PENDAHULUAN
1
kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT. Hutama
Karya (Persero) diberi amanah mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di
Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650
kilometer. Penugasan ini merupakan salah satu tonggak penting dalam
sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT. Hutama Karya (Persero)
mulai menuliskan sejarah barunya sebagai Pengembang Infrastruktur
Terkemuka Indonesia atau Indonesia’s Most Valuable Infrastructure
Developer.
Visi Hutama Karya yaitu : Pengembang Infrastruktur Terkemuka Indonesia
(Indonesia’s Most Valuable Infrastructure Developer)
Misi Hutama Karya, antara lain :
1. Menyukseskan mandat Pemerintah untuk membangun dan
mengoperasikan Jalan Tol Trans-Sumatera
2. Mengembangkan multi-bisnis, berbasis infrastruktur melalui usaha
investasi, jasa, konstruksi dan manufaktur yang mampu memberikan nilai
tambah premium pada korporasi dan dalam rangka mempercepat
pertumbuhan perekonomian Indonesia
3. Membangun kapasitas dan kapabilitas Korporasi yang berkesinambungan
melalui pemantapan human capital dan peningkatan financial capital
2
Secant pile adalah bore pile yang dibuat saling berpotongan sehingga
terdapat interlock antar bore pile. Untuk menambah tahanan terhadap tarik,
maka diberi tulangan pada bore pile secara berselang-seling. Dinding
penahan tanah ini merupakan pile yang disusun berdempetan sedemikian
rupa untuk mendapatkan daya tahan terhadap tekanan tanah lateral. Secant
pile terdiri dari beton bertulang (secondary pile) dan beton tidak bertulang
(primary pile) yang saling berpotongan dengan lebar 80 cm dan jarak antar
bore pile sejauh 120 cm. Dalam pembuatan secant pile, tanah dibor sampai
mendapat lapisan tanah yang keras dan kaku agar mampu menahan beban
yang akan dipikul dari arah vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu,
kedalaman secant pile bervariasi tergantung pada lapisan tanahnya.
Pekerjaan konstruksi secant pile pada proyek pembangunan Underpass
Brigjen Katamso direncanakan dan akan dilaksanakan pada dua sisi. Untuk
sisi kiri dimulai pada STA 0+565,82 s/d STA 0+846,969 yang terdiri dari
239 buah tiang bor beton bertulang (secondary pile) dan 238 buah tiang bor
untuk beton tak bertulang (primary pile). Sedangkan untuk sisi bagian kanan
underpass, pekerjaan dimulai dari STA 0+565,82 s/d STA 0+846,969 yang
terdiri dari 230 buah tiang bor beton bertulang (secondary pile) dan 229
buah tiang bor beton tak bertulang (primary pile).
Pada bagian sisi tengah underpass ( underpass tertutup) yang dimulai pada
STA 0+692,149 dan berakhir pada STA 0+767,530 secant pile yang terdiri
dari primary pile sebanyak 12 buah tiang bor dan untuk secondary pile
sebanyak 24 buah tiang bor.
Pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan kedalaman pondasi yang
bervariasi yaitu 8,5 meter, 9 meter 10,5 meter 12 meter, 13 meter, 14
meter, 16 meter, dan 18 meter untuk underpass terbuka dan pada bagian
underpass tertutup kedalaman pondasi yaitu 20 meter.
Untuk penulangan secondary pile, pembesian spiral menggunakan baja
tulangan U39 ulir (BJTD-40) berdiameter 10 dan 13 mm bergantung pada
kedalaman pondasi yang berbeda. Sedangkan untuk tulangan utama
berdiameter 19 mm. Dalam melaksanakan pengecoran tiang bor beton yang
digunakan harus memiliki nilai kelecakan yang tinggi agar pada saat
3
pengecoran tidak terjadi macet (mampet) pada pipa tremi. Tiang bor dicor
dengan beton mutu K-350 pada secondary pile dan K-180 pada primary pile
dengan nilai slump 18 ± 2 cm. Beton yang digunakan adalah beton ready
mix yang dikirim langsung dari PT. KRATON (Kreasibeton Nusapersada)
yang terletak di Simpang Selayang, Medan.
Pelaksanaan konstruksi yang sedang berlangsung pada proyek
Pembangunan Underpass Brigen Katamso saat penulis mulai melaksanakan
praktik kerja lapangan, salah satunya adalah pekerjaan Bore Pile , Rigid
Pavement, Pembangunan Drainase Jalan, dan Pembuatan Footing pada
bagian Jembatan.
Pada paket konstruksi pembangunan Underpass Brigjen Katamso,
Pemilik proyek (Owner) adalah Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga, Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional –II, Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional
Metropolitan Medan, PPK 18 (Metropolitan Medan Selatan, Cs). PT.
Hutama Karya sebagai kontraktor dan PT. Jasa Mitra Manunggal sebagai
konsultan pengawas.
4
Nama Penyedia : PT. Hutama Karya (Persero)
Konsultan Supervisi : PT. Jasa Mitra Manunggal
Dimulai tgl/bln/thn : 25 Oktober 2016
Selesai tgl/bln/thn : 18 April 2018
1.1.4 Data Teknis Proyek
Data teknis yang diperoleh penulis mencakup proyek pembangunan
Underpass Brigjen Katamso, adalah sebagai berikut:
Panjang efektif Underpass : 1600 meter
Panjang Underpass : 343 meter
Lebar Underpass : 22 meter
Kedalaman Underpass : ±6 meter
5
peraturan serta syarat – syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
Hubungan Kontraktor dengan Pemilik Proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, kontraktor memberikan layanan jasa
profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik
proyek yang telah dituangkan kedalam gambar rencana dan peraturan serta
syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa profesional kontraktor.
Hubungan Konsultan Pengawas dengan Pemilik Proyek
Terikat ikatan kontrak dan hubungan fungsional. Pengawas menyampaikan
perubahan – perubahan yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan di
lapangan. Owner membayar atau mengurangi biaya perubahan.
Hubungan Konsultan Perencana dengan Kontraktor
Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan gambar
rencana dan peraturan serta syarat – syarat, kemudian kontraktor harus
merealisasikan menjadi sebuah bangunan.
Hubungan Konsultan Pengawas dengan Kontraktor
Terikat hubungan fungsional. Pengawas melakukan pengawasan selama
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan – peraturan yang telah
disepakati. Kontraktor melaporkan setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan
dan kendala – kendala secara teknis kepada pengawas.
Hubungan Konsultan Pengawas dengan Konsultan Perencana
Terikat hubungan fungsional. Perencana memberikan hasil desain serta
peraturan – peraturan pelaksanaan kepada pengawas. Pengawas melaporkan
hasil pekerjaan serta kendala – kendala teknis yang timbul di lapangan guna
dicari perubahan.
Hubungan Sub Kontraktor dengan Kontraktor
Sub Kontraktor hanya memiliki hubungan dengan kontraktor saja tanpa ada
hubungan dengan elemen – elemen dalam proyek selain kontraktor. Ikatan
kontrak hanya terjadi dengan Kontraktor.
6
7
8
1.2 Tujuan Melaksanakan PKL
Tujuan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan oleh Mahasiswa/i
Program Studi DIII Teknik Sipil antara lain, dapat menambah wawasan mengenai
pekerjaan Teknik Sipil pada pelaksanaanya langsung di lapangan sehingga dapat
mempersiapkan diri sebelum masuk ke dunia kerja. Mahasiswa diberikan
kesempatan untuk menumbuhkan dan menciptakan kemampuannya agar dapat
membandingkan, menganalisis dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari
bangku kuliah dengan keadaan nyata di lapangan. Disamping itu juga, selain
memberikan pengalaman baik secara visual maupun aktivitas selama PKL,
mahasiswa juga dilatih beradaptasi dengan lingkungan kerja sehingga memiliki
kompetensi (hard dan soft skill) yang cukup untuk memasuki dunia kerja. Selama
proses pelaksanaan PKL, kemampuan Mahasiswa/i dibina dalam aspek
pembahasan, penyampaian dan pembuatan simpulan proses pelaksanaan proyek
dalam bentuk laporan ilmiah.
9
2. Dapat membantu meringankan tugas-tugas pekerja
3. Dapat bertukar ilmu dengan mahasiswa yang melakukan PKL
10
11
BAB II
PELAKSANAAN PKL
12
Tujuan umum dibuatnya sebuah terowongan adalah untuk menjamin
transportasi langsung dari barang atau penumpang atau material lainnya
menembus rintangan alam dan aktifitas manusia. Terowongan dibuat menembus
gunung, di bawah sungai, laut, pemukiman, gedung- gedung atau jalan raya.
Berguna untuk sarana tranportasi, hidro power, jaringan listrik, gas,
saluran pembuangan dan lain-lain. Dalam pelaksanaan penggalian terowongan,
pertama kali yang dilakukan adalah membuat terowongan uji di bagian hulu dan
hilir terowongan tersebut
1. Underpass terbuka
2. Underpass tertutup
13
dan ditarik ke atas pada waktu selesai pengecoran. Pada tanah tiang keras atau
batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan dukung
ujung tiang. Konsep perancangan pekerjaan bore pile dalam proyek pembangunan
underpass Brigjen Katamso ini dibuat dari tiang bor beton tak bertulang (primary
pile) dan tiang bor beton bertulang (secondary pile) yang saling berpotongan
sehingga membentuk dinding yang rapat atau biasa disebut secant pile.
14
3. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang
badan tiang bor mengurangi kapasitas dukung tiang bor, terutama bila tiang
bor cukup dalam.
4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir
atau tanah yang berkerikil
5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah,
sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang
Secondary pile
15
b. Besi Tulangan
Tabel 2.1 Detail penulangan pada underpass terbuka :
Jarak
Nama Panjan Jumlah
Kedalama antar Diamete
Tulanga Mutu g tulanga
n (m) tulanga r (mm)
n (m) n
n (mm)
Tulangan BJTD
8,5 9,25 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 13 41
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 13 27
Spiral -40
Tulangan BJTD
9 9,75 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 13 41
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 13 30
Spiral -40
Tulangan BJTD
10,5 11,25 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 13 41
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 13 30
Spiral -40
Tulangan BJTD 26
12 12 ±50 19
Utama -40
Tulangan BJTD
1,51 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
16
Tulangan BJTD
1,88 200 13 5
Spiral -40
Tulangan BJTD 20
13 12 ±50 19
Utama -40
Tulangan BJTD
2,51 ±50 19 10
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 10
Spiral -40
Tulangan BJTD
14 12 ±50 19 26
Utama -40
Tulangan BJTD
3,51 ±50 19 10
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 15
Spiral -40
Tulangan BJTD
16 12 ±50 19 26
Utama -40
Tulangan BJTD
5,51 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 25
Spiral -40
17
Tulangan BJTD
18 12 ±50 19 26
Utama -40
Tulangan BJTD
7,51 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 35
Spiral -40
18
Tabel 2.2. Detail penulangan pada underpass tertutup :
Jarak
Nama Panjan Jumlah
Kedalama antar Diamete
Tulanga Mutu g tulanga
n (m) tulanga r (mm)
n (m) n
n (mm)
Tulangan BJTD
20 12 ±50 32 26
Utama -40
Tulangan BJTD
9,51 ±50 32 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 45
Spiral -40
19
2.4. Peralatan yang Digunakan dalam Proyek
Alat berat
Alat berat yang digunakan dalam proyek underpass di jalan Brigjen
Katamso yaitu:
a. Crawel crane
Berfungsi untuk mengangkat secara vertikal stang, casing, tulangan,
dan pipa tremi. Crane juga berfungsi dalam mengangkat dan menurunkan pipa
tremi pada saat pengecoran yang berfungsi untuk memadatkan hasil cor-an.
Disamping itu, crane juga berfungsi memindahkan peralatan secara horizontal
dengan menurunkan di tempat yang diinginkan. Untuk proyek ini, banyaknya
crane yang digunakan adalah 2 buah
20
9. Kecepatan- kecepatan tali kerekan luffing 0-50 (4th layer) or 72(magnetic
valve connected)m/min
10. Kecepatan- kecepatan tali kerekan luffing utama 6.5t
11. Kecepatan- kecepatan tali kerekan luffing tambahan Φ20mm
12. Kecepatan- kecepatan ayunan 0-2rpm
13. Kecepatan- Kecepatan tempuh 0-1.2km/h
14. Mesin- Jenis mesin Cummins QSB5.9-C210
15. Mesin- daya/kecepatan keluaran terukur 154/2200kW/rpm
16. Mesin- Torsi mesin 800 Nm/1400rpm
17. Berat- berat transportasi bagian tunggal maksimal 28.5(with chassis, boom
base, without counterweight)t
18. Dimensi transportasi (P*L*T) 7030×3360×3304mm
19. Tekanan tanah rata-rata 0.059Mpa
21
Gambar 2.5. Excavator type backhoe
Dengan spesifikasi :
1) Ukuran bucket (m) & tipe : 5700 Heavy Duty, 2900 Heavy
Duty
2) Ukuran lengan (m) & tipe : 2900 Heavy Duty
3) Ukuran ember - GP standar KGA (m3) : 0.97
4) Kekuatan tahan lengan - ISO (kgf) : 11,000
5) Kekuatan engah ember - ISO (kgf) : 15,200
6) Menggali kedalaman - maksimal (mm) : 6,620
7) Menggali jangkauan - maksimal (mm) : 9,875
8) Tingkat jangkauan maks galian (mm) : 9,700
9) Jari-jari ayun (mm) : 2,750
22
Gambar 2.6. Alat bor basah
Dengan spesifikasi :
i. Rangka mesin ini mempunyai lebar 1,20 meter dengan panjang 3,00 meter
terbuat dari besi kanal UNP yang berfungsi sebagai dudukan winch dan diesel
penggerak.
ii. Menara bor yang ditempatkan pada ujung rangka, terbuat dari pipa besi
galvanis ber-diameter 3-4 inch dengan ketebalan medium SII, berfungsi
sebagai line / pengarah gear box terutama untuk pelurus vertikal pada saat
pengeboran. Menara bor ini berfungsi juga sebagai penahan kerangka
tulangan bored pile saat akan dimasukkan kelubang bor
iii. Panjang menara bor ini bervariasi antara 6 sampai 9 meter tergantung kondisi
lapangan. Kadang menara bor dipotong pendek apabila harus dioperasikan di
dalam ruangan yang tingginya terbatas. Menara bor ini berfungsi juga sebagai
penahan kerangka tulangan bored pile saat akan dimasukkan kelubang bor.
Kerangka tulangan bored pile yang dapat ditarik panjang maksimumnya
12meter.
iv. Rotasi pengeboran digerakkan oleh elektromotor kapasitas 7,50 HP dengan
kecepatan rotasi1.500 rpm. Rotasi ini diperlambat dengan speed reducer
dengan ratio 1 : 40 sehinggadiperoleh out put 90 kgm pada 37,50 rpm.Sumber
listrik penggerak elektro diperoleh dari pembangkit listrik tenaga diesel
berkapasitas 10 sampai dengan 15 KVA.
23
d. Alat bor kering / Auger
Berfungsi untuk mengebor beton yang sudah dicor (primary pile)
dengan kedalaman tertentu. Alat ini biasanya digunakan pada pengeboran kering.
Banyaknya auger yang digunakan pada proyek ini yaitu 1 buah
Dengan spesifikasi :
Spesifikasi chassis :
Mesin diesel turbo intercooler, direct injection, 7.684 cc, penggerak 6x4, hemat
bahan bakar.
Tenaga 260 PS / 2.600 RPM.
GVWR 26 Ton, tangguh dan teruji.
24
Transmisi ZF Ecomid, 9 percepatan, mudah oper gigi dengan teknologi push
cable & power shift.
Dengan spesifikasi :
1. Kemampuan :
Kecepatan Maks 100 km/h
Kekuatan tanjakan 30,8 ton%
2. Mesin
Model P11C-UB
25
Type Mesin Diesel 4 Langkah, Direct injection, Tubo Charge Intercoole
Tenaga Maks. 320 / 2.150 (PS/rpm)
Momen puntir maks. 115 / 1.500 (Kgm/rpm)
Jumlah Silinder 6
Diameter x Llangkah Piston 122 x 150 (mm)
Isi Silinder 10,520 (cc)
3. Kopling
Type Pelat kering tunggal dengan Coil Spring, Hydraulic dengan Booster
Udara
Diameter 430 (mm)
4. Kopling
Type Pelat kering tunggal dengan Coil Spring, Hydraulic dengan Booster
UdaraDiameter 430 (mm)
Diameter 430 (mm)
5. Transmisi
Seri / Type ZF 9S1310TO
Perbandingan Gigi
Tabel 2.3 Perbandingan gigi transmisi kontainer
Crawler. Low 9,479
Ke-1 6,576
Ke-2 4,678
Ke-3 3,478
Ke-4 2,617
Ke-5 1,890
Ke-6 1,345
Ke-7 1,000
Ke-8 0,752
Mundur 8,967
26
6. Kemudi
Type Integral Power Steering
Radius Putar Min. 8,2 (m)
7. Sumbu
Depan Reverse Elliot, I-Section Beam
Belakang Full-Floating, Single Reduction, Single Speed by Hypoid Gearings
Perbandingan Gigi Akhir 5,857
Differentian No-Spin
Perbandingan Gigi Akhir 5,857
8. Rem
Perbandingan Gigi Akhir 5,857
Rem Utama Sirkuit Ganda, S Cam type, Lead & Trail Shoe
Rem Pelambat 5,857
Rem Pelambat Terletak pada Pipa Gas Buan
Rem Parkir Bekerja pada Roda Belakang
9. Roda / Ban
Ukuran Rim 20 x 7,50V-165
Ukuran Ban10,00-20-16PR
Jumlah Ban + Cadangan 10 (+1)
27
12. Dimensi
Tabel 2.4. Dimensi Kontainer
13. Suspensi
Depan :Rigid Axle dengan Leaf-Spring Semi Elliptical, ilengkapi Single
Acting Shock Absorber
Belakang : Trunnion Suspension type, Rigid, Axle dengan Pegas Daun
Semi Elliptical
14. Berat Chassis
Tabel 2.5 Berat chassis kontainer
Depan (Kg) 3,540
Belakang (Kg) 4,180
Total (Berat (Kg) 7,720
Kosong)
GVWR (Kg) 44,000
28
Peralatan pelengkap
Adapun peralatan pelengkap dalam proses pengeboran untuk membantu
kinerja alat berat yaitu :
a. Stang
Stang beserta mata bor berfungsi dalam mengebor tanah dalam keadaan
basah atau memerlukan air untuk memudahkan proses pekerjaan.
b. Casing
Casing digunakan sebagai batas lubang yang akan dicor, selain itu
casing juga berfungsi sebagai penahan tulangan baja yang akan disambung dan
penahan corong dan pipa tremi sehingga ujung pipa tremi tidak menyentuk tanah
langsung
29
c. Pipa tremi dan Corong
Fungsi pipa tremi yaitu mengantarkan cor kedasar lubang, sehingga
lubang bor terisi dari bawah dan air lumpur terdorong keluar dari luar pipa tremi.
pengecoran dengan pipa tremie yang benar diharapkan mutu beton tetap terjaga
serta pondasi yang dihasilkan berkualitas.
d. Pompa air NS
Pompa NS disetel didekat galian sirkulasi untuk mengalirkan air ke
stang bor yang digunakan.
30
Gambar 2.14 Sumur bor atau kolam galian
f. Tangki Minyak
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan minyak yang akan digunakan
sebagai bahan bakar alat bor
31
untuk memberi mereka bentuk yang diinginkan dan membuat mereka lebih kuat
daripada mereka akan jika itu satu bagian.
Berfungsi sebagai penahan corong dan pipa tremi pada saat menunggu
proses pengecoran
32
Gambar 2.18. Rantai penahan tremi
j. Genset
Genset atau yang merupakan singkatan dari Generator Set ini adalah
sebuah Perangkat yang mampu menghasilkan Daya Listrik. Genset ini merupakan
seperangkat atau gabungan antara Generator atau Alternator dan Engine yang
dapat digunakan sebagai Alat Pembangkit Listrik.
k. Barak
Barak berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat yang tidak
berukuran besar, disamping itu dapat juga berfungsi sebagai tempat istirahat para
pekerja.
33
Gambar 2.20 Barak
34
Gambar 2.22 Rambu Peringatan
35
Pengujian terhadap beton yang telah dipesan ini merupakan hal yang
penting sebab dengan melakukan pengujian terhadap beton akan diperoleh :
1. Mutu Konstruksi yang baik dan sesuai dengan tujuan
2. Terhindarnya kegagalan konstruksi fisik
3. Diketahui daya dukung dan kekuatan beton
4. Diketahui tingkat kekentalan beton yang telah dipesan
Ada beberapa pengujian beton yang dilakukan pada pembangunan
Underpass Brigjen Katamso, antara lain :
Bahan:
Beton segar (fresh concrete) yang diambil secara acak agar dapat
mewakili beton secara keseluruhan.
Beton ready mix diproduksi di batching plant, ini digunakan agar
produksi beton ready mix tetap dalam kualitas yang baik, sesuai
standar. Nilai slump test dan strength-nya stabil sesuai yang diharapkan
untuk itu komposisi material harus terkendali.
36
Gambar 2.24. Proses produksi beton ready mix di batching plant
Peralatan:
1. Kerucut terpenggal (kerucut yang bagian runcingnya hilang) sebagai
cetakan slump. Diameter bawah 30 cm, diameter atas 10 cm, tinggi 30
cm.
2. Batang logam bulat dengan panjang ± 50 cm diameter 10-16 mm.
Pelat Logam rata dan kedap air sebagai alas
37
3. Sendok adukan
4. Pita Ukur
38
Gambar 2.27. Pengangkatan kerucut secara tegak lurus
i. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya
menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
39
Gambar 2.29. Beton segar siap dituang
40
Gambar 2 : Shear
Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan, sebagian runtuh
sehingga berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum rata
tercampur
Gambar 3 : True
Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.
Jika pada saat uji slump bentuk yang dihasilkan adalah collapse
atau shear, maka tidak perlu membuat campuran baru terburu-buru.
Cukup ambil sample beton segar yang baru dan mengulang pengujian.
Standar nilai slump yang biasa dipakai :
Tabel 2.6 Standar nilai slump yang umum digunakan
41
1. Cetakan diolesi terlebih dahulu dengan oli agar mudah dalam
pelepasan setelah beton mengeras
2. Beton dimasukkkan ke dalam 1/3 cetakan kemudian dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 pukulan. Hal ini dilakukan
hingga cetakan berisi penuh
3. Beton yang telah terisi di dalam cetakan dibiarkan selama 1 hari
agar beton mengeras
4. Beton yang telah mengeras dikeluarkan dari cetakan
5. Setelah itu beton direndam selama 28 hari
Beton yang telah direndam selama 28 hari dibawa ke laboratorium
untuk di uji kekuatan tekannya. Pada pembangunan Underpass
Brigjen Katamso, pengujian kuat tekan beton dilakukan di PT. Kraton
(Kreasi Beton Nusapersada ) KIM II.
42
Gambar 2.32. Pengambilan benda uji dari bak perendaman
(3) Tentukan berat dan ukuran benda uji;
43
Gambar 2.34.Pelapisan benda uji silinder dengan mortar belerang
(5) Benda uji siap untuk diperiksa.
44
Tabel 2.7 Jenis mutu beton dan kegunaannya
Jenis fc’
Uraian
Beton (Mpa)
Mutu X ≥45 Umumnya digunakan untuk beton
tinggi prategang seperti tiang pancang beton
prategang, gelagar beton prategang, pelat
beton prategang dan sejenisnya.
Mutu 20≤x<45 Umunya digunakan untuk beton bertulang
sedang seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma, kereb beton
pracetak, gorong-gorong beton bertulang,
bangunan bawah jembatan, perkerasan
beton semen.
Mutu 15≤x<20 Umumnya digunakan untuk struktur beton
rendah tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar
dan pasangan batu kosong yang diisi
adukan, pasangan batu.
10≤x<15 Digunakan sebagai lantai kerja,
penimbunan kembali dengan beton.
45
Gambar 2.36 Penentuan Titik oleh Surveyor
46
tekanan +/- 200 kg. Disamping itu juga, pemboran dibantu dengan menggunakan
semprotan air melalui stang bor yang dihasilkan dari pompa. Hal ini menyebabkan
tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor.
47
e. Selama pembersihan berlangsung, casing dengan diameter 0,8 meter dan
ketinggian ±7m diangkat dan dimasukkan ke dalam lubang pengeboran dengan
bantuan crawler crane. Pemasukkan casing tidak hanya dapat dilakukan oleh
crawler crane namun, dapat dilakukan juga oleh excavator backhoe.
48
g. Setelah itu, pipa tremi dengan diameter ±30cm yang telah disiapkan dekat
lubang pengeboran, dimasukkan ke dalam lubang pengeboran dengan crawler
crane.
49
Gambar 2.44. Pemasangan corong
i. Kantong plastik dihamparkan sebelum pengecoran yang berfungsi sebagai
pemberat untuk menembus endapan lumpur pada tuangan pertama
50
mendorong air lumpur hasil pengeboran dan kantung plastik yang ada di dalam
lubang tremi.
51
Gambar 2.48. Pengangkatan casing setelah pengecoran
Pada saat casing dan pipa tremi telah selesai digunakan, peralatan tersebut
dibersihkan menggunakan air untuk menghindari pengerasan beton.
52
Gambar 2.50 Hasil cor-an primary pile
k. Pembuangan tanah lumpur hasil galian dari kolam sirkulasi ke dalam container
atau dump truck untuk dibuang ke disposal area
53
Gambar 2.52. Perakitan tulangan untuk Secondary Pile
54
Gambar 2.53. Pengecekan titik bor oleh Surveyor
3. Pengeboran dengan sistem dry drilling : tanah dibor dengan menggunakan mata
bor spiral dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5 meter atau sampai tanah
sudah banyak yang terangkat. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman
yang ditentukan
55
Pengeboran dengan sistem wash boring : tanah dikikis dengan menggunakan mata
bor cross bit yang mempunyai kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg.
Pengikisan tanah dibantu dengan tiupan air lewat lubang stang bor yang
dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis
terdorong keluar dari lubang bor.
56
Gambar 2.56. Pemasukan casing ke dalam lubang yang telah dibor
57
Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan
tulangan melintang lubang bor.
58
Gambar 2.60. Pengelasan tulangan
59
10. Lakukan pengecekan kedalaman oleh surveyor
Setelah tulangan terpasang di dalam lubang, maka harus dilakukan pengukuran
kembali kedalaman lubang bor. Apabila ternyata terjadi pengurangan kedalaman
lubang bor dibandingkan dengan kedalaman pada saat pembersihan selesai
dilakukan, maka tulangan terpasang tersebut harns dikeluarkan dan pembersihan
kembali lubang bor harus dilakukan
11. Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur pada awal pengecoran, kantong
plastik disiapkan dan dihamparkan pada ujung corong oleh pekerja.
60
Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih
dari lumpur.
61
Gambar 2.65. Pengangkatan pipa tremi
62
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya di dalam laporan ini,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mutu beton yang digunakan pada secondary pile adalah fc’29 setara K-350.
Sedangkan pada primary pile mutu beton yang digunakan yaitu fc’15 setara
K-180. Untuk tulangan pada secondary pile terdiri dari 2 macam yaitu
tulangan spiral dan tulangan utama. Pada penulangan spiral digunakan baja
U39 dengan mutu baja BJTD-40 yang berdiameter 10 dan 13 mm tergantung
pada kedalaman pondasi yang berbeda. Pada tulangan utama menggunakan
baja tulangan U39 berdiameter 19 mm. Untuk penyambungan tulangan pada
bore pile yang cukup dalam, digunakan las dan dengan jarak antar tulangan
yaitu 40D (D=diameter tulangan) dengan jarak selimut beton yaitu 10 cm dan
dilakukan dengan penggunaan beton deking (beton tahu)
2. Nilai slump yang didapat dalam pengujian beton segar untuk secondary dan
primary pile adalah 18±2 cm. Dan setiap dilakukan pengujian, slump yang
dihasilkan memenuhi persyaratan.
3. Pengawasan yang ketat diperlukan jika sedang melakukan pengecoran beton,
agar mutu beton tetap terjaga seperti yang telah direncanakan. Mutu beton
yang dipesan dari perusahan PT. KRATON (Kreasi Beton Nusapersada)
memenuhi dari nilai yang direncanakan.
4. Kerjasama yang baik antara kontraktor, mandor lapangan, dan para pekerja
dalam proyek serta adanya pengawasan dari konsultan dan owner sangat
mendukung kelancaran pelaksanaan suatu proyek. Manajemen dan Quality
Control memegang peranan yang cukup besar pada pekerjaan konstruksi,
yang juga berpengaruh terhadap kelancaran pembayaran biaya proyek. Pihak
Owner sering berkomunikasi dengan pihak Kontraktor terkait pembahasan
kemajuan proyek
5. Pelaksanaan proyek pembangunan Underpass Brigjen Katamso ini mengacu
pada Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3
63
6. Pemasangan rambu peringatan dan keselamatan kerja dari K3 sangat
diperlukan dalam upaya menjamin keselamatan para pekerja dan orang-orang
yang terlibat dalam proyek
7. Pelaksanaan management traffic selama pelaksanaan proyek berlangsung
sangat diperlukan agar mengurangi dampak kemacetan yang akan
ditimbulkan dari proyek tersebut.
3.2 Saran
1. Seluruh pekerjaan harus mengikuti prosedur pekerjaan yang telah ditetapkan
sebelumnya pada dokumen proyek dan tidak boleh menyalahi spesifikasi yang
telah ditetapkan
2. Pengawasan di lapangan harus lebih ketat lagi sehingga tidak melenceng dari
gambar kerja dan kenyamanan lebih terjaga
3. Perakitan tulangan untuk secondary pile sebaiknya dilakukan pada daerah yang
tertutup sehingga tidak menimbulkan korosi pada tulangan
4. Pemasangan casing, tulangan dan pipa tremi kedalam lubang yang sudah dibor
harus diperhatikan agar terlaksana sesuai gambar kerja
5. Sebaiknya pengecoran dilakukan pada saat cuara cerah karena dapat
mempengaruhi kadar air beton.
6. Pengunaan APD pada pekerja sangat diperlukan agar keselamatan kerja
terlaksana
7. Kesehatan dan keselamatan kerja harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan
baik
64
3. Perancanaan tembok penahan tanah atau retaining walls pada proyek
underpass sesuai dengan materi kuliah dalam mekanika tanah
4. Penentuan titik-titik yang akan dibor dilakukan oleh surveyor dnegan
menggunakan alat theodolit maupun total station. Pekerjaan ini sesuai dengan
pengajaran di kampus dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
5. Pada perakitan tulangan (fabrikasi) tulangan diikat dengan kawat dan
penyambungan antar tulangan sesuai dengan standar (40D)
6. Pemasukkan tulangan secondary pile dilakukan dengan mengikat beton deking
berbentuk silinder dengan ukuran diameter 8 cm dan ketinggian 5cm yang
berguna sebagai jarak selimut beton dengan tulangan sebesar 10 cm. Hal tersebut
sesuai dengan yang diajarkan di kampus namun untuk praktik di bengkel
menggunakan beton tahu yang berukuran 5cm.
7. Dilakukan pengujian slump sebelum pengecoran dan pengujian kuat tekan
beton untuk mengetahui nilai kuat tekan beton, hal ini sesuai seperti yang
dikampus.
65
Parinduri di Jalan AH Nasution, lahan milik Yayasan Bina Nusantara, bangunan
rumah ibadah di Delitua, bangunan milik Sartika, bangunan milik Muchlis dan
dua lagi lahan dan bangunan yang hingga kini belum diketahui pemilik
sebenarnya. Beberapa alasan yang menjadi kendala, misalnya masih ada
permasalahan internal di antara keluarga pemilik lahan, sertifikat tanah yang
tertahan di bank, harga lahan yang belum disepakati dan lain-lain.
b. Kurangnya kesadaran tukang/pekerja dalam pemakaian APD (Alat Pelindung
Diri)
K3 sebagai pemberi arahan dalam upaya peningkatan keselamatan kerja di proyek
sangat diperlukan. Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai oleh masing-masing
pelaksana maupun pengamat pada proyek tersebut. Namun, selama penulis
melaksanakan PKL di proyek tersebut, penulis masih melihat kecerobohan tukang
dalam pengunaan APD. Contohnya, pengunaan helm proyek, masker maupun
safety shoes.
c. Banyaknya alat berat rusak selama pelaksanaan pekerjaan
Alat berat yang rusak dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain, pemeriksaan
fungsi dan perawatan beberapa komponen dari alat berat yang tidak dilakukan
secara berkala, memaksakan alat berat bekerja melebihi batas kemampuannya,
kurang ahlinya operator dalam menggunakan alat berat. Ini semua dapat
menyebabkan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dan juga penambahan biaya
66
DAFTAR PUSTAKA
1. hariansib.co
2. secantpilekerjapraktek/slideshare
3. www.mandiriboredpile.com
4. www.karyapondasi.com
5. SNI_03-1974-1990 “Pengujian Kuat Tekan Beton”
6. Spesifikasi Umum Divisi 10 Revisi 3
67