Anda di halaman 1dari 67

Nomor Registrasi: No.

/PKL/TS-G/P/2015
PROYEK GEDUNG WIKA TOWER
JAKARTA TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
SEMESTER VI

Disusun oleh:
1. Humran (3112110027)
2. Ivan Kristianto (3112110029)
Pembimbing:
Sony Pramusandi, ST, M.Eng.
NIP. 19750915 199802 1 001

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2015

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG
WIKA TOWER
Jl. DI PANJAITAN KAV.9-10, CAWANG, JAKARTA TIMUR

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Jurusan

Pembimbing Proyek

Sony Pramusandi, ST, M.Eng.


NIP. 19750915 199802 1 001

Yudi Wahyono

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta

Putera Agung Maha Agung, S.T, M.T, Phd


NIP.

KATA PENGANTAR

Atas Rahmat Tuhan Maha Esa, penulis panjatkan puji syukur kehadiratNya atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapangan. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan di semester 6 (enam) jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Jakarta.
Selama mengikuti kegiatan PKL di Proyek Pembangunan Gedung WIKA
Tower Jakarta selama kurang lebih 2 bulan, yaitu dari tanggal 19 Januari sampai
13 Maret 2015, penulis banyak mendapatkan hal baru dan juga dapat melihat
secara langsung implementasi dari pelajaran-pelajaran di bangku perkuliahan.
Maka dari itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis, baik secara
moril maupun materil. Adapun ucapan terimakasih tersebut penulis tujukan
kepada :
1. Bapak Putera Agung Maha Agung, ST, MT, Phd selaku Ketua Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta.
2. Bapak Sony Pramusandi, ST, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing PKL
di jurusan.
3. Bapak Yudi Wahyono, dan rekan-rekan selaku Pembimbing PKL di
proyek.
4. Seluruh Staff di Proyek Gedung WIKA Tower yang telah banyak
membantu selama Praktek Kerja Lapangan berlangsung.
5. Kedua Orang Tua Tercinta beserta kakak dan adik tersayang, yang
telah memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat
terus meraih yang terbaik
6. Rekan rekan Sipil 12 yang telah banyak membantu dan
memberikan inspirasi kepada penulis
Semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu mendapatkan
imbalan beserta rahmat dari ALLAH SWT.
Akhir kata semoga penulisan dapat bermanfaat dikemudian hari.

Depok, Januari 2015

iii

Penulis

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .i
HALAMAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN ....... ii
KATA PENGANTAR .. iii
DAFTAR ISI .... v
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang PKL ... 1

1.2.

Tujuan PKL ..... 2

PENGENALAN PERUSAHAAN
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.

BAB III

Sejarah singkat PT. Yodya Karya


Organisasi Peeerusahaan PT. Yodya Karya
Sejarah singkat PT. Wijaya Karya
Organisasi Peeerusahaan PT. Wijaya Karya

x
x
x

PENGENALAN PROYEK
3.1.

Prosedur Mendapatkan Proyek ...........

3.2.

Gambaran Umum Proyek ...

16
17
18

3.2.1. Data Umum Proyek .

38
20

3.2.2. Pendanaan Proyek .......

38
21

3.2.3. Kontrak Kerja ......................................................


3.3.

38
24

Personalia dan Organisasi Proyek (Wijaya Karya) .........


3.3.1. Struktur Organisasi ..

3.4.

BAB IV

Proses Pelaksanaan Proyek ......

39
25
40
34

41
35
3.4.1. ............................................................
43
36
3.4.2. ....................................................
49

KEGIATAN YANG DIAMATI


4.1.

Pekerjaan yang diamati .

4.2.

Lingkup Pekerjaan ....................


4.2.1. Pengecoran Kolom ..........................................

50
56
37
X60
x
65
v

vii

4.2.2. Pengecoran Balok.


4.2.3. Pengecoran Plat Lantai......................................
4.3.

Tugas Selama Praktek .


4.3.1. Inspeksi Izin Kerja ..........................................
4.3.2. Ceklis ..............................................................

4.4.

Studi Kasus

..............................................................

4.4.1. ..............................................................
4.4.2. ..............................................................
4.4.3. ..............................................................
4.4.4. ..............................................................
BAB V

PENUTUP
Kesimpulan ............

DAFTAR PUSTAKA ..
LAMPIRAN
1. Surat permohonan PKL dari jurusan Teknik Sipil
2. Surat jawaban dari perusahaan
3. Surat keterangan dari perusahaan yang menyatakan bahwa telah
menyelesaikan PKL
4. Lembar Asistensi
5. Kesan industri terhadap para praktekan
6. Daftar Isian PKL
7. Daftar Hadir PKL
8. Jadwal Pelaksanaan Proyek (Time Schedule)
9. Tugas tugas PKL
10. Foto - foto proyek

vi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang. Satu hal yang
berkembang dengan cukup pesat di Indonesia adalah dari sektor pembangunan.
Pembangunan tersebut banyak berupa bangunan besar seperti gedung, jembatan,
menara dan juga Fly Over (jalan layang). Pembangunan tersebut diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Begitu juga dengan tujuan pembangunan
gedung WIKA tower ditempat penulis melaksanakan PKL ini.
PT. WIKA adalah sebuah perusahaan besar yang bergerak dibidang jasa
konstruksi. Didalamnya terdapat divisi-divisi yang memiliki peranan tersendiri
yang kerjanya saling memiliki keterkaitan. Namun kenyataannya, kantor
perwakilan dari masing-masing tersebar di daerah Jakarta dan memiliki jarak yang
terbilang jauh. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja dari PT.WIKA.
Maka dari itu, dengan dibangunnya Gedung WIKA Tower ini, semua
divisi dapat berada di satu atap dan sehingga dapat memperlancar kegiatan
perusahaan. Diharapkan pula, sebagian ruangan dari gedung WIKA tower dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan lain yang ingin dan membutuhkan
ruang perkantoran

1.2. Tujuan PKL


Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui
proses pelaksanaan suatu kegiatan proyek/industri konstruksi sehingga
memiliki

wawasan

dan

pengetahuan

yang

luas,

sehingga

dapat

mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga ahli pada dunia industri


konstruksi.
Adapun uraian tujuan yang akan dicapai dari kegiatan PKL ini :
1. Dapat menjelaskan proses pelaksanaan pembangunan Proyek Gedung
WIKA Tower
2. Dapat menjelaskan Strukur Organisasi dari pelaksanaan proyek.
3. Memahami dan mengetahui kegunaan dari alat alat bantu yang
digunakan selama proyek berlangsung.
4. Dapat mengetahui bahan bahan apa saja yang digunakan pada
pelaksanaan proyek.
5. Dapat menjelaskan pembagian tugas (job description) semua personal
yang terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
6. Dapat

melihat

secara

langsung

proses

pelaksanaan

proyek

pembangunan konstruksi bangunan gedung, sebagai pengaplikasian


dari ilmu tentang konstruksi yang selama ini diperoleh pada proses
belajar mengajar di bangku kuliah.
7. Dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh proyek sesuai dengan
target mutu dan ketelitian yang diperlukan.
8. Dapat membuat laporan PKL dengan baik dan sesuai dengan tata cara
penulisan ilmiah.

BAB II

PENGENALAN PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Yodya Karya


PT. Yodya Karya (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia
yang bergerak di bidang konsultasi teknik konstruksi. Perusahaan ini merupakan
hasil nasionalisasi dari perusahaan N.V. Job & Sprey, beralamat di Jalan Cikini
Raya No. 1, Jakarta Pusat. Kegiatan utama pada waktu itu bergerak pada bidang
jasa konsultasi untuk pekerjaan perencanaan dan pengawasan bangunan gedung.
Pada tahun 1958, N.V. Job & Sprey dinasionalisasikan oleh Pemerintah
Republik Indonesia sebagai suatu Perusahaan Negara (PN) dengan nama resmi
P.N. Yodya Karya. Pada tahun 1972, ketika pemerintah memperkenalkan tiga
bentuk organisasi perusahaan negara, P.N. Yodya Karya perusahaan pertama yang
memutuskan untuk memilih bentuk Perusahaan Perseroan (Persero), karena
menilai wadah tersebut sangat tepat serta bermanfaat untuk mengembangkan diri
dan berkreasi. Ir. Wonargo Martowirono menggantikan Ir. Machmud Ali pada
tahun 1991 sebagai Direktur Utama. Pada Bulan September 1996 PT. Yodya
Karya (Persero) dipimpin oleh Ir. Soebianto Imam Rahayu sebagai Direktur
Utama. PT. Yodya Karya (Persero).
Kemudian pada Februari 2002 Direktur Utama PT. Yodya Karya (Persero)
didimpin oleh Aries Sirait SE. MBA. sebagai Direktur Utama. Ia tetap
mengembangkan bidang usaha Jasa Konsultasi untuk pekerjaan mulai Survei,
Perancangan dan Perencanaan, Manajemen Proyek, Manajemen Konstruksi,
Pengawasan pada Bidang Engineering maupun Bidang Non Engineering yang
selama ini sudah ditangani. Dengan didukung oleh Tenaga Ahli Profesional dan
Peralatan yang mengikuti perkembangan Teknologi PT. Yodya Karya (Persero)
tetap akan memberikan pelayanan terbaik. Dan pada Juni 2008 PT. Yodya Karya
(Persero) didimpin oleh Ir. M. Basir, MM. sebagai Direktur Utama. Ia tetap
mengembangkan bidang usaha Jasa Konsultasi untuk pekerjaan mulai Survei,

Perancangan dan Perencanaan, Manajemen Proyek, Manajemen Konstruksi,


Pengawasan/Perencanaan pada Bidang Engineering maupun Bidang Jasa Non
Konstruksi.
2.2. Struktur Organisasi PT. Yodya Karya

2.3. Sejarah Singkat PT Wijaya Karya (Persero)

WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.


Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang menjadi
pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan tinggi.
Di awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan kontraktor
sipil dan bangunan perumahan. Perusahaan memasuki babak baru pada 20
Desember 1972. Melalui Akta No. 110, dibuat di hadapan Notaris Djojo Muljadi,
perusahaan berubah status menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero).
Pertumbuhan WIKA sebagai perusahaan infrastruktur terintegrasi yang
kuat semakin mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Perseroan sukses dalam
melaksanakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) sebanyak
35% kepada public pada 29 Oktober 2007, di Bursa Efek Indonesia. Setelah IPO,
pemerintah Republik Indonesia memegang 68,4%, sementara sisanya dimiliki
oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui Management Stock Ownership
Program (MSOP), Employee Stock Allocation (ESA), dan Employee/
Management Stock Option (E/MSOP).
WIKA saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU) yang meliputi
konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung), Mekanikal
elektrikal, Industri Beton Pra cetak, Real Estate dan Industri Lainnya yang ke
depannya akan semakin terintegrasi menjadi perusahaan Engineering Procurement
Construction (EPC) dan Investasi.

BAB III
PENGENALAN PROYEK

3.1. Prosedur Mendapatkan Proyek

PT. Wijaya Karya sebenarnya telah memiliki gedung perkantoran yang


berada di Jalan Cawang Jakarta timur. Gedung tersebut berjumlah 18 lantai
terletak di luas lahan 2.810 m2. Perusahaan ini terus berkembang dan memiliki
beberapa cabang/divisi yang memiliki peran masing-masing, sehingga dirasa
perlu untuk menambah ruang untuk digunakan sebagai kantor. Maka
diputuskanlah

untuk

membangun

sebuah

gedung

baru,

yang

letaknya

bersebelahan dengan gedung WIKA yang telah ada. Dengan memanfaatkan luas
lahan seluas 2.810 m2 yang awalnya merupakan lahan parkir, maka dibangunlah
gedung WIKA TOWER.
Umumnya, sebelum memasuki tahap konstruksi sebuah proyek, dilakukan
pelelangan untuk menentukan siapa yang berhak dan dirasa sanggup untuk
mengerjakan proyek tersebut. Namun pada pembangunan gedung WIKA tower
ini, PT. Wijaya Karya lah yang langsung bertindak sebagai kontraktor. Untuk
bagian Konsultan Perencana, pihak WIKA selaku owner menunjuk PT Arkonin,
yaitu sebuah perusahan konsultan di Malaysia. Sedangkan PT. Yodya Karya
dipercaya bertindak sebagai Manajemen Konstruksi.
Setelah semua divisi terpenuhi, maka pihak kontraktor (Wijaya Karya)
menerima:
1) Surat perintah mulai kerja (SPMK).
2) Rencana kerja syarat yang berisi:
a.

Keterangan mengenai perencanaan (pembuat desain).

b.

Keterangan mengenai ketua pelaksana proyek.

3) Syarat administratif, yang mencantumkan:


a.

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.

b.

Tanggal penyerahan pekerjaan.

c.

Syarat pembayaran.

4) Syarat teknis, yang mencantumkan :


a. Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Jenis dan mutu bahan.

c. Gambar detail, gambar konstruksi, dan sebagainya.

3.2.

Gambaran Umum Proyek


Proyek pembangunan gedung WIKA tower adalah proyek pengembangan

dari gedung wijaya karya yang sebelumnya. Merupakan perluasan dan


penambahan area gedung perkantoran Wijaya Karya persero. Dibangun di atas
lahan 2.810 m2 dengan total lantai 16 ditambah 4 groundbase.
PT. Wijaya Karya merupakan owner dan sekaligus yang menjalankan
proyek pembangunan ini sebagai kontraktor. Untuk perencanaan, PT. Wika
menunjuk perusahan asing Arkonin sebagai perencana, dan PT. Yodya Karya
sebagai pengawas.
3.2.1

Data umum proyek adalah sebagai berikut:


1. Data Administrasi Proyek:
Nama

: Proyek Pembangunan Gedung


WIKA Tower

Lokasi Proyek

: Jl. DI. Panjaitan kav. 10

Pemberi Tugas

: PT. Wijaya Karya (Persero)

Konsultan Perencana

: PT. Arkonin

Konsultan Pengawas

: PT. Yodya Karya (Persero)

Kontraktor

: PT. Wijaya Karya (Persero)

Nilai Kontrak

: Rp. 260.000.000

Mata Uang

: Rupiah

Waktu Pelaksanaan

: 2 September 2013 22 Juni 2015

Masa Pemeliharaan

: 90 Hari

Cara Pembayaran

: Progres Bulanan

Sumber Dana

: Pengembangan Wijaya Karya

2. Kondisi Existing:
Utara

: Kantor Perumnas

Barat

: Jalan Biru Laut

Selatan

: Gedung WIKA Kav. 9

Timur

: Jalan DI Panjaitan

3. Site Plan
1
10
4

3
5

7
9
Gambar 3.1. Site plan proyek

Keterangan :
1. Jalan Biru Laut
2. Gedung Yodya Karya
3. Gedung Wika (eksisting)
4. Jalan Keluar Belakang (barat laut)

5. Proyek WIKA Tower


6. Jalan Masuk Gedung WIKA
7. Jalan Depan Gedung WIKA
8. Gedung PERUMNAS
9. Jalan DI. Panjaitan
10. Pos Jaga

3.2.2. Pendanaan Proyek


Proyek pembangunan gedung WIKA Tower, pendanaanya di tanggung
oleh PT. Wijaya Karya selaku owner. Pihak owner melakukan pembayaran
berdasarkan kemajuan yang telah dilakukan oleh pihak kontraktor setiap bulan.
3.2.3. Kontrak Kerja
Yang dimaksud dengan kontrak kerja dalam hal ini yaitu suatu perjanjian
atau persetujuan bersama secara sukarela, tanpa ada unsur paksaan yang
mempunyai kekuatan hukum untuk saling mengikat antara pemilik proyek atau
yang mewakilinya dengan kontraktor sebagai pelaksana proyek. Ada 4 jenis
kontrak yaitu :
1) Fixed lump sum contract (kontrak dengan harga tetap)
Yaitu suatu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah
harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang
mungkin terjadi dalam proses penyelesaian kontrak tersebut,
sepenuhnya tanggung jawab pemborong. Sistem kontrak ini lebih tepat
digunakan untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas atau

10

untuk jenis borongan yang perhitungan volumenya untuk masingmasing unsur/jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti
berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang
mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga. Bila
diperlukan daftar volume dan harga (bill of quantities) dapat
dilampirkan dalam dokumen penawaran, tetapi tidak mengikat dalam
kontrak dan tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan
pembayaran. Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja
yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.
2) Fixed unit price contract (kontrak harga satuan)
Adalah kontrak pengadaan barang/jasa borongan atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan
yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat
perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya akan didasarkan pada
hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar
telah dilaksanakan oleh pemborong. Dengan demikian, pekerjaan
tambah/kurang dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama
atas pekerjaan yang diperlukan. Pertimbangan untuk memilih kontrak
dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan pengukuran volume
pekerjaan yang tinggi diperlukan survey dan penelitian yang sangat
mendalam, detail, sampel yang banyak, dan waktu yang lama sehingga
biayanya yang sangat besar padahal pengukurannya juga lebih mudah
dalam pelaksanaan. Di pihak lain pekerjaan bersifat mendesak dan
harus segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat
kondisinya seperti hal tersebut tidak tepat bila digunakan kontrak
dengan sistem lump sum.
3) Sistem turn key contract

11

Yaitu

kontrak

pengadaan

barang/jasa

pemborongan

atas

penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu


dengan jumlah harga tertentu (pasti dan tetap) sampai konstruksi
barang dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
Kontraktor melaksanakan seluruh jenis pekerjaan meliputi : survey
lokasi,

desain,

membuat/menyediakan

mesin-mesin,

alat-alat,

mengangkut ke lokasi, memasang, mengawasi mengadakan uji coba


pengoperasian, pemberian pelatihan operasi dan pemeliharaannya.
Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau
industri jadi, yang hanya diperlukan sekali saja dan tidak
mengutamakan kepentingan untuk alih teknologi selanjutnya.
4) Sistem cost plus fee contract
Yaitu kontrak pengadaan barang/jasa borongan atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dimana jenis-jenis
pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan
pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran yang meliputi
pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain ditambah
fee yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (misalnya 10 % dari
jumlah biaya) yang telah dikeluarkan oleh pemborong. Dalam sistem
kontrak tersebut, pemilik pekerjaan benar-benar hanya dan harus
membayar sesuai bukti-bukti yang dikeluarkan kontraktor untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut.
Dalam pembangunan gedung Departemen Perdagangan sistem kontrak
yang dilakukan adalah sistem kontrak dengan sistem cost plus fee contract.
3.3.

Personalia dan Organisasi Proyek

12

3.3.1. Struktur Organisasi


Pada umumnya, dalam suatu proyek konstruksi ada tiga pihak yang
terlibat

didalamnya,

yang

mana

mereka

saling

berkaitan

dan

saling

bekerjasama satu dengan yang lainnya. Ketiga pihak tersebut adalah :


a

Pemberi tugas / owner / pemilik / employer / bouwheer / buyer

b Konsultan / penasehat /advisor / consultant


c

Kontraktor / penerima tugas / contractor / seller / annemer

13

Sedangkan pihak yang secara tidak langsung ikut terlibat adalah


penyedia dana yaitu orang atau organisasi yang menyediakan dana demi
kepentingan proyek konstruksi, disini dapat juga lender atau bank serta
creditor.
Adapun defenisi dan tugas-tugas dari pihak-pihak yang terkait dalam
struktur organisasi proyek Deperindag :
1. Kontraktor
Kontraktor adalah pihak yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu sesuai dengan gambar kerja, peraturan dan syarat-syarat yang
telah ditetapkan dalam perencanaan.
Adapun hak dan kewajiban kontraktor antara lain :
a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan material yang akan
digunakan dalam pelaksanaan proyek.
b. Menunjuk sub kontraktor tertentu yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
c. Menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
d. Menjaga kualitas pekerjaan agar sesuai dengan syarat yang
telah ditetapkan.
Dalam melakukan pekerjaannya kontraktor dibantu oleh beberapa staf,
diantaranya adalah :
A. P
B. roject Manager
1) Project Manager membawahi :
a

Site Engineering Manager (SEM)

Site Operation Manager (SOM)

Site Administration Manager (SAM)

14

2) Fungsi :
a

Penanggung jawab tercapainya tujuan proyek (Quality, cost,


delivery, safety dan morale).

Pengelola dan bertanggung jawab seluruh sumber daya


sehingga efektif dan efisien guna tercapainya sasaran/tujuan
di unitnya.

Penanggung jawab terlaksananya sistem manajement mutu


ISO-9000 dan K-3 di unitnya.

3) Tugas :
a

Membuat RAPK dan kegiatan perencanaan yang lain (Review


doc, Spec hitung kembali dan metode pelaksanaan).

Memprestasikan RAPK untuk disahkan.

Menangani tugas-tugas :
1. Engineering (termasuk administrasi kontrak)
2. Administrasi keuangan, personalian dan umum.
3. Operasi lapangan (quality plan, production plan dan
safety plan).

Membina hubungan kerja dengan :


1. Owner
2. Konsultan perencana/pengawas
3. Mitra kerja :
4. Suplier
5. Sub kontraktor
6. Mandor

Menggerakkan sumber daya guna tercapai sasaran proyek dari


segi biaya, mutu, waktu dan K-3.

Membuat rencana tindak lanjut/corrective action terhadap


penyimpangan yang terjadi.

15

Melaksanakan atau menyelenggarakan Rapat Mingguan atau


Rapat Bulanan internal dan external, mengevaluasi dan
membuat tindak

lanjut atas aspek :

Membina SEM, SOM, SAM guna peningkatan kinerjanya


dalam mendukung visi perusahaan.

4) Wewenang :
a

Menetapkan sampai 30% dari biaya bahan dan subkontraktor


dan alat maksimum sama dengan RAPK.

Bersama-sama Cabang menetapkan sampai 70% biaya bahan


dan sub kontraktor dan alat maksimum dengan RAPK.

Menetapkan harga satuan upah dan BTL maksimum sama


dengan RAPK.

Mensyahkan bukti-bukti pembayaran.

Bersama-sama kepala cabang mengadakan kontrak dengan


pihak III

Mewakili perusahaan berhubungan dengan pihak I sesuai tugas


yang diatur dalam pasal-pasal kontrak.

5) Bertanggung jawab :
Bertanggung jawab langsung kepada cabang atas terlaksananya
dengan baik tugas yang diberikan.

C. Site Engineering Manager (SEM)


1) Fungsi :
Penanggung jawab bidang perencanaan teknis dan pengendalian
operasional (quality, cost, delivery dan safety).
2) Tugas :
a

Membuat perencanaan operasional yang meliputi ;

16

1. Quality plan
2. Site installation
3. Metode pelaksanaan
4. Shop drawing
5. Perhitungan konstruksi yang diperlukan
6. RAPK, cash flow
7. Safety plan
8. Scheduling
b

Mempelajari dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan


dalam kontrak kerja dengan pihak I (Owner) dan pihak ke III
(Sub Kontraktor).

Membuat laporan-laporan proyek (mingguan, bulanan, dsb).

Melakukan seleksi dan negosiasi dengan sub kontraktor dan


supplier sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Mengadakan komunikasi dengan klien/perencana/pengawas


dalam bidang-bidang teknis operasional.

Mengadakan value engineering terhadap perencanaan proyek.

Melaksanakan pengawasan ;
1. Terhadap mutu produk melalui jadwal inspeksi.
2. Terhadap biaya (membuat EBPP)
3. Terhadap cash in dan cash out (termasuk WIP)
4. Terhadap pelaksanaan safety patrol dan safety meeting
5. Terhadap progress fisik
6. Terhadap pendatangan material
7. Terhadap jadwal pendatangan dan maintenance peralatan
8. Dalam mendayagunakan kesempatan untuk melakukan
9. klaim.

Menyiapkan job list sesuai dengan tahap pekerjaan untuk


keperluan project manager.

17

Mengadministrasikan

pekerjaan

tambah/kurang

dan

menyusunnya dalam adendum kontrak.


D. Site Operation Manager (SOM)
1) Fungsi :
Penanggung jawab dalam pengelolaan operasi fisik pelaksanaan
proyek (quality, cost, delivery dan safety).
2) Tugas :
a

Mengadakan

pengecekan

transaksi-transaksi

pelaksanaan

proyek, mengkompilasikan dan membandingkan dengan


rencana semula.
b

Melaksanakan

pekerjaan

sesuai

dengan

mutu

yang

direncanakan.
c

Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi


standar

mutu yang ditetapkan.

Mengkoordinir

General

Supertendent

untuk

melakukan

pengecekan terhadap pengukuran-pengukuran prestasi mandor,


sub-kontraktor, tenaga kerja harian dan lain-lain.
e

Mengkoordinir General Superintendent membuat SPP, BPB,


Bon penerimaan dari mandor.

Meneliti dan mensyahkan tagihan-tagihan mandor dan sub


kontraktor yang berhubungan dengan volume fisik lapangan
dan harga satuan.

Melaksanakan kompilasi dan klasifikasi terhadap realisasi


pelaksanaan pekerjaan dan transaksi-transaksi tersebut tidak
melebihi/bertentangan dengan rencana semula baik volume
maupun

biayanya.

Membina dan melatih ketrampilan para tukang dan mandor dan


menilai kemampuannya sesuai standart atau tidak.

18

Melaksanakan pengujian-pengujian laboratori yang diperlukan


guna

meyakinkan bahwa pekerjaan sudah dilaksanakan

sesuai standar mutu yang dikehendaki.


j

Membina GSP guna peningkatan kinerjanya dalam mendukun


visi perusahaan.

3) Bertanggung jawab :
Bertanggung jawab langsung kepada Project Manager atas
terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan.
E. Site Administration Manager (SAM)
1) Fungsi :
Penanggung

jawab

dalam

pengelolaan

keuangan,

akuntansi/pembukuan dan unsur-unsur umum dan SDM proyek.


2) Tugas :
a

Melakukan pencatatan berkas-berkas transaksi ke dalam media


pembukuan (jurnal, dll) secara benar dan tepat waktu.

Melakukan

penelitian

kembali

untuk

meyakinkan

kebenaran/ketepatan yang telah dilakukan.


c

Secara

periodik

membuat

laporan-laporan

yang

telah

ditetapkan, dimintakan pengesahannya pada pejabat yang


berwenang dan mengirimkannya kepada pihak-pihak yang
memerlukan sesuai prosedur yang berlaku.
d

Sebagai anggota tim yang melaksanakan opname kas dan


persediaan secara periodik.

Mencocokkan buku bank dan rekening koran yang diterima


dari bank.

Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran.

Mengurus masalah-masalah perpajakan dan asuransi.

Melaksanakan penutupan proyek secara administratif.

Mengendalikan kas bon/uang muka/kas kecil.

19

Menyiapkan, mengevaluasi, mengikuti realisasi dan mengupdate rencana penerimaan dan pengeluaran proyek.

Menerima berkas-berkas tagihan dari pihak luar, memeriksa


kelengkapan dokumen tagihan dan tanda terima.

Merencanakan penagihan kepada pihak luar atau pemberi tugas


atas prestasi proyek yang telah dicapai.

m Melaksanakan pengadministrasian keuangan dan melaksanakan


pencatatan mutasi keuangan secara khusus.
n

Melaksanakan pencatatan uang muka, pengurusan jaminan


bank dan utang piutang lain, mengurus bank garansi sesuai
kewenangannya.

Mengelola cek, uang tunia serta surat-surat berharga yang


dimiliki proyek.

Mengurus masalah-masalah kepegawaian seperti; kebutuhan


tenaga kerja proyek, asuransi-asuransi lain yang dipersyaratkan
dalam proyek dan lain-lain.

Mengurus

kebutuhan

alat-alat

kantor,

akomodasi

dan

perjalanan dinas bagi personal proyek.


r

Membuat laporan-laporan secara periodik antara lain; laporan


personalia proyek, laporan inventarisasi dan peralatan proyek,
serta laporan kegiatan keamanan proyek.

Menyusun masalah-masalah dibidang umum yang lain.

Bertanggung

jawab

terhadap

terlaksananya

System

Management Quality Assurance ISO 9000 dan K-3 di


unitnya.
u

Membina staf dilingkungan unitnya guna peningkatan kinerja


dalam mendukung visi perusahaan.

3) Bertanggung jawab :
Bertanggung jawab langsung kepada Project Manager atas
terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan.

20

F. General Superintendent
1) Fungsi :
Penanggung

jawab

mengkoorninir

Superintendent

dalam

pengelolaan operasi fisik pelaksanaan proyek (quality,cost,


delivery dan safety).
2) Tugas :
a

Melaksanakan

pekerjaan

sesuai

dengan

mutu

yang

direncanakan.
b

Mengkoordinir
terhadap

Superintendent

pengukuran-pengukuran

melakukan
prestasi

pengecekan
mandor,

sub-

kontraktor, tenaga kerja harian dan lain-lain.


c

Mengkoordinir Superintendent membuat SPP, BPB, Bon


penerimaan dari mandor.

Menyelesaikan

masalah-masalah

teknis

dengan

direksi

lapangan.
e

Melaksanakan kompilasi dan klasifikasi terhadap realisasi


pelaksanaan pekerjaan dan transaksi-transaksi tersebut tidak
melebihi/bertentangan dengan rencana semula baik volume
maupun biaya.

Membina dan melatih ketrampilan para tukang dan mador dan


menilai kemampuannya sesuai standar atau tidak.

Menyiapkan

data

penyimpangan,

mengusulkan

cara

penanggulangannya serta mencatat tindakan-tindakan yang


diambil untuk mengatasi penyimpangan tersebut, kalau
penanggulangan menyangkut perencanaan teknis.
3) Bertanggung jawab :
Bertanggung jawab langsung kepada Project Manager atas
terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan.

21

G. Superintendent
1) Fungsi :
Penanggung jawab dalam pengelolaan operasi fisik pelaksanaan
proyek (quality, cost, delivery dan safety).
2) Tugas :
a

Melaksanakan

pekerjaan

sesuai

dengan

mutu

yang

direncanakan.
b

Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi


standar mutu yang ditetapkan.

Melakukan

pengecekan

terhadap

pengukuran-pengukuran

prestasi mandor, sub kontraktor, tenaga kerja harian dan lainlain.


d

Membuat SPK ke mandor.

Membuat SPP, BPB, Bon penerimaan dari mandor.

Menyelesaikan masalah-masalah teknis dengan Direksi di


lapangan.

Melaksanakan kompilasi dan klasifikasi terhadap realisasi


pelaksanaan pekerjaan dan transaksi-transaksi tersebut tidak
melebihi dengan rencana semula baik volume maupun
biayanya.

Membina dan melatih ketrampilan para tukang dan mandor dan


menilai kemampuannya sesuai standar atau tidak.

Menyiapkan

data

penyimpangan,

mengusulkan

cara

penanggulannya serta mencatat tindakan tindakan yang


diambil untuk mengatasi penyimpangan tersebut, kalau
penanggulangan menyangkut perencanaan teknis.
3) Bertanggung jawab :
Bertanggung jawab langsung kepada Project Manager atas
terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan.

22

3.4.

Proses Pelaksanaan Proyek

23

BAB IV
KEGIATAN YANG DIAMATI
4.1.

Pekerjaan yang Diamati


Praktikan akan menjelaskan pekerjaan yang diamati di lapangan ketika

praktikan mulai melaksanakan PKL yaitu pekerjaan balok, kolom, plat lantai dan
dinding dari lantai 7 hingga 14. Untuk uraiannya berupa :
1. Pekerjaan skafolding
2. Pekerjaan acuan dan perancah
3. Pekerjaan penulangan
4. Pengecoran
4.2.

Lingkup Pekerjaan
4.2.1.1 Pekerjaan Pembesian Kolom

Pekerjaan pembesian kolom diawali dengan pemotongan dan


pembengkokan besi yang dilakukan di lokasi proyek di lapangan terbuka.
Tulangan dan sengkang akan dipakai terlebih dahulu diukur lalu dipotong dan
dibentuk dan panjang yang diinginkan. Tulangan dan sengkang yang telah
dibentuk dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dipasang ataupun dirangkai. Adapun
alat yang dipakai pada pembesian kolom yaitu meja pembengkokan, alat
pembengkok besi, alat pemotong besi, meteran, kawat, tang kakak tua dengan
bahan yaitu besi ulir. Lalu memasuki tahap perakitan, perakitan besi itu sendiri
dilakukan dilokasi pemasangan kolom tersebut, hal ini dilakukan untuk
memudahkan pekerjaan dan untuk menghemat waktu.
Tenaga kerja dalam pelaksanaan pembesian kolom berkisar antara 4 6
orang pekerja. Berikut adalah tipe tipe kolom dan beserta spesifikasinya dimulai
dari lantai 7 14, karena ketika praktikan memulai PKL, struktur bangunan di
proyek sudah memasuki lantai 7.
Pekerjaan kolom ini terdiri dari :

24

Tipe
Kolom
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K 10
K 11
K 12
K 13
K 14
K 15
K 16
K 17
K 18
K 19
K 20

a. Tipe kolom dilantai 7


Ukuran
Sengkang type A
Tul.
(m)
Utama
(BXH)
Ujung
Tengah
Joint
0,9 X 0,9
44 D25 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
38 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
34 D25 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
28 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
40 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1,1 x 1,1
34 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
34 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1,1 x 1,1
36 D25 D13-100 D13-200 D13-100
1,1 x 1,1
32 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1,2 x 1,2
40 D25 D13-100 D13-200 D13-100
0,9 X 0,9
34 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
24 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
28 D25 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
24 D32 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
30 D25 D13-100 D13-200 D13-100

Sengkang type B
Ujung
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

TIDAK ADA
0,7 X 0,7

28 D32

D13-100 D13-200 D13-100

D13-100

b. Tipe kolom dilantai 8

25

Tipe
Kolom

Ukuran
(m)
(BXH)

Tul.
Utama

Sengkang type A
Ujung

Tengah

Sengkang type B
Joint

Ujung

26

K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K 10
K 11
K 12
K 13
K 14
K 15
K 16
K 17
K 18
K 19
K 20

0,9 X 0,9
1X1
1X1
1X1
0,9 X 0,9
1,1 x 1,1
1X1
1,1 x 1,1
1,1 x 1,1
1,1 x 1,1
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9

36 D25
32 D25
32 D25
28 D25
30 D32
30 D25
28 D32
32 D25
32 D25
36 D25
30 D32
24 D32
28 D25
24 D32
24 D25

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100 D13-200 D13-100

D13-100

TIDAK ADA
0,7 X 0,7

28 D32

c. Tipe kolom dilantai 9 dan 10


Tipe
Kolom

Ukuran
(m)
(BXH)

Tul.
Utama

Sengkang type A
Ujung

Tengah

Sengkang type B
Joint

Ujung

27

K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K 10
K 11
K 12
K 13
K 14
K 15
K 16
K 17
K 18
K 19
K 20

0,8 X 0,8
1X1
1X1
1X1
0,9 X 0,9
1X1
1X1
1,1 x 1,1
1,1 x 1,1
1,1 x 1,1
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9

36 D25
28 D25
32 D25
28 D25
30 D25
30 D25
28 D25
32 D25
32 D25
36 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100 D13-200 D13-100

D13-100

TIDAK ADA
0,7 X 0,7

24 D32

d. Tipe kolom dilantai 11


Tipe
Kolom

Ukuran
(m)
(BXH)

Tul.
Utama

Sengkang type A
Ujung

Tengah

Sengkang type B
Joint

Ujung

28

K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K 10
K 11
K 12
K 13
K 14
K 15
K 16
K 17
K 18
K 19
K 20

Tipe
Kolom
K1

0,8 X 0,8
1X1
1X1
1X1
0,8 X 0,8
1X1
1X1
1X1
1,1 x 1,1
1,1 x 1,1
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,8 X 0,8

28 D25
28 D25
32 D25
28 D25
30 D25
26 D25
28 D25
28 D25
32 D25
36 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100 D13-200 D13-100

D13-100

TIDAK ADA
0,7 X 0,7

24 D32

e. Tipe kolom dilantai 12


Ukuran
Sengkang type A
Tul.
(m)
Utama
(BXH)
Ujung
Tengah
Joint
0,8 X 0,8
20 D25 D13-100 D13-200 D13-100

Sengkang type B
Ujung
D13-100

29

K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K 10
K 11
K 12
K 13
K 14
K 15
K 16
K 17
K 18
K 19
K 20

Tipe
Kolom
K1
K2

1X1
1X1
1X1
0,8 X 0,8
1X1
1X1
1X1
1,1 x 1,1
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,9 X 0,9
0,8 X 0,8

28 D25
28 D25
28 D25
26 D25
26 D25
28 D25
28 D25
32 D25
28 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100

D13-100

TIDAK ADA
0,7 X 0,7

24 D25

D13-100

D13-200

f. Tipe kolom dilantai 13 dan 14


Ukuran
Sengkang type A
Tul.
(m)
Utama
(BXH)
Ujung
Tengah
Joint
0,7 X 0,7
20 D22 D13-100 D13-200 D13-100
1X1
28 D25 D13-100 D13-200 D13-100

Sengkang type B
Ujung
D13-100
D13-100

30

K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K 10
K 11
K 12
K 13
K 14
K 15
K 16
K 17
K 18
K 19
K 20

1X1
1X1
0,7 X 0,7
0,9 X 0,9
1X1
1X1
1X1
0,9 X 0,9
0,8 X 0,8
0,8 X 0,8
0,8 X 0,8
0,8 X 0,8
0,8 X 0,8

28 D25
28 D25
24 D22
22 D25
28 D25
28 D25
28 D25
28 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25
24 D25

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200
D13-200

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100

D13-100 D13-200 D13-100

D13-100

TIDAK ADA
0,7 X 0,7

20 D25

31

4.2.1.2 Pekerjaan Pembesian Balok dan Plat lantai


Pemotongan dan pembengkokan tulangan balok lantai dan Plat
lantai dilakukan dilokasi kerja. Tulangan-tulangan yang telah dibentuk
diangkat ke tempat perakitan dengan menggunakan Tower Crane untuk
dirakit oleh pekerja. Pekerjaan balok dan plat lantai ini terdiri dari :
A. Balok tipe 1

32

B. Balok tipe 2

C. Balok tipe 3

33

D. Balok tipe 4

E. Balok tipe 5

34

F. Plat lantai type FS 1

35

G. Plat lantai type FS 2

36

H. Plat lantai type FS 3

37

I. Plat lantai type FS 4

38

J. Plat lantai type FS 5

39

K. Plat lantai type FS 6

40

L. Plat lantai type FS 7

41

M. Plat lantai type FS 8

42

N. Plat lantai type FS 9

43

O. Plat lantai type FS 10

44

P. Plat lantai type s 1

45

Q. Plat lantai type s 2

46

R. Plat lantai type s 3

47

S. Plat lantai type s 4

48

T. Plat lantai type s 5

49

U. Plat lantai type s 6

50

V. Plat lantai type s 7

51

W. Plat lantai type s 8

52

X. Plat lantai type s 9

53

Y. plat lantai type s 10

54

Z. plat lantai type s 11

Pada pembesian plat lantai dan balok, tulangan yang telah disiapkan
langsung dirangkai dan dipasang pada tempat yang telah ditentukan sesuai
dengan ukuran dan dimensinya. Besi yang digunakan pada plat lantai adalah
besi berdiameter 10, 13, 16, dan 22 mm ditambah untuk plat lantai
menggunkan wire mess. Untuk mutu tulangannya adalah 400 MPa karena
menggunkan besi ulir. Pembuatannya langsung dilakukan di atas bikisting
lantai yang telah dibuat. Untuk menjaga agar kedudukan rangkaian tulangan

55

tidak menempel pada bikisting , maka setiap jarak 50 cm dipasang beton tahu
yang adukannya 1 pc : 2 ps dengan ketebalan 3 cm dibawah tulangan lapisan
bawah.
Adapun alat yang dipakai pada pembesian balok dan plat lantai
yaitu meteran, kawat, tang kakak tua dengan bahan yaitu besi ulir. Tenaga
kerja dalam pelaksanaan pembesian balok dan plat lantai berkisar antara 6 - 12
orang pekerja.

4.2.2.1 Pembuatan dan pemasangan bekisting kolom


Pekerjaan mal dilakukan setelah pekerjaan pembesian selesai.
Papan mal untuk kolom dibuat sesuai bentuk dan ukuran kolom yang
direncanakan. Papan mal atau bekisting di proyek tempat praktikan melaksanakan
PKL, menggunakan sistem bekisting modern, sehingga untuk bekisting kolom
sendiri sudah ada cetakannya yang sudah jadi, sehinga tukang tidak perlu
membuat lagi, hanya tinggal memasangnya pada tulangan kolom yang sudah jadi,
dan dikuatkan dengan menggunakan sekur untuk menghindari terjadinya
pergeseran pada saat pengecoran. Untuk pengangkatan mal kolom dari bagian
bawah ke atas, diangkat menggunakan tower crane. Sementara untuk papan mal
yang sudah terpakai, akan digunakan kembali nanti untuk proses pengecoran
selanjutnya.
Untuk memeriksa tegak lurusnya mal digunakan unting-unting
yang telah diikatkan dengan benang yang kemudian digantung pada papan mal.
Bila jarak antara benang dengan papan mal di bagian bawah dan atas telah sama,
bearti papan ini telah tegak lurus.Dalam pekerjaan pemasangan mal ini diperlukan
3 orang tenaga kerja untuk memasang mal pada tulangan kolom yang sudah
terpasang.
4.2.2.2 Pembuatan dan pemasangan bekisting balok dan plat lantai
Metode Pembuatan bekisting pada dasarnya adalah bagaimana
cetakan beton dapat memikul beban beton diatasnya terutama pada plat saat
pengecoran. Oleh sebab itu papan bekisting menggunakan kayu keras dengan
kualitas baik (rata,kokoh dan baik). Ini bertujuan agar diperoleh hasil beton yang
rapi. Dengan hasil ini, finishing beton akan lebih mudah dan cepat terselesaikan.
Untuk plat struktur menggunakan kayu bekisting Multipleks 9 mm, dengan
perancah scafolding.
Pembentukan mal dilakukan diatas frame yang telah diletakkan
dibawahnya, sedangkan pada bagian sisi atas dibiarkan terbuka untuk pengecoran.
Mal harus datar agar menghasilkan kotak mal yang baik. Antara tripleks satu

56

dengan tripleks yang lainnya harus rapat dan dipakai selotip karna tidak boleh ada
rongga atau celah, agar adukan beton tidak merembes keluar mal. Pemasangan
bekisting dilakukan sebelum pemasangan tulangan, bekisting tersebut sudah
dirangkai sesuai dengan ukuran dan dimensinya. Peralatan yang dibutuhkan saat
pembuatannya adalah gergaji, palu, meteran,waterpass, pahat kayu, dan lain-lain
yang dianggap perlu. Adapun bahan-bahannya adalah tripleks 9mm, dolken kayu
8, Kayu kelas III, Balok kayu kelas II, Paku kayu 5cm 12 cm, Minyak
bekisting, dan lain-lain.Pada pekerjaan ini pekerja yang dibutuhkan mencapai 2530 orang. Dengan alat yang digunakan palu, tang kakak tua, linggis.

4.2.3.1 Pekerjaan pengecoran kolom


Pengecoran akan segera dilaksanakan setelah pembesian dan
pemasangan mal. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu diperiksa
pembesian dan mal untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengecoran.
Papan mal harus kokoh dan benar.
Adukan campuran pengecoran berpedoman pada data mix
design yang telah diteliti. Dari hasil penelitian tersebut adukan campuran yang
dipakai adalah campuran 1 semen, 2 pasir dan 3 kerikil dengan mutu beton fc 30
dan 40 MPa. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor
harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas. Adukan semen
yang berasal dari truk mixer dituangkan ke dalam bucket sampai terisi penuh lalu
bucket tersebut diangkat menggunakan tower crane. Setelah tiba dititik atau
dilokasi yang akan dicor, operator bucket akan menuangkan adukan semen
dengan cara membuka secara perlahan tutup bucket. Selama proses penuangan
sekitar 3 5 pekerja akan meratakan adukan semen atau beton yang menumpuk
dan ada pekerja yang akan menggunakan vibrator, supaya adukan semen atau
beton menjadi padat atau merata.
Peralatan yang digunakan adalah bucket, tower crane, vibrator, dan
alat-alat lain yang mendukung. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada pekerjaan ini
adalah 1 orang mandor, 1 orang pengawas, 1 orang kepala tukang, 2 orang tukang
dan 8 orang pekerja.
4.2.3.2 Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai
Sebelum pengecoran dimulai hendaklah semua bikisting
dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat dan juga diadakan pemeriksaan
letak tulangan maupun letak bikisting. Pengecoran balok dan plat lantai yang
merupakan beton struktural menggunakan mutu beton fc 30 dan 40 MPa yang
campurannya diperoleh dari hasil Mix design, Mix design harus dilakukan di
laboratorium yang berwenang dan independent, perbandingan campuran adalah
1:2:3 terdiri dari 1 zak semen, 2 tong pasir, 3 tong kerikil. untuk selimut beton

57

dipakai 4 cm, dengan slump test (122) cm. Pengecoran harus dilakukan sesuai
prosedur karena sangat berpengaruh kepada kekakuan bangunan. Peralatan yang
digunakan adalah tower crane, vibrator, bucket, dan alat-alat lain yang
mendukung. Adapun bahan bahan yang digunakan adalah adukan semen atau
beton yang sudah dibuat sedemikian rupa sesuai mutu beton yang diminta.Volume
pada pengecoran balok dan plat lantai dalam 1 hari biasanya mencapai 110 m3.
Dengan pekerja mencapai 5 8 orang pekerja.

4.2.4

Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom, balok dan plat lantai


Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom, balok dan plat lantai ini
dilakukan setelah beton mencapai umur 2 - 3 hari. Pekerjaan ini dilakukan hatihati agar bekisting tidak rusak. Pembongkaran dilakukan dengan cara membuka
sekur sekur yang terpasang pada bekisting kolom, balok, maupun plat lantai.
Lalu untuk bekisting kolom, akan diangkat menggunakan tower crane ke tempat
kolom yang akan dicor berikutnya. Sementara untuk balok baik bekisting atau
sekur sekurnya akan dirapikan disatu tempat dan kemudian akan diangkat oleh
tower crane ke tempat pemasangan bekisting balok dan plat lantai berikutnya.
Agar memudahkan pembongkaran, pekerja menggunakan linggis. Bekisting yang
telah dibongkar lalu dibersihkan dan disimpan pada tempat yang terlindung agar
dapat digunakan pada pekerjaan berikutnya. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah
sekitar 3 - 4 orang pekerja untuk pembongkaran bekisting kolom, sementara untuk
pembongkaran bekisting balok dan plat lantai sekitar 5 8 pekerja.
4.2.5 Perawatan Beton
Perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-kira
2 hari setelah pengecoran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mencegah
pengeringan bidang-bidang beton yang dapat menyebabkan retak-retak pada
beton. Perawatan kolom ini dilakukan dengan cara menyiram air kepermukaan
beton selama 3 hari. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton
selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2
(dua) minggu jika tidak ditentukan lain, tetapi sejauh pengamatan praktikan,
perawatan beton di lapangan tidak dilakukan sama sekali.

58

BAB V
PENUTUP

5.1.

KESIMPULAN

59

DAFTAR PUSTAKA

vii

Foto-foto PKL

Anda mungkin juga menyukai