Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

2.1.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

Gambar 2.1 Pembangkit Tenaga Diesel

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah Pembangkit listrik yang

menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover). Prime

mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkan energi

mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Mesin diesel sebagai

penggerak mula PLTD berfungsi menghasilkan tenaga mekanis yang

dipergunakan untuk memutar rotor generator.

PLTD merupakan suatu instalasi pemabangkit listrik yang terdiri dari suatu

unit pembangkit (SPD) dan sarana pembangkitan. Mesin Diesel adalah

penggerak utama untuk mendapatkan energi listrik dan dikeluarkan oleh

Generator . Pada mesin Diesel Energi Bahan bakar diubah menjadi energi

4
5

mekanik dengan proses pembakaran di dalam mesin itu sendiri. Mesin Diesel

pada saat ini sudah banyak mengalami perkembangan dalam pemakaian untuk

angkutan darat dan laut, kemudian pembangkitan dalam daya kecil dan

menengah bahkan sampai daya besar sudah ada yang menggunakannya. Untuk

mempermudah dalam melakukan pemeliharaan Mesin Diesel para teknisi harus

mempunyai dasar-dasar pengetahuan mengenai Mesin Diesel yang baik, agar

setiap melakukan pemeliharaan para teknisi dapat memperlakukan setiap

komponen yang berada dalam mesin, sesuai dengan konstruksinya.

Yang dimaksud dengan Unit PLTD adalah kesatuan peralatan-peralatan

utama dan alat-alat bantu serta perlengkapannya yang tersusun dalam

hubungan kerja, membentuk sistem untuk mengubah energi yang terkandung

didalam bahan bakar minyak menjadi tenaga mekanis dengan menggunakan

mesin diesel sebagai penggerak utamanya.dan seterusnya tenaga mekanis

tersebut oleh generator diubah menjadi tenaga listrik.

PLTD adalah suatu instalasi pembangkit listrik yang terdiri dari suatu unit

pembangkit ( SPD ) dan sarana pembangkitan. Mesin Diesel adalah penggerak

utama untuk mendapatkan energi listrik dan dikeluarkan oleh Generator . Pada

mesin Diesel Energi Bahan bakar diubah menjadi energi mekanik dengan proses

pembakaran didalam mesin itu sendiri.

2.1.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

Bahan bakar di dalam tangki penyimpanan bahan bakar dipompakan ke

dalam penyimpanan sementara namun sebelumnya disaring terlebih dahulu.

Kemudian disimpan di dalam tangki penyimpanan sementara (daily tank).


6

Jika bahan bakar adalah bahan bakar minyak (BBM) maka bahan bakar

dari daily tank dipompakan ke Pengabut (nozzel), di sini bahan bakar dinaikan

temperaturnya hingga manjadi kabut. Menggunakan kompresor udara bersih

dimasukan ke dalam tangki udara start melalui saluran masuk (intake manifold)

kemudian dialirkan ke turbocharger. Di dalam turbocharger tekanan dan

temperatur udara dinaikan terlebih dahulu. Udara yang dialirkan pada umumnya

sebesar 500 psi dengan suhu mencapai ±600°C.Udara yang bertekanan dan

bertemperatur tinggi dimasukan ke dalam ruang bakar (combustion chamber).

Bahan bakar dari convertion kit (untuk BBG) atau nozzel (untuk BBM)

kemudian diinjeksikan ke dalam ruang bakar (combustion chamber). Di dalam

mesin diesel terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan

udara murni yang dimanfaatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi (35 -

50 atm), sehingga temperatur di dalam silinder naik. Dan pada saat itu bahan

bakar disemprotkan dalam silinder yang bertemperatur dan bertekanan tinggi

melebihi titik nyala bahan bakar sehingga akan menyala secara otomatis yang

menimbulkan ledakan bahan bakar.

Ledakan pada ruang bakar tersebut menggerak torak/piston yang

kemudian pada poros engkol dirubah menjadi energi mekanis. Tekanan gas hasil

pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang dihubungkan

dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak

bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak

rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol

juga diubah menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.


7

Poros engkol mesin diesel digunakan untuk menggerakan poros rotor

generator. Pada generator energi mekanis ini dirubah menjadi energi listrik

sehingga terjadi gaya gerak listrik (ggl). Ggl terbentuk berdasarkan hukum

faraday. “Hukum faraday menyatakan bahwa jika suatu penghantar berada

dalam suatu medan magnet yang berubah-ubah dan penghantar tersebut

memotong gais-garis gaya magnet yang dihasilkan maka pada penghantar

tersebut akan diinduksikan gaya gerak listrik.”

2.1.3 Pola Jaringan Distribusi Primer

Pada saluran distribusi dikenal berbagai macam jenis feeder (penyulang),

ada yang sebagai feeder primer dan ada yang sebagai feeder sekunder. Jenis-

jenis feeder ini sangat diperlukan dalam memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan

pada pelanggan. Secara umum konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya

mempunyai 2 konsep konfigurasi:

a. Jaringan distribusi Radial

b. Jaringan bentuk tertutup

a. Jaringan radial

Jaringan distribusi radial merupakan bentuk jaringan yang paling

sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang

menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial. Diagram satu garis sistem

radial dapat dilihat pada gambar

Jaringan radial yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika

terjadi gangguan akan terjadi “black‐out” atau padam pada bagian yang tidak

dapat dipasok.
8

Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial

Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah

dibandingkan dengan sitem yang lain. Sedangkan kerugiannya adalah keandalan

sistemnya lebih rendah dibandingkan dengan sistem yang lainnya, hal ini

disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu

distribusi, sehingga apabila jalur utama mengalami ganguan, maka seluruh gardu

akan ikut mengalami pemadaman.

b. Jaringan bentuk tertutup

Yaitu jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi

gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (black‐out) dapat

dikurangi atau bahkan dihindari.


9

Gambar 2.3 Pola Jaringan Distribusi Dasar

Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasi‐konfigurasi

jaringan sesuai dengan maksud perencanaannya sebagai berikut :

1. Konfigurasi Fish‐Bone (Tulang Ikan)

Konfigurasi fishbone ini adalah tipikal konfigurasi dari saluran udara

Tegangan Menengah beroperasi radial. Pengurangan luas pemadaman

dilakukan dengan mengisolasi bagian yang terkena gangguan dengan memakai

pemisah [Pole Top Switch (PTS), Air Break Switch (ABSW)] dengan koordinasi

relai atau dengan sistem SCADA. Pemutus balik otomatis PBO (Automatic

Recloser) dipasang pada saluran utama dan saklar seksi otomatis SSO

(Automatic Sectionalizer) pada pencabangan

Gambar 2.4 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone).

2. Konfigurasi Kluster (Cluster / Leap Frog)


10

Konfigurasi saluran udara Tegangan Menengah yang sudah bertipikal

sistem tertutup, namun beroperasi radial (Radial Open Loop). Saluran bagian

tengah merupakan penyulang cadangan dengan luas penampang penghantar

besar.

Gambar 2.5 Konfugurasi Kluster (Leap Frog).

3. Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)

Jaringan distribusi Spindel merupakan suatu pola kombinasi jaringan dari

pola radial dan ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang dengan sumber

tegangan yang berasal dari gardu induk distribusi dan kemudian disalurkan pada

sebuah gardu hubung. Pada tipe ini biasanya terdiri dari beberapa penyulang

aktif dan sebuah penyulang langsung (express) yang akan terhubung dengan

gardu hubung. Pola spindle biasanya digunakan pada jaringan tegangan

menengah yang menggunakan kabel tanah/ saluran kabel tanah tegangan

menengah (SKTM).

Pada konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu penyulang cadangan

(standby atau express feeder) dan penyulang operasi (working feeder).

Penyulang cadangan tidak dibebani dan berfungsi sebagai back‐up supply jika

terjadi gangguan pada penyulang operasi.Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka

faktor pembebanan hanya 50%.


11

Berdasarkan konsep Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6

penyulang operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan

konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujung‐ujung penyulang berakhir pada

gardu yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi penyulang operasi “NO”

(Normally Open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi “NC” (Normally

Close).

Gambar 2.6 Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration).

4. Konfigurasi Fork

Konfigurasi ini memungkinkan 1 (satu) Gardu Distribusi dipasok dari 2

penyulang berbeda dengan selang waktu pemadaman sangat singkat (Short

Break Time). Jika penyulang operasi mengalami gangguan, dapat dipasok dari

penyulang cadangan secara efektif dalam waktu sangat singkat dengan

menggunakan fasilitas Automatic Change Over Switch (ACOS). Pencabangan

dapat dilakukan dengan sadapan Tee– Off (TO) dari Saluran Udara atau dari

Saluran Kabel tanah melalui Gardu Distribusi.


12

Gambar 2.7 Konfigurasi Fork.

5. Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)

Konfigurasi yang terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari

sumber atau Gardu Induk yang berakhir pada Gardu Distribusi.Konfigurasi ini

dipakai jika beban pelanggan melebihi kemampuan hantar arus penghantar.

Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang cadangan, guna

mempertahankan kontinuitas penyaluran. Sistem harus dilengkapi dengan rele

arah (Directional Relay) pada Gardu Hilir (Gardu Hubung).

Gambar 2.8 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration).

6. Konfigurasi Jala‐Jala (Grid, Mesh)


13

Konfigurasi jala‐jala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai

arah ke titik beban. Rumit dalam proses pengoperasian, umumnya dipakai pada

daerah padat beban tinggi dan pelanggan‐pelanggan pemakaian khusus.

Gambar 2.9 Konfigurasi Jala‐jala (Grid, Mesh).

7. Konfigurasi lain‐lain

Selain dari model konfigurasi jaringan yang umum dikenal sebagaiman

diatas, terdapat beberapa model struktur jaringan yang dapat dipergunakan

sebagai alternatif model- model struktur jaringan.

a) Struktur Garpu dan Bunga

Struktur ini dipakai jika pusat beban berada jauh dari pusat listrik/Gardu

Induk. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) berfungsi sebagai pemasok, Gardu

Hubung sebagai Gardu Pembagi, Pemutus Tenaga sebagai pengaman dengan

rele proteksi gangguan fasa‐fasa dan fasa‐tanah pada JTM yang berawal dari

Gardu Hubung.
14

Gambar 2.10 Konfigurasi Struktur Garpu.

Gambar 2.11 Konfigurasi Struktur Bunga.

b) Struktur Rantai

Struktur ini dipakai pada suatu kawasan yang luas dengan pusat‐pusat

beban yang berjauhan satu sama lain.


15

Gambar 2.12 Konfigurasi Struktur Rantai

2.1.4 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi

Sistem pengaman bertujuan untuk mencegah, membatasi atau melindungi

jaringan dan peralatan terhadap bahaya kerusakan yang disebabkan karena

gangguan, baik gangguan yang bersifat temporer maupun permanen, sehingga

kualitas dan keandalan penyaluran daya listrik dapat terjamin dengan baik.

Adapun fungsi dari sistem pengaman adalah :

a) Melokalisir gangguan untuk membebaskan peralatan dari gangguan.

b) Membebaskan bagian yang tidak bekerja normal, untuk mencegah

kerusakan.

c) Memberi petunjuk atau indikasi atas lokasi serta macam dari kegagalan.

d) Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi

kepada konsumen.

e) Untuk mengamankan keselamatan manusia terutama terhadap bahaya

yang ditimbulkan listrik.

2.1.5 Konstruksi SUTM/SKUTM

1. Penghantar

a. Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)


16

Gambar 2.13 Bare Conductor

Bare conductor yaitu konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau

alluminium (Al) yang di pilin bulat padat ,

b. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)

Gambar 2.14 Kabel AAAC-S

Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material

XLPE (croslink polyetilene langsung), Kabel udara dengan ketahanan isolator 6

kV / half insulated – AAAC – S yang berukuran 150 mm² dan 70 mm² Konstruksi

Jaringan yang memakai Penghantar AAAC – S sama dengan AAA – C murni.

Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila melakukan penggantian AAAC


17

menjadi AAAC – S, mengingat beban massa jaringan bertambah 37 %. Perlu

dipertimbangkan pemasangan penopang tiang / Guy wire pada tiang – tiang

sudut dan tiang akhir..

c. Kabel udara dengan ketahanan isolator penuh

Gambar 2.15 Kabel Penghantar Berisolasi Penuh

(24 kV / Fasa – Fasa ) dari jenis NFA2XSEY – T, berukuran ( 3 x 150 A1 +

90 SE ) dan 9 3 x 70 A1 + 70 SE.

Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core) XLPE dan berselubung

PVC berpenggantung penghantar baja dengan tegangan Pengenal 12/20 (24) kV

Penghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh

2. Isolator

Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan

tiang penopang dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :

a. Isolator Tumpu
18

Gambar 2.16 Isolator Tumpu

b. Isolator Tarik

Material dasar isolator tarik dapat berupa keramik atau gelas atau polimer

Gambar 2.17 Isolator Tarik

3. Tiang

Tiang berfungsi untuk menopang penghantar. Tiang listrik dapat berupa

tiang kayu,besi atau beton.

4. Peralatan Hubung (Switching)


19

Gambar 2.18 LBS

Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk

maksud kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break

Switch : LBS).

5. Proteksi

Menurut buku PLN nomor 5 (2010:8) peralatan proteksi jaringan SUTM

terdiri dari :

1. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )

2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)

3. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)

4. Penghantar tanah (Shield Wire)


20

Gambar 2.19 Recloser

Gambar 2.20 LBS Motorizer


21

Gambar 2.21 FCO

Proteksi lainnya seperti FCO (Fused Cut-Out) dipasang pada aftak, main

line, dan pada gardu distribusi. Pentanahan pada gardu dan tiang, serta lightning

arrester/arching horn dipasang sebagai proteksi petir

6. Gardu Distribusi

a. Jenis-jenis gardu distribusi

1. Gardu Portal

Gardu Portal adalah gardu listrik jenis terbuka (out-door) dengan memakai

konstruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang –

kurangnya 3 meter di atas tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas

kemudahan
22

kerja teknisi operasi dan pemeliharaan. Transformator dipasang bagian

atas dan lemari panel atau PHB-TR pada bagian bawah.

2. Gardu Cantol

Gardu Cantol adalah tipe gardu distribusi jenis pasangan luar (outdoor)

yang terpasang dengan konstruksi 1 tiang dan memiliki transformator yang

terpasang jenis 3 phasa atau 1 phasa dengan tipe CSP (Completely Self

Protected Transformator) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah

terpasang lengkap dalam tangki transformator.

3. Gardu Beton

Gambar 2.22 Gardu Beton

Gardu beton adalah gardu distribusi tipe pasangan dalam, karena pada

umumnya seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator, peralatan

switching, dan proteksi terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang,


23

dibangun dan difungsikan dengan konstruksi bangunan pelindung terbuat dari

beton (masonrywall building). Dalam pembangunannya semua peralatan di

rancang dan dipasang pada lokasi sesuai dengan ukuran bangunan gardu.

Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi

keselamatan ketenagalistrikan

4. Gardu Kios

Gardu kios adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja,

fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana

pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu kios

kompak, kios modular dan kios bertingkat. Gardu ini dibangun ditempat-tempat

yang tidak diperbolehkan membangun gardu beton

5. Gardu Hubung

Gambar 2.23 Gardu Hubung


24

Switching Substation adalah gardu yang berfungsi sebagai sarana

manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program

pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas

pelayanan. Isi dari instalasi gardu hubung adalah rangkaian sakelar beban (Load

Break Switch – LBS), dan atau pemutus tenaga yang terhubung paralel.

2.2 Gangguan

Gangguan dapat menimbulkan kerusakkan yang besar pada sistem tenaga

listrik. Gangguan dapat mengakibatkan kontinuitas, keandalan dan mutu

pelayanan daya pada konsumen mengalami penurunan.gangguan dapat

dibedakan antara lain:

2.2.1 Menurut lamanya waktu terjadi gangguan

Menurut lamanya waktu terjadi gangguan dapat dibedakan atas :

a) Gangguan permanen (persistent in nature)

Pada gangguan permanen baru dapat dihilangkan setelah dilakukan

perbaikan atau mengisolir bagian yang terganggu dengan bekerja pemutus daya

yang tak kurang dari 80 menit, misal gangguan listrik yang mengakibatkan

putusnya kawat.

b.) Gangguan sementara (non persistent in nature)

Gangguan sementara terjadi dalam waktu singkat saja (temporer),

kemungkinan sistem kembali pada keadaan normal misalnya oleh petir / burung.

Pada gangguan sementara pemutusan dan penutupan kembali dapat dilakukan

secara otomatis oleh Recloser, bila pemutusan kurang dari 2 menit selebihnya

waktu itu harus secara manual.


25

2.2.2 Berdasarkan jenisnya gangguan

Berdasarkan jenisnya gangguan dibagi menjadi :

1. Hubung singkat satu kawat fasa ke tanah

Hubung singkat satu kawat fasa ke tanah adalah gangguan karena adanya

hubungan satu kawat fasa ke tanah, baik secara langsung maupun melalui

perantara lain.

Hubung singkat satu fasa ke tanah adalah gangguan hubung singkat yang

terjadi karena flashover antara penghantar fasa dan tanah (tiang travers atau

kawat tanah pada SUTM). Gangguan ini bersifat temporer, tidak ada kerusakan

yang permanen di titik gangguan. Pada gangguan yang tembusnya (breakdown)

adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen.

Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker

oleh relay pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap

dioperasikan kembali. Jika terjadi gangguan satu fasa ke tanah, arus

gangguannya hampir selalu lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa.

Hubung singkat antar fasa

Hubung singkat antar fasa yaitu gangguan karena adanya hubungan satu

kawat fasa dengan fasa yang lain secar langsung maupun dengan perantara

benda lain.

Hubung singkat dua fasa adalah gangguan hubung singkat yang terjadi

karena bersentuhannya antara penghantar fasa yang satu dengan satu

penghantar fasa yang lainnya sehingga terjadi arus lebih (over current).
26

Gangguan ini dapat diakibatkan oleh flashover dengan pohon- pohon yang

tertiup oleh angin. Jika terjadi gangguan hubung singkat dua fasa, arus hubung

singkatnya biasanya lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa. Adapun

formula perhitungan arus hubung singkatnya 2 fasa adalah :

2. Hubung singkat karena pembumian

Hubung singkat ini dikarenakan adanya kawat pembumian yang

mempunyai hubungan baik secara langsung maupun melalui perantara ke kawat

fasa.

3. Gangguan beban lebih

Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang

melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan

murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan.

4. Gangguan tegangan lebih

Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada

saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini

dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu :

a) Tegangan lebih power frekwensi.

Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada

AVR atau pengatur tap pada trafo distribusi.

b) Tegangan lebih surja

Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir. Dari

ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan

berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat.

Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada


27

gangguan hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung

mengatasi gangguan hubung singkat ini.

5. Kawat putus

Gangguan ini karena adanya penghantar saluran distribusi yang terputus

baik disebabkan karena tertimpa benda lain ataupun karena bahan dari

pengantar yang sudah tidak mampu beroperasi.

Periode permulaan arus hubung singkat akan mengalami lonjakkan

asimetri tapi kemudian akan berangsur-angsur menjadi stabil sebagai akibat

peredaman oleh impedansi.

2.2.3 Gangguan menurut sebabnya

Gangguan menurut sebabnya antara lain :

1. Surja petir atau surja hubung

Petir sering menyebabkan gangguan pada sistem tegangan tinggi sampai

150 - 220 KV, sedangkan pada sistem diatas 380 Volt yang menjadi sebab

utama adalah surja hubung.

2. Burung-burung atau daun-daun

Jika burung-burung atau daun-daun terbang dekat pada isolator gantung

dari saluran transmisi maka clearance (jarak aman) menjadi berkurang sehingga

ada kemungkinan terjadi loncatan api.

3. Polusi atau debu

Debu-debu yang menempel pada isolator merupakan konduktor yang bias

menyebabkan terjadinya loncatan api.

4. Pohon-pohon yang didekat transmisi.


28

Gambar 2.24 Tumbuhan Dekat Jaringan

5. Retak-retak pada isolator.

Dengan adanya retak pada isolator secara mekanis apabila ada petir yang

menyambar akan terjadi tembus (breakdown) pada isolator.


29

Gambar 2.25 Isolator Pecah

6. Kesalahan manusia (human error) yang disebabkan karena

kelalaian manusia.

7. Disebabkan oleh peralatan lain.

2.2.4 Gangguan yang sering terjadi

Peralatan sistem tenaga listrik yang seharusnya bekerja secara normal,

tapi tidak bekerja sesuai yang dikehendaki sehingga mengakibatkan

pendistribusian mengalami gangguan.antara lain :


30

a) Penghantar fasa menyentuh logam (yang terhubung ke tanah) melalui

penyangga saluran.

b) Penghantar fasa menyentuh kabel netral/tanahan pada tegangan rendah.

c) Logarnya Cengkraman penghantar

d) Gangguan loncatan listrik.

2.2.5 Pengaruh Akibat Gangguan

Pada dasarnya suatu gangguan adalah suatu keadaan sistem yang tak

normal. Bila hubung singkat dibiarkan berlangsung agak lama pada suatu sistem

daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dapat terjadi antara lain :

1. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya itu.

2. Rusaknya peralatan yang berada dekat dengan gangguan yang

disebabkan arus yang besar, arus tak seimbang atau tegangan- tegangan

rendah yang ditimbulkan oleh hubung singkat.

3. Ledakan-ledakkan yang mungkin terjadi pada peralatan yang

mengandung minyak isolasi sewaktu terjadi suatu hubung singkat dan yang

menimbulkan kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang

menanganinya dan merusak peralatan-peralatan lain.

4. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh

suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh sistem-sistem

pengaman yang berbeda-beda.

2.3 Sistem Proteksi

Proteksi sistem tenaga listrik adalah suatu alat untuk mengamankan sistem

tenaga listrik terhadap kondisi abnormal dari sistem itu sendiri. Kondisi abnormal
31

dapat berupa hubung singkat, tegangan lebih/ turun, frekuensi tidak stabil, beban

berlebihan dan arus lebih / turun..

Gambar 2.26 Perangkat Pengaman (Proteksi)

Pada dasarnya maksud dan tujuan dari proteksi adalah mencegah terjadinya

persinggungan antara benda-benda lain dengan penghantar arus listrik,

sehingga tidak timbul adanya bahaya hubung singkat antara penghantar tersebut

dengan penghantar lain yang tidak berfungsi mengalirkan arus.

Sehingga tujuan dari proteksi itu sendiri dapat dijabarkan sebagai berikut :
32

a) Untuk menghindari atau mengurangi kerusakkan-kerusakkan peralatan-

peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem).

b) Untuk mempercepat melokalisir bagian yang terganggu menjadi sekecil

mungkin.

c) Mencegah meluasnya gangguan.

d) Agar dapat memberi keandalan yang tinggi dan mutu yang baik kepada

konsumen.

e) Untuk mengamankan manusia dari bahaya yang ditumbulkan oleh listrik.

2.4 Peralatan Proteksi

2.4.1. Relay arus lebih (Over Current Relay/OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan

bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).

Prinsip kerja OCR pada dasarnya adalah suatu alat yang mendeteksi

besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau

besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.

Macam-macam karakteristik relay arus lebih (Over Current Relay/OCR) :

a) Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda), ketika arus yang mengalir

melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10

– 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah ini ;


33

Gambar 2.27 Karakteristik relay waktu seketika

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan

relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.

b) Relay arus lebih waktu tertentu ( Definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT (pemutus tenaga) pada

saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui

settingnya (Iset), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay

diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang

mengerjakan relay, dapat kita lihat pada gambar :

Gambar 2.28 Karakteristik relay waktu definite


34

c) Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse time)

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari

besarnya arus secara terbalik, makin besar arus makin kecil waktu tundanya.

Karakteristik ini bermacam-macam, setiap pabrik dapat membuat karakteristik

yang berbeda-beda. Karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok yaitu

standar inverse, very inverse dan extreemely inverse.

Gambar 2.29 Karakteristik relay waktu inverse

2.4.2. Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)

Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR) adalah alat yang

berfungsi untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya

gangguan satu fasa ketanah.

2.4.3. Saklar seksi otomatis (sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang

bersama-sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-up nya.

Alat ini menghitung jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan
35

back-up nya secara otomatis disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat

peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam posisi terbuka.

2.4.4. Pelebur (fuse cut out)

Fuse cut out adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya

bagian dari komponen yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya

untuk membuka rangkaian dimana pelebur tersebut dipasang dan memutuskan

arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena

pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen, maka pelebur

dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan tertentu.

2.4.5. Grounding

Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap

peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus

akibat kegagalan isolasi dan tegangan. Sistem pentanahan adalah suatu

tindakan pengamanan dalam jaringan distribusi yang langsung rangkaiannya

ditanahkan dengan cara mentanahkan badan peralatan instalasi yang

diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi, arus di alirkan ke bumi

2.4.6. Arrester dan Arcing horn

Pengamanan peralatan terhadap tegangan lebih petir umumnya

menggunakan arrester dan arcing horn. Arrester ini melindungi peralatan dengan

cara membatasi surja yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Arcing horn

adalah alat pelindung yang paling sederhana. Saat ada gangguan petir, petir itu

tidak langsung menghantam konduktor berisolasi melainkan kena arcing horn

yang akan menghindari adanya loncatan api, dari arcing horn tersebut petir akan

langsung jatuh ke tanah


36

2.4.7. Pemutus (PMT)

Pemutus tenaga listrik (PMT) adalah peralatan yang lazim terdapat pada

gardu induk tegangan tinggi. Peranan PMT ini sangat penting karena berfungsi

untuk memutus hubungkan rangkaian penyaluran daya listrik dari pusat

pembangkitan ke konsumen serta sekaligus sebagai bagian dari sistem proteksi.

PMT (Pemutus Tenaga ) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada

suatu system.

A. Klasifikasi PMT

Klasifikasi PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya,

dibagi menjadi empat jenis yaitu :

1. PMT minyak

PMT minyak digunakan unutuk besaran arus sampai dengan 10 KA pada

tegangan 500 KV.Pada saat terjadi pemutusan kontak, busur api akan terjadi

dalam minyak,akibatnya minyak akan menguap dan timbul gelembung gas yang

menyelubungi busur api. Akibat panas dari busur api minyak mengalami

dekomposisi dan menghasilkan gas Hydrogen yang bersifat menghambat

produksi ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung pada

pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga pada je nis gas hasil de

komposisi minyak.

2. PMT udara hembus

PMT dengan udara hembus, adalah PMT yang dilengkapi dengan

penghembus udara, yang diguakan untuk menghembus busur api, sampai

bususr api padam, sehingga tidak menyebabkan kerusakan. PMT udara hembus
37

dapat digunakan untuk memutus arus sampai dengan 40 KA dan pada tangkaian

bertegangan 765 KV, PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan

PMT ,minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang

tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak sehingga

pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat

busur api timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozle

pada kontak pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh

hembusan udara tekanan tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-partikel

bermuatan dari sela kontak, udara ini juga berfungsiuntuk mencegah restriking

voltage.(tegangan pukul ulang).

3. PMT vakum

PMT Vakum adalah PMT yang dilengkapi dengan penghisap busur api.

Prinsip kerjanya apabila terrjadi busur api, maka busur api akan terhisap oleh lata

vakum tersebut, sehingga busur api tidak menyebabkan kerusakan. PMT Vakum

dapat digunakan sampai tegangan 38 KV, dimana kontak ditempatkan pada

suatu biik vakum. Untuk mencagah udara masuk ke dalam bilik , maka bilik ini

harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.

4. PMT dengan gas SF6

PMT dengan media isolasi Gas dapat digunakan untuk memutus arus

sampai 40 kA pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang

digunakan pada tipe ini adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6

murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah

terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak

metal, plastik dan bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus
38

tenaga tegangan tinggi. Sifat lain dari gas SF6 adalah mampu mengembalikan

kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api

dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau

membuka.

2.4.8. Recloser

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) Recloser

adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang dilengkapi kotak kontrol

elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu suatu peralatan elektronik

sebagai kelengkapan recloser dimana peralatan ini tidak berhubungan dengan

tegangan menengah dan pada peralatan ini recloser dapat dikendalikan cara

pelepasannya. Dari dalam kotak kontrol inilah pengaturan (setting) recloser dapat

ditentukan.

Alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu

sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara

bekerjanya adalah untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang

dapat diatur selang waktunya, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser

tidak membuka tetap (lock out), kemudian recloser akan menutup kembali

setelah gangguan itu hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah

membuka atau menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian

recloser akan membuka tetap (lock out).

Recloser (Pemutus Balik Otomatis) merupakan peralatan proteksi,

pembatas, maupun pemutus beban yang sering digunakan pada sistem distribusi

tenaga listrik yang ditempatkan di jaringan yang dapat bekerja secara otomatis

dalam memutus beban yang dilengkapi dengan relai-relai proteksi secara OCR
39

(Over Current Relay) dan GFR (Ground Fault Relay) yang telah di setting sesuai

dengan kondisi di lapangan. Peralatan ini bekerja berdasarkan arus gangguan

yang terjadi.

Recloser hampir sama dengan CB, dan digunakan juga untuk pengalokasi

gangguan karena diletakkan di saluran distribusi. Adapun recloser dan kontrolnya

terdapat pada tiang yang sama.

A. Klasifikasi Recloser pada SUTM dan Cara Kerjanya

Recloser yang terpasang pada saluran udara tegangan menengah 20 KV

dapat diklasifikasikan:

1. Berdasarkan jumlah fasanya

a) Fasa Tunggal

b) Fasa Tiga

2. Berdasarkan media pemadam busurnya :

a) Media minyak

b) Media hampa udara (vacum)

3. Berdasarkan peralatan pengendalinya

1. Recloser terkendali hidrolik

2. Recloser terkendali elektronik

1. Berdasarkan Jumlah Fasanya

a) Recloser satu fasa

Recloser ini dipakai untuk pengaman saluran fasa, misalnya saluran

cabang satu fasa dari saluran cabang satu fasa dari saluran utama tiga fasa.

Dapat juga dipakai saluran tiga fasa, dimana beban yang terbanyak adalah

beban satu fasa, sehingga apabila terjadi gangguan menetap fasa tanah, maka
40

hanya recloser pada fasa yang terganggu saja yang akan terus terbuka (lock

out), sedang pada fasa yang sehat akan dapat menyalurkan saluran tenaga

listrik. Recloser satu fasa berbentuk seperti pada gambar

Gambar 2.30 Recloser Fasa Tunggal

Keterangan gambar :

1. Tank 4. HV cable tail

2. SF6 insulating gas 5. Bushing boot

3. Surge arrester bracket 6. Bushing


41

7. Central conductor 16. Opening spring

8. Capacitive Voltage 17. Contact spring

Transformer (CVT) 18. Latch

9. Current Transformer (CT) 19. Trip bar

10. Vacuum interrupter 20. Trip bar armature

11. Contacts 21. Trip seleniod

12. Flexible connection 22. Manual trip lever

13. Push rod 23. SCEM

14. Close selenoid 24. Control cable

15. Mechanism plate 25. vndndg

b) Recloser tiga fasa

Recloser tiga fasa digunakan apabila pelepasan gangguan menetap.

Keadaan untuk menghindari beban tiga fasa bekerja pada satu fasa. Dan

umumnya recloser dengan tiga fasa digunakan pada gardu induk atau pada

percabangan jaringan distribusi primer.

Recloser tiga fasa mempunyai dua cara kerja yaitu :

1) Satu fasa membuka tiga fasa mengunci

Cara kerja seperti ini susunannya terdiri dari tiga unit recloser satu fasa

yang ditempatkan dalam satu tangki, dan secara mekanis ketiganya dikopel

untuk keadaan mengunci saja, sedangkan untuk membuka dan menutup kembali

ketiga recloser itu bekerja pada fasanya masing- masing. Misalnya, jika salah

satu fasa mengalami gangguan, maka recloser pada fasa itu saja bekerja sesuai

dengan urutan kerjanya untuk melakukan operasi buka tutup sampai waktu

kerjanya mengunci.
42

2) Tiga fasa membuka tiga fasa mengunci

Umumnya recloser dengan sistem kerja seperti ini digunakan pada jaringan

distribusi tiga fasa. Untuk gangguan yang bersifat temporer maupun yang

bersifat permanen akan menyebabkan kontak fasanya dapat membuka dan

menutup kembali serta mengunci secara serentak. Dan biasanya recloser tiga

fasa dilengkapi dengan peralatan pendeteksi gangguan fasa-fasa maupun

gangguan fasa ke tanah. Berikut recloser tiga fasa berbentuk seperti pada

gambar

Gambar 2.31 Recloser Tiga Fasa

2. Berdasarkan media pemadam busurnya

a) Media Pemutus Minyak

Dalam hal ini minyak dipergunakan untuk melindungi isolasi tegangan

impuls frekwensi rendah.


43

b) Media Pemutus Hampa Udara

Penggunaan hampa udara juga untuk melindungi isolasi dari tegangan

impuls frekwensi rendah. Disini masalah pemeiharaan dapat dikurangi.

3. Berdasarkan Peralatan Pengendalinya

a) Recloser Terkendali Hidrolik

Recloser dengan pengaturan hidrolik, membuka dan menutup kontak-

kontaknya dilakukan dengan cara hidrolik (tekanan minyak). Arus gangguan

dideteksi melalui kumpuran kerja (trip coil) yang dihubungkan seri dengan beban.

Bila arus yang mengalir melewati kumparan kerja yang melebihi arus kerja

minimum pengenalnya, maka akan tertarik kebawah yang disebabkan karena

bekerjanya kumparan kerja sehingga membuka kontak-kontak dari recloser.

Kerja dan waktu yang dilakukan dengan pemompaan minyak secara terpisah

yang besar-kecilnya diatur dengan menyetel lubang minyak.


44

Gambar 2.32 Pemutus minyak

b) Recloser Terkendali Elektronik

Recloser pengaturan elektronik lebih mudah diatur dalam membuka dan

menutup kontak-kontaknya. Alat pengaturan elektronik mempunyai kontak sendiri

(kabinet) yang terpisah dari recloser. Pada pengaturan elektronik ini, karakteristik

waktu-arus dapat diatur dengan mengubah tingkat arus kerja kumparan serinya

dan urutan kerja dari recloser tanpa harus melepas recloser dari rangkaiannya

dan mengeluarkannya dari tangki.

2.5 SCADA

SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) dapat didefinisikan dari

kepanjangan SCADA itu sendiri:

S : Supervisory- Pengawasan

C : Control- Pengendalian

ADA : And Data Acquisition - Akuisisi Data

Jadi secara sederhana sistem SCADA adalah sistem yang dapat

melakukan pengawasan, pengendalian dan akuisisi data terhadap sebuah plant.

Dalam terminologi kontrol, supervisory control sering mengacu pada kontrol yang

tidak langsung, namun lebih pada fungsi koordinasi dan pengawasan.

Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit),

sebuah Master Station/ACC (Area Control Center), dan jaringan telekomunikasi

data antara RTU dan ACC.


45

RTU ini berfungsi untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan

tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal

alarm yang kemudian diteruskan ke ACC melalui jaringan telekomunikasi data.

RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah status

peralatan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari ACC.

Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi untuk mengumpulkan data status

dan pengukuran peralatan tenaga listrik, kemudian mengirimkan data dan

pengukuran tersebut ke master station (pusat kontrol). Disamping itu RTU

berfungsi melaksanakan perintah dari master station (remote control).

2.6 Sistem Kendali

Sistem kontrol atau sistem kendali adalah kumpulan dari beberapa

komponen yang terhubung satu sama lainnya, sehingga membentuk suatu

tujuan tertentu yaitu mengendalikan atau mengatur suatu sistem. terbagi menjadi

dua yaitu otomatis dan manual.

Sistem kendali manual adalah pengontrolan yang dilakukan oleh manusia

yang bertindak sebagai operator. Sedangkan sistem kendali otomatik adalah

pengontrolan yang dilakukan oleh peralatan yang bekerja secara otomatis dan

operasinya dibawah pengawasan manusia.

Anda mungkin juga menyukai