yang ditukis oleh Widya Setiyawati, dan Renny

Oktafia yang berjudul “Analisis Pengembangan Usaha Kecil, Dan

Menengah Pada Kesejahteraan Masyarakat Kampung Bordir

Kecamatan Beji”11 pada penelitian ini mefokuskan pada

pengembagan usaha dan kesejahteraan masyarakatnya. Pada jurnal

ini cara pengembangan usaha di kampung bordir kecamtan beji

dengan menjalankan usaha yang halal, Menjaga kualitas jenis

produk, Pelayanan dan menjaga hubungan baik dengan costumer,

peningkatan tenaga kerja, dan Modal. Cara tersebut berdampak

positif terhadap peningkatan terhadap kesejahteraan

masyarakatnyanya.

Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah

sama-sama memfokuskan pada aspek pengembagan usaha dan

kesejahteraan para pelaku usahanya. Perbedaan penelitian ini

10
Satriawan, H, Najamuddin3, Fachri, M, dan Najamuddin, “Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Program Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes,” UIN Mataram 10 (2019): 10.
11
Widya Setiyawati, Renny Oktafia, “Analisis Pengembangan Usaha Kecil,
Dan Menengah Pada Kesejahteraan Masyarakat Kampung Bordir Kecamatan
Beji” jurnal, Vol. No.1, 7 Januari 2021. http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie

13
dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada

objeknya saja.

F. KERANGKA TEORI

1. Pengembangan Usaha

a. Definisi Pengembangan Usaha

pengembangan diartikan sebagai perubahan atau

pertumbuhan yang di lakukan secara bertahap. Menurut Sukiman

pengembangan merupakan kegiatan menjadikan bertambah, berubah

sempurna. Pengembangan ini mencakup tiga tahapan meliputi

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi yang diiringi dengan kegiatan

penyempurnaan sehingga menghasilkan bentuk yang memadai.12

Usaha atau bisnis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

individu atau sekelompok orang atau organisasi yang menciptakan

nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dan memperoleh laba melalui transaksi.

Elemen-elemen bisnis atau usaha yang paling utama dan

merupakan sumber daya yang kompetitif bagi sebuah bisnis terdiri

dari 4 elemen yaitu:

1) Modal
12
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran (Yogyakarta: Pedagogia,
2012).hlm. 53

14
2) Bahan-bahan (materials)

3) Sumber Daya Manusia (human resource)

4) Keterampilan manajemen (management skill)13.

Pengembangan usaha di definisiakan Pengembangan suatu

usaha adalah tanggung jawab dari setiap pengusaha atau

wirausahawan yang membutuhkan gambaran kedepan, seperti

motivasi dan kreatifitas. Jika hal seperti ini dapat dilakukan oleh

setiap wirausahawan, maka harapan untuk menjadikan usaha yang

awalnya kecil menjadi usaha skala menengah bahkan menjadi usaha

besar.14

Menurut Mulyadi Nitisusantro usaha merupakan upaya yang

dilakukan oleh masyarakat pemerintah daerah, dan pemangku

kepentingan lainnya untuk memberdayakan suatu usaha yang

dilakukan melalui pemberian fasilitas, pelatihan, bantuan,dan

pendampingan untuk menumbuhkan meningkatkan daya saing suatu

usaha.15

Pengembangan usaha merupakan terdiri dari jumlah tugas

dan proses yang pada umumnya bertujuan untuk

13
Fuad Muhammad, “Pengantar Bisnis,”, 1 Ed. (Surabaya: Indomedia Pustaka,
2017), 232. Hal. 3
14
Pandji Anoraga, Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi
(Jakarta: RINEKA CIPTA, 2011). Hlm. 66
15
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan manajemen usaha (Bandung:
Alfabeta, 2010). Hlm.271

15
mengimplementasikan dan mengembangkan peluang pertumbuhan

usaha.

2. Bentuk Pengembangan Usaha

Setelah bisnis dijalankan setiap perusahaan tentu

menginginkan usahanya berkembang, Salah satu cara meningkatkan

atau mengembangkan usaha adalah melakukan inovasi atau

membuat berbagai terobosan baru. Inovasi merupakan usaha untuk

menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru. Menurut

Machfoedz inovasi adalah suatu proses untuk mengubah kesempatan

menjadi ide yang dapat dipasarkan, suatu gagasan murni memegang

peranan penting, dan pikiran kreatif mengembangkannya menjadi

gagasan berharga.16

Pada dasarnya, inovasi berawal dari suatu gagasan baik dari

dalam maupun luar perusahaan untuk menciptakan dan menerapkan

sesuatu yang baru yang akhirnyadapat memberikan manfaat yang

positif yaitu gagasan, penerapan, dan kegunaan. Upaya

meningkatkan atau memperbaiki sumberdaya yang ada,

memodifikasi untuk membuat sesuatu yang bernilai, menciptakan

hal-hal berbeda dan baru, mengubah bahan baku menjadi sumber

16
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik
Wirausahawan Sukses Ed.2 (Kencana, 2012). Hlm. 219

16
daya-sumber daya menjadi bentuk baru yang lebih produktif

menunjukkan adanya hubungan inovasi dengan resiko dan

meyakinkan inovasi mendatangkan suatu manfaat ekonomi.

Adapun bentuk-bentuk pengembangan usaha yaitu:

1) Pengembangan Produk (Inovasi Produk)

Selera konsumen terus berubah seiring berkembangnya

zaman, karena itu pengembangan produk perlu dilakukan agar

produk atau jasa yang dijual tetap disukai oleh konsumen.

Pengembangan produk adalah suatu aktivitas untuk memodifikasi

atau memperbaiki produk atau jasa menjadi lebih inovatif.

Menurut Tjiptono Pengembangan produk adalah produk baru

meliputi original, produk yang disempurnakan, produk yang

dimodifikasi dan merk baru yang dikembangkan melalui usaha

riset dan pengembangan.

Menurut William J. Stanton), faktor-faktor yang

mendorong perusahaan melakukan pengembangan produk

adalah:

a) Perubahan selera konsumen

b) Perkembangan teknologi

c) Persaingan

d) keinginan untuk meningkatkan laba

17
e) Siklus hidup produk yang pendek.17

Untuk melakukan pengembangan produk terdapat beberapa

tahap yang dapat dilalui yaitu:

a) Penciptaan gagasan/ide tentang produk yang akan

dikembangkan. Pengembangan produk baru dimulai dari

gagasan atau ide secara sistematik, dalam hal ini pencarian

ide tau gagasan produk harus dan tidak sembarangan.

Sumber utama dari produk baru antara lain: sember

internal, konsumen, pesaing, distributor serta pemasok dan

lain-lain.

b) Penyaringan, pengembangan, pengujian konsep apabila

terdapat beberapa gagasan produk baru yang akan di

kembangkan maka setiap gagasan harus di seleksi untuk

mendapatkan ide yang terbaik. Tujuannya adalah memilih

gagasan yang baik dan menyingkirkan yang jelek sedini

mungkin.

c) Analisis bisnis. Kegiatan ini peninjauan ulang,

penjualan,biaya,dan proyeksi dan laba dari produkbaru

17
Tinneke Sumual, Grance J. Soputan, dan Arie F. kawular, Manajemen
Pengembangan Bisnis (Pengembangan Empirik pada “TIBO-TIBO” Perempuan
Nelayan) (Surabaya: R.A.De.Rozarie, 2019). Hlm. 15-16

18
untuk mengetahui apakah fakor-fakor ini akan memenuhi

sasaran perusahaan. 18

d) Pengujian produk dan uji pemasaran. Produk baru dibuat

untuk diuji dengan tujuan mendapatkan produk yang

sesungguhnya siap dipasarkan sedangkan uji pemasaran

untuk mengetahui reaksi pasar terhadap produk yang

dikembangkan. Dengan uji pasar kita akan melihat reaksi

pasar maupun pesaing. Jika uji pemasaran positif maka

dapat dilanjutkan dengan komersialisasi.

a) Komersialisasi. Pelaku usaha sudah bisa memulai produksi

dengan aktivitas pemasaran yang sesuai segmen pasar yang

dituju oleh perusahaan. 19

2) Pengembangan Pasar

Pengembangan pasar adalah suatu upaya memperluas pasar

dengan cara memperkenalkan produk/jasa ke wilayah geografis yang

baru. Hendro mengatakan ada beberapa hal yang dapat dilakukan

dalam pengembangan pasar yaitu:

1) Mengembangkan pasar dari sisi produknya


18
Fuad Muhammad, “Pengantar Bisnis,”, 1 Ed. (Surabaya: Indomedia Pustaka,
2017), 232. Hlm.122-123
19
Sumual, J. Soputan, dan F. kawular, Manajemen Pengembangan Bisnis
(Pengembangan Empirik pada “TIBO-TIBO” PEREMPUAN NELAYAN). Hlm. 17

19
Mengembangkan pasar dari sisi produknya dapat dilakukan

dengan cara: Memperbesar variasi produk, memebuat kategori

produk, membuat berdasarkan lini produk , berdasarkan

fungsinya dan Menentukan produk baru dengan pasar yang

baru.

2) Mengembangkan pasar dari sisi sistem penjualannya

 Mengembangkan sistem distribusi penjualan kedalam dengan

cara membuka cabang baru, membuka outlet, agen, atau

sejenisnya atas dana sendiri dan membuka jalur distribusi

sendiri. Pengembangan juga dapat dilakukan dengan

melakukan kerja sama dengan orang lain.

 Membuat jaringan pemasaran secara berjenjang seperti multi

level marketing

 Mengembangkan pasar dengan menggabungkan bisnis yang

lain dalam satu industri seperti akuisisi

3) Mengembangkan pasar dengan strategi integrasi (penyatuan).

4) Mengembangkan pasar dengan sinergisme

Melakukan pengembangan pasar dilakukan dengan cara

membuat perjanjian kerja sama antara dua perusahaan yang

20
berbeda pasar, tujuannya tukar pasar dan memperkuat satu sama

lainnya karena keduanya mempunyai kelebihan.20

3) Tingkatkan promosi

Promosi adalah tehnik mengkomonikasikan informasi

mengenai produk dan menjadi bagian dari bauran komunikasi, yaitu

pesan keseluruhan yang dikirim perusahaan kepada pelanggan

mengenai produknya. Ini salah satu cara mengembangkan usaha

yang paling penting, karena konsumen harus tahu jasa atau produk

yang kita jual.

Berbagai jalur promosi yang bisa dilakukan seperti iklan

online, sosial media, memberikan diskon, voucer belanja dan lain

sebagainya.

Ada istilah Bauran promosi, kombinasi dari alat-alat promosi

yang digunakan oleh perusahaan disebut dengan bauran promosi.

Dan Kotler menyebutkan pada umunya bauran promosi terdiri dari:

iklan (Advertising), promosi penjualan (sales promotion), publisitas

(publicity), dan penjualan personal (personnal selling)

fuad Muhammad, “Pengantar Bisnis.” 1 Ed. (Surabaya: Indomedia Pustaka,


20

2017).Hlm.132

21
Ada beberapa tahapan dalam promosi menurut Wahjono,

yang disingkat dengan tahapan AIDA , yang dimaksud AIDA

adalah:

 Attention artinya suatu produk harus mampu memancing

perhatian

 Interest artinya suatu produk harus mampu memancing minat

konsumen untuk membelinya.

 Desire artinya bagaimana agar konsumen memiliki hasrat dan

menginginkan produk yang dipromosikan

 Action atau tahap terakir yaitu tibalah konsumen melakukan

pembelian dari aktivitas produk yang diketahui dari promosi

tersebut21.

4) Meningkatkan Sumber Daya

Agar bisa berkembang dengan cepat, baik sumber daya

produksi, maupun suberdaya manusia. Meningkatkan sumber daya

yang ada adalah tehnik pengembagan usaha yang juga tidak kalah

penting, karenanya sumber daya harus di optimalkan peran dan

fungsi strategisnya.

21
Rasmulia Sembiring, Pengantar Bisnis (Jakarta: La Goods Publising, 2014). Hlm.
129-130

22
Menyadari pentingnya sumber daya manusia sebagai aset

yang berharga bagi organisasi, maka peningkatan peran strategis

menjadi suatu keharusan. Menjamin bahwa organisasi memiliki

sumber daya manusia yang cukup dalam kuantitas maupun kualitas

merupakan salah satu pran strategis sumber daya manusia. Peran

strategis menekankan pada kondidi SDM untuk jangka waktu yang

panjang guna meningkatkan nilai kompetitif organisasi dalam

persaingan usaha.22

3. Teori kesejahteraan

a. Definisi kesejahteraan

Dalam bahasa Sansekerta sejahtera berasal dari kata “catera”

yang artinya payung. Kata paying dalam hal ini mengandung arti

bahwa orang yang dikatakan sejahtera adalah orang yang terbebas dari

kemiskinan, kebodohan, kekhawatiran, ketakutan, atau sehingga

hidupnya aman baik lahir ataupun batin23.

Fahrudin menyatakan dikatakan sejah ketika suatu keluarga

mampu memenuhi kebutuhan pokok sandang dan pangan, punya

22
Fuad Muhammad, “Pengantar Bisnis.” 1 Ed. (Surabaya: Indomedia Pustaka,
2017) Hlm. 137
23
Adi Fahrudin, Pengantar kesejahteraan sosial (Bandung: Revika Adi Tama,
2012), hlm. 8

23
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan memiliki pekerjaan yang

memadai atau layak.

Kesejahteraan memiliki hubungan erat dengan penduduk miskin

yang ada pada suatu wilayah, artinya penduduk yang dalam kondisi

miskin berarti tidak sejahterah. Penduduk miskin ialah penduduk yang

berada pada bawah garis kemiskinan. Di Indonesia ukuran garis

kemiskinan dilihat dari pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk

kebutuhan pokoknya. Seperti sandang dan dan pangan, adapun

kebutuhn bukan makanan seperti kebutuhan akan pendidikan,

kesehatan, transportasi, dan lain sebgaainnya24

b. Indikator kesejahteraan masyarakat

Kesejahteraan meliputi semua aspek kehidupan manusia baik itu

ekonomi, budaya, sosial, iptek hankamnas dan lain-lain. Bidang-bidang

tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanan. Kewajian utama

peemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Adapun indikator

kesejahteraan masyarakat yaitu:

1. Jumlah dan pemerataan pendapatan

Hal ini berkaitan dengan bidang ekonomi, pendapatan

berhubungan dengan lapangan pekerjaan, keadaan usaha dan faktor

24
Cita Raras Nindya Markhamah dkk., Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Berbasis Potensi Lokal (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2021). Hlm. 8

24
ekonomi lainnya. Menyediakan lapangan pekerjaan harus

dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pekerjaan

tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesempatan kerja

diperlukan agar masyarakat bisa memutar roda perekonomiannya,

agar mampu meningkatkan pendapatan mereka.

Untuk meningkatkan kesejahteraa pada masyarakat

pedesaan, pemerintah melakukan beberapa cara, yaitu dengan

mengeluarkan kebijakan Pembangunan Dana Desa . kebijakan ini

menuntut agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembagunan

desa.

2. Pendidikan Yang Semakin Mudah Untuk Di Jangkau

Mudah dalam hal ini adalah jarak dan nilai yang harus di

keluarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang murah dan mudah

adalah harapan masyarakat. Karena dengan pendidikan yang

mudah dan murah rakyat dapat dengan mudah mengakses

pendidikan setinggi-tingginya. Sekolah harus dibangun dengan

merata dan berkualitas dan serta biaya yang muraah.

Karena dengan sumber daya yang berpendidikan tinggi

kualitas SDM semakin meningkat, dan juga dengan pendidikan

yang tinggi lebih mudah mendapatkan kesempatan kerja yang

layak.

25
Dalam kaitannya dengan peningkatkan kesejahteraan,

pendidikan merupkan kucinya. Karena pendidikan menentukan

kualitas pekerjaan yang di dapatkan, semakin tinggi pendidikan

seseorang maka kesempatan kerja akan semakin luas. Berkaitan

dengan hal tersebut masyarakat dan lembaga melihat pendidikan

adalah sebuah investasi.

3. Kualitas Kesehatan Yang Semakin Meningkat Dan Merata.

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok bagi manusia

, karena kesehatan berpengaruh secara langsung terhadap hasil

kinerja dan produktivitas penduduk.

Pemerintah adalah pihak yang bertanggungjawab pada

kualitas kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan untuk

masyarakat. Di Indonesia dikenal dengan istilah JKN atau Jaminan

Kesehatan Nasional, JKN ini merupakan program pemerintah yang

tujuannya memberikan kepastian jaminan kesehatan bagi seluruh

rakyat Indonesia agar hidup sehat dan produktif dan sejah terah

(UU SJSN)

Umunya tujuan dari Jaminan Kesehatan Nasioanal adalah

mempermudah seluruh masyarakat untuk mengakses pelayanan

kesehatan yang berkualitas. Walaupun sudah dilakukan upaya

tersebut, namun pemerataan belum bisa di lakukan. Terutama di

26
daerah-daerah terpencil atau didaerah pedalaman, pelayanan dan

fasilitas kesehatan di daerah terpencil masih jarang dan jarak

tempuhnya cukup jauh.25

Menurut Nordhaus dan Tobin pengukuran indikator

kesejahteraan sangat penting bagi Negara, konsep dan pengukuran

tingkat kesejahteraan kompeksitas persoalan yang sangat beragam.

Dan pengukuran indikator kesejahteraan di Indonesia

menggunakan PDB (Produk Domestik Bruto), namun sebenarnya

PDB digunakan sebagai indikator pencapain kinerja ekonomi,

bukanlah alat ukur kesejahteraan.

Selain indikator di atas, Indonesia menggunakan 18

variabel untuk mengukur kesejahteraan, adapun indikator yang

dimaksud yaitu, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kepadatan

Penduduk per km (KPP), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata

Lama Sekolah (RLS), Angka Harapan Hidup (AHH), Pengeluaran

Per Kapita (PPK), Persentas rata-rata Pengeluaran untuk Konsumsi

makanan (PKM), Persenase Rumah Tangga Yang Memeiliki

Fasilitas Minum Sendiri (FMS), Persenase Rumah Tangga Yang

Memeiliki dengan jenis Lantai Bukan Tanah (LBT), Persenase

Rumah TanggA Dengan Luas 20 M2 (LLK), Persenase Rumah

25
Markhamah, Dkk, Peningkatan hlm.9-20

27
Tangga Dengan Dinding Tembok (RDT), Persenase Rumah

Tangga Dengan Sumber Penerangan Oleh PLN (PLN) Persenase

Rumah Tangga Dengan Fasilitas Buang Air Besar Sendiri (BAB),

Persentase Penduduk Miskin (RTM), Jumlah Pengangguran

Terbuka (JPT), Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan

Kesehatan Sebualan yang lalu (PKK), Persentase Penduduk Yang

Mengalami Keluhan Kesehatan dan Kegiatannya Terganggu

(PPB), Serta Jumlah Penduduk Bekerja (JPB). 26

Kesejahteraan merupakan salah satu aspek yang cukup

penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial

dan ekonomi, kondisi tersebut dibutuhkan untuk meminimalkan

terjadinya kecemburun sosial dalam masyarakat.

Kesejahteraan bisa diukur menggunakan IPM atau Indeks

Pembangunan Manusia yang terdiri dari tingkat pendidikan, usia,

standar hidup lakyak atau tidak. Berdasarkan UU No. 10 tahun

1992 yaitu:27

1. Keluarga Pra Sejahterah

26
Nur Zaman dkk., Sumber Daya dan Kesejahteraan Masyarakat (Medan:
Yayasan Kita Menulis, 2021). h.28-29
27
Dini Puspita, dkk “Klasifikasi Tingkat Keluarga Sejahtera Dengan
Menggunakan Metode Regresi Logistik Ordinal Dan Fuzzy K-Nearest Neighbor (Studi
Kasus Kabupaten Temanggung Tahun 2013),” Jurnal Gaussian 3, No. 4 (2014): 645–
53, Https://Doi.Org/10.14710/J.Gauss.V3i4.8075.

28
Kelurga pra sejahterah keluarga yang belum mampu

memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti sandang, tempat

tinggal, pendidikan, kesehatan

2. Keluarga Sejahtera I

Merupakan keluarga yang:

 Umunya anggota keluarga makan 2x sehari atau lebih

 Punya beberapa pakaian untuk dirumah, ke sekolah dan

bepergian saja

 Kondisi rumah baik

 Bisa membawa keluarga yang sakit ke layanan kesehatan

 Anak berusia 7-15 tahun bisa bersekolah

3. Keluarga Sejahtera II

Yaitu kategori keluarga yang:

 biasanya anggota keluarga bisa beribadah sesuai dengan

agamanya kepercayaannya masing-masing

 Makan makanan ikan / daging /telur setidaknya seminggu

sekali

 semua anggota keluarga dapat membeli satu baju baru dalam

setahun

 punya rumah yang lebih luas

29
 Ada 1 orang anggota keluarga atau lebih yang bekerja untuk

mendapatkan penghasilan,

 Anggota keluarga dari umur 10-60 tahun bisa membaca dan

menulis

4. Keluarga Sejahtera III

Merupakan ketegori keluarga yang:

 berusaha meningkatkan pengetahuan agama

 bisa menabung dari pendapatan yang di dapat

 Makan bersama anggota keluarga paling tidak sekali dalam

seminggu

 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat

tinggal

 bisa mendapatkan informasi dari media massa maupun media

cetak

5. Keluarga Sejahtera III plus

yaitu keluarga yang:

 Mampu menyumbang materil secara rutin untuk kegiatan

sosial

 Telah memenuhi kategori keluarga sejahtera dari I-III

30
G. METODE PENELITIAN

Metode merupakan suatu teknis atau cara yang di lakukan

dalam kegitan penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan

sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk

memperoleh fakta-fakta dan prinsip prinsip dengan sabar, hati-hati

dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran28.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang penulis

gunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.29 Kualitatif deskriptif yakni suatu pendekatan yang

juga tersebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti

mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan

berinteraksi dengan pengerajin tenun.

Dengan demikian penulis dapat memperoleh data yang

objektif dalam rangka mengetahui strategi pengembangan usaha

tenun di Desa Pringgasela. Jenis penelitian ini sesuai dengan tujuan

28
MARDALIS;, Metode Penelitian : suatu pendekatan proposal, 1 ed. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008) hlm. 24
29
Lexy, J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 3.

31
penelitian ini, karena penelitian ini memliliki tujunan untuk

mengungkap tingkat kesejahteraan masyarakat melalui usaha

Tenun.

2. Sumber Data

sumber data penelitian ini adalah subyek penelitiaan dan

dari mana penulis mengumpulkan data atau dari mana data

diproleh. Informan yang dipilih haruslah seseorang yang benar-

benar memahami kultur atau situasi yang akan diteliuntuk

memberikn informasi kepada peneliti, pada umunya setidaknya

mempuyai keterlibatan penuh 3-4 tahun.30

Yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu para

pengerajin tenun pemilik Art Shop, Sentosa Tenun, Koprasi

Tenun, UMKM Nina Penenun.

Data penelitian dikategorikan menjadi 2 yaitu. Data primer

dan data sekunder.

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang didapat dari sumber pertama

baik dari organisasi ataupun individu atau informan. Informan

adalah orang yang memberikan informasi tentang suatu objek.

30
Salim, Metodologi Penelitian Kualitatif, 5 (Bandung: Citap ustaka Media, 2012).
Hlm. 143

32
Seperti para pengerajin tenun pemilik Art Shop, Sentosa Tenun,

Koprasi Tenun, UMKM Nina Penenun.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan sumber data kedua setelah

sumber data primer. Data Sekunder merupakan data yang

didapatkanatau di kumpulkan oleh orang yang melakukan

penelitian dari sumber ang sudah ada Dalam penelitian sumber

data sekunder yang biasa digunakan seperti buku-buku ilmiah,

jurnal ilmiah ,makalah-makalah, dan artikel ilmiah seperti buku

yang biasanya sudah disediakan di perpustakaan-perpustakaan,

jurnal artikel dan makalah ilmiah yang bisa ditemukan di

internet.31

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini , metode atau teknik pengumpulan data

sangat penting karena untuk memperoleh data atau informasi yang

sesuai atau relevan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi

yaitu:

a. Wawancara (interviu)

31
Hilman Hadikusuma;, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu
Hukum (bandung: Mandar Maju, 1995). Hlm. 65

33
Wawancara atau interviu adalah perteuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Wawancara

biasanya digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila

peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih

mendalam.32

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

wawancara semi terstruktur, wawancara semi terstruktur

merupakan wawancara yang bepusat pada kumpulan pertanyaan

terbuka. Salah satu cara mendapatkan data adalah dengan

bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau wawancara

untuk mendapatkan informasi dari informan.

Infroman dalam penelitian ini adalah para pengerajin tenun,

pemilik Art Shop, Perangkat Desa ,UKM Nina Penenun, yang

ada di desa pringgasela.

b. Observasi

Metode observasi merupakan suatu teknik

penyelidikan yang dijalankan secara sistemastis dan sengaja

diadakan dengan menggunakan alat indra (terutama mata)

32
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan: (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R & D) (Alfabeta, 2008). Hlm. 317

34
terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada saat

kejadian berlangsung.

Salah satu Penggunaan Metode ini yaitu untuk

memperoleh data tentang stategi pengembangan usaha tenun

dan kesejahteraan pengerajinnya, kelompok-kelompok usaha

tenun, letak geografis, sarana dan prasarana juga dan yang

berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Dalam

penelitian ini menggunakan obsevasi non partisipan.

c. Dokumentasi

Dokumetasi adalah catatan peristiwa terdahulu, dokumen bisa

berbentuk tulisan gambar, tulisan, karya-karya monumental

dari seseorang.33 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

metode dokumentasi dengan maksud mengumpulkan data-data

yang tertulis yang bisa memberikan informasi dan keterangan

sesuai dengan yang dibutuhkan dilokasi penelitian. Seperti

data-data, buku-buku sejarah tenun, catatan-catatan, dan

dokumen lain yang berkaitan dengan malah yang penulis teliti,

yang berkaitan dengan pengembangan usaha tenun dan

kesejahteraan pengerajin tenun di desa Pringgasela.

4. Metode Analisis Data

33
ibid ,hlm. 317

35
Menurut Miles dan Huberman yang diterjemahkan

oleh Rohidi Bogdan dan Biklen analisis data adalah proses

menyusun atau mengolah data supaya bisa ditapsirkan lebih

lanjut. Kemudian Moleong berpendapat bahwa analisis data

juga dimaksudkan untuk menemukan unsure-unsur atau

bagian-bagian yang berisikan kategori yang lebih kecil dari

data penelitian.

Untuk itu data yang didapatkan kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis data kualitatif mode interaktif

dari Miles dan Huberman yang terdiri dari:

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman menjelaskan bahwa reduksi data

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transpormasi data “kasar”

yang muncul dari catatnan-catatan tertuli di lapangan. Reduksi

data terjadi terus-menerus selama penelitian berlangsung.

Menurut Berg dalam penelitian kualitatif dipahami bahwa data

kualitatif perlu direduksi dan dipindahkan untuk membuatnya

lebihmudah dikases dipahami dan digambarkan dalam

berbagai tema dan pola.

36
Tegasnya reduksi merupakan membuat ringkasan,

mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,

membuat bagian, penggolongan dan menulis memo.

2. Penyajian Data

Penyajian data diartikan sebagai sekumpulan informasi

tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data

berbentuk teks naratif diubah menjadi berbagi bentuk

matriks,grafik, jaringan dan bagan.

3. Menarik kesimpulan/perifikasi

Proses perifikasi dalam hal ini adalah tinjauan

ualang terhadap cacatan lapangan , tukar pikiran dengan

teman sejawat untuk mengembagkan ”kesepakatan

intersubjektifitas”, jadi setiap makan diuji kebenarannya,

kekokohannya dan kecocokannya yakni merupakan

palidasinya.34

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penelitian ini berupa penelitian lapangan, Penelitian ini

mengacu pada pedoman penulisan proposal UIN Mataram, dan

34
Salim, Metodologi Penelitian Kualitatif. Hlm.146-148

37
penelitan ini emggunakan prosedur yang telah di tetapkan dan

menggunakan bahasa yang baik dan benar, berdasarkan KBBI

(Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Dan untuk memudahkan dalam menulis skripsi penulis

menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut yaitu:

Pada bagian awal meliputi: Halaman Sampul depan, halaman

judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman nota dinas

pembimbing, halaman pernyataan keaslian skripsi, halaman

pengesahan dewan penguji, halaman motto, halaman persembahan,

kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran,

abstrak.

Pada BAB I, berisi: Berupa pendahuluan, seperti latar belakang

penelitian dipaparkan dengan jelas, selanjutnya rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, runag lingkup dan setthing penelitian,

telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian.

Pada BAB II mencakup: berupa paparan data dan temuan, pada

bagian ini di paparkan seluruh temuan penelitian, mulai dari lokasi

penelitian dan temuan temuan lainnya di lokasi peneltian

BAB III, Pada bab ini berisi proses analisis terhadap temuan

penelitian, di bab ini akan dibahas mengenai analisis data-data yang

ditemukan di lapangan sesuai dengan yang ada dibab II untuk

38
kemudian didefinisikan secara mendalam dengan teori-teori pada bab

I.

BAB IV berisi penutup, yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian, dan saran-saran penulis.

Dan pada bagian akhir berisi: daftar pustaka, daftar lampiran, dan

daftar riwayat hidup penulis.

39
BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Kain Tenun Dan Strategi Pengembangannya

1. Gambaran Umum Tentang Tenun Pringgasela

a. Sejarah

Di Lombok, kerajinan tenun tradisional telah ada

sejak abad ke 14 M. Seiring dengan berkembangnya perdagangan

di pulau Lombok yang ditandai dengan banyak para pegadang

sarung dan rempah-rempah yang berasal dari Sulawesi,

Palembang, Jawa, Gersik dan Banten.

Tenun gedogan merupakan kerajinan yang ada di

desa Pringgasela. Di kerjakan secara turun temurun dan

keberadaan nya sudah ada sejak beratus tahun yang lalu. Di

sinyalir, tenun gedogan ini mulai ada berbarengan dengan adanya

desa. Salah satu bukti bahwa tenun gedogan ini sudah ada sejak

dulu adalah adanya "tunggul" (kain tua berbentuk umbul-umbul).

Semua motif tenun yang dibuat oleh masyarakat/pengerajin tenun

saat ini ada pada "tunggul" tersebut.

Sebelum lahimnya Desa Pringgasela, salah seorang

tokoh agama Islam berama Lebae Nursini, beliau datang dari

40
Sulawesi untuk menyebarkan agama Islam. Oleh penduduk

Pringgasela menganggapnya sebagai seorang wali, karena

ketaqwaan dan ketekunannya mengajarkan agama Islam. Sambil

beliau mengajarkan agama Islam kepada penduduk. Ia pun

mengajarkan cara bertani, dan menenun. Dengan memanfaatkan

bunga-bunga kapas yang tumbuh liar disepanjang huma-huma.

Kapas itu dikumpulkan dan dijemur lalu dipintal dengan

menggunakan alat sederhana yang sekarang disebut ganti

(gentian), petuk, saka dan kanjian. Selanjutnya bunga kapas yang

telah menjadi benang diberi warna dengan zat pewarna yang

terbuat dari tumbuh-tumbuhan,akar dan kulit kayu. Yang

selanjutnya disesek (ditenun) dengan menggunakan balok-balok

kayu sederhana yang dirakit sedemikian rupa menjadi alat tenun

sederhana yang disebut alat tenun gedogan.35

b. Alat dan bahan

Kerajinan tenun tradisional gedogan diwarisi secara turun

temurun dari generasi ke generasi hingga saat ini. Pada awalnya

semua desa yang di wilayah Pulau Lombok mengembangkan

tenun sebagai pekerjaan rumah tangga khususnya kaum ibu.

35
Pringgasela Sekertariat, “Identifikasi potensi Budaya Desa Pringgasela,” 2021.
2021

41
Tetapi yang masih bertahan hingga saat ini ada hanya beberapa

desa antara lain :

 Lombok Timur terdapat di Desa Pringgasela, Kembang

Kerang, Dasan Nyiur, dan Desa Sukaraja.

 Lombok Tengah terdapat di Desa Sukarara. Rembitan, Sade,

dan Ganti

 Lombok Utara terdapat di Desa Sokong, dan Desa Bayan

1) Alat Tenun Pringgasela

Alat tenun tradisional pada umumnya dibedakan menjadi

tiga yaitu:

 Alat Tenunan Gedogan, yaitu alatnya sangat sederhana, dapat

menyelesaikan sepuluh hari sampai satu bulan untuk satu

lembar kain dengan ukurang panjang 4,5 meter dan lebarnya

maksimal 70 cm. jeniskain yang dihasilkan disebut Kain

Songket (sungkit).

 ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), yaitu alat tenun tradisional

yang ukurannya lebih besar dan cara memakainya dengan

duduk dikursiatau berdiri. Alat tenun ATBM ini menghasilkan

kain tenun ikat yangbiasan dibuat khusus untuk baju

 ATM (Alai Tenun Mesin), yaitu alat tenun biasa dipakai oleh

para pengerajin di pulau Jawa di daerah Pekalongan, Solo,dan

42
lain-lain Alat tenun ini dapat menghasilkan kain 20 meter

perhari, yaitu kain sarung pelekat. 36

Pringgasela sendiri menggunakan ala Tenun Gedogan, yang

biasa disebut juga Tenun Gedogan Pringgasela, sejak dulu sampai

sekarang masih menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat

dari berbagai jenis kayu dan bambu. Tidak ada yang berubah

untuk alat tenun yang di gunakan saat ini dengan masa dahulu

yaitu alat tenun gedogan.

Disatu sisi mempertahankan alat gedogan ini sangat baik

karena, adat dan kebiasaan para penenun, namun dilihat dari segi

efisinsinya tentu ini kurang baik, karena seperti yang kita tahu

menggunakan alat tenun tradisional gedogan ini membutuhkan

waktu yang lama pengerjaannya hanya untuk satu lembar kain

saja yaitu bisa 7-30 hari.

2) Bahan Baku

Untuk bahan baku berupa benang, dahulu tenun gedogan

pringgasela hanya menggunakan benang kapas pintal tangan.

Sekarang bahan baku berupa benang sudah menggunakan benang

pabrik dengan berbagai macam jenis benang. Perubahan bahan

36
Alimudin, Kajian Simotik Dan Nilai Budaya Pada Motif Kain Tenun
Tradisional Gedogan Pringgasela Serta Pemanfaatan Sebagai Bahan Ajar Muatan
Lokal Di Smn Kec. Pringgasela, TESIS, Universitas Mataram, 2014. Hal. 38

43
ini terjadi seiring dengan perkembangan/perubahan zaman dan

teknologi, serta untuk memenuhi kebutuhan/keinginan dari

konsumen.

Perubahan ini membawa dampak positif dan negatif,

positifnya adalah kain tenun memiliki keragaman bahan baku,

sedangkan sisi negatifnysa adalah hilangnya keaslian dari kain

tenun dari bahan bakunya berupa benang kapas pintal tangan.

Nilai tradisionalnya sedikit berkurang karena ada unsur pabrik

yang ikut sebagai elemen dari tenun gedogan ini. Unsur pabrik

disini adalah benang yang saat ini digunakan oleh para pengerajin

tenun yaitu benang pabrik.

Dari ketersediaan bahan baku, bahan baku berupa benang di

beli oleh masyarakat di kios kios yang menyediakan penjualan

benang. Tidak ada kesulitan dalam memperoleh benang. Namun

para pengerajin mengatakan, lama-kelamakan harganya semakin

naik yang semula dari 3.000/pintal menjadi 3.500/pintal.

Dari sisi peralatan, peralatan tenun gedogan masih bisa di

buat oleh masyarakat/tukang kayu kecuali untuk "suri" penenun

masih membelinya dari desa lain karena tidak ada masyarakat

yang bisa membuatnya. Bahan baku untuk membuat peralatan

tenun berupa kayu enau tidak tersdia di desa, tidak ada

44
penanaman pohon enau di desa. Tidak adanya masyarakat yang

menggunakan benang pintal tangan untuk menenun kain di

sebabkan oleh tidak adanya masyarakat yang bisa membuat

benang pintal tangan ini, kemudian produksi atau penanaman

kapas di desa maupun luar desa sekarang sudah tidak ada.

Untuk memenuhi kebutuhan benang kapas pintal tangan

apabila ada konsumen yang menginginkan untuk di buatkan kain

dengan benang tersebut masyarakat harus membeli ke desa

tetangga yaitu desa anjani. Disana ada pemintalan benang kapas

tangan/tradisioanal tetapi untuk kebutuhan kapas yang mereka

pergunakan untuk menghasilkan benang pintal tangan, mereka

membeli kapas dari kabupaten lombok tengah. Produksi kapas

untuk di lombok timur menurut mereka masih kurang bahkan

boleh di katakan tidak ada.

3) Pewarnaan Tenun Pringgasela

Kemudian dari sisi pewarnaan, dulu kain tenun gedogan

hanya menggunakan warna warna alam sebagai bahan

pewarnanya ciri khas tenun Pringgasela menggunakan pewarna

alami, seperti akar dan dedaunan dan banyak lagi. Tetap siring

perkembangannya, sekarang menggunakan pewarna alami dan

pewarna sintetis/kimia. Tenun gedogan Pringgasela masih

45
menggunakan alat tenun tradisional dan bahan-bahan alami

sebagai bahan pewarnaanya Untuk peralatan menggunakan kayu

kelapa, kayu nangka, kayu enau, bambu, dan lain lain jenis kayu.

Dan untuk pewarna alami menggunakan bahan alami dari

kulit dan kayu nangka, daun mangga, daun tarum, kunyit, kulit

dan kayu makasar, kulit dan kayu mahoni, akar dan kulit pohon

pace, kayu bakau, daun ketapang, daun mahoni, daun pisang

kering, sabut kelapa yang basah, daun pacar, gambir dan kapur

sirih.

Untuk mengikat warna dan mengikat benag agar kain tenin

bisa kuat atau tahan sampai bertahun-tahun, kekuatannya bahkan

sering kali kain tenun Pringgasela bisa diwarsikan secara turun

temurun hal ini bisa kita lihat ketika berkunjung ke Pringgasela

hampir setiap rumah masih memiliki kain tenun tua warisan

nenek moyang mereka yang masih utuh. Dan kegiatan mengikat


37
warna dan benang ini disebut Proses Nasin atau Tajin Benang.

Sama seperti halnya dengan perkembangan penggunaan

bahan baku, pewarnaan juga mulai berubah seiring dengan

perkembangan zaman dan teknologi serta memenuhi kebutuhan

37
Alimudin, Kajian Simotik Dan Nilai Budaya Pada Motif Kain Tenun
Tradisional Gedogan Pringgasela Serta Pemanfaatan Sebagai Bahan Ajar Muatan
Lokal Di Smn Kec. Pringgasela, TESIS, Universitas Mataram, 2014

46
serta keinginan dari konsumen. Perubahan pewarnaan ini

membawa sisi positif dan negatif bagi pengerajin dan lingkungan,

sisi positifnya kain tenun memiliki banyak variasi warna dan sisi

negatifnya pewarnaan kimia/sintetis tidak baik bagi kesehatan

dan limbahnya dapat merusak lingkungan.

4) Pengembangan Corak Dan Motiv Tenun

Dari segi motif, kain tenun gedogan Pringgasela sudah

banyak motif-motif pengembangan yang di buat oleh pengerajin

dari motif-motif yang sudah ada sebelumnya. Umumnya motif-

motif tenun gedogan pringgasela berupa garis-garis lurus yang di

susun secara vertikal maupun horizontal dengan sedikit diberi

motif timbul, garis-garis tersebut melambangkan hubungan

manusia dengan sang pencipta karena garis tersebut

melambangkan makna tunggal ataus esa.

Para pengerajin tenun di Desa Pringgaasela dalam membuat

motif atau ragam hiasan pada dahulu selalu berpedoman pada

nilai dan norma adat yang islami, sebagai gambaran jati diri atau

keperibadian yang taat pada ajaran agama. Sehingga para

pengerajin tidak diperkenankan atau dilarang untuk membuat

gambar manusia dan hewan untuk dijadikan motif pada kain

tenun.

47
Larangan ini mengacu pada masa kerajaan, dilatar

belakangi oleh kekhawatiran masyarakat keajaran agama lama

yang percaya bahwa pada gambar manusia atau hewan yang

mempunyai roh, dan kekuatana gaib yang harus disembah.

Diperkuat oleh para ulama’ bahwa jika membuat gambar

manusia atau binatang nanti diakhirat akan dituntut untuk

membuatkannya nyawa. Sementara manusai adalah ciptaan

Allah, diantara bumi dan langit beserta isinya tidak memiliki

kekuatan kekuasaan melebihi kekuasaan Allah SAW.

Seiring dengan evolusi sosial yaitu proses perubahan dari

masyarakat tradisonal menuju masyarakat modern turut

mempengaruhi proses perubahan motif kain tenun gedogan

Pringgasela. Berdasarkan kebiasaan yang mengacu pada norma

agama, adat serta nilai-nilai moral dan sosial, sistim tanda motif

tenun Pringgasela dibagi dua. Proses tenun tradisonal gedogan

Pringgasela dihasilkan berbagai jenis kain yang di sebut Ragi,

ragi ini secara umum disebut songket, Adapun ragi atau kain

tenun Pringgasela digolongkan menjadi dua yaitu:

 Ragi atau kain songket motif lama, contohnya

seperti, Ragi Genil, Ragi Kembang Komak (Lampiran Gambar

1.5), Ragi Anteng, Ragi Osap, Ragi Kemalau.

48
 Ragi atau kain motiv baru, contohnya seperti, ragi

sari menanti (Lampiran Gambar 1.6), ragi tunas nanas, pucuk,

rebung (Lampiran Gambar 1.7) ragi pajak sadik (Lampiran

Gambar 1.8) ragi bebekol, ragi sundawa, songket timuk. Dan

banyak lagi.38

Meskipun dalam segi corak dan motif tidak begitu banyak

berkembang karena pengerajin tenun di Desa Pringgasela masih

menggunakan alat tradisional (gedogan), walaupun menggunakan

ATBM bisa lebih cepat namun alat ini mempunyai kekurangn

yaitu kain yang dihasilkan tidak sebagus ketika menggunakan alat

tenun gedogan .

Motif-motif tenun gedogan Pringgasela untuk di pasarkan

di tingkat lokal masih memiliki pasar yang baik. Tetapi untuk di

pasarkan di tingkat nasional maupun internasional tenun

pringgasela harus di buat kreatifitas-kreatifitas/imaji baru, motif-

motif kekinian sesuai dengan trend saat ini membuat branding

motif yang lebih unik lagi sesua dengan kearifan lokal desa.39

2. Strategi Pengembangan Usaha Kain Tenun Pringgasela

38
Ibid hlm. 49
39
Sekertariat, “Identifikasi potensi Budaya Desa Pringgasela.”

49
Industry kain Tenun di Pringgasela semakin menunjukkan

perkembangannya dari waktu ke waktu. semakin banyak dikenal

oleh masyarakat baik lokal, Nasional maupun internasional. Banyak

Desainer-desainer Nasional yang menggunakan kain tenun gedogan

Pringgasela sebagai bahan fashion mereka, desainer tas, sepatu, pun

sudah banyak yang menggunakan produk tenun gedogan

Pringgasela. Demikian halnya denga desainer-desainer daerah.

Untuk masyarakat desa sendiri, pemanfaatan kain tenun

untuk di buat menjadi produk berpariatif sudah di lakukan tetapi,

jenis produk serta kualitas yang di hasilkan belum semua memiliki

keunikan serta kualitas yang baik. Sehingga belum bisa bersaing

dengan produk-produk tenun yang di hasilkan oleh orang lain/orang

luar. Kondisi ini di akibatkan oleh kurangnya imaji, pengetahuan,

SDM masyarakat desa dalam membuat produk-produk

dipersifikasi/produk turunan tenun yang berbasis kearifan lokal.

Belum memahami standar kualitas yang di butuhkan untuk

memenuhi pasar nasional maupun internasional.

Sekdes Pringgasela mengatakan yang berkaitan dengan

pengembangan tenun saat ini:

“Untuk sekarang, pemasaran agak kurang karena pandemic,

terkait dengan pengembangan tenun pringgasela ini, sekarang lebih

50
berfariatif, kalau dahulukan hasil tenunnya saja, artinya jarang

sekali masyarakat memproduksi atau membuat produk turunan dari

kain tenun namun saat inikan banyak kelompok-kelompok yang

dibinan oleh instansi pemerintah maupun suasta, yang mengadakan

bimbingan untuk membuat produk turunan dari tenun ini.

Perkembangan dari tahun ketahun semakin bagus” 40

Adapun beberpa strategi atau cara yang dilakukan dalam

mengembagan usaha kain tenun di desa Pringgasela diantaranya

dalah dengan cara :

a. Diversifikasi produk kain tenun Pringgasela.

Para pembeli/wisatawan cenderung lebih memlilih untuk

membeli tenun yang sudah jadi produk, karena lebih simple dan

dari sisi harganya pun lebih murah. Para pengerajin atau para

pengusaha tenun pringgasela menciptakan banyak produk turunan

dari tenun Pringgasela ini, yang paling terkenal diantaranya

adalah:

a. Tas (tas leptop, tas selempang)

b. Baju pria/wanita (baju kerja, gamis, Dll.)

c. Tote bag

d. Pauch

40
Imam Sanjaya, Sekdes pringgasela Wawancara Pringgasela, 07 April 2022 )

51
e. Sepatu

f. sendal

g. Selendang

h. Sajadah trevel

i. Tempat pensil

j. Masker

k. Taplak meja

l. Tamplak meja

m. kerudung pasmina dll.

Harga tenun berpariasi, jika menjual kainnya langsung

harganya mulai dari 300-700 ribuan bahkan lebih tergantung

bahan yang dibuat dan kerumitan motif. Namun jika satu kain

ukuran 3 meter dijadikan produk bisa mengahsilkan banyak

produk, karena dicampurkan dengan kain tekstil ayau kain

lainnya. Karena jika dijadikan berbagai macam produk bisa

dijangkau oleh semua kalangan karena berkisar mulai dari harga

20-800 ribu tergantung dari porduk yang dibuat.

Berkaintan dengan harga ketua koperasi Mihrajul Huda

mengatakan:

“banyak yang mengatakan tenun itu mahal karena target

pasarnya menengah ke atas jika dilihat dari harganya, karena itu

52
kita membuat berbagai macam produk untuk bisa di nikmati oleh

semua kalangan karena harga dan produknya berpariasi.”41

Adapun kendala dalam memproduksi tenun pringgasela ini

adalah, karena alat yang digunakan masih tradisonal (gedogan)

ini membutuhkan waktu yang lama dalam memproduksi tenun itu

sendiri, jadi kurang efisiens.

Kendala dari alat untuk memproduksi produk turunan dari

tenun ini sendiri adalah alat jahit yang kurang, dan para

pengerajin sendiri tidak semua bisa dan punya alat jahit ini, jadi

para pengerajin menyerahkan hasil tenun mereka kekelompok

untuk di buatkan produ. Namun kelompok pun masih sangat

kekurangan untuk alat jahit ini sendiri.

b. Pengembagngan pasar

Adapun pengembangan pasar yang dilakukan oleh pelaku

usaha kain tenun di Pringgasela adalah dengan memperbanyak

promosi dan memperkenalkan produk seperti yang dikatakan oleh

ibu seri:

Cara yang kami lakukan dalam dalam mengembangkan pasar

adalah dengan cara mengikuti even-even yang diselenggarakan

41
Mihrajul Huda Ketua Koperasi Wawancara Pringgasela, 22 Mei 2022 )

53
oleh desa dan dinas-dinas, baik dari dinas perdagangan
42
,pariwisata dan alin sebagainnya.

Kerja sama dengan lembaga atau organisasi lain sangat

membatu untuk meluaskan pasar dilihat dari banyaknya ekspor

kain tenun Pringgasela keluar daerah seperti pasar seperti Jakarta,

semarang, bahkan sampai luar negeri seperti jepang dan amerika

dan lain sebagainya.

Salah satu kegiatan yang membatu melestarikan sekaligus

mempromosikan kain tenun desa Pringgasela ini adalah

diadakannya festival Alunan Budaya di Desa Pringgasela, Alunan

Budaya ini sendiri merupakan acara atau festival yang

menghadirkan semua potensi budaya sekecamatan Pringgasela,

yang beberapa tahun terakhir mengangkat tenun sebagai tema

utama, dan festival ini mampu mencuri perhatian Wisatawan.

Yang tujuannya untuk, memperkenalkan budaya menenun di

Desa Pringgasela. Alunan budaya ini sendiri dimanfaatkan sebagai

moment atau ajang untuk mengekspresikan diri, dan menuangkan

kreatifitas serta inovasi bagi masyarakat. Yang bekerja sama

dengan berbagi lembaga dan berbagai sponsor yang mensponsori

kegiatan ini. Kegiatan ini terbukti berhasi mencuru perhatian

42
Inaq Seri ,Pengerajin Tenun Wawancara (Pringgasela, 5 Mei 2022 )

54
wisatawan ini dilihat dari meningkatnya pendapatan para

pengerajin tenun saat even ini berlangsung.

Tetapi 2 tahun terakhir pandemic covid-19 menjadi kendala

dalam mengembangkan usaha, dan para pelaku usaha pun lebih

memilih dan memfokuskan promosi pada media sosial seperti

facebook instagram dan media sosial lainnya. Dan 2 tahun terakhir

pengembangan pasar yang lebih difokuskan pada pengembangan

pasar secara online saja.

c. Pengembangan SDM

Para pengerajin berloba-lomba untuk mengembangkan usaha,

kemampuan, dan produk mereka agar bisa menarik wisatawan,

menciptakan produk-produk baru yang belum ada sebelumnya,

dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, pendampingan.

Tenun gedogan pringgasela sejak dulu sampai sekarang

menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari berbagai

jenis kayu dan bambu. Tidak ada yang berubah untuk alat tenun

yang di gunakan saat ini dengan masa dahulu yaitu alat tenun

gedogan.

Adapun beberapa pelatihan yang pernah diikuti oleh para

pengerajin adalah:

 pelatihan membuat pewarna alam,

55
 pelatihan pemasaran,

 pelatihan memanfaatkan media sosial sebagai tempat

promosi,

 pelatihan Legalitas Usaha berbasis OSS

 pelatihan kuangan dan banyak lagi.

Untuk mewariskan budaya menenun ini, Pokdarwis Desa

Pringgasela menggelar sekolah tenun yang diikuti oleh anak-anak

muda Pringgasela yang bertujuan untuk memberikan edukasi

kepada generasi muda agar bisa melanjutkan tradisi menenun di

Desa Pringgasela.

Dalam memproduksi kainnya, dimana jika menggunakan alat

ini, memakan waktu 7-30 hari untuk satu kain, tergantung

kecepatan pengeraji. Tapi jika menggunakan Alat Tenun Bukan

Mesin (ATBM) bisa lebih mudah dan cepat. Tapi masyarakat

Pringgasela tetap menggunakan alat tradisional gedogan, karena

mempertahankan tradisi dan kualitas kain yang dihasilkan.

Adapun Kendala dalam meningkatkan SDM ini diakibatkan

karena kurangnya pengetahunak para pengerajin tenun akan

IPTEK (Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi). Tingkat pengetahuan

dan kemampuan para pengerajin tenun untuk memasarkan hasil

tenun mereka baik secara tradisional atapun modern, sangat kurang

56
karena rata-rata para pengerajin merupakan orang awam (ibu-ibu

IRT)

d. Kelompok-kelompok Usaha Tenun di Desa Pringgasela

Tenun Pringgasela ini sangat semakin berkembang dari tahun-

ketahun ini bisa dilihat dari banyaknya kelompok-kelompok usaha

tenun yang tersebar di Desa Pringgasela, yang kurang lebih

berjumalah 5 kelompok dan beranggotakan 20-30 orang per

kelompoknya, salah satunya adalah:

Kelompok Nina Penenun (KNP) KNP ini adalah salah satu

kelompok penenun yang ada dipringgasela yang di ketuai oleh ibu

Sri Hartini yang beranggotakan 28 orang, dibawah naungan Gema

Alam yang bekerja sama dengan Unesco. KNP ini didominasi oleh

para ibu-ibu rumah tangga, menciptakan banyak produk turunan

tenun diantaranya, tas, baju kerja, pauch, totebag dan masih banyak

lagi.

Koperasi Syariah Rumah Produksi Tenun, yang diketuai oleh

Mirajul Huda, Dengan 30 orang anggota Bekerja Sama Dengan

Human Initiative (Organisasi Nirlaba). Human Initiative organisasi

yang bergerak atau berfokus pada isu-isu kemanusian, bencana

alam dan tanggap darurat baik tanah air maupun luar negeri,

bidang pemberdayaan masyarakat, program perlindungan anak.

57
Untuk mencegah kegagalan pasar Koperasi Syariah Rumah

Produksi Tenun menggunakan metode Business Model Canvas

(BMC). MBC merupakan alat manajemen strategis

mengkomunikasikan konsep atau ide bisnis mudah dan cepat.

MBC mempunyai banyak elemen yang sangat penting untuk

sebuag bisnis. Dan metode ini sangat berhasil di Koperasi Syariah

Rumah Produksi Tenun. Koperasi menggunakan ini sebelum

menciptakan suatu produk jadi resiko rugi atau kegagalan produk

sangat kecil.

Adapun kendala-kendala yang sering dirasakan oleh para

pengerajin yang pertama adalah, Kendala yang dihadapi berkaitan

dengan Modal ini sangat penting karena karena untuk membiayai

oprasional, karena modal adalah kunci utama untuk menjalankan

usaha. Karena modal yang dgunakan para pengerajin tenun di

Pringgasela menggunakan modal sendiri, dari hasil menjual

tenunnya, dan dijadikan modal lagi untuk bertenun.

Menurut Inaq Sayuri mengatakan:

“Kendala saya ada pada modal, modal yang dibutuhkan

semakin banyak seiring nainya harga benang perikat, dan kendala

pada waktu karena saya juga punya pekerjaan lain selain

58
menenun, itu yang menyebabkan saya hanya bisa menyelesaikan 1

kain dalam sebulan.”43

Yang kedua adalah banyaknya calok atau pengepul yang

membeli tenun dengan harga rendah, sedangkan mereka

menjualnya dengan harga lebih tinggi nantinya. Jika para

pengerajin langsung menjual tenun mereka sediri maka keuntungan

yang didapat akan lebih banya, karena harga asli dari kain tenun

cukup mahal, berkisar diangka 500-1 juta jika menggunakan

pewarnaan alam, dan sekitar 300-500 ribu untuk tekstil, tapi karena

kurangnya kemampuan pada bidang pemasaran, para pengerajin

tetap saja kecara yang lebih cepat dan praktis yaitu kepengepul.

Kendalanya adalah jika mereka menjualnya sediri maka bisa

mendapatkan harga yang semestinya tapi jika mereka menjualnya

melalui perantaraan calok maka mereka akan rugi, karena calok

akan mengambil dengan harga yang lebih rendah yaitu Rp.

250.000/ lembar kain, para calok memanfaatkan kesempatan disaat

para pengerajin sangat membutuhkan uang maka harus menjual

kainnya, ini dimanfaatkan oleh para calok untuk mendapatkan

harga yang lebih rendah, sehingga para pengerajin mengalami

43
Inaq Sayuri ,Pengerajin Tenun Wawancara Pringgasela, 10 Mei 2022 )

59
kerugian namun karena kebutuhan terpaksa harus tetap dijual oleh

para pengerajin.

Adapun tugas-tugas kelompok-kelompok atau koperasi tenun

ini antara lain :

1) Wadah mengumpulkan kain tenun dari pengerajin untuk dibuat

produk-produk turunannya

2) Meningkatkan produksi kain tenun

3) Mencari dan Memasarkan produk-produk yang diproduksi

4) Sebagai tempat mengeluarkan aspirasi, dan konsultasi bagi para

pengerajin atau anggotanya.

5) Memberikan modal

6) Memberikan pelatihan

Pemasaran didalam kelompok atau koperasi sangat

membantu, selain untuk membantu para pengerajin untuk

memasarkan kain mereka, juga membatu mengorganisir para

pengerajin supaya ada harapan. Kain tenun ini sudah banyak

dipasarkan keluar daerah seperti jogja, semarang, Jakarta dan lain-

lain.

Kelompok-kelompok usaha tenun ini muncul atas dasar

keresahan ibu-ibu pengerajin tenun, juga sebagi tempat atau wadah

60
untuk mencurahkan aspirasi, keresahan para pengerajin,didalam

kelompoklah bisa didiskusiakan untuk di carikan solusi bersama.

e. Stakeholder Tenun Pringgasela

Kain tenun yang dihasilkan oleh para pengerajin kebanyakan

dipromosikan dari mulut-kemulut kadang juga mengikuti even dan

pameran budaya yang biasanya diselenggarakan oleh dinas.

Keberadaan kelompok-kelompok tenun ini, sangat dirasakan

manfaatnya oleh para perajin tenun karena kelompok-kelompok

tersebut lebih berfungsi sebagai pembina pengerajin, bukan

sebagai tengkulak. Merekalah yang merekrut para pengerajin dan

memberi bantuan dan pembinaan mulai dari proses produksi

sampai dengan pemasarannya.

Perluasan pasar juga dilakukan dengan bekerjasama dengan

Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, antara

lain dengan mengikuti pameran-pameran, baik di dalam negeri

maupun ke luar negeri. Para perajin sering diajak mengikuti

pameran di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,

Surabaya, Bandung, Yogyakarta. Terkadang pula pameran

dilaksanakan di luar negeri.

61
B. Kesejahteraan Ekonomi Pengerajin Kain Tenun di Desa

Pringgasela

Di desa Pringgasela terdapat kurang lebih 600 pengrajin kain

tenun, dimana didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga. Dari 600

orang tersebut ada yang menjadikan menenun sebagai hoby atau

sebagai koleksi saja, sebagai pengusaha, sebagai kariawan.

Dari surve yang pernah diadakan oleh pihak desa, 83%

menjadikan menenun sebagi mata pencaharian , dan 17% nya lagi


44
menajadikan menenun sebagai hoby dan mengisi waktu luang

Mata pencaharian perempuan masyarakat Pringgasela adalah

Menenun, Bagi ibu-ibu pengerajin tenun, kegiatan menenun dapat

menambah ekonomi keluarga, meskipun nilai yang di dapat masih

sedikit.

Para pengerajin tetap menenun selain budaya juga sebagai

hoby, jadi laku atau pun tidak, selama masih ada modal para ibu-

ibu akan tetap menenun, karena nantinya bisa dijual sewaktu-

waktu.

Inaq Ikhwan mengatakan berkaitan dengan hal ini:

“Tenun itu barang yang berharga, dan bisa kita jual kapan saja,

saat membutuhkan, jadi ketika tidak lakupun tetap bisa kita simpan

44
“Profil Desa Pringgasela” (Desa Pringgasela, 2023 2018).

62
dan jual ketika kita membutuhkan uang atau ataus waktu-waktu ada

orang mencarai, maka bisa kita langsung jual.”45

Ini salah satu alasan atau , motivasi para pengerajin tenun

di Desa Pringgasela tetap menenun. Karena tenun yang dibuat pasti

bisa dijual dan pasti laku untuk di jual kapan saja.

Mereka berharap kedepan dengan menenun bisa meningkatkan

ekonomi dalam hal ini penghasilannya dapat meningkat dari saat

ini. Dan kain tenun yang mereka buat bisa memiliki nilai jual yang

tinggi. Karena saat ini untuk menjual kain dengan harga yang

tinggi agar mendapat penghasilan yang baik masih sangat sulit.

Pembeli enggan membeli kainnya apabila di hargakan lebih tinggi.

Nilai tawar pembeli masih rendah.

Table 2.1

Data Informan Pengerajin Tenun Desa Pringgasela

No Nama umur Pendidikan Pendapatan/


terakhir bulan
1 Sri Hartini 42 SMA 1.000.000
2 Inaq Habibah 55 SD 600.000
3 Siti Hidayati 30 SMA 1.000.000
4 Sayuri 56 SMA 500.000

Inaq Ikhwan,Pengerajin Tenun Wawancara Pringgasela, 10 Mei 2022 )


45

63
5 Halimatussa’diah 44 SLTP/Sederajat 500.000
6 Amnah 48 SD 500.000
7 Sopiatun 40 SD 600.000
8 Inaq Reni 47 SLTP/Sederajat 600.000
9 Inaq Yuliani 40 SLTP/Sederajat 500.000
10 Inaq Ihwan 44 SD 600.000
11 Himayah 45 SD 600.000
12 Ratri Julan H. 27 SMA 1.000.000
13 Dewi Handayani 26 S.1 1.000.000
14 Hatipah 44 SD 600.000
15 Patimah 45 SD 500.000
16 Inaq Sadariah 65 Tidak sekolah 600.000
Pendapatan rata-rata bersih setelah dikurangi biaya-biaya

1. Pendapatan

Rata-rata usia pengerajin tenun di desa Pringgasela adalah 30-

60 tanunan dan notabennya adalah ibu-ibu rumah tangga. Dan rata-rata

pendapatan perbulannya sekitar 500-1 juta perbulannya, ini pendapatan

yang tidak tetap karena pembelian dikatan kadang-kadang naik kadang-

kadang turun, Pada musim-musim tertentu pendapatan atau penjualan

bisa naik tiga kali lipat dari biasanya.

Namun pendapatan kelompok bisa lebih besar dari itu

mencapai 5-10 juta perbulannya, karena menjual dengan kualitas

produk, dan harga yang lebih baik dari pengerajin yang tidak masuk

dalam kelompok, dan didalam kelompok bisa mencari pasar sendiri.

64
Mihrajul huda selaku ketua Koperasi Syariah Rumah Produksi

Tenun mengatakan:

“Potensi yang dimiliki ibu-ibu disini adalah menenun, selain untuk

melestarikan budaya juga membantu ekonomi keluarga para

pengerajin, karena rata-rata anggota koperasi jada dan ibu-ibu

rumah tangga yang memang suaminya merantau kemalasysia.”46

Ibu rini anggota koperasi saat wawancara mengatakan:

“Alhamdulillah semenjak adanya koperasi ini kebutuhan keluarga

lumayan tercukupi dapat membantu suami yang bekerja diluar

negeri.”47

Table 2.2

Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga

No Nama Tanggungan
1 Sri Hartini 2
2 Inaq Habibah 3
3 Siti Hidayati 2
4 Sayuri 2
5 Halimatussa’diah 3
6 Amnah 3
7 Sopiatun 3
8 Inaq Reni 2

46
Mihrajul Huda Ketua Koperasi Wawancara Pringgasela, 22 Mei 2022 )
47
Inaq Rini, Anggota Koperasi, Wawancara Pringgasela, 22 Mei 2022 )

65
9 Inaq Yuliani 2
10 Inaq Ihwan 4
11 Himayah 2
12 Ratri Julan H. 1
13 Dewi Handayani 1
14 Hatipah 3
15 Patimah 2
16 Inaq Sadariah 2

2. Pendidikan

Pendidikan para pengrajin kain tenun di Pringgasela

didominasi oleh oleh para pengrajin yang berpendidikan menengah

dengan rata-ratalama pendidikan selama 9 tanun belajar, atau rata-rata

pendidikan mereka adalah SD-SMP walaupun ada yang menyelesaikan

sampe perguruan tinggi tetapi jarang.

Dalam table 2.2 terdapat rata-tanggungan para pengrajin kain

tenun di Pringgasela adalah 2/3 prang. Namun merek mengatakan

dalam wawancara, walaupun mereka hanya tamatan SD namun anak-

anak mereka tetap menempuh pendidikan sampe ke perguruan tinggi,

dan minimalnya 12 tahun wajib belajar.

Inaq habibah mengatakan”

66
“Kalau kita bilang bisa ya bisa (memenuhi kebutuhan) kalau

hanya sekedar sekolah anak dan makan bisa dipenuhi melalui

menenun.”48

Inaq habibah mengatakan menenun sudah berpuluh-puluh

tahun lamanya beliau menjadikan menenun sebagi pekerjaan utama

dan hobynya, dari sini beliau mendapat pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

3. Kesehatan

Berkaitan dengan kesehatan para pengerajin kain tenun di Desa

Pringgasela dari pendapatannya yang bisa dikatakan pas-pasan, namun

mampu memenuhi kebutuhan baik pokok, pendidikan dan kesehatan.

Dari memnenun para pengrajin bisa membiayai kebutuhan berkaitan

dengan kesehatan mereka.

Implementasi dari pengembagan usaha tenun yang dilakukan

adalah mampu meningkatkan pendpatan para pengerajin tenun di Desa

Pringgasela. Yaitu berdampak pada sisi ekonomi pengerajin tenun,

yaitu mampu menaikkan taraf hidup mereka menjamin pendidikan

anak-anak mereka, dan meningkatkan taraf kesehatan mereka.

48
Inaq Habibah, Pengerajin Tenun Wawancara Pringgasela, 13 Mei 2022 )

67
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kreativitas produk Dan Usaha tenun pringgasela

Menurut Sukiman, Pengembangan sendiri diartikan kegiatan


49
menjadikan bertamabah dan,berubah sempurna. Pengembaan tenun

didesa pringgasela ini sendiri terus berkembanag dari tahun ke tahun,

semakin menunjukkan eksistensinya dipasaran. namun tidak terlalu

besar, atau dengan kata lain, naik secara perlahan.

Tenun Pringgasela semakin menunjukkan perkembangannya dari

waktu ke waktu. semakin banyak dikenal oleh masyarakat baik lokal,

Nasional maupun internasional. Banyak Desainer-desainer Nasional

yang menggunakan kain tenun gedogan Pringgasela sebagai bahan

fashion mereka, desainer tas, sepatu, pun sudah banyak yang

menggunakan produk tenun gedogan Pringgasela. Demikian halnya

denga desainer-desainer daerah.

Dibandingkan dengan jaman dahulu, sekarang ada perubahan

proses dalam menenun, yaitu tidak melakukan pemintalan dari benang

yang berasal dari serat kapas. Dikarenakan permintaan pasar yang

49
SUKIMAN, Pengembangan Media Pembelajaran. Hlm. 53

68
tinggi pada tenun sesek Pringgasela, akan lebih menguntungkan jika

menggunakan benang yang sudah jadi untuk menenun.

Para pelaku usaha dan pengerajin tenun didesa pringgasela banyak

melakukan inovasi baik inovasi dari segi untuk mengembangkan

kebudayaan maupun pengembangan usaha, seiring waktu

perkembangan ini benar-benar terlihat, ini terlihat banyaknya kain yang

diekspor keluar daerah sampai keluar negeri.

1. Pengembangan produk (inovasi produk)

Menurut Tjiptono Pengembangan produk adalah produk baru

meliputi original, produk yang disempurnakan, produk yang

dimodifikasi dan merk baru yang dikembangkan melalui usaha riset

dan pengembangan. Menurut William J. Stanton), faktor-faktor yang

mendorong perusahaan melakukan pengembangan produk adalah:

Perubahan selera konsumen, Perkembangan teknologi, Persaingan,

keinginan untuk meningkatkan laba dan Siklus hidup produk yang

pendek.50

Sejauh ini para pelaku usaha maupun para pengerajin tenun

di Desa Pringgasela telah berupaya untuk mengembangkan inovasi-

inovasi baru. Agar tetap bisa bersaing dengan produk-produk lain

50
Sumual, J. Soputan, dan F. kawular, Manajemen Pengembangan Bisnis
(Pengembangan Empirik pada “TIBO-TIBO” PEREMPUAN NELAYAN). Hlm. 15-
16

69
para pelaku usaha maupun para pengerajin mulai berinovasi lebih

kreatif dalam menciptakan produk dengan bentuk-baru dan unik, dan

tidak menghilangkan cirikhas tenun Pringgasela.

Motif-motif tenun gedogan Pringgasela untuk di pasarkan di

tingkat lokal masih memiliki pasar yang baik. Tetapi untuk di

pasarkan di tingkat nasional maupun internasional tenun pringgasela

harus di buat kreatifitas-kreatifitas/imaji baru, motif-motif kekinian

sesuai dengan trend saat ini membuat branding motif yang lebih

unik lagi sesua dengan kearifan lokal desa.

Pada mulanya produk tenun Pringgasela hanya terbatas pada

sarung, selendang saja. Tapi seiring perkembangan dan tidak lagi

hanya sebatas sarung dan selendang saja, tetapi sekarang para

pengerajin mulai menyesuaikan dengan perkembagan zaman dan

selera dari para wisatawan atau konsumen.

Semua jenis kerajinan masih dibuat secara manual, seperti

kain yang panjangnya 2-3 masih dinuat dengan alat tenun gedogan,

namun dalam pengembangannya, pengerajin mulai menggunakan

beberapa jenis mesin untuk memproduksi produk turunannya ,

seperti mesin jahit dan lain-lainya.

Dari kain panjang tersebut bisa menghasilkan banyak

produk turunan, seprti tas, baju, sepatu, sajadah, dan lain sebagainya.

70
Jika diproduksi seperti ini keuntungan yang di dapat akan lebih

tinggi, karena dari satu lembar kain bisa mendapatkan beberapa

buah produk. Dari kisaran harga 20-800 ribu tergantung produk

yang dibuat.

Namun dalam memporduksi barang apapun itu dari pauch

maupun tas, baju, totebag dan yang lainnya, produk yang dihasilkan

sama dengan pengusaha atau kelompok yang satu dengan yang

lainnya. Mengakibatkan para pengerajin harus lebih kreatif dan

inovatif lagi dalam menciptakan barang atau produk yang baru. Para

pengerajin dituntun untuk terus meciptakan ide-ide baru agar tetap

bisa bersaing dipasaran.

Metode yang dilakukan oleh Koperasi Syariah Rumah

Produksi Tenun sangat bagus jika digunakan oleh semua

wirausahaan tenun di Desa Pringgasela. Seperti salah satu

elemennya customer segment, yaitu menentukan sigmen costumer

sebagai target. Atau kata lain, harus menentukan dulu target pasar

yang dituju baru membuat produk yang dibutuhkan pada target pasar

tersebut.

Hal yang dilakukan oleh kopreasi tenun ini sesuaai dengan cara

melakukan pengembangan produk yaitu: Penciptaan gagasan/ide,

71
Penyaringan, Analisis bisnis, Pengujian produk dan uji pemasaran,

Komersialisasi.51

2. Pengembangan pasar.

Pengembangan pasar adalah suatu upaya memperluas pasar

dengan cara memperkenalkan produk/jasa ke wilayah geografis yang baru.

Pengembangan pasar ini merupakan aspek penting dalam bisnis,

pengembangan pasar ini juga sangat penting dalam menentukan

keberlangsungan suatu produk yaitu. Para pengerajin menggunakan

beberapa cara dalam memasarkan produk mereka.

Salah satu cara yang paling banyak dilakukan adalah

Melakukan pemasaran sendiri langsung dirumah kediaman

pengerajin masing-masing, seperti menunggu pemebli datang sendiri

untuk membeli kain mereka, hal ini di karenakan kurangnya

pengetahuan tentang pemasaran atau pemanfaatan media dikalangan

ibu-ibu pengerajin tenun.

Pada umumnya industry tenun ini merupakan industry yang

jaringan pasar yang rendah dan mempunyai jaringan usaha terbatas.

Banyak dari pengerajin maupun pelaku usaha tenun Pringgasela ini

berdasarkan system kekeluargaan, dan mempunyai produksi

terbatas, dan pemasarannya pun masih sederhana.

51
Sumual, J. Soputan, dan F. kawular.17

72
Karena kurangnya pengetahuan tentang pasar ataupun

pemasaran oleh para pengerajin tenun di desa Pringgasela ini, inilah

alsan utama dibuatnya kelompok-kelompok tenun. Ide membuat

kelompok sangatlah tepat, karena menjadi wadah yang sangat efisien

untuk menjalankan sebuah usaha dan mampu mendapatkan jaringan

yang luas untuk pemasaran produk mereka.

Pemasaran menjadi alasan terbesar adanya kelompok, seperti

yang dikatakan pemasaran tenun Pringgasela ini sudah sampai

keluar dareah bahkan keluar negeri berkat pengembngan pasar yang

dilakukan didalam Kelompok Usaha tenun di Pringgasela.

Saluran pemasaraan yang sering digunakan oleh para pelaku

usah tenun Pringgasela dalam memasarkan produk mereka adalah

para pengerajin langsung menjual produknya ke pembeli/wisatawan

dan pengerajin melalui pedagang pengecer kemudian kekonsumen.

3. Meningkatkan Promosi

Beberapa kelompok atau pengerajin menggunakan

beberapa cara untuk mempromosikan atau mengkomunikasikan

produk mereka Karena kurangnya pengetahuan tentang pemasaran

sederhana yaitu melalui media sosial, dan memamerkannya pada

even-even yang diadakan desa, atau kementrian kebudayaan danlain

sebagainya.

73
Kurangnya kemampuan para pengerajin akan pentingnya

promosi melalui sosial media sebagai media pemasaran

mengakibatkan jangkawan pemasaran menjadi terbatas.

Ada istilah Bauran promosi, kombinasi dari alat-alat promosi

yang digunakan oleh perusahaan disebut dengan bauran promosi.

Dan Kotler menyebutkan pada umunya bauran promosi terdiri dari:

iklan (Advertising), promosi penjualan (sales promotion), publisitas

(publicity), dan penjualan personal (personnal selling).

Yang sering digunakan oleh para pengerajin adalah

Penjualan langsung atau Personnal Selling, ini merupakan persentasi

langsung dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon

pembeli, dengan maksud untuk mendapatkan penjualan.52 Ini adalah

cara paling mudah dan efektif yang bisa digunakan oleh ibu-ibu

pengerajin tenun di Desa Pringgasela..

Menurut wahjono mengenai tahapan promosi yang disingkat


53
dengan AIDA (attention, interest, desire action) produk dari kain

tenun ini sudah mampu menarik perhatian dan minat konsumen

sehingga membeli produk turunan tenun walaupun melalui promosi

online.

fuad Muhammad, “PENGANTAR BISNIS.”..


52
53
Sembiring, Pengantar Bisnis. Hlm. 129-130.

74
4. Meningkatkan Sumber Daya

Industri kerajinan rakyat pada umumnya merupakan usaha

milik keluarga dan telah Oleh karena itu, industry ini pada umumnya

kebudayaan yang turun temurun. para perajin diharuskan melakukan

regenerasi atau mewariskan kemampuan menenun kepada anak-anak

mereka. Tetapi, para pengerajin mengalami kesulitan untuk

mewaiskan kemampuan mereka karena para generasi mudanya

kurang berminat lagi untuk menggeluti industry ini, lebih memilih

bekerja di sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan menurut

mereka.

Namun pemerintah desa dan para tokoh budaya, dan para

ketua kelompok tenun, membuat kegiatan yang diberinama Sekolah

Tenun, dan kegitan ini cukup efektif untuk menumbuhkan kecintaan

kepada budaya menenun para generasi muda untuk menjaga

eksistensinya tenun, agar tidak tergerus oleh akulturasi budaya dan

moderenisasi.

Para pengerajin yang termasuk dalam kelompok tenun,

biasanya menerima pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan

kemampuan menenun, pelatihan membuat produk tenun, sampai

pelatihan pemasaran yang di adakan oleh pemerintah desa,

pemerintah daerah ataupun diadakan langsung untuk meningkatkan

75
kemampuan sumberdaya manusia dikelompok masing-masing.

Kegiatan seperti ini harus lebih banyak dilakukan demi meningkatkan

kemampuan para pengerajin tenun di Desa Pringgasela.

B. Evektifitas Usaha Tenun Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Keluarga Pengerajin Tenun Di Desa

Prnggasela

Fahrudin menyatakan dikatakan sejah ketika suatu keluarga

mampu memenuhi kebutuhan pokok sandang dan pangan, punya

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan memiliki pekerjaan yang

memadai atau layak.

Dari beberapa upaya pengembangan yang dilakukan oleh para

pengerajin bisa dikatakan sudah cukup baik untuk meningkatkan

pendapatan mereka. Walaupun belum pada titik keluarga sejahterah III

plus. Tapi kalau hanya membiayai sekolah dan makan sehari-hari

mereka mampu mendapatkannya dari menenun.

Para pengerajin menenun selain sebagai budaya dan hoby, juga

karena para pengerajin melihat peluang usaha yang terletak pada

industry tenun ini, karena kain-kain teradisonal mulai banyak diminati

oleh desainer-desainer lokal maupun luar.

1. Pendapatan Pengerajin Tenun

76
pendapatan berhubungan dengan lapangan pekerjaan, keadaan

usaha dan faktor ekonomi lainnya. Menyediakan lapangan pekerjaan

harus dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki


54
pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. seperti

halnya para pengerajin tenun di Desa Pringgasela ini, memili usaha

dan menjadikannya pekerjaan tetap.

Berdasarkan table 1.1 diatas dapat dilihat rata-rata

pendapatan para pengerajin perbulannya adalah Rp. 500.00-

1.000.000, dengan jumlah kain yang dihasilkan minimal 1-3 lembar

kain tergantung panjang kain yang di bua dengan harga Rp.

300.000-600.000 /lembar kain.

Dan adapun dampak dari pendapatan pengerajin yang berkisar

antara 500-1 juta tersebut berdampak pada sisi ekonomi pengerajin

tenun, yaitu mampu menaikkan taraf hidup mereka menjamin

pendidikan anak-anak mereka, dan meningkatkan taraf kesehatan

mereka.

Rata-rata pendapatan pengerajin tenun di Desa Pringgasela

ini rata-rata dari 500-1 juta rupiah, penurunan pendapatan ini

dikarenakan pandemic covid-19 yang melanda Indonesia 2 tahun

54
Markhamah dkk., Peningkatan Kesejahteraan. Hlm. 9.

77
tekhir. Jika pendapatan kelompok bisa lebih besar mencapai 5-10

juta perbulannya.

2. Taraf Pendidikan

Mudah dalam hal ini adalah jarak dan nilai yang harus di

keluarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang murah dan mudah

adalah harapan masyarakat. Karena dengan pendidikan yang mudah

dan murah rakyat dapat dengan mudah mengakses pendidikan

setinggi-tingginya.55

Dalam tabel 1.1 terlihat rata-rata Pendidikan para pengerajin

yaitu SD,dan SMP namun berdasarkan wawancara yang penulis

lakukan walaupun pendidikan mereka rata SD-SMP namaun

pendidikan anggota keluarga mereka mencapai 12 tahun wajib

belajar.

Mereka mampu membiayai anak merek bahkan sampai

keperguruan tinggi dari menenun ini, walapun mereka hanya lulusan

sekolah dasar saja dan tidak memenuhi 12 tahun wajib belajar, tapi

mereka tidak mau anak-anak mereka sama seperti mereka dan

menyekolahkan anak-anak mereka setinggi-tingginya.

3. Kualitas Kesehatan Pengerajin Tenun

55
Ibid Hlm. 10-11

78
Pendapata erat kaitannya dengan kemiskinan, pendapatan

yang rendah akan mempengaruhi dalam menjaga kesehatnnya,

karena pendapatan yang rendah berpengaruh pada pendidikan,

pengetahun dan asupan makanan, pengobatan dan kondisi tempat

tinggalhal ini sejaan dengan pendapat haryono (2011)

Pemerintah adalah pihak yang bertanggungjawab pada

kualitas kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan untuk

masyarakat. Berdasarkan data yang penulis temukan berkaitan

dengan kesehatan dan pasilitas kesehatan masyarakat Pringgasela

cukup baik, karena mempunyai pusat kesehatan masyarakat

(Puskesmas) yang terletak tidak jauh dari pemukiman dan terdapat

8 posiandu dan lain sebagainya.

Ini menunjukkan pasilitas kesehatan di Desa Pringgasela

semakin mudah untuk di jangkau. Dan dikatakan juga Puskesmas

Pringgasela juga terus mengembangkan serta meningkatkan

pelayanan kesehatan dan penyedian pelayanan dan alat kesehatan

yang bermutu.

Dengan usaha dan pendapatan yang baik para pengerajin

mampu juga untuk menaikkan kualitas kesehatan diri sendiri

maupun keluarga, ini adalah dampak dari pengembagan usaha

79
tenun dan pendapatan pengerajin yang berangsur-angsur

meningkat dari usaha tenun ini.

Kesejahteraan bisa diukur menggunakan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang terdiri dari tingkat pendidikan, usia, standar

hidup lakyak atau tidak. Berdasarkan UU No. 10 tahun 1992, yang

memiliki kategori seperti. Keluarga Pra Sejahterah, Keluarga

Sejahterah I, Keluarga Sejahterah II, Keluarga Sejahterah III, Keluarga

Sejahterah III PLUS.56

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, para penun di Desa

Pringgasela masuk dalam kategori Keluarga Sejahterah II dan III

dimana ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

 biasanya anggota keluarga bisa beribadah sesuai dengan

agamanya kepercayaannya masing-masing

 Makan makanan ikan / daging /telur setidaknya seminggu sekali

 semua anggota keluarga dapat membeli satu baju baru dalam

setahun

 punya rumah yang lebih luas

 Ada 1 orang anggota keluarga atau lebih yang bekerja untuk

mendapatkan penghasilan,

56
Puspita, Suparti, dan Wilandari, “Klasifikasi Tingkat Keluarga Sejahtera
Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Ordinal Dan Fuzzy K-Nearest
Neighbor (Studi Kasus Kabupaten Temanggung Tahun 2013).”

80
 Anggota keluarga dari umur 10-60 tahun bisa membaca dan

menulis

 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal

 menabung dari pendapatan yang di dapat

 bisa mendapatkan informasi dari media massa maupun media

cetak

81
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian ini yang berjudul

Pengembangan Usaha Tenun Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Pengerajin Tenun Di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur, dari

itu penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengembangan usaha yang dilakukan yaitu dari sisi

mengembangkan produk atau melakukan inovasi produk,

Pengembangan Pasar, meningkatkan promosi, dan meningkatkan

sumber daya. Pengembangan usaha , kerajinan tenun Pringgasela

pada saat ini terus berkembang dari tahun-ketahun, bahkan mampu

mengekspor ke berbagai daerah bahkan berbagai negara. Kerajinan

tenun Pringgasela berkembang karena mengembangkan hasil

kerajinan tenunnya benjadi banyak produk baru dan unik yang

disesuai dengan situasi dan kondisi pasar masa kini.

Karena permintaan akan kain tenun Pringgasela ini terus

meningkat maka, para perajin membentuk kelompok-kelompok

yang bertujuan untuk membatu para pengerajin seperti,

82
mengelolaan untuk membantu aktivitas mereka, baik di bidang

penciptaan produk, pemasaran, pembinaan dan pelatihan, maupun

peminjaman modal.

2. Para pengerajin tenun di Pringgasela mampu memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga melalu kegiatan menenun, meskipun nilai yang

di dapat masih sedikit, tapi bisa dikatakan cukup. para penun di

Desa Pringgasela masuk dalam kategori Keluarga Sejahterah II dan

III.

Dari beberapa upaya pengembangan yang dilakukan oleh para

pengerajin bisa dikatakan sudah cukup baik untuk meningkatkan

pendapatan mereka. Walaupun belum pada titik keluarga

sejahterah III plus. Tapi kalau hanya membiayai sekolah dan

makan sehari-hari mereka mampu mendapatkannya dari menenun.

Impelmentasi dari pengembagan usaha kain tenun ini adalah

meningkatkan pendapatan pengerajin tenun di Desa Pringgasela

dimana berdampak pada sisi ekonomi pengrajin kain tenun, yaitu

mampu menaikkan taraf hidup mereka menjamin pendidikan anak-

anak mereka, dan meningkatkan taraf kesehatan mereka.

83
B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka saran

yang penulis sampaikan yaitu:

1. Pemerintah desa harus lebih banyak memebrikan pelatihan

Sumber Daya Manusia (SDM), baik pelatihan untuk inovasi

produk dan pemasaran.

2. Sangat dibutuhkan perhatian dari pemerintah atau dinas terkait


untuk memberikan pelathan dll. Peran pemerintah sangat

penting, para pemerintah harus mewadahi industri kain tenun

sesekan Pringgasela ini. seperti meyediakan tempat promosi

khusus, seperti rumah khusus untuk tenun Pringgasela , yang

penting tempat yang bisa digunakan untuk wadah dan sarana

yang bagus dan baik untuk promosi. mengenang sejarah

ataupun pembinaan kepada generasi selanjutnya.

3. Saran peneliti pada masyarakat pringgasela untuk tetap

melestarikan karya seni, dan menacari cara agar para generasi

muda lebih tertarik pada bidang ini dari pada bidang yang lain,

agar tenun Pringgasela ini terus lestari dan bisa di kenang

dengan cara memberikan pelatihan ataupun pembinaan kepada

generasi muda.

84
4. Memberikan merek pada produk mereka agar berbeda dengan

kelompok usaha yang satu dengan yang lain dan Lebih kreatif

lagi, agar produk kelompok yang satu berebeda dengan

kelompok yang lainnya.

85
DAFTAR PUSTAKA

Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Revika Adi


Tama,2012.
Https://Opac.Perpusnas.Go.Id/Detailopac.Aspx?Id=1223513.
ANORAGA, PANDJI. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis Dalam Era
Globalisasi. Jakarta: RINEKA CIPTA, 2011.
Fuad Muhammad. “PENGANTAR BISNIS.” Dalam Pengantar Bisnis, 1
Ed., 232. Surabaya: Indomedia Pustaka, 2017.
Hadikusuma;, Hilman. Metode Pembuatan Kertas Kerja Atau Skripsi Ilmu
Hukum. Bandung: Mandar Maju, 1995.
Hairurrozi, Lalu. “Wisata Budaya Dan Kesejahteraan.” KOMUNITAS PMI
UIN Mataram 10, No. 1 (23 September 2019): 75–94.
Https://Doi.Org/10.20414/Komunitas.V10i1.1165.
Isrososiawan, Safroni. “Pengaruh Pengembangan Usaha Koperasi
Terhadap Peningkatan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (Kpri) Iain Mataram.” Uin Mataram, 2019, 14.
Mardalis; Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. 1 Ed. Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
Http://Library.Fip.Uny.Ac.Id/Opac/Index.Php?P=Show_Detail&Id
=3897.
Markhamah, Cita Raras Nindya, Putri Marzalina S.Pd, Ririn Susilowati
S.Pd, Yenny Puspitawati S.Li, Dan Noer Hayati S.Pd. Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal. Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2021.
Nitisusastro, Mulyadi. Kewirausahaan Dan Manajemen Usaha. Bandung:
Alfabeta, 2010.
“Profil Desa Pringgasela.” Desa Pringgasela, 2023 2018.
Puspita, Dini, Suparti Suparti, Dan Yuciana Wilandari. “Klasifikasi
Tingkat Keluarga Sejahtera Dengan Menggunakan Metode Regresi
Logistik Ordinal Dan Fuzzy K-Nearest Neighbor (Studi Kasus
Kabupaten Temanggung Tahun 2013).” Jurnal Gaussian 3, No. 4
(2014): 645–53. Https://Doi.Org/10.14710/J.Gauss.V3i4.8075.
Rosyid, Bahrur. “Pola Inkubasi Manajemen Usaha Krupuk Dalam
Pengambangan Ekonomi, Inovasi Dan Diversifikasi Produk
Masyarakat Kota Mataram.” Uin Mataram 11, No. 1 (2020): 23.

86
Salim. Metodologi Penelitian Kualitatif. 5. Bandung: Citap Ustaka Media,
2012.
Satriawan, H, Najamuddin3, Fachri, M, Dan Najamuddin. “Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Program Badan
Usaha Milik Desa (Bumdes.” UIN Mataram 10 (2019): 10.
Sekertariat, Pringgasela. “Identifikasi Potensi Budaya Desa Pringgasela,”
2021.
Sembiring, Rasmulia. Pengantar Bisnis. Jakarta: La Goods Publising,
2014.
Sridewi, Novia. “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Dalam
Meningkatkan Pendapatan Pada Rumah Makan Sukma Rasa
Labuapi Kabupaten Lombok Barat.” Other, UIN Mataram, 2020.
Http://Etheses.Uinmataram.Ac.Id/173/.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R & D). Alfabeta, 2008.
SUKIMAN, -. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:
PEDAGOGIA, 2012.
Sumual, Tinneke, Grance J. Soputan, Dan Arie F. Kawular. Manajemen
Pengembangan Bisnis (Pengembangan Empirik Pada “TIBO-
TIBO” PEREMPUAN NELAYAN). Surabaya: R.A.De.Rozarie,
2019.
Suryana, Yuyus, Dan Kartib Bayu. Kewirausahaan: Pendekatan
Karakteristik Wirausahawan Sukses Ed.2. Kencana, 2012.
Umam, Ahmad Haerun. “Strategi Pengembangan Usaha Ternak Itik
Petelur Persepektif Ekonomi Islam: Studi Kasus Kelompok Ternak
Itik Mongglemong Desa Dasan Cermen, Kecamatan Sandubaya
Kota Mataram.” Masters, UIN Mataram, 2019.
Http://Etheses.Uinmataram.Ac.Id/40/.
Zaman, Nur, Syafrizal Syafrizal, Muhammad Chaerul, Sukarman Purba,
Erniati Bachtiar, Hengki Mangiring Parulian Simarmata, Edwin
Basmar, Eko Sudarmanto, Koesriwulandari Koesriwulandari, Dan
Puji Hastuti. Sumber Daya Dan Kesejahteraan Masyarakat.
Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021.
Zuriatun, Baiq. “Prospek Pengembagan Usaha Kereajinan Bambu UD.
Sambi Tereng Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi

87
Pengerajin Desa Dasan Bare Kecamatan Gunung Sari Perepektif
Ekonomi Islam.” UIN Mataram, 2015.

88
LAMPIRAN-LAMPIRAN

89
DOKUMENTASI FOTO

Gambar 1.1 wawancara dengan Ketua Kelompok Nina Tenun (KNP)

90
Gambar 1.2 wawancara dengan Ketua Koperas Tenun

91
Gambar 1.3 foto Menenun

92
Gambar 1.4 foto Menenun

93
Gambar 1.5 foto Motif Kembang Komak

94
Gambar 1.6 foto Motif Sari Menanti

95
Gambar 1.7 foto Motif Rebung

Gambar 1.8 foto Motif Patuk Sajik

96
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Sampurna Sari


Tempat,Tanggal Lahir : Pringgasela, 30,
Januari 2000
Alamt Rumah : Dasan Baru Manggis, Aikdewa
Utara Kec, Pringgasela, Lombok
Timur
Nama Ayah : Mesir (bapak Acin)
Nama Ibu : Nurhasanah
B. Daftar riwayat hidup

1. Pendidikan formal

SDN 7 PRINGGASLA TP. 2012

MTS NW PRINGGASELA TP. 2015

MA NW PRINGGASELA TP. 2018

97
98

Anda mungkin juga menyukai