Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PT Wijaya Karya Beton TBK

Gambar 3.1 Logo PT Wijaya Karya TBK


(Sumber: Wijaya Karya TBK)
3.1.1 Sejarah PT Wijaya Karya Beton TBK
WIKA merupakan perusahaan konstruksi milik Pemerintah Indonesia.
WIKA didirikan berdasarkan UU no. 19 tahun 1960 junto PP. no. 64 tahun 1961
tentang Pendirian PN “Widjaja Karja” tanggal 29 Maret 1961. WIKA dibentuk
dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama Naamloze Vennotschap
Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret
1960, dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha
WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air.
Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut berperan serta dalam proyek
pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno dalam rangka penyelenggaraan
Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di
Jakarta. Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali
dilakukan untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi
perkembangan bangsa melalui jasa-jasa konstruksi yang tersebar di berbagai
penjuru negeri.
Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat
itu nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT

10
11

Wijaya Karya. WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor


konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan
jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur. Satu dekade kemudian,
pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan dibentuknya
beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi
Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi
Energi, dan Divisi Perdagangan.
Proyek yang ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung
Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi. Selain itu, semakin berkembangnya
anak-anak perusahaan di sektor industri konstruksi membuat WIKA menjadi
perusahaan infrastruktur yang terintegrasi dan bersinergi. Keterampilan para
personel WIKA dalam industri konstruksi telah mendorong Perseroan untuk
memperdalam berbagai bidang yang digelutinya dengan mengembangkan
beberapa anak perusahaan guna dapat berdiri sendiri sebagai usaha yang spesialis
dalam menciptakan produknya masing-masing. Pada tahun 1997, WIKA
mendirikan anak perusahaannya yang pertama, yaitu PT Wijaya Karya Beton,
mencerminkan pesatnya perkembangan Divisi Produk Beton WIKA saat itu.
3.1.2 Visi
Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering Procurement
dan Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia Tenggara.
3.1.3 Misi
a. Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang EPC dan
investasi untuk infrastruktur, gedung bertingkat, energi, industrial plant,
industri dan properti
b. Memenuhi harapan pemangku kepentingan utama
c. Mengimplementasikan etika bisnis untuk mendukung tata kelola perusahaan
yang berkesinambungan
d. Ekspansi strategis ke luar negeri
e. Mengimplementasikan ‘best practice’ dalam system manajemen terpadu
12

3.1.4 Proyek Jembatan Kretek dua


PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika meraih kontrak pengerjaan
Jembatan Kretek II di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) senilai Rp 364,6 miliar.
Pengerjaan proyek ini Wika bersama PT Hutama Karya membentuk konsorsium
dalam menjalankan mandat yang diberikan  Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR). Wika memiliki porsi sebesar 53 persen dan sisanya
milik Hutama Karya. Amanat pembangunan jembatan tertuang dalam kontrak
yang ditandatangani oleh Satuan Kerja (Satker) Pembangunan Jalan Nasional
Kementerian PUPR Julian Situmorang dengan General Manager Operasi 4 Wika
di DIY pada 27 Januari 2021.
Jembatan Kretek II membentang sepanjang 747,7 meter yang
menghubungkan ruas jalan baru Samas-Kretek dan Kretek-Parangtritis. Kedua
jalan baru tersebut merupakan bagian dari Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
Pembangunan jembatan akan berlangsung selama 2 tahun dan ditargetkan
rampung pada tahun 2023. Jembatan Kretek II dibangun dan melintasi muara
sungai Opak yang menghadap ke Samudera Hindia. Selain itu, jembatan ini juga
didesain dengan filosofi Among Tani Dagang Layar dengan stilisasi bentuk Laku
Urip Kang Utama (LUKU) sebagai lambang budaya masyarakat Yogyakarta.
Direktur Utama Wika, Agung Budi Waskito mengatakan, proyek ini akan menjadi
tanda keterlibatan perseroan dalam membangun salah satu landmark DIY yang
menghubungkan JJLS. “Sekaligus mendukung upaya pemerintah untuk
meningkatkan pariwisata dan perekonomian di bagian selatan pulau Jawa
khususnya Bantul.
13

Gambar 3.2 Progres Jembatan Kretek 2


(Sumber: Wijaya Karya TBK)
Jembatan Kretek 2 menggunakan Teknologi Lead Rubber Bearing (LRB)
agar jembatan dapat bertahan hingga 100 tahun dan mampu meredam gempa serta
penggunaaan teknologi Mechanically Stabilized Earth (MSE) Wall untuk daerah
timbunan. Bridge bearing jenis ini mempunyai satu silinder atau lebih pada
bagian tengah, terdiri dari lapisan maerial karet yang lebih lunak dan tidak kaku
layaknya laminated bearing pad, sehingga memiliki kemampuan pergeseran yang
besar, dan juga menggunakan material timbal murni 99,9% sebagai material yang
mendisipasi energi dari gaya pergerakan struktur atau jembatan. Fungsi dari inti
bantalan tersebut adalah untuk meredam terjadinya goncangan dalam skala besar.
Ketika terjadi bencana alam seperti banjir, gelombang pasang, atau gempa, bridge
bearing yang satu ini juga mencegah kerusakan parah pada jembatan. Bridge
bearing ini dapat digunakan untuk jembatan dengan betang yang lebar. Lead
Rubber Bearing (LRB) sering juga disebut Base isolation bearing merupakan
jenis bantalan yang sesuai untuk struktur bangunan anti gempa atau sering juga
disebut dengan seismic building. 

Gambar 3.3 Teknologi Lead Rubber Bearing


(Sumber : Wijaya Karya TBK)
14

Gambar 3.4 Dokumentasi Lapangan LRB


(Sumber : Wijaya Karya TBK)

Metode yang digunakan dalam pekerjaan bore pile di Jembatan 2 Kretek


Bantul, DIY adalah penggunaan slurry bentonite, tanah liat serta temporary
casing 9m dan 18m agar mengatasi longsoran pada tanah. Pada kondisi tanah
yang memiliki longsoran ekstrim pemasangan temporary casing dilakukan dengan
cara menyambung casing 9m dengan 9m menggunakan las. Tes CSL (Crosshole
Sonic Logging) berfungsi untuk menilai integritas dan keutuhan beton pada
pondasi bore pile. Tes LATERAL berfungsi untuk mengukur defleksi yang terjadi
pada tiang akibat beton lateral. Tes PDA digunakan untuk mengukur tentang
regangan atau gaya dan percepatan, kecepatan dan perpindahan tumpuan di bawah
kekuatan benturan.
15

Ga
mbar 3.5 Metode Pekerjaan Bore Pile Jembatan Kretek 2
(Sumber : Wijaya Karya TBK)

Gambar 3.6 Dokumentasi Pengecoran Bore Pile Pancang Besi Spiral


(Sumber : Wijaya Karya TBK)

Pekerjaan Pondasi Pile Slab merupakan struktur pondasi yang ditumpu


oleh sistem kelompok tiang pancang yang diikat oleh pile cap yang digunakan
untuk menahan dan meneruskan beban dari struktur atas kedalam tanah yang
mempunyai daya dukung untuk menahannya. Penggunaan pondasi pile slab
16

merupakan perkuatan pada tanah yang mempunyai daya dukung rendah seperti
tanah pada tanah gambut.

Gambar 3.7 Dokumentasi Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang


(Sumber: Wijaya Karya TBK)

Gambar 3.8 Metode Pekerjaan Tiang Pancang dan Pile Slab


(Sumber: Wijaya Karya TBK)

Metode pelaksanaan pekerjaan girder merupakan susunan atas yang dibuat


dari precast beton yang dipasang antara dua penyangga. Peranan dari girder untuk
menyalur beban berbentuk beban kendaraan diatasnya untuk di kirimkan ke
17

susunan bawah yakni abutment supaya bisa diredam dan tidak ada persilangan
beban atau style.
Selanjutnya diteruskan pemasangan besi (stressing) untuk menambahkan
pertulangan dari balok girder itu, kenakan besi dan auger dan wedges menjadi
tulangan dari balok girder itu.  Lantas pada segi kanan dan kiri balok girder yang
ada tulangan dihubung dan dikasih tulangan kembali lalu dicor dengan kualitas
terbaik supaya balok girder sama-sama mengikat dan tidak lepas dari
dudukannya.

Gambar 3.9 Dokumentasi Pekerjaan Stressing Girder


(Sumber : Wijaya Karya TBK)

Pelaksanaan erection girder pada Sta. 03+050 menggunakan beberapa alat


berat seperti empat unit crawler crane dengan kapasitas yang berbeda – beda,
serta boogie truck untuk mobilisasi girder. Girder yang digunakan pada
pembangunan jembatan underpass adalah jenis PC-I girder dengan bentang 50,80
meter dan tinggi 2,30 meter. Tahapan pelaksanaan erection girder menggunakan
crawler crane antara lain tahapan persiapan lahan, persiapan alat, persiapan
material, persiapan personil erection, pemasangan lifting frame girder, loading
girder, mobilisasi girder, pengangkatan atau erection girder, dan bracing girder.
Durasi pelaksanaan erection girder pada Sta. 03+050 adalah tiga hari kerja
dengan rincian 1205 menit atau 20,08 jam untuk mengangkat 11 bentang PC-I
girder. Pada hari pertama mengangkat dua bentang girder, hari kedua mengangkat
18

lima bentang girder, dan pada hari ketiga mengangkat empat bentang girder.
Pelaksanaan erection girder tidak mementingkan kecepatan tetapi lebih
mengutamakan keamanan dan keselamatan sehingga proses pengangkatan tiap
bentang girder memiliki durasi waktu yang berbeda – beda. Biaya yang
dibutuhkan pada pelaksanaan erection girder dengan menggunakan crawler crane
di Sta.

Gambar 3.10 Dokumentasi Pekerjaan Erection Girder


(Sumber : Wijaya Karya TBK)

Gambar 3.11 Pelaksanaan Erection Girder Menggunakan Crawler Crane


(Sumber : google.com)
19

Gambar 3.12 Gelagar Girder Sudah Terpasang


(Sumber : Wijaya Karya TBK)

Plat lantai jembatan berfungsi untuk menahan beban yang bekerja di atas
jembatan secara merata dan agar mendapat permukaan yang rata. Urutan
pelaksanaan pekerjaan plat lantai jembatan adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan bekisting plat lantai
2. Pelaksanaan pekerjaan pembesian
3. Metode pelaksaan pekerjaan pengecoran beton
Pemasangan bekisting dilakukan setelah pemasangan gelagar jembatan
yang di atasnya telah dipasangi shear conector. Berikut ini adalah prosedur
pelaksanaan bekisting:
1. Menentukan lahan yang akan dipasangi bekisting,
2. Melakukan pengukuran rencana lokasi pengecoran sesuai gambar
rencana,
3. Membersihkan lokasi bekisting dari segala macam kotoran,
4. Menyiapkan komponen-komponen dan panel-panel bekisting besi di
lapangan,
5. Merakit dan setting panel/komponen bekisting di lapangan dengan kuat
dan tepat,
6. Melakukan pengecekan apakah letak dan posisi bekisting sudah sesuai,
dan
20

7. Olesi dengan pelumas bagian dalam bekisting yang akan dilapisi beton
basah, agar mudah untuk membuka dan menghasilkan beton keras yang
bagus dan tidak keropos.
Prosedur pelaksanaan pekerjaan pembesian yaitu:
1. Menyiapkan material besi tulangan sesuai dengan ukuran dan gambar
yang sudah direncanakan,
2. Menyiapkan lokasi untuk pemotongan dan perakitan tulangan,
3. Menyiapkan peralatan dan tenaga pembesian sesuai dengan kebutuhan,
4. Pastikan perakitan tulangan dengan bendrat bersilangan tumpang tindih,
5. Potong dan rakit pembesian dengan sesuai ukuran gambar rencana,
6. Menyiapkan lokasi pemasangan panel rakitan pembesian di lapangan
bersih dari segala kotoran, dan
7. Pastikan posisi ikatan antar besi tulangan sudah cukup kuat dan pada
tempatnya.

Gambar 3.13 Pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai Jembatan


(Sumber : Wijaya Karya TBK)
21

3.2 PT Triyagan Harmet Perkasa

Gambar 3.14 Logo PT Triyagan Harmet Perkasa


(Sumber: indokontraktor)
3.2.1 Lokasi kantor
Dukuh Triyagan RT.003 RW.006 Triyagan, Mojolaban, Kab. Sukoharjo
3.2.3 Sub klasifikasi proyek
a. Jasa Pelaksana Untuk Konstruksi Bangunan Komersial
b. Jasa Pelaksana Untuk Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, Dam, dan Prasarana
Sumber Daya Air Lainnya
c. Jasa Pelaksana Untuk Konstruksi Jalan Raya (kecuali jalan layang), jalan, rel
kereta api, dan landas pacu bandara
d. Jasa Pelaksana Konstruksi Pekerjaan Jembatan, Jalan Layang, Terowongan dan
Subways.
3.2.4 Batching/readymix plant
a. Pengertian
Batching Plant adalah serangkaian alat yang digabungkan sedemikian rupa
untuk mengolah bahan-bahan baku beton ready mix Beton Segar.
b. Fungsi
Fungsi utamanya adalah untuk memproduksi beton segar konvensional maupun
beton modifikasi dengan komposisi yang akurat dan waktu yang singkat.
22

c. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan dari Batching Plant:
1) Beton ready mix dari batching plant komposisinya akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan
2) Waktu yang singkat
3) Volume yang tepat.

Kekurangan:
1) Terdapat minimal volume produksi
2) Tidak dapat menjangkau area yang sulit/kecil.
d. Komponen-komponen Batching Plant

Gambar 3.15 Komponen-komponen Batching Plant

1) Cold Bin/Hopper
2) Bin Gate
3) Scale/ Timbangan Agregat
4) Conveyor
5) Silo
6) Water Tank
7) Timbangan Semen
8) Timbangan Air
9) Additive Pump
10) Operator Control Room
23

11) Pan Mixer


12) Loading Gate
13) Truck Mixer
e. Alur Produksi
1) Pengisian Hopper
2) Penimbangan material agregat
3) Transferring material
4) Penimbangan semen
5) Penimbangan air
6) Takaran obat
7) Mixing
8) Pemuatan ke Truck Mixer
9) Kontrol slump basecamp
10) Pengiriman
11) Cek slump lapangan
12) Pembuatan benda uji
f. Divisi Perusahaan
1) Direksi
2) Office
3) Marketing
4) Logistik
5) Laborat
6) Produksi
7) Mekanik
8) Drive
g. Pasar Batching Plant
1) Batching Plant Project
Menargetkan pada proyek lelang atau mensupport proyek internal
2) Batching Plant Retail
Mengarah ke penjualan proyek-proyek kecil atau di luar proyek
internal.
24

3) Penanganan Masalah Batching Plant


1) Masalah Internal
Kendala teknis mesin, stok material, akurasi waktu loading
2) Masalah Eksternal
Komplain dan edukasi, musim/seasonal project, kepercayaan
pelanggan.
25

3.3 PT. Hutama Karya (Persero)

Gambar 3.16 Logo PT Hutama Karya


(Sumber : Cdcindonesia)

3.3.1 Sejarah Hutama Karya


a. 1960 merupakan tonggak transfromasi Hutama Karya dari perusahaan swasta
'Holladsche Beton Maatshappij' menjadi PN. Hutama Karya. Sejak fase
transformasi, PN. Hutama Karya telah menghasilkan karya konstruksi yang
bernilai sejarah dan monumental seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan,
Jakarta, dan Monumen Patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta.
b. 1970 Menandai dimulainya teknologi Beton pra-tekan di Indonesia, dimana
PN. Hutama Karya menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang
BBRV dari Swiss. Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi ini PN.
Hutama Karya membentuk divisi khusus pratgeang. Pada dekade ini pula,
Hutama Karya berubah status menjadi PT Hutama Karya (Persero).
c. 1980 Mengantisipasi tantangan bisnis konstruksi yang semakin kompetitif
Hutama Karya kembali melakukan inovasi melalui diversifikasi usaha dengan
mendirikan Unit Bisnis Haka Pole yang merupakan pabrik penghasil tiang
penerangan jalan umum sebagai tipe dari baja bersegi delapan (oktagonal),
serta melakukan ekspansi usaha di luar negeri yang menjadi awal inovasi
teknologi konstruktif dengan diciptakannya LPBH (Landasan Putar Bebas
Hambatan)-80 ‘SOSROBAHU’ oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati.
d. 1990 Sejalan dengan pengembangan inovasi yang terus ditingkatkan, juga
seiring dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi konstruksi,
Hutama Karya telah mampu menghasilkan produk berteknologi tinggi berupa
26

Jembatan Bentang Panjang (Suspension Cable Bridge, Balanced Cantilever


Bridge, Arch Steel Badge, Cable Stayed). Kala itu, Hutama Karya juga sukses
memenuhi standar internasional dalam hal kualitas, keselamatan kerja dan
lingkungan dengan diraihnya sertifikat ISO 90002:1999.
e. 2000 Memasuki era milenia dimana dinamika perekonomian semakin pesat,
Hutama Karya merevitalisaasi diri dengan melakukan pengembangan usaha
untuk sektor -sektor swasta melalui pembangunan High Rise Building (Bakrie
Tower dan Apartemen-Apartemen) maupun infrastruktur lainnya seperti jalan
tol. Seiring dengan perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap menjadi
perhatian, yang dibuktikan dengan diraihnya sertifikat ISO 9001:2008, ISO
14001:2004 dan OHSAS 18001:2007.
f. 2010 Lepas satu dekade di era milenia, Hutama Karya semakin menguatkan
eksistensinya di industri konstruksi nasional. Hal ini ditandai dengan
diversifikasi usaha melalui pendirian anak perusahaan di bidang
pengembangan properti dan manufaktur aspal serta baja.
g. 2016 Pada 2014, Hutama Karya resmi menerima penugasan Pemerintah
untuk mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Melalui Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui
menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, Hutama Karya diberi amanah
mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8
ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 kilometer. Di saat ini pulalah,
PT Hutama Karya (Persero) kembali mendirikan anak perusahaan baru di
bidang Konstruksi Infrastruktur Jalan Tol dan Jembatan untuk mendukung
mandat pemerintah tersebut. Penugasan ini merupakan salah satu tonggak
penting dalam sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT Hutama Karya
(Persero) mulai menuliskan sejarah barunya sebagai Pengembang
Infrastruktur Terkemuka Indonesia atau Indonesia’s Most Valuable
Infrastructure Developer.
3.3.2 Visi Hutama Karya
Pengembang Infrastruktur Terkemuka Indonesia
27

3.3.3 Misi Hutama Karya


a. Menyukseskan mandat pemerintah untuk membangun dan mengoperasikan
Jalan Tol Trans-Sumatera.
b. Mengembangkan multi-bisnis berbasis infrastruktur melalui usaha investasi
jasa konstruksi dan manufaktur yang mampu memberikan nilai tambah
premium pada korporasi dan dalam rangka mempercepat pertumbuhan
perekonomian Indonesia.
c. Membangun kapasitas dan kapabilitas korporasi yang berkesinambungan
melalui pemantapan human capital dan financial capital, serta menciptakan
safety culture dilingkunan perusahaan.
3.3.4 Lokasi kantor
Jl. Letjen MT. Haryono Kav. 8 Cawang Jakarta 13340

Anda mungkin juga menyukai