Anda di halaman 1dari 9

Jembatan Siak III Akan Runtuh?

Posted on December 8, 2013 by budisuanda


Saat ini sedang ramai diberitakan mengenai keresahan warga

Pekanbaru terhadap keamanan jembatan Siak III yang belum lama diresmikan. Adanya negative
chamber yang kasat mata adalah biangnya. Walau begitu, tetap saja ada kontroversi masalah
keamanan jembatan ini. Apa yang sebenarnya terjadi?

Jembatan Siak III telah diresmikan oleh Gubernur Riau HM. Rusli Zaenal pada 3 Desember
2011. Ini berarti umur penggunaan jembatan baru berjalan selama 2 tahun. Jembatan yang
bernama Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamyah itu, terletak di kawasan Pasar Bawah
Kecamatan Senapelan, Pekanbaru Riau, juga menghubungkan ke Kecamatan Rumbai. Dana
yang dihabiskan untuk pembangunan jembatan ini mencapai Rp 136,57 miliar.
Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah atau Siak III menghubungkan daerah
Utara dan Selatan Pekanbaru untuk menyebrangi Sungai Siak. Jembatan itu dibangun untuk
mengurangi kepadatan lalu lintas di daerah itu, yang selama ini menggunakan Jembatan Siak I
yang usianya sudah lebih dari 30 tahun.

Panjang total jembatan itu mencapai 520 meter, lebar 11 meter dan ketinggiannya 11 meter dari
muka air tertinggi. Struktur bentang utama jembatan menggunakan rangka baja pelengkung.
Sedangkan, konstruksi bentang pendekat menggunakan empat steel box girder dan delapan
steel girder dan pondasi bangunan bawah dengan bor pile.
Pembangunan jembatan itu awalnya dilaksanakan kontraktor PT Rantau bais Sawit Family pada
tahun 2011 hingga 2007. Kemudian pengerjaannya diambil alih oleh PT Waskita Karya sejak
tahun 2008 hingga 2011.
Kini jembatan itu ditutup untuk dilewati karena kekhawatiran akan keamanan jembatan yang
mengalami negative chamber. Hingga saat ini, belum ada kesamaan pendapat mengenai
bagaimana yang terjadi dan mengenai tingkat keamanan jembatan tersebut. Hasil penelusuran
dari berbagai media informasi yang ada, berikut disampaikan beberapa yang dianggap cukup
mewakili banyaknya pendapat yang ada:

Hasil peninjauan Tim Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Riau,


menemukan kalau camber jembatan Siak III tersebut negatif, yakni melengkung dan
lentur ke bawah sebanyak 25-26 cm. LPJK juga menyatakan pihak kontraktor salah
dalam proses konstruksi Jembatan Siak III, yang menyebabkan bangunan yang baru
diresmikan itu melengkung ke bawah dan dipastikan mempengaruhi daya tahannya.
Disebutkan bahwa ini akibat pelaksanaan yang salah, yaitu terjadi pergeseran busur ke
arah horizontal sehingga terjadi perenggangan, namun kontraktor pada pelaksanaannya
memaksa untuk ditarik ke arah yang berlawanan sehingga melengkung bentuknya seperti
ular.

Gambar negative chamber pada jembatan Siak III

Berdasarkan uji frekuensi oleh Prof Dr Ir H Sugeng Wiyono MMT, pada seluruh hanger
Jembatan Siak III Pekanbaru, ada empat hanger (kebel) mengalami nilai frekuensi sangat
tinggi. Bila ini dibiarkan berlarut-larut, maka keempat hanger akan terputus. Ia juga
menilai, selain adanya pelengkung (tempat bergantung hangger, red) juga agak turun.
Disebutkan pula penyebabnya adalah kesalahan perencanaan dan pelaksanaan di
lapangan oleh kontraktor dimana perencanaan yang kurang cermat dan kesalahan dalam
pelaksanaan di lapangan oleh kontraktor. Menurutnya jika dibiarkan, maka akan terjadi
musibah seperti jembatan Kukar.

Menurut Kepala Dinas PU Riau SF Hariyanto, dari hasil loading test yang dilakukan
beberapa waktu lalu, Jembatan Siak III berkekuatan 80 ton. Hasil pengamatan di
lapangan, kondisi jembatan saat ini tidak terjadi lagi penurunan dan sudah berhenti.
Menurutnya memang kalau dalam istilah bangunan ada sedikit cacat dalam konstruksi
jembatan. Tapi ini tidak membahayakan dan aman.

Menurut Ir. Roni Ardiansyah MT dalam artikel blognya disebutkan bahwa pada jembatan
Siak III beban lantai kendaraan bentang terpanjang dipikul oleh baja profil yang
berbentuk pelengkung, jadi kekuatan bentang tengah jembatan ini sangat tergantung
kepada kekuatan profil baja pelengkungnya. Profil baja pelengkung biasanya sudah
direncanakan dengan baik terhadap gaya tarik, tekan dan lentur, oleh sebab itu sudah
dapat dipastikan baja profil tersebut akan kuat terhadap tarik, tekan dan lentur.

Hasil sidak Kementrian Perdagangan RI yang bekerjasama dengan Dinas Perindag Kota
Pekanbaru dan Riau pada 22 Desember 2010 menyatakan bahwa sebanyak 44.250 ribu

batang atau lebih dari 70 persen baja tulangan beton (BTB) milik PT Jaya Glasindo Abadi
adalah baja polos dan non SNI. Ironisnya, PT Jaya Glasindo Abadi merupakan
perusahaan yang didapuk untuk mensuplai baja tulangan beton untuk kebutuhan
pembangunan jembatan Siak III.

Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Kontraktor Seluruh Indonesia (AKSI) menilai
pembangunan Jembatan Siak III gagal kontruksi.

Kementerian PU lalu menyatakan jembatan Siak III termasuk salah satu jembatan yang
berbahaya di Indonesia karena tidak sesuai dengan bestek peruntukannya sebagai
jembatan kategori A yang harus sanggup menanggung beban maksimal 300 ton. Jembatan
mengalami banyak kelemahan. Apalagi pada saat pengujian kualitas proyek, jembatan
hanya dijejali beban seberat 80 ton atau sebanyak empat truk. Padahal seharusnya
jembatan dengan kategori A yang diproyeksikan untuk jangka waktu 50 tahun harus diuji
kualitas dengan bebas 300 ton atau sebanyak 15 truk. Jembatan Siak III mempunyai
bentuk melintang sepanjang 120 meter. Dengan kondisi itu, jembatan maksimal harus
sanggup diuji beban sebesar 300 ton atau sekitar 15 truk.

INKINDO Wilayah Riau mengatakan tidak mengenal perusahaan yang menjadi


konsultan perencana dan konsultan pengawas pada proyek jembatan Siak III.

Gambar perbandingan jembatan Siak III saat diresmikan dan setelah diresmikan

Berdasarkan beberapa informasi di atas, ada kecenderungan bahwa ada yang keliru dalam proses
pembangunan jembatan ini yang menyebabkan adanya negative chamber dan penurunan pada
struktur pelengkung. Hingga saat ini belum ada investigasi yang mendalam mengenai apa yang
menjadi penyebab kejadian tersebut.

Namun yang pasti adalah bahwa telah terjadi frekuensi sangat tinggi pada empat hanger
jembatan yang dianggap sebagai indikasi telah terjadi tegangan yang tinggi pada hanger tersebut.
Hal ini (Hipotesis pertama) bisa jadi masuk akal mengingat jika terjadi lendutan maka itu berarti
terjadi pertambahan panjang (regangan) pada hanger. Perpanjangan yang berlebihan berarti telah
terjadi gaya yang besar yang berdampak pada tingginya tegangan yang terjadi pada hanger.
Jika melihat besaran lendutan sebesar 25-26 cm dan terlihat permanen, maka gaya pada hanger
diperkirakan telah pernah melewati batas leleh elastiknya. Seperti halnya struktur baja lain,
kondisi leleh adalah kondisi batas kekuatan struktur baja. Hal ini berarti, keamanan struktur
jembatan juga dinilai telah mencapai batas kekuatannya. Hipotesa ini mungkin adalah pedoman
bagi pihak yang menyatakan jembatan sudah tidak aman.
Kemungkinan lain (hipotesa ke dua) adalah tidak dilakukan pre-chamber atau kesalahan dalam
menentukan pre-chamber atau kesalahan pelaksanaan proses konstruksi yang mengakibatkan
pre-chamber tidak sesuai rencana awal. Kesalahan ini dapat berakibat tidak seragamnya
penurunan yang terjadi setelah jembatan terbebani sehingga terlihat ada section yang berbeda
penurunannya. Akibat penurunan ini menyebabkan perbedaan tegangan pada hanger bagian yang
lendut dan yang tidak lendut. Perbedaan tegangan jelas menyebabkan perbedaan frekuensi
hanger. Mungkin hipotesa kedua ini yang menjadi dasar pendapat bahwa jembatan tersebut
masih aman digunakan.
Namun apapun hipotesanya, pemerintah harus segera melakukan investigasi yang menyeluruh
terhadap segala kemungkinan hipotesa yang ada demi menjamin keamanan infrastruktur yang
digunakan oleh publik. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya musibah yang berpotensi
menelan banyak korban seperti yang terjadi pada keruntuhan jembatan Kukar di Kalimantan
timur.
Jembatan yang merentang di Sungai Siak, menghubungkan tanah Rumbai dengan kota
Pekanbaru, berukuran 11 x 520 M, saat persemianya dijelaskan oleh kepala Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Riau bahwa jembatan tersebut difungsikan tanpa pembatasan beban kenderaan
dan diyakini mampu bertahan selama 50 tahun. Waw Sebuah penjelasan yang mengundang
decak kagum.

Anda mungkin juga menyukai