MEKANIKA FLUIDA
PT PLN ( Persero )
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 1
SIFAT-SIFAT FLUIDA
1.1 Pendahuluan
Definisi dari fluida adalah suatu zat yang akan berubah (berdeformasi) secara
terus menerus apabila mengalami suatu tegangan geser, walaupun kecil sekali.
Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinum yang mempelajari fluida
(yang dapat berupa cairan dan gas). Mekanika fluida dapat dibagi menjadi fluida statik
dan fluida dinamik. Fluida statis mempelajari fluida pada keadaan diam sementara
fluida dinamis mempelajari fluida yang bergerak. Sedangkan pengertian dari mekanika
fluida itu sendiri adalah kajian mengenai fluida yang bergerak ataupun diam dan akibat
yang ditimbulkan oleh fluida tersebut pada batasnya. Batas itu dapat berupa
permukaan yang padat atau fluida lain. Karena aliran fluida merupakan cabang dari
mekanika, maka ia memenuhi seperangkat asas kekekalan yang telah dikenal dengan
baik sehingga penelaahan teoritisnya pun telah banyak dilakukan. Dua hal yang
merupakan penghalang utama bagi pembangunan teori yang berlaku dalam praktek
ialah geometri dan kekentalan.
YUS/UNJ/08 1
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
kohesifnya terabaikan dan akan memuai dengan bebas sampai tertahan oleh dinding
yang mengungkungnya.
Fluida disusun oleh molekul-molekul yang bertabrakan satu sama lain. Namun
demikian, asumsi kontinum menganggap fluida bersifat kontinu. Dengan kata lain,
properti seperti densitas, tekanan, temperatur, dan kecepatan dianggap terdefinisi
pada titik-titik yang sangat kecil yang mendefinisikan REV (‘’Reference Element of
Volume’’) pada orde geometris jarak antara molekul-molekul yang berlawanan di
fluida. Properti tiap titik diasumsikan berbeda dan dirata-ratakan dalam REV. Dengan
cara ini, kenyataan bahwa fluida terdiri dari molekul diskrit diabaikan.
YUS/UNJ/08 2
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 3
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 2
STATIKA FLUIDA
2.1 Pendahuluan
YUS/UNJ/08 4
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Massa M
ρ= = ............................................. (1)
Volume V
b. Volume jenis
Volume jenis didefinisikan sebagai perbandingan antara volume fluida dengan
massa fluida tersebut.
V 1
v= = (m3/kg) ........................................... (2)
M ρ
c. Berat Jenis
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan berat fluida dengan volume
fluida tersebut.
Berat W mg
γ= = = = ρ g ........................................ (3)
Volume V V
Dengan g adalah percepatan gravitasi.
Hubungan antara ρ dan γ adalah:
γ = ρ g (N/m3) .......................................................... (4)
d. Berat Jenis Relatif
Berat jenis relatif didefinisikan sebagai perbandingan berat jenis suatu fluida
dengan berat jenis air murni pada suhu 4 0C.
γrelatif = berat jenis benda/berat jenis air pada suhu 4 0C = γ benda/ γ 0
air murni pada 4 C ....(5)
e. Gravitasi Jenis
s = ρcairan,T/ρH2O, 600F = ρcairan,T/62,37 ...................................... (6)
Agar praktis, dalam industri minyak, hidrometer ditera dengan skala gravitasi
yang khusus. The American Petroleum Institue (API) mendefinisikan:
APIgravity (0) = 141,5/sp.gr.60/60 0F – 131,5 ............................. (7)
Dimana sg.gr.60/60 0F adalah perbandingan massa jenis fluida pada 60 0F
dengan massa jenis air pada 60 0F
f. Tekanan Fluida
Pada tekanan di dalam zat cair yang dikenakan pada suatu benda didefinisikan
sebagai fungsi dari posisinya terhadap permukaan fluida dengan konstanta massa jenis
fluida dan percepatan gravitasi ditambah dengan tekanan atmosfir, atau secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Pbenda = Patm + Pfluida cair .......................................................... (8)
Karena tekanan fluida:
Pfluida cair = ρ g (y2 – y1) = ρ g h, maka persamaan tekanan di dalam fluida dapat ditulis:
YUS/UNJ/08 5
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
h. Azas Archimedes
Azas Archimedes menyatakan bahwa gaya apung suatu benda yang dicelupkan
ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Fapung benda = Wfluida
Mbenda g = Mfluida g
Ρbenda Vbenda g = Ρfluida Vfluida g .................................................... (12)
YUS/UNJ/08 6
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
i. Kompresibilitas
1 ⎛ ∆v ⎞
β= - ⎜ ⎟ .................................................................. (13)
v ⎜⎝ ∆p ⎟⎠
Volume cairan hanya dapat diubah dengan tekanan yang sangat tinggi. Untuk
hampir semua situasi aliran yang dijumpai dalam teknik volume cairan dianggap
konstan, sehingga dengan demikian cairan disebut inkompresibel, yang secara harfiah
dapat diterjemahkan sebagai hampir tidak ada perubahan volume oleh tekanan, atau
massa jenis cairan dapat dianggap konstan.
Berbeda halnya untuk gas; gas disebut kompresibel karena massa jenis gas
selalu berubah dengan perubahan temperatur (suhu).
2.2.2 Hidrodinamika
Hidrodinamika adalah tentang fluida (zat cair) yang bergerak. Dalam
pembahasan awal, fluida diidealisasikan sebagai fluida sempurna, yaitu fluida yang
tidak termampatkan (incompressible) dan tidak mempunyai gesekan dakhil atau
kekentalan(viskositas). Dalam pembahasan awal ini, gas pun dianggap sebagai fluida
yang tidak termampatkan asal saja mengalir sedemikian rupa sehingga perbedaan
tekanan di semua titik tidak terlalu besar (kecil).
Lintasan yang ditempuh sebuah fluida yang sedang bergerak disebut garis alir.
Pada umunya kecepatan fluida itu berubah besar dan arahnya sepanjang garis alirnya
terutama pada awal, dimana fluida mengalami kondisi tidak tenang tetapi dalam
banyak kejadian selang waktu tertentu, fluida kemudian menjadi tenang. Pada saat
aliran menjadi tenang, kecepatan di semua titik ruang lama kelamaan menjadi
konstan. Aliran fluida dimana kecepatan di semua titik ruang yang konstan ini disebut
aliran stasioner.
Sedang garis arus (stream line) didefinisikan sebagai sebuah kurva yang garis
singgungnya di setiap titik merupakan arah kecepatan fluida yang bersangkutan. Pada
aliran yang tenang (aliran stasioner) garis arus berhimpit dengan garis alir (arah
kecepatan). Untuk hidrodinamika khususnya pada aliran fluida yang stasioner dan tidak
termampatkan (incompressible), ada beberapa acuan yang sering digunakan dalam
proses perekayasaannya, yaitu antara lain:
YUS/UNJ/08 7
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
A. Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas merupakan ungkapan matematis mengenai pembahasan
jumlah netto massa yang mengalir ke dalam sebuah permukaan terbatas (sebuah pipa)
sama dengan pertambahan massa di dalam permukaan tersebut. Untuk fluida yang tak
termampatkan dengan aliran yang tenang (stasioner), persamaan kontinuitasnya
berbentuk sebagai berikut:
ρ A1 v1 dt = ρ A2 v2 dt ................................................................. (14)
Dimana:
ρ = massa jenis fluida
dt = selang waktu pada saat fluida mengalir
A1 = luas penampang pipa masuk fluida
v1 = kecepatan fluida masuk
A2 = luas penampang pipa keluar fluida
v2 = kecepatan fluida keluar
Atau dapat ditulis kembali dengan bentuk sebagai berikut:
A1 v1 = A2 v2 .............................................................................. (15)
B. Persamaan Bernoulli
Bila fluida yang tidak dimampatkan mengalir sepanjang pembuluh aliran yang
penampangnya tidak sama besar, maka kecepatannya dan tekanannya akan berubah
yaitu dapat bertambah atau berkurang yang secara berurutan merupakan faktor dari
energi kinetik dan kerja fluida apabila diterapkan pada penggunaan mekanis. Di sisi
lain elevasi antara penampang masuk (fluida masuk) dan penampang keluar (fluida
keluar) juga mempengaruhi energi potensial fluida yang merupakan hal penting
pengkajiannya pada penggunaan pompa.
Secara matematis persamaan Bernoulli dapat ditulis:
P1 V1 + m1 g y1 + ½ m1 v12 = P2 V2 + m2 g y2 + ½ m2 v22 ........... (16)
Dimana:
m1 = massa fluida pada penampang masuk fluida
V1 = volume fluida pada penampang masuk fluida
y1 = elevasi penampang masuk fluida
m2 = massa fluida pada penampang keluar fluida
V2 = volume fluida pada penampang keluar fluida
y2 = elevasi penampang keluar fluida
YUS/UNJ/08 8
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
2.3 Manometer
Bentuk yang paling sederhana dari manometer adalah barometer, Gbr.1 Yang
digunakan untuk menentukan tekanan atmosfer absolut. Untuk barometer ini
Pv + ρb g hb = Pa
Gbr.1 Barometer
Umumnya sebagai fluida digunakan merkuri (air raksa), karena massa jenisnya
yang besar dan tekanan uapnya yang sangat kecil (dapat diabaikan). Manometer
diferensial digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan antara suatu titik dengan
atmosfer, atau antara dua titik yang masing-masing tidak pada tekanan atmosfer.
Contoh 1:
Berapa besarnya tekanan isap pada suatu pompa sentrifugal yang diukur
dengan manometer merkuri seperti terlihat pada Gbr.2
YUS/UNJ/08 9
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 10
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
dengan proyeksi C’D’ pada bidang yz. Gaya total F pada permukaan sama dengan Σ∆F,
dimana ∆F adalah hasil kali tekanan p akibat kolom fluida h, dengan elemen luas ∆A.
Jadi:
F = Σ∆F = Σp ∆A
= Σρ g/gc h ∆A .......................................................... (18)
YUS/UNJ/08 11
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 12
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Pada suatu elemen prisma tegak dengan penampang dA, bekerja gaya ke atas
sebesar dFz, akibat tekanan (p2 – p1), jadi:
dFz = (p2 – p1) dA ................................... (25)
Bila p = ρf g h/gc, maka:
dFz = ρf g/gc (h2 – h1) dA ........................ (26)
Penjumlahan semua elemen prisma yang membentuk seluruh benda
menghasilkan:
Fz = ρf g/gc ∫ (h2 – h1) dA = ρf g/gc ∫ dV = ρf g/gc V ................... (27)
Dimana V adalah volume benda. Suku ρf g/gc V menyatakan berat dari fluida
yang dipindahkan oleh benda.
Jadi: Fz = Wf
Yang merupakan hukum Archimedes. Dengan elemen prisma tegak, tekanan pada
sisinya sama, jadi tidak ada gaya resultan horisontal. Jadi Fz = Fb, gaya apung.
Titik tangkap gaya apung disebut titik pusat apung. Untuk menentukan letak titik
ini, dihitung momen sekitar sumbu x dan y.
Bila suatu benda ada dalam keadaan setimbang pada suatu permukaan fluida,
atau muka antara fluida, jadi sebagian saja yang terendam dalam fluida yang satu
sedang sebagian yang lainnya terendam dalam fluida yang lainnya, gaya apung
resultan untuk tiap fluida harus dihitung. Garis kerja gaya resultan harus ditentukan
dari momen gaya yang bekerja. Contoh yang umum adalah benda yang berada pada
muka antara air dan udara, dan dikatakan terapung. Gaya apung akibat udara dapat
diabaikan dibandingkan dengan gaya apung akibat air. Disini timbul persoalan stabilitas
benda yang terapung.
Suatu benda yang terendam sempurna akan stabil bila titik pusat gravitasinya
(titik berat) terletak di bawah titik pusat apung. Gbr.6a menunjukkan bahwa tiap
perpindahan sudut akan menghasilkan momen (kopel) yang berusaha untuk
mengembalikan sistem ke kedudukan semula yang setimbang stabil. Sebailknya
Gbr.6b menunjukkan bahwa walaupun sistem memiliki kesetimbangan, sistem tidak
stabil karena perubahan sudut yang sedikit saja akan menghasilkan kopel yang akan
membalikkan kedudukannya.
YUS/UNJ/08 13
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 14
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 3
DINAMIKA FLUIDA
YUS/UNJ/08 15
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
besarnya pada berbagai titik sepanjang aliran. Secara matematis setiap titik pada aliran
steady dapat ditulis sebagai berikut:
δu δv δw δp δρ
( )=0; ( )=0; ( )=0; ( )=0;( )=0
δt δt δt δt δt
3.1.1.2 Aliran Unsteady
Jika salah satu atau seluruh karakter fluida dalam gerakannya berubah dengan
perubahan waktu pada tiap titik dalam fluida atau secara matematika dapat dinyatakan
sebagai:
δv δp
( ) ≠ 0 dan atau ( ) ≠ 0 ; dan karakteristik lainnya.
δt δt
Jelas bahwa aliran steady lebih mudah dianalisa daripada aliran unsteady, dan
umumnya secara praktek persoalan-persoalan engineering melibatkan kondisi aliran
steady sehingga perhatian utama dibatasi pada aliran steady.
YUS/UNJ/08 16
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Suatu aliran fluida dikatakan dua dimensi bila merupakan fungsi dari dua
koordinat saja dan waktu t, sedang karakteristiknya pada salah satu koordinat tidak
berubah. Dan bila kondisi aliran tidak berubah menurut waktu t, maka aliran dikatakan
aliran steady dua dimensi, dan jika karakteristik aliran massa fluida merupakan fungsi
dari satu arah koordinat saja serta waktu, maka aliran berada pada kondisi satu
dimensi dan bila tidak berubah menurut perubahan waktu, maka dikatakan aliran
steady satu dimensi.
Sebagai contoh, bila kita ambil salah satu karakteristik aliran massa fluida
misalnya V, maka dapat dibuat pernyataan sebagai berikut:
Jenis aliran Unsteady Steady
Tiga dimensi V = f (X, Y, Z) V = f (X, Y, Z, t)
Dua dimensi V = f (X, Y, t) V = f (X, Y)
Satu dimensi V = f (X, t) V = f (X )
YUS/UNJ/08 17
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
du
τ = µ
dy
Dimana: τ = Tegangan geser pada fluida
du
= Gradien kecepatan fluida
dy
µ = Kekentalan fluida
Banyak jenis fluida mengikuti hukum ini seperti air, beberapa jenis minyak,
berbagai jenis gas, dimana kekentalannya tidak berubah seiring perubahan waktu.
Namun kebanyakan fluida yang terdapat di alam tidak tunduk kepada hukum Newton
ini, misalnya cat, tinta, minyak pelumas, lumpur, bubur kayu, sejumlah produk
makanan cair, maupun obat-obatan cair dan sebagainya. Sebagai contoh pada cairan
cat, bila diaduk atau dicatkan pada suatu permukaan, dengan segera cat ini akan
menurun kekentalannya.
Dari segi tegangan geser, aliran fluida digolongkan atas beberapa golongan,
diantaranya :
1. Aliran fluida yg tegangan gesernya tidak tergantung waktu, seperti
a. Newtonian Fluida du
τ = µ
dy
du
b. Bingham Plastics τ = τy + µ o
dy
n
⎛⎜ du ⎞⎟
c. Pseudo Plastics τ = k ⎝ dy ⎠
,n < 1
n
⎛⎜ du ⎞⎟
d. Dilatant τ = k
⎝ dy ⎠
,n > 1
YUS/UNJ/08 18
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Visco plastic
Pseudoplastics
Newtonian
Thyxotropic
Rheopectic
Dilatant
Viscoelastic
∂u ∂u
∂y ∂y
Kurva aliran suatu fluida adalah kurva hubungan antara Shear stress Vs Shear rate
fluida yg menunjukkan kelakuan fluida selama mengalir .
Sebelum membentuk kurva aliran ini , terlebih dahulu diperhitungkan besar Pressure
drop (∆p) yg terjadi dalam pipa kapiler ; Tegangan geser τw sepanjang aliran
(sebagai fungsi massa hasil pengukuran yg selanjutnya dapat dibentuk kurva yang
menghubungkan persamaan :
n
⎛ 8v ⎞
k .⎜
τ = ⎟ . ................................................ (28)
⎝ ⎠
W
D
Pada kondisi steady ,Shear rate suatu aliran fluida dapat diperhitungkan berdasarkan
hubungan persamaan Rabyno – Mooney sebagai berikut ini .
dU 3 .n + 1 8 v
− ( )W = ( ) ................................. (29)
dr 4n D
Dengan mensubsitusi nilai Power law index ( n ) yg diperoleh dr kurva τw Vs 8v/D
kedalam persamaan ( 29 ) , maka nilai shear rate (du/dy)w dapat dihitung pd nilai
8v/D yg bervariasi yg selanjutnya dapat diplot kurva τw Vs (
dU
) .
dy
YUS/UNJ/08 19
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 20
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Kita tinjau suatu keadaan di mana efek gesekan dapat diabaikan. Gaya yang
bekerja pada elemen massa terdiri dari gaya badan dan gaya permukaan. Gaya badan
misalnya gaya gravitasi, gaya magnetik, gaya Lorentz dan sebagainya. Sedangkan
gaya permukaan misal diakibatkan oleh tekanan pd permukaan elemen massa fluida.
Gaya badan besarnya sebanding dengan massa dari elemen massa fluida.
Komponen gaya badan per satuan massa dalam arah x, y, dan z adalah fx, fy dan fz.
Gaya yang bekerja pada suatu elemen massa yang berbentuk kubus diperlihatkan
pada Gbr.8 dengan elemen kubus yang berdimensi dx, dy, dz.
YUS/UNJ/08 21
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 4
KINEMATIKA FLUIDA
YUS/UNJ/08 22
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
dibatasi oleh suatu permukaan batas sistem, yang dapat berubah bentuk; partikel
dalam sistem tidak dapat menembus batas sistem),sedangkan metoda Euler dapat
dihubungkan dengan metoda analisa dengan volume atur.
YUS/UNJ/08 23
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 24
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
tiang jembatan cukup kecil, yang dijumpai pada sayap-sayap dan tiang jembatan yang
cukup panjang.
Aliran simetris tiga dimensi dilukiskan dalam Gbr.12 berikut:
Disini garis arus membentuk permukaan arus atau tabung arus yang
berpenampang cincin. Pada bidang yang melalui sumbu aliran demikian, garis arus
dapat digambarkan menyerupai aliran dua dimensi, tetapi tidak menyatakan bahwa
aliran bersifat dua dimensi. Aliran tiga dimensi yang tidak simetrik, seperti aliran pada
rongga masuk dari mesin jet, merupakan medan aliran tiga dimensi yang bersifat
umum.
YUS/UNJ/08 25
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Fluida sangat mudah bergerak, dan karena itu agak sukar untuk menganalisa
batas dan sistem fluida untuk waktu yang agak lama. Hal yang demikian kita jumpai
dalam mesin turbo, dimana proses yang rumit berlangsung dan dimana partikel fluida
yang berbeda yang melalui mesin mengalami sejarah yang berbeda. Karena itu, untuk
fluida yang bergerak lebih mudah bila kita menggunakan suatu konsep lain, dimana
yang kita perhatikan adalah suatu volume dalam ruang yang tertentu, yang dilalui oleh
aliran fluida, dan bukan fluida yang mempunyai partikel dengan identitas tetap.
Volume Atur
Dengan pemikiran di atas kita definisikan volume atur sebagai volume yang
sebarang, yang kedudukannya tetap di dalam ruang dan fluida mengalir di dalamnya.
Identitas dari fluida yang memenuhi volume atur berubah dengan waktu. Permukaan
yang mengelilingi volume atur disebut permukaan atur, yang berhubungan tunggal
(singly connected) atau berhubungan majemuk (multiply connected).
Kadang-kadang kita gunakan volume yang ukurannya infinitesimal (kecil
sekali), kadang-kadang volume yang ukurannya tertentu, pemilihan ini didasarkan atas
hasil yang diinginkan.
YUS/UNJ/08 26
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 27
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 5
ANALISA DIMENSIONAL & KESERUPAAN
5.1 Pendahuluan
Beberapa persoalan yang dijumpai dalam mekanika fluida telah dipecahkan
dengan menganalisa persoalan yang sudah diformulasikan secara matematis. Dalam
soal yang demikian, baik variabel yang berpengaruh maupun hubungan antara variabel
tersebut telah diketahui. Seringkali formulasi demikian diperoleh dengan menggunakan
anggapan penyederhanaan. Untuk memperhitungkan efek yang diabaikan, dalam
pendekatan selanjutnya digunakan koefisien yang ditentukan secara eksperimental.
Cara lain yang dapat digunakan sebgai penyelesaian pendekatan diperoleh
dengan cara mencoba menentukan secara umum bagaiamana koefisien yang dapat
ditetapkan secara eksperimental tersebut bergantung pada variabel yang
mempengaruhi persoalan.
Dengan analisa dimensional, gejala fisik dapat diformulasikan sebagai
hubungan antara variabel yang berpengaruh, yang telah dikelompokkan dalam
serangkaian kelompok bilangan yang tak berdimensi. Jumlah kelompok bilangan tak
berdimensi ini jauh lebih sedikit dari jumlah variabel yang semula. Cara ini sangat
berguna dalam metoda analisa persoalan secara eksperimental terutama karena
jumlah eksperimen yang harus dilakukan dapat diperkecil, dan eksperimennya sendiri
dapat lebih disederhanakan.
YUS/UNJ/08 28
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 29
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 30
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
bahwa kecepatan dan percepatan pada titik yang berkorespondensi adalah sejajar dan
perbandingan besar harga mutlaknya adalah konstan. Aliran yang serupa secara
kinematis dan mempunyai distribusi massa yang serupa, dari hukum Newton, juga
mempunyai gaya resultan yang perbandingan harga mutlaknya sama untuk titik yang
saling berkorespondensi. Selain itu pada titik yang berkorespondensi juga sejajar. Jadi
aliran yang serupa secara kinematis dan distribusi massanya serupa memenuhi syarat
keserupaan dinamik.
YUS/UNJ/08 31
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 6
ALIRAN FLUIDA DI DALAM PIPA
6.1 Pendahuluan
Pada umumnya aliran dapat dibedakan atas (1) aliran dalam saluran, yaitu
aliran yang dibatasi oleh permukaan-permukaan keras, dan (2) aliran sekitar benda
yang dikelilingi oleh fluida yang selanjutnya tidak terbatas. Perbedaan demikian
hanyalah untuk memudahkan peninjauan saja, karena gejala dasar dari kelakuan fluida
berlaku pada kedua keadaan tersebut.
Selanjutnya pengertian kita tentang kelakuan fluida riil memerlukan pembedaan
antara lapisan batas, dimana efek-efek tegangan geser terkonsentrasikan, dan daerah
aliran potensial, dimana hipotesa aliran ideal dipenuhi.
Pengertian lain yang akan dibahas adalah tentang dua macam aliran yaitu
aliran laminar dan aliran turbulen. Karena aliran-aliran yang umum sifatnya akan lebih
rumit untuk diuraikan, kita akan membatasi tinjauan pada geometri yang sederhana,
terutama tentang aliran-aliran melalui pipa berpenampang lingkaran dan selanjutnya
aliran melalui pelat-pelat datar sejajar arah aliran.
YUS/UNJ/08 32
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 33
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Navier-Stokes secara langsung. Untuk ini kita perhatikan suatu bagian dari pipa bulat
dengan penampang tetap, yang mengalirkan fluida dengan massa jenis yang tetap.
Akan kita anggap bahwa aliran telah mencapai kesetimbangan (fully developed flow)
dan karena itu gradien tekanannya telah mencapai harga yang konstan. Panjang pipa l
dan jari-jari pipa r, sedangkan beda tekanan sepanjang l besarnya ∆p
Tekanan pada tiap penampang bersifat seragam karena pipanya lurus dan
karena itu aliran rata-rata arahnya mengikuti garis-garis sejajar sumbu pipa. Untuk
silinder kecil yang tergambar dengan garis putus-putus, syarat kesetimbangan gaya-
gaya menghasilkan:
∆p. πr2 = 2 π r τ l .......................................................................... (40)
Dimana τ tegangan geser pada kulit silinder yang bersangkutan. Bila ro jari-jari pipa,
maka ( 1) menjadi:
∆p. πro2 = 2 π ro τo l ..................................................................... (41)
Dapat dilihat bahwa dari (40) dan (41) bahwa:
τ = τo r/ro ...................................................................................... (42)
yang menyatakan bahwa tegangan geser harus berubah secara linier dengan jari-jari.
Tegangan geser dinding τo tentu ada hubungannya dengan koefisien gesek f.
Koefisien gesek didefinisikan sebagai:
∆p = f. ½ .ρ v2. l/d ......................................................................... (43)
Jadi, dari (41) dan (43):
2 τo.l/ro = f. ½ . ρ v2. l/d ..................................................................... (44)
atau
τo = ¼. f. ½. ρ v2 ................................................................................ (45)
YUS/UNJ/08 34
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
= f/4 .l/2 ρ v2
atau
f = 4 τo/1/2 .ρ v2 l .................................................. (49)
Jadi bila harga eksperimental τo atau f diketahui, maka besaran yang lain dapat
dihitung.
Dengan cara yang serupa, untuk saluran berpenampang bukan lingkaran dapat
diturunkan.
∆p = f. s l / 4A . ρ v2/2 .................................................. (50)
Untuk empat persegi panjang dengan sisi-sisi a dan b, de = 4 ab/2(a+b) =
2ab/(a+b). Untuk annulus dengan diameter dalam d1 dan diameter luar d2, de = π (d22
– d12)/ π (d2 + d1) = d2 – d1
YUS/UNJ/08 35
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Persamaan di atas menyatakan pula bahwa untuk aliran laminar dalam pipa,
distribusi kecepatannya bersifat parabolik.
Dengan menggunakan persamaan (55)laju aliran massa melalui pipa dapat
dihitung yaitu:
Q = - ∆p.π. ro4/8.l. µ .......................................................... (56)
Sedangkan kecepatan rata-ratanya:
v = Q/π. ro2 = - ∆p ro2/ 8.l.µ ............................................. (57)
Persamaan yang terakhir ini dapat dibandingkan dengan persamaan untuk
kerugian gesekan di dalam pipa. Untuk kasus aliran laminar:
f = 64/Re ........................................................................... (58)
yang menunjukkan bahwa f merupakan fungsi sederhana dari bilangan Reynolds.
Eksperimen menunjukkan persamaan dengan hasil di atas. Aliran laminar dengan profil
kecepatan parabolik dalam tabung silindrik ini dikenal sebagai aliran Poiseuille atau
aliran Hagen-Poiseuille.
YUS/UNJ/08 36
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Demikian pula, bila suatu partikel bergerak menjauhi sumbu pipa, ia akan
mempercepat fluida di sekitar tempat baru yang didudukinya. Gaya-gaya ini
merupakan hasil dari gerak lintang turbulen dari partikel-partikel fluida dan merupakan
sebab dari gaya-gaya geser dalam fluida.
Yang dimaksudkan dengan pipa licin adalah pipa-pipa dengan permukaan
seperti gelas, plastik atau logam yang dihaluskan. Pipa-pipa kasar mencakup pipa-pipa
lain seperti pipa-pipa baja, pipa-pipa besi dan pipa-pipa beton.
Korelasi tentang koefisien gesek dalam aliran turbulen pertama-tama diajukan
oleh Blasius (1911), dengan melakukan survei secara kritis pada data dan
memformulasikan persamaan empirik sebagai berikut:
f = 0,316/Re1/4 ...................................................................... (59)
yang berlaku untuk pipa licin sampai bilangan Reynolds sebesar 103. Dapat dilihat
bahwa faktor gesek dalam aliran turbulen berubah pelan dengan bilangan Reynolds
dibandingkan dengan pada aliran laminar.
Bila dianggap bahwa pada Re = 2300 baik aliran laminar maupun turbulen
dapat terjadi, maka untuk aliran laminar, f ~ 64/Re~0,0278, sedangkan untuk yang
terakhir, f = 0,0447. Dalam kenyataannya, dalam aliran turbulen Re harus sama
dengan 17.000 supaya faktor geseknya sama kecil dengan faktor gesek aliran laminar
pada Re = 2300. Jadi aliran turbulen menghasilkan kerugian-kerugian yang lebih besar
daripada aliran laminar pada bilangan Reynolds yang ekivalen.
Untuk bilangan Reynolds lebih besar dari 103, persamaan Blasius tidak lagi
sesuai, karena faktor gesek yang diramalkannya lebih rendah. Selain faktor gesek,
distribusi kecepatan pada penampang pipa mempunyai arti yang penting.
Eksperimen menunjukkan bahwa distribusi kecepatan untuk aliran turbulen
lebih datar daripada untuk aliran laminar, akan tetapi gradien kecepatannya lebih
curam daripada aliran laminar.
YUS/UNJ/08 37
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 7
LAPISAN BATAS
7.1 Teori Lapisan Batas (Boundary Layer)
Konsep lapisan batas pertama kali dikemukakan pada tahun 1904 oleh Ludwig
Prandtl, seorang ahli aerodinamika Jerman. Sebelumnya, analisa aliran fluida terbagi
menjadi dua konsep dasar yaitu aliran tanpa pengaruh gesekan yang dikemukakan
oleh Leonhard Euler seorang ahli hidrodinamika pada tahu 1755. Analisa aliran tanpa
gesekan dinyatakan dalam persamaan Euler. Dengan banyaknya kontradiksi pada hasil
eksperimen aliran fluida, persamaan Euler dijabarkan lebih rinci untuk kondisi aliran
bergesekan oleh Navier pada tahun 1827 dan oleh Stokes pada tahun 1845, yaitu
persamaan Navier-Stokes.
Persamaan Navier-Stokes ini adalah persamaan matematis yang amat sulit
dicari penyelesaiannya. Dengan konsep yang diungkapkan Prandtl ini analisa gerak
aliran fluida umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian yang pengaruh gesekannya
besar yaitu di daerah lapisan batas dan di luarnya adalah aliran yang tanpa pengaruh
gesekan.
Pada aliran fluida bergesekan, pengaruh gesekan akan menimbulkan lapisan
batas. Lapisan Batas adalah daerah yang melingkupi permukaan aliran, dimana tepat
di bawah lapisan batas terdapat hambatan akibat pengaruh gesekan fluida dan tepat di
atas lapisan batas aliran fluida adalah tanpa hambatan, sehingga untuk menganalisa
pengaruh gesekan fluida, penting untuk diketahui konsep tentang lapisan batas
tersebut.
Lapisan batas pada aliran internal akan berkembang terbatas sampai dapat
meliputi seluruh penampang aliran fluida dan hanya terjadi pada daerah di sekitar
lubang masuk aliran sehingga pada umumnya dapat diabaikan dan aliran dianggap
seragam. Namun pada aliran eksternal pertumbuhan lapisan batas tidak terbatas
sehingga umumnya pembahasan perkembangan lapisan batas menjadi sangat penting.
Pada Gbr.18 ditampilkan perkembangan lapisan batas pada aliran internal dan aliran
eksternal. Pada gambar tersebut skala sumbu y jauh lebih besar dari sumbu x untuk
memperoleh gambar yang lebih jelas, karena lapisan tersebut sangat tipis.
Dari gambar terlihat bahwa untuk aliran internal, fluida pada saat bergesekan
dengan permukaan solid, akan mulai membentuk lapisan batas. Lapisan batas ini akan
berkembang terus sampai suatu panjang tertentu yang disebut sebagai panjang
YUS/UNJ/08 38
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
masukan (entrance length) kemudian lapisan batas tidak dapat berkembang lagi (Fully
developed flow). Untuk aliran internal dan laminar yaitu dengan Re< 2300 maka
panjang masukan, LE adalah fungsi angka Reynold yaitu:
LE/D ≈ 0,06 ρ v D/µ
LE ≈ 0,06 x Re x D ≈138D
Sedangkan untuk aliran internal turbulen, dari hasil percobaan, panjang
masukannya adalah antara 25D atau 40D.
Pada aliran eksternal, angka Reynold dihitung tidak dari diameter penampang
namun dari panjang karakteristik masukan atau tebal lapisan batasnya. Kondisi aliran
laminar, transisi dari laminar ke turbulen dan aliran turbulen pada aliran eksternal tidak
sejelas pada aliran internal.
Untuk aliran diatas plat datar seperti pada lambung kapal atau kapal selam,
pada sayap pesawat udara ataupun pada dataran, kondisi transisi aliran tercapai pada
angka Reynold Re = 5 x 105. Untuk kondisi udara bakuangka Re ini tercapai pada
kecepatan 30 m/s berkorelasi dengan jarak x ≈ 0,24 m. Sedangkan perkembangan
tebal lapisan batasnya, pada aliran laminar lebih lambat dibandingkan dengan
perkembangan tebal lapisan batas pada aliran turbulen.
Ketebalan lapisan batas pada aliran laminar:
δ = 5x/√Rex ............................................................................. (60)
dimana: δ = tebal lapisan batas
x = jarak dari masukan ke lokasi tebal lapisan batas
Beberapa parameter lapisan batas yang penting adalah:
Tebal lapisan batas, δ yang didefinisikan sebagai jarak dari permukaan solid ke
lapisan di daerah yang mengalami hambatan karena gesekan. Namun
kenyataannya karena pengaruh gesekan terjadi terus menerus, pada
perhitungan, dipergunakan definisi tebal lapisan batas adalah jarak dari
permukaan penampang ke titik yang u = 0,99 U.
Tebal perpindahan δ* didefinisikan sebagai tebal aliran tanpa gesekan yang laju
massa alirannya sama dengan pengurangan laju massa aliran fluida
bergesekan. Sehingga perhitungan tebal perpindahan ini didasarkan pada laju
massa aliran sebelum bergesekan dengan permukaan solid dikurangi laju aliran
setelah bergesekan.
YUS/UNJ/08 39
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
∂ u
1 ∂ (1 − )dy
δ* =
U ∫
0
(U − u )dy = ∫
0
U ......................................................... (61)
∂
u u
θ= ∫ (1 − U ) U dy
0
........................................................................... (63)
YUS/UNJ/08 40
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
gesekan. Daerah dimana efek gesekan terlihat dengan jelas disebut lapisan batas.
Sewaktu fluida ke hilir, lapisan batas ini tumbuh dan akhirnya memenuhi seluruh pipa.
Yang akan kita perhatikan selanjutnya adalah lapisan batas yang tumbuh, yang
belum terkembang sempurna. Pada ujung depan (leading edge) dari pelat profil
kecepatan fluida masih seragam, akan tetapi mengalami perubahan dalam arah hilir.
Mula-mula waktu lapisan batas masih tipis, aliran di dalam lapisan ini bersifat laminar.
Tetapi waktu lapisan batas ini telah tumbuh dan mencapai suatu tebal tertentu, maka
aliran dapat bersifat turbulen.
Kriteria transisi adalah bilangan Reynolds yang disini didasarkan atas jarak dari
ujung depan pelat dan kecepatan aliran bebas uo. Setelah transisi berlangsung, aliran
pada sebagian besar lapisan batas bersifat turbulen, akan tetapi harus ada sesuatu sub
lapisan laminar dekat dinding. Analisa lapisan batas pada dasarnyadapat berhasil bila
lapisan tersebut tipis dibandingkan dengan dimensi-dimensi yang penting seperti
misalnya jarak dari ujung depan pelat. Syarat ini umumnya dipenuhi bila bilangan
Reynolds melebihi angka 104. Di luar lapisan batas, aliran dapat dianggap tidak viskos
dan dapat dianalisa berdasarkan anggapan tersebut.
7.3 Lapisan Batas Laminar – Penyelesaian Eksak Untuk Aliran Dua Dimensi
Suatu kontribusi pada ilmu pengetahuan tentang gerak fluida dilakukan oleh
Ludwig Prandtl dalam tahun 1904, sewaktu ia menjelaskan tentang pengaruh
viskositas yang penting pada bilangan Reynolds yang tinggi dan menunjukkan bahwa
persamaan Navier-Stokes dapat disederhanakan untuk memperoleh penyelesaian
pendekatan.
YUS/UNJ/08 41
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Lebih dahulu kita tinjau aliran dua dimensi dari fluida dengan viskositas rendah
melalui suatu benda silindris yang langsing, seperti tergambar (Gbr.21)
YUS/UNJ/08 42
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Di luar garis batas yang menyatakan tebal lapisan batas, kecepatan fluida
dianggap sama dengan kecepatan aliran bebas Uo, dan dalam lapisan batas
kecepatannya perlahan-lahan turun dari Uo pada y = δ sampai nol pada dinding.
Selanjutnya kita tinjau suatu elemen volume atur yang dibatasi oleh pelat, garis batas
dan dua garis vertikal sejajar dx. Lebar volume dapat diambil satu satuan.
Hukum momentum untuk aliran stasioner menyatakan bahwa jumlah semua
gaya yang bekerja pada volume atur pada arah tertentu harus sama dengan jumlah
aljabar flux momentum keluar dari volume ini dalam arah yang sama. Jadi:
δ/δx {ρ Uo2 δ 0 ∫1 (1 – u/Uo) u/Uo dy/δ} = τo .................................. (65)
YUS/UNJ/08 43
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
BAB 8
ALIRAN MELALUI SALURAN TERBUKA
YUS/UNJ/08 44
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
YUS/UNJ/08 45
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
Dalam menganalisa gejala ini kita anggap bahwa saluran mendatar dan tak
bergesekan. Laju aliran bersifat stasioner dan sifat-sifat aliran datang diketahui. Dari
persamaan momentum diperoleh:
ρV12h1 + ½ h12ρg = ρV22h2 + ½ h22ρg ................................................. (76)
Dengan menggunakan persamaan kontinuitas
Q = b h1 V1 = b h2 V2
Persamaan dapat diubah menjadi:
(h1 – h2) [h1 + h2 – 2Q2/g b2 h1h2] = 0 ................................................. (77)
Persamaan ini mempunyai dua jawaban, karena persamaan ini dapat dipenuhi
bila suku-suku dalam kurung sama dengan nol atau suku-suku diantara kurung persegi
sama dengan nol. Bila suku-suku dalam kurung sama dengan nol, hasilnya adalah
suatu hal yang trivial, yaitu aliran berlangsung tanpa gangguan. Pemecahan yang
kedua, menunjukkan kemungkinan adanya perubahan tinggi permukaan aliran, yaitu:
h2 = -h1/h2 + (h12/4 + (Q2/b2 g h13) 2h12)1/2 ................................. (78)
Pemecahan yang lain yaitu h2 = -h1/h2. Pola aliran inilah yang dikenal sebagai
lompatan hidraulik.
YUS/UNJ/08 46
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
DAFTAR ISI
1. SIFAT-SIFAT FLUIDA
1.1 Pendahuluan
1.2 Konsep Fluida
1.3 Fluida Sebagai Suatu Kontinum
1.4 Dimensi Dan Satuan
1.5 Besaran-besaran Medan Kecepatan
2. STATIKA FLUIDA
2.1 Pendahuluan
2.2 Hidrostatika Dan Hidrodinamika
2.2.1 Hidrostatika
2.2.2 Hidrodinamika
2.3 Manometer
2.4 Kesetimbangan Relatif
2.5 Gaya-gaya Pada Bidang datar
2.6 Gaya-gaya Pada Permukaan Lengkung
2.7 Pengapungan Dan Gaya Apung
3. DINAMIKA FLUIDA
3.1 Ciri-Ciri Jenis Aliran Fluida
3.1.1 Aliran Steady Dan Unsteady
3.2 Aliran Uniform
3.3 Aliran Non Uniform
3.4 Aliran Satu, Dua dan Tiga Dimensi
3.5 Aliran Laminar
3.6 Aliran Turbulen
3.7 Fluida Newtonian Dan Non Newtonian
3.8 Persamaan Gerak Euler; Persamaan Gerak Euler Untuk Fluida Invisid
4. KINEMATIKA FLUIDA
4.1 Metoda Lagrange Dan Metoda Euler
4.2 Medan Kecepatan Dan percepatan Dalam Fluida
4.3 Penggunaan Suatu Sistim Referensi Dalam Menginterpretasikan Bentuk
Gerakan
4.4 Aliran Satu, Dua Dan Tiga Dimensi
4.5 Sistem Dan Volume Atur
4.6 Garis Arus Dan Fungsi Arus
YUS/UNJ/08 47
PT PLN (Persero) JASDIK
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SURALAYA Mekanika Fluida
7. LAPISAN BATAS
7.1 Teori Lapisan Batas
7.2 Lapisan Batas – Konsep-konsep Umum
7.3 Lapisan Batas Laminar – Penyelesaian Eksak Untuk Aliran Dua Dimensi
7.4 Pemecahan Pendekatan Untuk Lapisan Batas
7.5 Lapisan Batas Laminar
7.6 Lapisan Batas Turbulen
YUS/UNJ/08 48