Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN CKR POST KLL

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT & KRITIS

DI RUANG IGD RSUD CILACAP

FAKHRUL KHUSNUL ARIFIN


1811020070

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN CKR

A. DEFINISI

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak. Penyebab terjadinya cedera kepala salah
satunya karena adanya benturan atau kecelakaan. Cedera kepala mengakibatkan
pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun psikologis dan akibat
paling fatal adalah kematian. Asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala
memegang peranan penting terutama dalam pencegehan komplikasi (Muttaqin,
2008).
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada
pengguna kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan kurangnya
kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan raya (Baheram, 2007). Lebih dari
50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan
bermotor. Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala.

B. KLASIFIKASI CKR
a. Otak
Otak adalah pusat kendali yang bertugas untuk mengatur segalag fungsi tubuh,
mulai dari gerakan, sekresi atau mengeluarkan hormon , daya pikir atau kognitif,
sensasi hingga emosi.
b. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang adalah bagian dari saraf pusat. Sebagian rangsangan yang
sifatnya refleks bisa melewati sumsum tulang belakang tanpa melwati otak.
c. Sel saraf (Neuron)
Neuron adalah unit kerja sistem saraf pusat. Terdirir dari 12 nervus kranial, semua
nervus spinal, dan cabangnya. Fungsinya sebagai penghantar informasi berupa
rangsangan atau impuls.
C. ANATOMI FISIOLOGI

ANATOMI
a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu Skin atau
kulit, Connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau
galea aponereutika, loose connective tissue atau jaringan penunjang
longgar dan pericranium. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh
darah sehingga perdarahan akibat liseran kulit kepala akan
menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-
anak.
b. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis krani. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal
dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun
disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata
sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa
yaitu: fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat
temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak
serebelum.
c. Otak
Gambar 1.2 : Otak
FISIOLOGI

Otak terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu:


a) Sereblum
Sereblum merupakan bagian otak yang terbesar dan paling menonjol.
Disini terletak pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan
sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran, ingatan dan
intelegensia. Sereblum dibagi menjadi hemisfer kanan dan kiri oleh
suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor.
Bagian luar hemisferium serebri terdiri dari substansial grisea yang
disebut sebagai kortek serebri, terletak diatas substansial alba yang
merupakan bagian dalam (inti) hemisfer dan dinamakan pusat
medulla. Kedua hemisfer saling dihubungkan oleh suatu pita serabut
lebar yang disebut korpus kalosum. Di dalam substansial alba
tertanam masa substansial grisea yang disebut ganglia basalis. Pusat
aktifitas sensorik dan motorik pada masingmasing hemisfer dirangkap
dua, dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan.
Hemisferium serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisferium kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan.
Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontra lateral. Setiap
hemisfer dibagi dalam lobus dan terdiri dari 4, yaitu:
1. Lobus Frontalis : Kontrol motorik gerakan volunteer, terutama
fungsi bicara, kontrol berbagai emosi, moral tingkah laku dan
etika.
2. Lobus Temporal :Pendengaran, keseimbangan, emosi dan memori.
3. Lobus Oksipitalis : Visual senter, mengenal objek.
D. ETIOLOGI
Menurut Brain Injury Asosiacition of America (2013). Penyebab utama cedera
kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena
disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%, disebabkan kekerasan sebanyak 11%,
dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama cedera kepala.
F. MANIFESTASI KLINIS
Cedera kepala ringan Kebingungan, sakit kepala, rasa mengantuk yang abnormal dan
sebagian besar pasien mengalami penyembuhan total dalam beberapa jam atau hari.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan cedera kepala menurut Batticaca (2008)
antara lain :
1. Defisit neurologis
2. Infeksi sistematik (pneumonia, septikemia)
3. Infeksi bedah neuro
H. PROGNOSIS
Prognosis cedera otak traumatik derajat berat tidak baik dengan resiko kematian hingga
30% berdasarkan beberapa penelitian.
I. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik oksigen dan glukosa terpenuhi. Energi yang dihasilkan
didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses okidasi. Otak tidak mempunyai
cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan
gangguan perfusi.

J. PATHWAY

POST KLL

Resiko Infeksi Luka Pusing Nyeri Akut

CKR

Perfusi Serebral Tidak Efektif


K. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan di rumah sakit menurut Padila (2012) adalah :
1. Berikan infus dengan cairan non osmotik (kecuali dextrose oleh karena dexstrose cepat
dimetabolisme menjadi H20=C02 sehingga dapat menimbulkan edema serebri).
2. Berikan analgesis atau antimuntah secara intravena
3. Berikan posisi kepala, dan posisi netral, karena dengan posisis tersebut dari kaki dapat
meningkatkan dan memperlancar aliran balik vena kepala sehingga mengurangi kongesti
cerebrum dan mencegah perkenaan pada syaraf medula spinalis yang menambah TIK.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Cedera Kepala d.d pos KLL
2. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik
3. Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit
M. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Risiko Perfusi Setelah dilakukan tindakan O: Untuk mengeahui penyebab
keperawatan diharapkan masalah - Identifikasi penyebab peningkatan TIK peningkatan intrakranial
Serebral Tidak - Identifikasi peningkatan TD
Risiko Perfusi Serebral Tidak
- Monitr tekanan perfusi serebral
Efektif b.d Cedera Efektif dapat teratasi dengan Untuk mengetahui
Kriteria hasil : peningkatan tekanan darah
Kepala d.d pos T:
Indikator Awal Akhir - Ambil sampel drainase cairan
KLL Tekanan 2 5 serebrospinal
intrakranial - Atur interval pemantauan sesuai kondisi Untuk mengetahui kondisi
Sakit 2 5 pasien pasien
kepala - Pertahankan posisi kepala dan leher
Demam 2 5 netral

E: Menginformasikan kepada
Keterangan : - Informasikan hasil pemantauan, jika pasien tentang pemantauan
1. Menurun perlu
- Jelaskan tujuan dan prosedur intrakranial
2. Cukup Menurun pemantauan
3. Sedang
4. Cukup Meningkat
5. Meningkat

2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan O: Untuk mengetahui kondisi


keperawatan diharapkan masalah - Identifikasi skala nyeri nyeri
Agen Pencedera - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Nyeri dapat teratasi dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Fisik Kriteria hasil : - Monitor efek samping penggunaan Untuk mengetahui tingkat
Indikator Awal Akhir analgetik nyeri
Keluhan 2 5 T:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk Untuk membantu
Nyeri mengurangi rasa nyeri
Meringis 2 5 - Fasilitas istirahat dan tidur meringankan nyeri
- Kontrol lingkungan yamg memperberat
Gelisah 2 5 rasa nyeri
E:
Untuk membantu
Keterangan : - Anjurkan memonitor nyeri secara mengurangi nyeri
1. Menurun mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk Untuk memberikan
2. Cukup Menurun mengurangi rasa nyeri informasi
3. Sedang - Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
4. Cukup Meningkat K:
5. Meningkat - Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3 Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan O: Untuk mengetahui tanda dan
Kerusakan Integritas keperawatan diharapkan masalah - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal gejala infeksi pada pasien
Kulit dan sistemik
Risiko Infeksi dapat teratasi T:
dengan - Berikan perawatan kulit Untuk memberikan
Kriteria hasil : - Pertahankan teknik aseptik pada pasien perawatan luka di kulit
Indikator Awal Akhir beresiko tinggi
Kerusakan 2 5 Menjelaskan tanda dan
E:
lapisan - Jelaskan tanda dan geja infeksi
gejala infeksi
kulit - Ajarkan cara mencuci tangan dengan
Nyeri 2 5 benar Mengajarkan tentang
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka memeriksa dan melakukan
Kemerahan 2 5
perawatan luka
K:
Keterangan : - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
1. Memburuk
2. Cukup Memburuk
3. Sedang
4. Cukup Membaik
5. Membaik
Daftar pustaka

Alimul H, A. Aziz. 2012. Buku Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Asmadi. 2008. Konsep dan sistem saraf Klien. Jakarta: Salemba Medika

Nurachman, Elly, dkk. 2011. Dasar –Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika

PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Cetakan ke II. DPP PPNI

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II. DPP PPNI

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II. DPP PPNI

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai