Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Umum Perusahaan/ Instansi tempat PKL


1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. HUTAMA KARYA (Persero) awalnya merupakan perusahaan
swasta Hindia Belanda ‘Hollandsche Beton Maatshappij’ yang
dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI
No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. HUTAMA
KARYA.
Status perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perseroan Terbatas
No. 74 tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan No.48 tanggal 8
Agustus 1973 yang keduanya dibuat dihadapan Notaris Kartini Mulyadi, SH
yang kemudian berdasarkan Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan
Komisaris No. DU/MK.136/KPTS/03/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang
Penetapan Hari Ulang Tahun PT. Hutama Karya, maka dengan ini tanggal
29 Maret ditetapkan sebagai hari ulang tahun PT. Hutama Karya.
Tahun 1960 merupakan tonggak transformasi PT. Hutama Karya dari
perusahaan swasta Hollandsche Beton Maatshappij ‘ menjadi PN.
HUTAMA KARYA. Sejak fase transformasi, PN. Hutama Karya telah
menghasilkan karya konstruksi yang bernilai sejarah dan monumental
seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan, Jakarta; serta Monumen Patung
Dirgantara di Pancoran, Jakarta.
Menandai dimulainya teknologi Beton pra-tekan di Indonesia, dimana
PN. Hutama Karya menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem
prategang BBRV dari Swiss. Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi
ini PN. Hutama Karya membentuk Divisi khusus prategang. Pada dekade ini
pula Hutama Karya berubah status menjadi PT. Hutama Karya (Persero).
Pada medio 2014, PT. Hutama Karya (Persero) resmi menerima
penugasan Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera.
Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang

1
kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT. Hutama
Karya (Persero) diberi amanah mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di
Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650
kilometer. Penugasan ini merupakan salah satu tonggak penting dalam
sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT. Hutama Karya (Persero)
mulai menuliskan sejarah barunya sebagai Pengembang Infrastruktur
Terkemuka Indonesia atau Indonesia’s Most Valuable Infrastructure
Developer.
Visi Hutama Karya yaitu : Pengembang Infrastruktur Terkemuka Indonesia
(Indonesia’s Most Valuable Infrastructure Developer)
Misi Hutama Karya, antara lain :
1. Menyukseskan mandat Pemerintah untuk membangun dan
mengoperasikan Jalan Tol Trans-Sumatera
2. Mengembangkan multi-bisnis, berbasis infrastruktur melalui usaha
investasi, jasa, konstruksi dan manufaktur yang mampu memberikan nilai
tambah premium pada korporasi dan dalam rangka mempercepat
pertumbuhan perekonomian Indonesia
3. Membangun kapasitas dan kapabilitas Korporasi yang berkesinambungan
melalui pemantapan human capital dan peningkatan financial capital

Dengan, motto Hutama Karya adalah “Inovasi untuk Solusi”

1.1.2 Latar Belakang Proyek


Berdasarkan data derajat kejenuhan dan level of service simpang,
didapat bahwa tingkat pelayanan pada persimpangan di Brigjen Katamso
sudah masuk dalam kategori buruk. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, Pemerintah Kota Medan akan merencanakan persimpangan tidak
sebidang yang berada di bawah jalan lain seperti underpass. Pembangunan
underpass akan dibangun sepanjang 343 meter, terdiri dari 2 jalur, empat
lajur dua arah, dengan kedalaman underpass ±6 meter di bawah muka tanah,
serta lebar underpass 22 meter. Perencanaan struktur underpass sebagai
konstruksi dinding penahan tanah menggunakan model secant pile.

2
Secant pile adalah bore pile yang dibuat saling berpotongan sehingga
terdapat interlock antar bore pile. Untuk menambah tahanan terhadap tarik,
maka diberi tulangan pada bore pile secara berselang-seling. Dinding
penahan tanah ini merupakan pile yang disusun berdempetan sedemikian
rupa untuk mendapatkan daya tahan terhadap tekanan tanah lateral. Secant
pile terdiri dari beton bertulang (secondary pile) dan beton tidak bertulang
(primary pile) yang saling berpotongan dengan lebar 80 cm dan jarak antar
bore pile sejauh 120 cm. Dalam pembuatan secant pile, tanah dibor sampai
mendapat lapisan tanah yang keras dan kaku agar mampu menahan beban
yang akan dipikul dari arah vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu,
kedalaman secant pile bervariasi tergantung pada lapisan tanahnya.
Pekerjaan konstruksi secant pile pada proyek pembangunan Underpass
Brigjen Katamso direncanakan dan akan dilaksanakan pada dua sisi. Untuk
sisi kiri dimulai pada STA 0+565,82 s/d STA 0+846,969 yang terdiri dari
239 buah tiang bor beton bertulang (secondary pile) dan 238 buah tiang bor
untuk beton tak bertulang (primary pile). Sedangkan untuk sisi bagian kanan
underpass, pekerjaan dimulai dari STA 0+565,82 s/d STA 0+846,969 yang
terdiri dari 230 buah tiang bor beton bertulang (secondary pile) dan 229
buah tiang bor beton tak bertulang (primary pile).
Pada bagian sisi tengah underpass ( underpass tertutup) yang dimulai pada
STA 0+692,149 dan berakhir pada STA 0+767,530 secant pile yang terdiri
dari primary pile sebanyak 12 buah tiang bor dan untuk secondary pile
sebanyak 24 buah tiang bor.
Pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan kedalaman pondasi yang
bervariasi yaitu 8,5 meter, 9 meter 10,5 meter 12 meter, 13 meter, 14
meter, 16 meter, dan 18 meter untuk underpass terbuka dan pada bagian
underpass tertutup kedalaman pondasi yaitu 20 meter.
Untuk penulangan secondary pile, pembesian spiral menggunakan baja
tulangan U39 ulir (BJTD-40) berdiameter 10 dan 13 mm bergantung pada
kedalaman pondasi yang berbeda. Sedangkan untuk tulangan utama
berdiameter 19 mm. Dalam melaksanakan pengecoran tiang bor beton yang
digunakan harus memiliki nilai kelecakan yang tinggi agar pada saat

3
pengecoran tidak terjadi macet (mampet) pada pipa tremi. Tiang bor dicor
dengan beton mutu K-350 pada secondary pile dan K-180 pada primary pile
dengan nilai slump 18 ± 2 cm. Beton yang digunakan adalah beton ready
mix yang dikirim langsung dari PT. KRATON (Kreasibeton Nusapersada)
yang terletak di Simpang Selayang, Medan.
Pelaksanaan konstruksi yang sedang berlangsung pada proyek
Pembangunan Underpass Brigen Katamso saat penulis mulai melaksanakan
praktik kerja lapangan, salah satunya adalah pekerjaan Bore Pile , Rigid
Pavement, Pembangunan Drainase Jalan, dan Pembuatan Footing pada
bagian Jembatan.
Pada paket konstruksi pembangunan Underpass Brigjen Katamso,
Pemilik proyek (Owner) adalah Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga, Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional –II, Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional
Metropolitan Medan, PPK 18 (Metropolitan Medan Selatan, Cs). PT.
Hutama Karya sebagai kontraktor dan PT. Jasa Mitra Manunggal sebagai
konsultan pengawas.

1.1.3 Data Umum


Data umum yang diperoleh di proyek Pembangunan Underpass Brigjen
Katamso Medan, adalah sebagai berikut:
Satker : Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan Medan
Bagian Pelaksanaan : PPK 18 (Metropolitan Medan Selatan, Cs)
(Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan Medan
Selatan,Cs )
Nama Paket : Paket Konstruksi : Pembangunan Underpass
Brigjen Katamso (MYC)
Nilai Kontrak : Rp. 122.929.255.366,00
Nomor Kontrak : 02/KTR-APBN/MYC/PU-BK/PPK18/2016
Tanggal Kontrak : 18 Oktober 2016
Sumber Dana : APBN
Tahun Anggaran : 2016-2018

4
Nama Penyedia : PT. Hutama Karya (Persero)
Konsultan Supervisi : PT. Jasa Mitra Manunggal
Dimulai tgl/bln/thn : 25 Oktober 2016
Selesai tgl/bln/thn : 18 April 2018
1.1.4 Data Teknis Proyek
Data teknis yang diperoleh penulis mencakup proyek pembangunan
Underpass Brigjen Katamso, adalah sebagai berikut:
Panjang efektif Underpass : 1600 meter
Panjang Underpass : 343 meter
Lebar Underpass : 22 meter
Kedalaman Underpass : ±6 meter

1.1.5 Struktur Organisasi Proyek


Dalam hal ini terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pelaksanaan Pembangunan Underpass Brigjen Katamso. Antar pihak-pihak
itu dapat digambarkan dalam skema seperti di bawah ini :

Gambar 1.1 Skema Organisasi Proyek


Hubungan antar pihak dalam proyek, yaitu :
 Hubungan antara Konsultan Perencana dengan Pemilik Proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, konsultan memberikan layanan konsultasi
dimana produk yang dihasilkan berupa gambar – gambar rencana dan

5
peraturan serta syarat – syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
 Hubungan Kontraktor dengan Pemilik Proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, kontraktor memberikan layanan jasa
profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik
proyek yang telah dituangkan kedalam gambar rencana dan peraturan serta
syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa profesional kontraktor.
 Hubungan Konsultan Pengawas dengan Pemilik Proyek
Terikat ikatan kontrak dan hubungan fungsional. Pengawas menyampaikan
perubahan – perubahan yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan di
lapangan. Owner membayar atau mengurangi biaya perubahan.
 Hubungan Konsultan Perencana dengan Kontraktor
Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan gambar
rencana dan peraturan serta syarat – syarat, kemudian kontraktor harus
merealisasikan menjadi sebuah bangunan.
 Hubungan Konsultan Pengawas dengan Kontraktor
Terikat hubungan fungsional. Pengawas melakukan pengawasan selama
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan – peraturan yang telah
disepakati. Kontraktor melaporkan setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan
dan kendala – kendala secara teknis kepada pengawas.
 Hubungan Konsultan Pengawas dengan Konsultan Perencana
Terikat hubungan fungsional. Perencana memberikan hasil desain serta
peraturan – peraturan pelaksanaan kepada pengawas. Pengawas melaporkan
hasil pekerjaan serta kendala – kendala teknis yang timbul di lapangan guna
dicari perubahan.
 Hubungan Sub Kontraktor dengan Kontraktor
Sub Kontraktor hanya memiliki hubungan dengan kontraktor saja tanpa ada
hubungan dengan elemen – elemen dalam proyek selain kontraktor. Ikatan
kontrak hanya terjadi dengan Kontraktor.

6
7
8
1.2 Tujuan Melaksanakan PKL
Tujuan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan oleh Mahasiswa/i
Program Studi DIII Teknik Sipil antara lain, dapat menambah wawasan mengenai
pekerjaan Teknik Sipil pada pelaksanaanya langsung di lapangan sehingga dapat
mempersiapkan diri sebelum masuk ke dunia kerja. Mahasiswa diberikan
kesempatan untuk menumbuhkan dan menciptakan kemampuannya agar dapat
membandingkan, menganalisis dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari
bangku kuliah dengan keadaan nyata di lapangan. Disamping itu juga, selain
memberikan pengalaman baik secara visual maupun aktivitas selama PKL,
mahasiswa juga dilatih beradaptasi dengan lingkungan kerja sehingga memiliki
kompetensi (hard dan soft skill) yang cukup untuk memasuki dunia kerja. Selama
proses pelaksanaan PKL, kemampuan Mahasiswa/i dibina dalam aspek
pembahasan, penyampaian dan pembuatan simpulan proses pelaksanaan proyek
dalam bentuk laporan ilmiah.

1.3 Manfaat Melaksanakan PKL


Adapun manfaat yang dapat diperoleh bagi mahasiswa, perguruan
tinggi, perusahaan dan masyarakat selama pelaksaan PKL adalah :
Manfaat bagi mahasiswa
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang diperoleh
dari masa perkuliahan
2. Menambah wawasan setiap mahasiswa mengenai dunia kerja
3. Menambah dan meningkatkan keahlian serta keterampilan di bidang praktik
Manfaat bagi perguruan tinggi
1. Terjalinnya kerjasama “bilateral” antara kampus dan instansi yang terkait
2. Perguruan tinggi akan dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui
pengalaman selama PKL
Manfaat bagi Instansi
1. Membina hubungan baik dengan lembaga pendidikan atau perguruan tinggi

9
2. Dapat membantu meringankan tugas-tugas pekerja
3. Dapat bertukar ilmu dengan mahasiswa yang melakukan PKL

1.4 Ruang Lingkup PKL


Mengingat luasnya ruang lingkup dan permasalahan mengenai
pelaksanaan pembangunan suatu proyek underpass khususnya Underpass Brigjen
Katamso Medan, dan keterbatasan waktu untuk menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini, maka penulis membatasi masalah hanya pada :
1. Teknik pelaksanaan secant pile sebagai dinding penahan tanah yang terdiri
dari secondary pile dan primary pile
2. Pengendalian mutu beton pada saat pengecoran secant pile

1.5 Jadwal Pelaksanaan PKL


Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan mulai tanggal 09
Oktober 2017 sampai tanggal 04 November 2017 di Proyek Underpass Brigjen
Katamso dengan pelaksanaan PKL dilaksanakan dari hari Senin sampai Sabtu
pukul 08.00 s/d 17.00 WIB.

10
11
BAB II
PELAKSANAAN PKL

2.1. Teori Underpass


Underpass adalah lawan dari overpass atau flyover, dimana overpass
atau flyover adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari
daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas,
melewati persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan
efisiensi. Underpass adalah jalan melintang di bawah jalan lain atau persilangan
tidak sebidang dengan membuat terowongan di bawah muka tanah. Beberapa ahli
teknik sipil mendefinisikan underpass sebagai sebuah tembusan dibawah biasanya
digunakan untuk lalu lintas kendaraan umumnya mobil atau keretaapi maupun
pejalan kaki atau pengendara sepeda motor.

Konstruksi underpass merupakan suatu galian dengan konstruksi


struktur penahan tanah dalam posisi vertikal. Sistem box tunnel dipakai pada
proyek underpass. Sistem hidraulik atau metode jacking diterapkan untuk
mendorong Box tunnel masuk tegak lurus ke dalam tanah pada jalur yang telah
direncanakan. Geologi adalah faktor terpenting dalam menentukan jenis, bentuk
dan biaya terowongan. Pelaksanaan terowongan akan menemui tingkat ketidak
pastian yang tinggi jika data kondisi batuan atau tanah disekitar terowongan tidak
lengkap. Sebelum pelaksanaan terowongan, pada umumnya akan
dilakukan penyelidikan geologi teknik menggunakan metode pemboran, insitu
testing, adits maupun pilot tunnel. Adits untuk ekplorasi umumnya tidak
dilakukan kecuali suatu bagian terowongan dianggap berbahaya. Pada pemboran
inti, core sampel harus selalu disimpan untuk membantu jika ditemui masalah
geoteknik saat pelaksanaan. Terowongan adalah lubang bukaan yang
dipersiapkan untuk kelancaran produksi tambang bawah tanah. Terowongan
umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada
lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai
sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0.1 mil,
dan yang lebih pendek dari itu lebih pantas disebut

12
Tujuan umum dibuatnya sebuah terowongan adalah untuk menjamin
transportasi langsung dari barang atau penumpang atau material lainnya
menembus rintangan alam dan aktifitas manusia. Terowongan dibuat menembus
gunung, di bawah sungai, laut, pemukiman, gedung- gedung atau jalan raya.
Berguna untuk sarana tranportasi, hidro power, jaringan listrik, gas,
saluran pembuangan dan lain-lain. Dalam pelaksanaan penggalian terowongan,
pertama kali yang dilakukan adalah membuat terowongan uji di bagian hulu dan
hilir terowongan tersebut

Fungsi penggunaan underpass diantaranya adalah memperbaiki


geometrik jalan sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi
pengendara bermotor atau pejalan kaki. Underpass masuk ke dalam kategori
terowongan yang dibuat melalui berbagai jenis dan lapisan tanah dan bebatuan
sehingga metode konstruksi tergantung dari keadaan tanah. Metode yang paling
simpel untuk terowongan dangkal di mana area di atas lokasi yang akan dijadikan
terowongan harus digali dan terowongan dibangun dengan atap di atasnya.
Setelah itu, area ditutup agar terlihat seperti sebelum digali. mesin bor .Ada 2
jenis Underpass yaitu

1. Underpass terbuka
2. Underpass tertutup

Kelebihan dari underpass yaitu relatif tidak mengganggu lingkungan


karna dinding penahan tanah dapat lebih dikontrol. Sedangkan kekurangannya
antara lain diperlukan alat berat khusus, ketelitian dan ketepatan yang tinggi serta
diperlukan area sekitar yang luas saat pelaksanaan penggalian yang cukup sulit.

2.2. Penjelasan Umum mengenai Bore Pile


Bore Pile adalah suatu pondasi yang dibangun dengan cara mengebor
tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan dicor di tempat.
Bore pile merupakan salah satu jenis pondasi dalam yang memanfaatkan daya
dukung tanah (N bearing) dan gaya gesekan antara tanah dengan beton. Jika tanah
mengandung air, pipa besi (casing) dibutuhkan untuk menahan dinding lubang

13
dan ditarik ke atas pada waktu selesai pengecoran. Pada tanah tiang keras atau
batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan dukung
ujung tiang. Konsep perancangan pekerjaan bore pile dalam proyek pembangunan
underpass Brigjen Katamso ini dibuat dari tiang bor beton tak bertulang (primary
pile) dan tiang bor beton bertulang (secondary pile) yang saling berpotongan
sehingga membentuk dinding yang rapat atau biasa disebut secant pile.

Fungsi pondasi bore pile :


1. Transfer beban dari konstruksi bangunan atas (upper structure) ke dalam
tanah melalui selimut tiang dan perlawanan ujung tiang.
2. Menahan daya desak ke atas (up live) maupun guling yang terjadi akibat
kombinasi beban struktur yang terjadi.
3. Memampatkan tanah, terutama pada lapisan tanah yang lepas (non cohesive).
4. Mengontrol penurunan yang terjadi pada bangunan terutama pada bangunan
yang berada pada tanah yang mempunyai penurunan yang besar.

Keuntungan pemakaian pondasi bore pile antara lain :


1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
membahayakan bangunan sekitarnya
2. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup
tiang (pile cap)
3. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
4. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium
5. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan
6. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar
7. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah
8. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan dan
pemancangan.
Namun, pondasi bore pile ini juga mempunyai kelemahan, diantaranya :
1. Pengecoran tiang dipengaruhi kondisi cuaca pada saat pengecoran.
2. Akibat pengaruh air tanah , maka mutu beton tidak dapat dikontrol dengan
baik

14
3. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang
badan tiang bor mengurangi kapasitas dukung tiang bor, terutama bila tiang
bor cukup dalam.
4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir
atau tanah yang berkerikil
5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah,
sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang

2.3. Material yang Digunakan dalam Proyek


Pada Proyek Pembangunan Underpass Brigjen Katamso, material yang
digunakan antara lain :
a. Beton
Beton yang digunakan dalam pembuatan secant pile ada dua jenis, yaitu fc’15
Mpa dan fc’ 29 Mpa.
Pada beton fc’15 yang setara dengan K-180, digunakan untuk Primary Pile dan
untuk beton fc’ 29 yang setara dengan K-350 digunakan pada Secondary Pile.
Primary pile

Secondary pile

Gambar 2.1 Pondasi Secant Pile

15
b. Besi Tulangan
Tabel 2.1 Detail penulangan pada underpass terbuka :
Jarak
Nama Panjan Jumlah
Kedalama antar Diamete
Tulanga Mutu g tulanga
n (m) tulanga r (mm)
n (m) n
n (mm)
Tulangan BJTD
8,5 9,25 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 13 41
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 13 27
Spiral -40
Tulangan BJTD
9 9,75 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 13 41
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 13 30
Spiral -40
Tulangan BJTD
10,5 11,25 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 13 41
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 13 30
Spiral -40
Tulangan BJTD 26
12 12 ±50 19
Utama -40
Tulangan BJTD
1,51 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40

16
Tulangan BJTD
1,88 200 13 5
Spiral -40
Tulangan BJTD 20
13 12 ±50 19
Utama -40
Tulangan BJTD
2,51 ±50 19 10
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 10
Spiral -40
Tulangan BJTD
14 12 ±50 19 26
Utama -40
Tulangan BJTD
3,51 ±50 19 10
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 15
Spiral -40
Tulangan BJTD
16 12 ±50 19 26
Utama -40
Tulangan BJTD
5,51 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 25
Spiral -40

17
Tulangan BJTD
18 12 ±50 19 26
Utama -40
Tulangan BJTD
7,51 ±50 19 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 35
Spiral -40

Gambar 2.2. Penulangan Underpass Terbuka

18
Tabel 2.2. Detail penulangan pada underpass tertutup :
Jarak
Nama Panjan Jumlah
Kedalama antar Diamete
Tulanga Mutu g tulanga
n (m) tulanga r (mm)
n (m) n
n (mm)
Tulangan BJTD
20 12 ±50 32 26
Utama -40
Tulangan BJTD
9,51 ±50 32 13
Utama -40
Tulangan BJTD
1,88 100 10 61
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 170 10 31
Spiral -40
Tulangan BJTD
1,88 200 13 45
Spiral -40

Gambar 2.3. Penulangan Underpass Tertutup

19
2.4. Peralatan yang Digunakan dalam Proyek
Alat berat
Alat berat yang digunakan dalam proyek underpass di jalan Brigjen
Katamso yaitu:
a. Crawel crane
Berfungsi untuk mengangkat secara vertikal stang, casing, tulangan,
dan pipa tremi. Crane juga berfungsi dalam mengangkat dan menurunkan pipa
tremi pada saat pengecoran yang berfungsi untuk memadatkan hasil cor-an.
Disamping itu, crane juga berfungsi memindahkan peralatan secara horizontal
dengan menurunkan di tempat yang diinginkan. Untuk proyek ini, banyaknya
crane yang digunakan adalah 2 buah

Gambar 2.4. Crawler Crane


Dengan spesifikasi :
1. Kapasitas angkat terukur maksimal boom 55 ton
2. Momen angkat maksimal boom 203.5 tm
3. Boom-Panjang Boom 13-52m
4. Boom-Sudut Boom 30°-80°
5. Jib tetap- momen engangkatan maksimal 100.1t·m
6. Jib tetap- Terpanjang (boom+ jib tetap) 43+15.25m
7. Jib tetap- sudut fixed jib offset 10° 30°
8. Kecepatan- kecepatan tali kerekan utama/tambahan 0-120 (3rd layer)m/min

20
9. Kecepatan- kecepatan tali kerekan luffing 0-50 (4th layer) or 72(magnetic
valve connected)m/min
10. Kecepatan- kecepatan tali kerekan luffing utama 6.5t
11. Kecepatan- kecepatan tali kerekan luffing tambahan Φ20mm
12. Kecepatan- kecepatan ayunan 0-2rpm
13. Kecepatan- Kecepatan tempuh 0-1.2km/h
14. Mesin- Jenis mesin Cummins QSB5.9-C210
15. Mesin- daya/kecepatan keluaran terukur 154/2200kW/rpm
16. Mesin- Torsi mesin 800 Nm/1400rpm
17. Berat- berat transportasi bagian tunggal maksimal 28.5(with chassis, boom
base, without counterweight)t
18. Dimensi transportasi (P*L*T) 7030×3360×3304mm
19. Tekanan tanah rata-rata 0.059Mpa

b. Excavator type backhoe


Berfungsi untuk menggali tanah , mengangkut lumpur ke dalam dump
truck untuk dibuang, mendorong casing ke dalam lubang jika casing tertahan pada
bagian bawah tanah, pengangkut material berupa besi yang akan dirakit mapun
material yang berat. Banyaknya excavator backhoe yang digunakan pada proyek
ini yaitu 2 buah

21
Gambar 2.5. Excavator type backhoe

Dengan spesifikasi :

1) Ukuran bucket (m) & tipe : 5700 Heavy Duty, 2900 Heavy
Duty
2) Ukuran lengan (m) & tipe : 2900 Heavy Duty
3) Ukuran ember - GP standar KGA (m3) : 0.97
4) Kekuatan tahan lengan - ISO (kgf) : 11,000
5) Kekuatan engah ember - ISO (kgf) : 15,200
6) Menggali kedalaman - maksimal (mm) : 6,620
7) Menggali jangkauan - maksimal (mm) : 9,875
8) Tingkat jangkauan maks galian (mm) : 9,700
9) Jari-jari ayun (mm) : 2,750

c. Alat bor basah


Alat bor basah yang digunakan dalam proyek ini berfungsi dalam
pengeboran tanah yang dibantu dengan pemberian air melalui pipa sehingga
memudahkan pekerjaan. Banyaknya alat bor basah yang digunakan pada proyek
ini yaitu 3 buah.

22
Gambar 2.6. Alat bor basah
Dengan spesifikasi :
i. Rangka mesin ini mempunyai lebar 1,20 meter dengan panjang 3,00 meter
terbuat dari besi kanal UNP yang berfungsi sebagai dudukan winch dan diesel
penggerak.
ii. Menara bor yang ditempatkan pada ujung rangka, terbuat dari pipa besi
galvanis ber-diameter 3-4 inch dengan ketebalan medium SII, berfungsi
sebagai line / pengarah gear box terutama untuk pelurus vertikal pada saat
pengeboran. Menara bor ini berfungsi juga sebagai penahan kerangka
tulangan bored pile saat akan dimasukkan kelubang bor
iii. Panjang menara bor ini bervariasi antara 6 sampai 9 meter tergantung kondisi
lapangan. Kadang menara bor dipotong pendek apabila harus dioperasikan di
dalam ruangan yang tingginya terbatas. Menara bor ini berfungsi juga sebagai
penahan kerangka tulangan bored pile saat akan dimasukkan kelubang bor.
Kerangka tulangan bored pile yang dapat ditarik panjang maksimumnya
12meter.
iv. Rotasi pengeboran digerakkan oleh elektromotor kapasitas 7,50 HP dengan
kecepatan rotasi1.500 rpm. Rotasi ini diperlambat dengan speed reducer
dengan ratio 1 : 40 sehinggadiperoleh out put 90 kgm pada 37,50 rpm.Sumber
listrik penggerak elektro diperoleh dari pembangkit listrik tenaga diesel
berkapasitas 10 sampai dengan 15 KVA.

23
d. Alat bor kering / Auger
Berfungsi untuk mengebor beton yang sudah dicor (primary pile)
dengan kedalaman tertentu. Alat ini biasanya digunakan pada pengeboran kering.
Banyaknya auger yang digunakan pada proyek ini yaitu 1 buah

Gambar 2.7. Alat bor kering/ Auger

e. Dump truck limbah


Dump truck berfungsi mengangkut hasil galian tanah, timbunan,
tempat penampungan limbah lumpur atau air. Dump truck dan kontainer yang
diperlukan pada proyek ini adalah 2 buah

Gambar 2.8. Dump truck limbah

Dengan spesifikasi :
Spesifikasi chassis :
 Mesin diesel turbo intercooler, direct injection, 7.684 cc, penggerak 6x4, hemat
bahan bakar.
 Tenaga 260 PS / 2.600 RPM.
 GVWR 26 Ton, tangguh dan teruji.

24
 Transmisi ZF Ecomid, 9 percepatan, mudah oper gigi dengan teknologi push
cable & power shift.

Spesifikasi karoseri dump truck 20m3


 Dump truck U tipe, kapasitas standar 20 M3.
 Dimensi bodi dump truck (PxLxT / 6.0m x 2.5m x 1.5m).
 Lantai SPHC tebal 6mm, dinding SPHC tebal 4 mm, main frame UNP
200/120, sub frame UNP 200.
 Horisontal frame SPHC 3 mm, UNP 150, vertikal frame SPHC 3 mm, UNP
200.
 Peredam bodi kayu kamper.

f. Hydraulic Type KRM 201 kapasitas 30 ton.

Gambar 2.9 Kontainer minyak

Dengan spesifikasi :
1. Kemampuan :
 Kecepatan Maks 100 km/h
 Kekuatan tanjakan 30,8 ton%

2. Mesin
 Model P11C-UB

25
 Type Mesin Diesel 4 Langkah, Direct injection, Tubo Charge Intercoole
 Tenaga Maks. 320 / 2.150 (PS/rpm)
 Momen puntir maks. 115 / 1.500 (Kgm/rpm)
 Jumlah Silinder 6
 Diameter x Llangkah Piston 122 x 150 (mm)
 Isi Silinder 10,520 (cc)

3. Kopling
 Type Pelat kering tunggal dengan Coil Spring, Hydraulic dengan Booster
Udara
 Diameter 430 (mm)

4. Kopling
 Type Pelat kering tunggal dengan Coil Spring, Hydraulic dengan Booster
UdaraDiameter 430 (mm)
 Diameter 430 (mm)

5. Transmisi
 Seri / Type ZF 9S1310TO
Perbandingan Gigi
Tabel 2.3 Perbandingan gigi transmisi kontainer
Crawler. Low 9,479
Ke-1 6,576
Ke-2 4,678
Ke-3 3,478
Ke-4 2,617
Ke-5 1,890
Ke-6 1,345
Ke-7 1,000
Ke-8 0,752
Mundur 8,967

26
6. Kemudi
 Type Integral Power Steering
 Radius Putar Min. 8,2 (m)

7. Sumbu
 Depan Reverse Elliot, I-Section Beam
 Belakang Full-Floating, Single Reduction, Single Speed by Hypoid Gearings
 Perbandingan Gigi Akhir 5,857
 Differentian No-Spin
 Perbandingan Gigi Akhir 5,857

8. Rem
 Perbandingan Gigi Akhir 5,857
 Rem Utama Sirkuit Ganda, S Cam type, Lead & Trail Shoe
 Rem Pelambat 5,857
 Rem Pelambat Terletak pada Pipa Gas Buan
 Rem Parkir Bekerja pada Roda Belakang

9. Roda / Ban
 Ukuran Rim 20 x 7,50V-165
 Ukuran Ban10,00-20-16PR
 Jumlah Ban + Cadangan 10 (+1)

10. Sistem Listrik


 Aki (V-Ah) : 12V - 65Ah x 2

11. Tangki Bahan Bakar 200

27
12. Dimensi
Tabel 2.4. Dimensi Kontainer

Jarak Sumbu Roda WB (mm) 3,380 +


1,300
Total Panjang OL (mm) 6,615
Lebar OL (mm) 2,465
Tinggi OH (mm) 2,815
Lebar Jejak Depan FR Tr (mm) 1,925
Belakang RR Tr (mm) 1,860
Julur Depan FOH (mm) 1,255
Belakang ROHF (mm) 680
Jarak Kabin ke Sumbu Roda Belakang CA (mm) 2,885

13. Suspensi
 Depan :Rigid Axle dengan Leaf-Spring Semi Elliptical, ilengkapi Single
Acting Shock Absorber
 Belakang : Trunnion Suspension type, Rigid, Axle dengan Pegas Daun
Semi Elliptical
14. Berat Chassis
Tabel 2.5 Berat chassis kontainer
Depan (Kg) 3,540
Belakang (Kg) 4,180
Total (Berat (Kg) 7,720
Kosong)
GVWR (Kg) 44,000

28
Peralatan pelengkap
Adapun peralatan pelengkap dalam proses pengeboran untuk membantu
kinerja alat berat yaitu :

a. Stang
Stang beserta mata bor berfungsi dalam mengebor tanah dalam keadaan
basah atau memerlukan air untuk memudahkan proses pekerjaan.

Gambar 2.10. Stang pengeboran

b. Casing
Casing digunakan sebagai batas lubang yang akan dicor, selain itu
casing juga berfungsi sebagai penahan tulangan baja yang akan disambung dan
penahan corong dan pipa tremi sehingga ujung pipa tremi tidak menyentuk tanah
langsung

Gambar 2.11 Casing

29
c. Pipa tremi dan Corong
Fungsi pipa tremi yaitu mengantarkan cor kedasar lubang, sehingga
lubang bor terisi dari bawah dan air lumpur terdorong keluar dari luar pipa tremi.
pengecoran dengan pipa tremie yang benar diharapkan mutu beton tetap terjaga
serta pondasi yang dihasilkan berkualitas.

Gambar 2.12. Pipa tremi dan Corong

d. Pompa air NS
Pompa NS disetel didekat galian sirkulasi untuk mengalirkan air ke
stang bor yang digunakan.

Gambar 2.13. Pompa Air NS

e. Sumur bor atau Kolam Galian


Berfungsi sebagai tempat tampungan lumpur dari hasil pengeboran.

30
Gambar 2.14 Sumur bor atau kolam galian

f. Tangki Minyak
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan minyak yang akan digunakan
sebagai bahan bakar alat bor

Gambar 2.15 Tangki minyak

g. Mesin Las Listrik


Las listrik merupakan proses penyambungan logam dengan
memanfaatkan tenaga listrik (mesin) sebagai sumber panasnya. Welding Machine
adalah peralatan yang digunakan untuk mengelas atau gabungan dua logam/
paduan bersama-sama menggunakan komponen logam lain sebagai pengisi.
Biasanya struktur-kurang logam dan paduan bersama menggunakan las mesin

31
untuk memberi mereka bentuk yang diinginkan dan membuat mereka lebih kuat
daripada mereka akan jika itu satu bagian.

Gambar 2.16 Mesin Las Listrik


h. Rantai pengetat pipa tremi
Berfungsi dalam pengetatan pipa tremi pada saat sebelum dicor dan
pelonggaran pipa tremi pada saat setelah dicor.

Gambar 2.17 Rantai pengetat tremi

i. Besi penahan tremi

Berfungsi sebagai penahan corong dan pipa tremi pada saat menunggu
proses pengecoran

32
Gambar 2.18. Rantai penahan tremi
j. Genset
Genset atau yang merupakan singkatan dari Generator Set ini adalah
sebuah Perangkat yang mampu menghasilkan Daya Listrik. Genset ini merupakan
seperangkat atau gabungan antara Generator atau Alternator dan Engine yang
dapat digunakan sebagai Alat Pembangkit Listrik.

Gambar 2.19. Genset

k. Barak
Barak berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat yang tidak
berukuran besar, disamping itu dapat juga berfungsi sebagai tempat istirahat para
pekerja.

33
Gambar 2.20 Barak

2.5. Persiapan K3 (Safety)


Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus
diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan
pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti :
a) Safety helmet
b) Sarung tangan
c) Sepatu safety/ boots
d) Rompi
e) Kacamata
f) Masker
g) Rambu-rambu peringatan

Diperlihatkan pada gambar :

Gambar 2.21. Perlengkapan APD

34
Gambar 2.22 Rambu Peringatan

Gambar 2.23. Spanduk Peringatan K3

2.6. Pengujian Bahan


Pembangunan Underpass Brigjen Katamso merupakan salah satu
proyek yang menggunakan bahan bangunan dari beton bertulang sebagai pondasi
tanah. Beton yang digunakan dalam pembangunan proyek ini merupakan beton
yang dipesan dari perusahaan Ready Mix sehingga pihak kontraktor hanya
memesan beton dengan mutu yang diinginkan tanpa harus membuat campuran
beton langsung dilapangan. Meskipun belum dipesan dari perusahaan Ready Mix,
pengujian beton tetap dilakukan pada pembangunan Underpass ini.

35
Pengujian terhadap beton yang telah dipesan ini merupakan hal yang
penting sebab dengan melakukan pengujian terhadap beton akan diperoleh :
1. Mutu Konstruksi yang baik dan sesuai dengan tujuan
2. Terhindarnya kegagalan konstruksi fisik
3. Diketahui daya dukung dan kekuatan beton
4. Diketahui tingkat kekentalan beton yang telah dipesan
Ada beberapa pengujian beton yang dilakukan pada pembangunan
Underpass Brigjen Katamso, antara lain :

2.6.1. Pengujian Slump


Tujuan Pengujian Slump adalah untuk memperkirakan bagaimana
keadaan air dalam adukan beton apakah terlalu encer atau kental, selain
itu juga dapat memperkirakan bagaimana tingkat kesulitan dari
pengerjaan beton tersebut pada saat pengecoran.
Pengujian slump mengacu pada SNI 1972-2008 dan ICS
91.100.30
Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan (biasanya
ketika ready mix sampai, diuji setiap kedatangan). Hasil dari Uji Slump
beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan
internasional (SI) dan mempunyai standar.
Pada proyek pembangunan Underpass Brigjen Katamso nilai
slump yang direncanakan untuk Secondary Pile adalah 18±2 cm.

Bahan:
Beton segar (fresh concrete) yang diambil secara acak agar dapat
mewakili beton secara keseluruhan.
Beton ready mix diproduksi di batching plant, ini digunakan agar
produksi beton ready mix tetap dalam kualitas yang baik, sesuai
standar. Nilai slump test dan strength-nya stabil sesuai yang diharapkan
untuk itu komposisi material harus terkendali.

36
Gambar 2.24. Proses produksi beton ready mix di batching plant

Gambar 2.25. Proses pemasukan fresh concrete ke truck mixer

Peralatan:
1. Kerucut terpenggal (kerucut yang bagian runcingnya hilang) sebagai
cetakan slump. Diameter bawah 30 cm, diameter atas 10 cm, tinggi 30
cm.
2. Batang logam bulat dengan panjang ± 50 cm diameter 10-16 mm.
Pelat Logam rata dan kedap air sebagai alas

37
3. Sendok adukan
4. Pita Ukur

Tahapan uji slump:


a. Basahi cetakan kerucut dan plat
b. Letakkan cetakan di atas plat
c. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam
sebanyak merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan
bagian tepi dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding
cetakan. Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan.
d. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama
sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.
f. Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor D

Gambar 2.26 Pemasukkan fresh concrete ke dalam kerucut uji


g. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu
kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton di luar
cetakan dan di plat.
h. Cetakan diangkat perlahan tegak lurus ke atas

38
Gambar 2.27. Pengangkatan kerucut secara tegak lurus
i. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya
menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.

Gambar 2.28 Pengukuran slump menggunakan pita ukur


j. Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm
k. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat digunakan
untuk proses pengecoran.

39
Gambar 2.29. Beton segar siap dituang

Perhitungan nilai slump


NILAI SLUMP = Tinggi cetakan - tinggi rata-rata benda uji
Bentuk Slump akan berbeda sesuai dengan kadar airnya.

Gambar 2.30. Bentuk slump berdasarkan kadar air


 Gambar 1 : Collapse / runtuh
Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran
dalam cetakan runtuh sempurna. Bisa juga karena merupakan campuran
yang workabilitynya tinggi yang diperuntukkan untuk lokasi
pengecoran tertentu sehingga memudahkan pemadatan,

40
 Gambar 2 : Shear
Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan, sebagian runtuh
sehingga berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum rata
tercampur
 Gambar 3 : True
Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.

Jika pada saat uji slump bentuk yang dihasilkan adalah collapse
atau shear, maka tidak perlu membuat campuran baru terburu-buru.
Cukup ambil sample beton segar yang baru dan mengulang pengujian.
Standar nilai slump yang biasa dipakai :
Tabel 2.6 Standar nilai slump yang umum digunakan

0-25 mm Jalan raya


10-40 mm Pondasi(lowworkability)
50-90 mm Beton bertulang normal
menggunakan vibrator
(medium workability)
>100 mm high workability

2.6.2. Pengujian Kuat Tekan Beton


Mutu beton yang digunakan pada pembangunan Underpass
Brigjen Katamso adalah fc’15 atau K-180 untuk primary pile dan
fc’29 atau K-350 untuk secondary pile. Untuk membuktikan bahwa
mutu beton sesuai seperti yang dipesan di proyek ini dilakukan
pembuatan benda uji beton berbentuk silinder dengan tinggi 30cm dan
diameter 15cm. Beton yang telah diuji slumpnya terlebih dahulu,
kemudian dilakukan juga pengujian ke laboratorium untuk
mengetahui nilai kuat tekannya.
Adapun langkah kerja pembuatan benda uji kuat tekan yang
dilaksanakan di lapangan adalah sebagai berikut :

41
1. Cetakan diolesi terlebih dahulu dengan oli agar mudah dalam
pelepasan setelah beton mengeras
2. Beton dimasukkkan ke dalam 1/3 cetakan kemudian dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 pukulan. Hal ini dilakukan
hingga cetakan berisi penuh
3. Beton yang telah terisi di dalam cetakan dibiarkan selama 1 hari
agar beton mengeras
4. Beton yang telah mengeras dikeluarkan dari cetakan
5. Setelah itu beton direndam selama 28 hari
Beton yang telah direndam selama 28 hari dibawa ke laboratorium
untuk di uji kekuatan tekannya. Pada pembangunan Underpass
Brigjen Katamso, pengujian kuat tekan beton dilakukan di PT. Kraton
(Kreasi Beton Nusapersada ) KIM II.

Pengujian benda uji


(1) Setelah beton segar hasil mix desain telah diproduksi dan diuji
slumpnya maka beton tersebut harusla diuji kuat tekannya dengan cara
dituangkan ke dalam cetakan silinder dengan tinggi 30 cm dan
diameter 15 cm, dirojok dan diratakan.

Gambar 2.31 Hasil penuangan beton ke dalam cetakan


(2) Setelah benda uji direndam ke dalam bak perendam sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, benda uji diambil kemudian bersihkan
dari kotoran yang menempel dengan kain lembab;

42
Gambar 2.32. Pengambilan benda uji dari bak perendaman
(3) Tentukan berat dan ukuran benda uji;

Gambar 2.33. Penimbangan berat benda uji


(4) Lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan
mortar belerang dengan cara sebagai berikut: Lelehkan mortar
belerang didalam pot peleleh (melting pot) yang dinding dalamnya
telah dilapisi tipis dengan gemuk; kemudian letakkan benda uji tegak
lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras;
dengan cara yang sama lekukan pelapisan pada permukan lainnya;

43
Gambar 2.34.Pelapisan benda uji silinder dengan mortar belerang
(5) Benda uji siap untuk diperiksa.

Gambar 2.35. Pengujian kuat tekan beton


Sesuai dengan Spesifikasi umum 2010, revisi 3, divisi 7 jenis mutu
beton dan kegunaan , antara lain :

44
Tabel 2.7 Jenis mutu beton dan kegunaannya
Jenis fc’
Uraian
Beton (Mpa)
Mutu X ≥45 Umumnya digunakan untuk beton
tinggi prategang seperti tiang pancang beton
prategang, gelagar beton prategang, pelat
beton prategang dan sejenisnya.
Mutu 20≤x<45 Umunya digunakan untuk beton bertulang
sedang seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma, kereb beton
pracetak, gorong-gorong beton bertulang,
bangunan bawah jembatan, perkerasan
beton semen.
Mutu 15≤x<20 Umumnya digunakan untuk struktur beton
rendah tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar
dan pasangan batu kosong yang diisi
adukan, pasangan batu.
10≤x<15 Digunakan sebagai lantai kerja,
penimbunan kembali dengan beton.

2.7. Tahap Pelaksanaan Secant Pile


 Primary Pile
Metode Pelaksanaan Secant Pile Paket Konstruksi Pembangunan
Underpass Brigjen Katamso (MYC) pada primary pile
a. Pertama-tama surveyor menentukan titik yang akan dibor

45
Gambar 2.36 Penentuan Titik oleh Surveyor

b. Setelah titik pengeboran telah ditentukan, lakukan pengeboran dengan jarak as


antar titik berikutnya 240 cm untuk mendapatkan kestabilan tiang bor. dengan
menggunakan stang bor.

Gambar 2.37. Pengeboran dengan Alat bor basah


c. Pengeboran dilakukan dengan sistem wash boring yaitu tanah dikikis dengan
menggunakan mata bor cross bit yang mempunyai kecepatan putar 375 rpm dan

46
tekanan +/- 200 kg. Disamping itu juga, pemboran dibantu dengan menggunakan
semprotan air melalui stang bor yang dihasilkan dari pompa. Hal ini menyebabkan
tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor.

Gambar 2.38. Mata bor alat bor basah

d. Setelah mencapai kedalaman rencana, pengeboran dihentikan. Masing-masing


stang bor dilepaskan dan ditempatkan kembali dengan bantuan crawler crane.
Untuk pembersihan lubang pengeboran dari lumpur dan longsoran, dilakukan
proses pemompaan dan akan dialirkan ke dalam kolam sirkulasi.

Gambar 2.39 Kolam Sirkulasi

47
e. Selama pembersihan berlangsung, casing dengan diameter 0,8 meter dan
ketinggian ±7m diangkat dan dimasukkan ke dalam lubang pengeboran dengan
bantuan crawler crane. Pemasukkan casing tidak hanya dapat dilakukan oleh
crawler crane namun, dapat dilakukan juga oleh excavator backhoe.

Gambar 2.40. Pemasukkan casing

f. Pengecekan kedalaman kembali dilakukan oleh surveyor untuk menghindari


kesalahan dari gambar kerja.

Gambar 2.41Pengeceken titik yang akan dibor oleh Surveyor

48
g. Setelah itu, pipa tremi dengan diameter ±30cm yang telah disiapkan dekat
lubang pengeboran, dimasukkan ke dalam lubang pengeboran dengan crawler
crane.

Gambar 2.42. Pemasukkan pipa tremi

Gambar 2.43. Pengetatan masing-masing pipa tremi


h. Dilanjutkan dengan pemasangan corong.

49
Gambar 2.44. Pemasangan corong
i. Kantong plastik dihamparkan sebelum pengecoran yang berfungsi sebagai
pemberat untuk menembus endapan lumpur pada tuangan pertama

Gambar 2.45. Penghamparan plastik sebelum pengecoran


j. Sebelum pengecoran dilakukan, hasil cor-an diuji dengan pengujian slump
(akan dibahas lebih lanjut).
Slump yang disyaratkan untuk proses pembuatan secant pile adalah 18± 2 mm.
Pengecoran dilakukan dengan dengan beton fc’15 yang dituangkan dari truk
ready mix supplier. Pada saat penuangan cor-an berlangsung, corong dinaik-
turunkkan dengan bantuan crawler crane yang befungsi untuk memadatkan hasil
cor-an. Penuangan beton dilakukan dengan cepat sehingga cukup untuk

50
mendorong air lumpur hasil pengeboran dan kantung plastik yang ada di dalam
lubang tremi.

Gambar 2.46 Proses Pengecoran

Gambar 2.47. Penampakan Plastik yang sudah keluar

Setelah pengecoran selesai dilakukan, casing diangkat setelah ±15 menit.

51
Gambar 2.48. Pengangkatan casing setelah pengecoran

Pada saat casing dan pipa tremi telah selesai digunakan, peralatan tersebut
dibersihkan menggunakan air untuk menghindari pengerasan beton.

Gambar 2.49. Pembersihan casing

52
Gambar 2.50 Hasil cor-an primary pile
k. Pembuangan tanah lumpur hasil galian dari kolam sirkulasi ke dalam container
atau dump truck untuk dibuang ke disposal area

Gambar 2.51. Pengangkutan lumpur ke dalam dump truck


 Secondary Pile
Trial Screw (Secondary) dilaksanakan jika pile sudah mencapai
minimum 40% dari kuat tekan rencana ± 2 hari dengan mutu beton fc’ 15.
Secondary pile dibor di antara primary pile.
Pada secondary pile (beton bertulang), perakitan tulangan (fabrikasi) dibutuhkan.

1. Perakitan tulangan dilaksanakan pada area di lapangan yang terjangkau (tidak


terlalu jauh dari titik pengeboran)
Perakitan tulangan pada proyek ini berada pada 2 pada area, yaitu pada sisi kiri
awal masuk proyek dan sisi kiri akhir proyek.

53
Gambar 2.52. Perakitan tulangan untuk Secondary Pile

2. Tentukan titik koordinat pengeboran. Lakukan pengeboran dengan jarak as


antar titik berikutnya 120 cm.

54
Gambar 2.53. Pengecekan titik bor oleh Surveyor

3. Pengeboran dengan sistem dry drilling : tanah dibor dengan menggunakan mata
bor spiral dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5 meter atau sampai tanah
sudah banyak yang terangkat. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman
yang ditentukan

Gambar 2.54. Pengeboran kering


4. Setelah dilakukan proses pengeboran kering sampai kedalaman tertentu (sampai
batas primary pile) maka dilanjutkan dengan pengeboran basah (wash boring).

55
Pengeboran dengan sistem wash boring : tanah dikikis dengan menggunakan mata
bor cross bit yang mempunyai kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg.
Pengikisan tanah dibantu dengan tiupan air lewat lubang stang bor yang
dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis
terdorong keluar dari lubang bor.

Gambar 2.55. Pengeboran basah

5. Setelah mencapai kedalaman rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata


bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap
berlangsung terus sampai cutting atau serpihan tanah betul-betul terangkat
seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, casing sudah disiapkan di dekat
lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan
bersihnya lubang bor diharapkan hasil pengecoran akan baik hasilnya.

6. Pasang casing dengan ketinggian ±7 m diameter 0,8m.

56
Gambar 2.56. Pemasukan casing ke dalam lubang yang telah dibor

7. Lakukan pengecekan casing

Gambar 2.57. Pengecekan kembali oleh Surveyor

8. Pemasangan baja tulangan


Kerangka baja tulangan yang telah dirakit, diangkat dengan bantuan crawler
crane dalam posiisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-
hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor.
Pada saat pemasukan tulangan ke dalam lubang yang telah dibor, beton deking
diikat pada ujung tulangan yang berguna sebagai selimut beton.

57
Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan
tulangan melintang lubang bor.

Gambar 2.58. Pemasukan tulangan

Gambar 2.59. Pengikatan beton deking

Apabila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan


penyambungan dengan diikat kawat beton dengan panjang overlap 30 - 40 D atau
dengan cara las.

58
Gambar 2.60. Pengelasan tulangan

9. Masukkan pipa tremi pengecoran dengan Ø 30 cm


Setelah rangka baja tulangan terpasang, pipa tremi disambung dan dimasukkan
kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang bor.

Gambar 2.61 Pemasukkan pipa tremi

59
10. Lakukan pengecekan kedalaman oleh surveyor
Setelah tulangan terpasang di dalam lubang, maka harus dilakukan pengukuran
kembali kedalaman lubang bor. Apabila ternyata terjadi pengurangan kedalaman
lubang bor dibandingkan dengan kedalaman pada saat pembersihan selesai
dilakukan, maka tulangan terpasang tersebut harns dikeluarkan dan pembersihan
kembali lubang bor harus dilakukan
11. Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur pada awal pengecoran, kantong
plastik disiapkan dan dihamparkan pada ujung corong oleh pekerja.

Gambar 2.62. Penghamparan plastik


12. Pengecoran dengan beton fc’29
Sebelum pengecoran dilakukan, hasil cor-an diuji dengan pengujian slump.
Slump adukan beton untuk bored pile dengan ketentuan (18 ± 2 cm) sehingga
mudah mengalir dan mendorong lumpur yang ada di dalam lubang bor
Pengecoran dilakukan dengan dengan beton fc’29 yang dituangkan dari truk
ready mix supplier. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi,
dilakukan hentakan hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu terbenam
dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus
agar corong tidak kosong. Penuangan beton dilakukan dengan cepat, continue
/tidak terputus lebih dari 10 menit.

60
Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih
dari lumpur.

Gambar 2.63. Proses Pengecoran

Gambar 2.64. Hasil cor-an secondary pile


13. Pengangkatan dilanjutkan pembersihan casing dan pipa tremi
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan dibersihkan dari sisa beton
dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor berikutnya.

61
Gambar 2.65. Pengangkatan pipa tremi

Gambar 2.66. Pengangkatan casing


14. Pembuangan tanah lumpur hasil galian dari kolam sirkulasi ke dalam
container untuk dibuang ke disposal area.

Gambar 2.67. Pembersihan lumpur oleh pekerja

62
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari uraian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya di dalam laporan ini,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mutu beton yang digunakan pada secondary pile adalah fc’29 setara K-350.
Sedangkan pada primary pile mutu beton yang digunakan yaitu fc’15 setara
K-180. Untuk tulangan pada secondary pile terdiri dari 2 macam yaitu
tulangan spiral dan tulangan utama. Pada penulangan spiral digunakan baja
U39 dengan mutu baja BJTD-40 yang berdiameter 10 dan 13 mm tergantung
pada kedalaman pondasi yang berbeda. Pada tulangan utama menggunakan
baja tulangan U39 berdiameter 19 mm. Untuk penyambungan tulangan pada
bore pile yang cukup dalam, digunakan las dan dengan jarak antar tulangan
yaitu 40D (D=diameter tulangan) dengan jarak selimut beton yaitu 10 cm dan
dilakukan dengan penggunaan beton deking (beton tahu)
2. Nilai slump yang didapat dalam pengujian beton segar untuk secondary dan
primary pile adalah 18±2 cm. Dan setiap dilakukan pengujian, slump yang
dihasilkan memenuhi persyaratan.
3. Pengawasan yang ketat diperlukan jika sedang melakukan pengecoran beton,
agar mutu beton tetap terjaga seperti yang telah direncanakan. Mutu beton
yang dipesan dari perusahan PT. KRATON (Kreasi Beton Nusapersada)
memenuhi dari nilai yang direncanakan.
4. Kerjasama yang baik antara kontraktor, mandor lapangan, dan para pekerja
dalam proyek serta adanya pengawasan dari konsultan dan owner sangat
mendukung kelancaran pelaksanaan suatu proyek. Manajemen dan Quality
Control memegang peranan yang cukup besar pada pekerjaan konstruksi,
yang juga berpengaruh terhadap kelancaran pembayaran biaya proyek. Pihak
Owner sering berkomunikasi dengan pihak Kontraktor terkait pembahasan
kemajuan proyek
5. Pelaksanaan proyek pembangunan Underpass Brigjen Katamso ini mengacu
pada Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3

63
6. Pemasangan rambu peringatan dan keselamatan kerja dari K3 sangat
diperlukan dalam upaya menjamin keselamatan para pekerja dan orang-orang
yang terlibat dalam proyek
7. Pelaksanaan management traffic selama pelaksanaan proyek berlangsung
sangat diperlukan agar mengurangi dampak kemacetan yang akan
ditimbulkan dari proyek tersebut.

3.2 Saran
1. Seluruh pekerjaan harus mengikuti prosedur pekerjaan yang telah ditetapkan
sebelumnya pada dokumen proyek dan tidak boleh menyalahi spesifikasi yang
telah ditetapkan
2. Pengawasan di lapangan harus lebih ketat lagi sehingga tidak melenceng dari
gambar kerja dan kenyamanan lebih terjaga
3. Perakitan tulangan untuk secondary pile sebaiknya dilakukan pada daerah yang
tertutup sehingga tidak menimbulkan korosi pada tulangan
4. Pemasangan casing, tulangan dan pipa tremi kedalam lubang yang sudah dibor
harus diperhatikan agar terlaksana sesuai gambar kerja
5. Sebaiknya pengecoran dilakukan pada saat cuara cerah karena dapat
mempengaruhi kadar air beton.
6. Pengunaan APD pada pekerja sangat diperlukan agar keselamatan kerja
terlaksana
7. Kesehatan dan keselamatan kerja harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan
baik

3.3. Kesesuaian dan atau Ketidaksesuaian dengan teori di kampus


3.3.1. Kesesuaian dengan teori di kampus
Terdapat beberapa kesesuaian pelaksanaan proyek pembangunan
Underpass Brigjen Katamso dengan teori di kampus, antara lain:
1. Terdapat kesesuaian antara teori di kampus dan pelaksanaan di lapangan baik
dari teknik pelaksanaan quality control dan manajemen serta time schedule.
2. Perancanaan tulangan bore pile sesuai dengan perhitungan dalam mata
kuliah mekanika rekayasa

64
3. Perancanaan tembok penahan tanah atau retaining walls pada proyek
underpass sesuai dengan materi kuliah dalam mekanika tanah
4. Penentuan titik-titik yang akan dibor dilakukan oleh surveyor dnegan
menggunakan alat theodolit maupun total station. Pekerjaan ini sesuai dengan
pengajaran di kampus dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
5. Pada perakitan tulangan (fabrikasi) tulangan diikat dengan kawat dan
penyambungan antar tulangan sesuai dengan standar (40D)
6. Pemasukkan tulangan secondary pile dilakukan dengan mengikat beton deking
berbentuk silinder dengan ukuran diameter 8 cm dan ketinggian 5cm yang
berguna sebagai jarak selimut beton dengan tulangan sebesar 10 cm. Hal tersebut
sesuai dengan yang diajarkan di kampus namun untuk praktik di bengkel
menggunakan beton tahu yang berukuran 5cm.
7. Dilakukan pengujian slump sebelum pengecoran dan pengujian kuat tekan
beton untuk mengetahui nilai kuat tekan beton, hal ini sesuai seperti yang
dikampus.

1.3.2. Ketidaksesuaian dengan teori di kampus


Terdapat ketidaksesuaian pelaksanaan dalam proyek pembangunan
Underpass Brigjen Katamso dengan teori di kampus, yaitu kurangnya
perlindungan pada tulangan yang di tempatkan pada daerah yang terpapar sinar
matahari dan hujan secara langsung sehingga dapat menyebabkan korosi pada
tulangan tersebut.

3.4. Kelemahan yang ditemui


Setiap pelaksanaan proyek pasti terdapat kelemahan. Beberapa kelemahan
yang kami amati adalah :
a. Masih terdapat kendala dalam pembebasan lahan di sekitar area proyek
Menurut pihak Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN)-II Medan
selaku pengelola proyek , lahan-lahan yang belum beres proses pembebasannya
adalah lahan atau tanah di depan salah satu pesantren di Kelurahan Titikuning,
lahan di sebagian komplek PT PLN Gitsbu, bangunan ruko milik Rosmiana
Simanjuntak, bangunan di simpang Jalan Tritura dan STM, bangunan Ruko milik

65
Parinduri di Jalan AH Nasution, lahan milik Yayasan Bina Nusantara, bangunan
rumah ibadah di Delitua, bangunan milik Sartika, bangunan milik Muchlis dan
dua lagi lahan dan bangunan yang hingga kini belum diketahui pemilik
sebenarnya. Beberapa alasan yang menjadi kendala, misalnya masih ada
permasalahan internal di antara keluarga pemilik lahan, sertifikat tanah yang
tertahan di bank, harga lahan yang belum disepakati dan lain-lain.
b. Kurangnya kesadaran tukang/pekerja dalam pemakaian APD (Alat Pelindung
Diri)
K3 sebagai pemberi arahan dalam upaya peningkatan keselamatan kerja di proyek
sangat diperlukan. Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai oleh masing-masing
pelaksana maupun pengamat pada proyek tersebut. Namun, selama penulis
melaksanakan PKL di proyek tersebut, penulis masih melihat kecerobohan tukang
dalam pengunaan APD. Contohnya, pengunaan helm proyek, masker maupun
safety shoes.
c. Banyaknya alat berat rusak selama pelaksanaan pekerjaan
Alat berat yang rusak dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain, pemeriksaan
fungsi dan perawatan beberapa komponen dari alat berat yang tidak dilakukan
secara berkala, memaksakan alat berat bekerja melebihi batas kemampuannya,
kurang ahlinya operator dalam menggunakan alat berat. Ini semua dapat
menyebabkan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dan juga penambahan biaya

3.5. Kekhususan/Kelebihan yang ditemui


Beberapa kelebihan yang penulis temui pada proyek tersebut ,antara lain:
a. Ketersediaan pihak pelaksana maupun pengawas proyek dalam memberikan
ilmu lapangan
b. Keterbukaan dalam data-data yang menyangkut proyek
c. Kegigihan dan kedisiplinan para pekerja dan orang-orang yang terlibat dalam
proyek membuat proyek tetap berjalan lancar dan sesuai dengan batas waktu
walaupun pada malam hari pekerja harus lembur.

66
DAFTAR PUSTAKA

1. hariansib.co
2. secantpilekerjapraktek/slideshare
3. www.mandiriboredpile.com
4. www.karyapondasi.com
5. SNI_03-1974-1990 “Pengujian Kuat Tekan Beton”
6. Spesifikasi Umum Divisi 10 Revisi 3

67

Anda mungkin juga menyukai