Anda di halaman 1dari 5

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 PT Wika Beton


PT Wijaya Karya Beton Tbk. WIKA Beton didirikan sebagai salah satu anak
BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Pada tahun 1997 dengan visi menjadi
perusahaan Terbuka dalam bidang Engineering, Production, Installation (EPI)
Industri Beton di Asia Tenggara. WIKA Beton telah memiliki 14 (Empat Belas)
pabrik dan 1 (Satu) Mobile Plant yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki pertumbuhan industri konstruksi yang tinggi. WIKA Beton juga memiliki 3
crushing plant di Cigudeg Bogor, Lampung Selatan, dan Donggala Palu. WIKA
Beton menerapkan pola Precast Engineering-Production-Installation (EPI). WIKA
Beton telah memiliki 3 anak usaha yakni PT Wijaya Karya Komponen Beton, PT
Wijaya Karya Krakatau Beton, PT Wijaya Karya Citra Lautan Teduh dan satu
perusahaan asosiasi PT Wijaya Karya Pracetak Gedung. Perusahaan ini memulai
sejarahnya pada tahun 1977 saat Wijaya Karya mengembangkan beton pracetak
untuk teras perumahan. Setahun kemudian, bisnis pencetakan beton dari Wijaya
Karya dipisah menjadi sebuah divisi tersendiri dengan nama Divisi Produk Beton,
dan saat itu baru memiliki satu pabrik beton, yakni di Bogor.
Antara tahun 1981 hingga 1995, divisi tersebut mendirikan enam pabrik beton
baru, yakni di Pasuruan, Boyolali, Majalengka, Lampung, Binjai, dan Makassar. Pada
tanggal 11 Maret 1997, divisi tersebut resmi dipisah menjadi sebuah perusahaan
tersendiri dengan nama "PT Wijaya Karya Beton". Tahun 2008, WIKA Beton telah
memiliki 7 pabrik di seluruh Nusantara dengan produksi produk beton kualitas tinggi.
Hingga tahun 2009, produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah tiang beton,
panel PC, balok jembatan, balok drainase, dan beton maritim. Pada tahun 2010,
perusahaan ini mulai memproduksi tiang pancang berdiameter 1.000 mm.
Pada tahun 2011, perusahaan ini membuka pabrik beton baru di Karawang dan
mulai memproduksi box girder. Pada tahun 2012, bersama PT Komponindo
Betonjaya, perusahaan ini mendirikan Wijaya Karya Komponen Beton untuk

5
6

memenuhi kebutuhan beton dari proyek-proyek di Indonesia yang didanai oleh


Pemerintah Jepang. Perusahaan ini juga membentuk Unit Usaha Beton Pascatekan.
Pada tahun 2013, bersama Krakatau Engineering, perusahaan ini mendirikan
Wijaya Karya Krakatau Beton untuk memenuhi kebutuhan beton dari Krakatau Steel.
Perusahaan ini juga membuka pabrik beton baru di Lampung Selatan dan mulai
mengelola quarry sendiri. Pada tahun 2013 juga, perusahaan ini mulai memproduksi
hollow core slab dan beton pracetak untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
gedung dan industri. Pada tahun 2014, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek
Indonesia dan mengakuisisi Citra Lautan Teduh. Perusahaan ini juga mulai
memproduksi cylinder pile berdiameter 800 mm dan 2.000 mm. Pada tahun 2015,
perusahaan ini mulai mengoperasikan crushing plant di Bogor dan membentuk Biro
Usaha Jasa Penunjang. Pada tahun 2016, bersama Wijaya Karya Gedung, perusahaan
ini mendirikan Wijaya Karya Pracetak Gedung.

Gambar 2.1 PT WIKA Beton Boyolali

2.2 PT Triyagan Harmet Perkasa


PT Triyagan Harmet Perkasa adalah perusahaan yang berkerja dibidang
Batching Plant yaitu produksi ready mix atau beton curah siap pakai di sebuah
lokasi atau pabrik beton dimana, pengadukan atau mixing tersebut dengan formulasi
berkekuatan tinggi untuk menciptakan hasil mixing beton yang baik dan sesuai
dengan takaran. Pengerjaan forumulasi tersebut dilakukan oleh tenaga profesional
dibidang mixing dalam meramu adonan antara semen, pasir, krikil atau agregat dan
7

air. Unsur material tersebut diramu menjadi satu sehingga menjadi ready mix yang
siap didistribukan ke lokasi pengecoran sesuai keinginan pemesan. Lokasi kantor
tersebut berada di Dukuh Triyagan RT.003 RW.006 Triyagan, Mojolaban,
Kabupaten Sukoharjo.

Gambar 2.2 PT Triyagan Harmet Perkasa

2.3 PT Hutama Karya (Persero)


PT Hutama Karya (Persero) adalah sebuah badan milik usaha negara indonesia
yang bergerak dibidang konstruksi. Perusahaan ini memulai sejarahnya sebagai
cabang dari Hollandsche Beton Maatschappij (HBM) di Indonesia, dan telah
mengerjakan banyak proyek konstruksi selama masa pendudukan Belanda. Pada
tahun 1961, cabang tersebut resmi dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia dan
namanya diubah menjadi PN Hutama Karya. 
Perusahaan ini kemudian mengerjakan sejumlah proyek besar, antara lain
proyek pembangunan Gedung DPR/MPR di Jakarta Pusat dan Monumen Dirgantara
di Jakarta Selatan. Pada tahun 1970, perusahaan ini menjadi yang pertama di
Indonesia untuk memakai sistem beton prategang BBRV dari Swiss, yakni pada
proyek pembangunan Jembatan Semanggi. Perusahaan ini kemudian membentuk
divisi beton prategang. Pada tanggal 15 Maret 1973, status perusahaan ini resmi
diubah menjadi persero. Pada dekade 1980-an, perusahaan ini membentuk unit bisnis
HakaPole untuk memproduksi tiang lampu jalan yang terbuat dari baja segi delapan.
Perusahaan ini juga mulai mengerjakan proyek di luar Indonesia. Pada dekade
1990-an, perusahaan ini berhasil menyelesaikan sejumlah proyek pembangunan
8

jembatan bentang panjang. Perusahaan ini lalu mendirikan sejumlah anak usaha untuk
mendukung kegiatan bisnisnya, serta mendirikan sejumlah perusahaan patungan.
Memasuki era milenia dimana dinamika perekonomian semakin pesat, Hutama
Karya merevitalisaasi diri dengan melakukan pengembangan usaha untuk sektor -
sektor swasta melalui pembangunan High Rise Building (Bakrie Tower dan
Apartemen-Apartemen) maupun infrastruktur lainnya seperti jalan tol. Seiring dengan
perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap menjadi perhatian, yang dibuktikan
dengan diraihnya sertifikat ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan OHSAS
18001:2007.
Pada dekade 2000-an, perusahaan ini berekspansi ke bisnis pembangunan
bangunan tinggi dan jalan tol. Pada tahun 2014, perusahaan ini mendapat penugasan
dari pemerintah untuk mengusahakan jalan tol di Sumatera. Pada tahun 2016,
perusahaan ini mendapat konsesi pengusahaan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta ruas S
sepanjang 14,25 kilometer. Pada tahun 2017, perusahaan ini mendapat perpanjangan
hak pengusahaan jalan tol tersebut dari hanya 16 tahun 3 bulan menjadi 36 tahun.
Pada tahun yang sama, perusahaan ini juga mendapat penugasan dari pemerintah
untuk mengusahakan Jalan Tol Akses Tanjung Priok seksi W1 dan W2 selama 40
tahun.
PT Hutama Karya (Persero) atau HK adalah Badan Usaha MIlik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang Industri Konstruksi. Sebagai salah satu kontraktor
BUMN top Indonesia, sejak pendiriannya di tahun 1961, HK senantiasa menjadi
bagian penting dari pembangunan negeri melalui karya-karyanya yang legendaris
seperti Jalan Tol Cawang - Tanjung Priok di Jakarta, Gedung MPR/DPR di Jakarta,
Perempatan Semanggi di Jakarta, Bakrie Tower di Jakarta, Jembatan Ampera di
Palembang, Jalan Tol Bandara Ngurah-Rai - Tanjung Benoa di Bali, dan masih
banyak lagi.
Pada medio 2014, PT Hutama Karya (Persero) resmi menerima penugasan
Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Melalui Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi
Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT Hutama Karya (Persero) diberi amanah
9

mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8 ruas


pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 kilometer.
Penugasan ini merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perusahaan,
karena pada masa inilah PT Hutama Karya (Persero) mulai menuliskan sejarah
barunya sebagai Pengembang Infrastruktur Terkemuka Indonesia atau Indonesia’s
Most Valuable Infrastructure Developer.

Gambar 2.3 PT Hutama Karya (Persero)

Anda mungkin juga menyukai