TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi
karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun
keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai
organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam
kronik yang terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin
transport gula darah dari aliran darah ke sel tubuh dengan mengubah glukosa
merupakan ciri khas diabetes. Hiperglikemia, jika dibiarkan tidak terkendali maka
bisa menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh, yang mengarah pada komplikasi
13
Diabetes melitus merupakan defisiensi insulin absolut atau relatif dan
tipe 2, DM tipe lain, dan DM pada kehamilan. Diabetes melitus tipe 2 (DMT2)
hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Insulin yaitu suatu
diabetes mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin menurun atau
gejala utama yang khas yaitu urine yang berasa manis dan jumlah yang besar.
2. Klasifikasi
tubuh menyerang sel beta penghasil insulin di pankreas. Akibatnya, tubuh tidak
genetik dan lingkungan seperti infeksi virus, toksin atau beberapa faktor makanan
bisa menjadi faktor pemicunya. Penyakit ini bisa berkembang pada semua usia
tetapi diabetes tipe-1 paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja.
Orang dengan diabetes tipe-1 memerlukan suntikan insulin setiap hari agar
bisa mempertahankan kadar glukosa dalam kisaran yang normal. Tanpa insulin
pasien tidak akan bisa bertahan hidup. Orang dengan kebutuhan pengobatan
insulin sehari-hari, pemantauan glukosa darah secara teratur dan pemeliharaan diet
sehat dan gaya hidup sehat bisa menunda atau menghindari terjadinya komplikasi
diabetes.
sekitar 90% dari semua kasus diabetes. Pada diabetes tipe-2, hiperglikemia adalah
15
hasil dari produksi insulin yang tidak adekuat dan ketidakmampuan tubuh untuk
resistensi insulin, insulin tidak efektif yang awalnya meminta untuk meningkatkan
produksi insulin untuk mengurangi peningkatan glukosa darah tetapi semakin lama
keadaan relative tidak adekuat pada perkembangan produksi insulin. Diabetes tipe-
2 paling sering terjadi pada orang dewasa, namun remaja dan anak-anak bisa juga
Mellitus (GDM) atau hiperglikemia pada kehamilan. GDM dapat didiagnosis pada
(IGT) dan gangguan glukosa puasa (IFG). Kondisi ini juga disebut intermediate
hiperglikemia atau pradiabetes. Di IGT, kadar glukosa lebih tinggi dari biasanya,
tetapi tidak cukup tinggi untuk membuat diagnosis diabetes yaitu antara 7,8-11,0
mmol/L (140-199 mg/dl) pada dua jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO). IFG adalah keadaan ketika kadar glukosa puasa lebih tinggi dari biasanya
16
yaitu antara 6,1-6,9 mmol/ L (110-125 mg/dl). Orang dengan pradiabetes berisiko
Tabel 1
Kadar Glukosa Darah sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis
Diabetes Melitus
Tabel 2
Kebutuhan insulin untuk mengendalikan Insulin dalam darah cukup, namun sel-sel
glukosa kurang tubuh tidak bereaksi dengan baik
3. Manisfestasi Klinis
a. Diabetes tipe-1
Selalu merasa haus dan mulut kering (polidipsia), sering buang air kecil
b. Diabetes tipe-2
seringkali kurang dapat diketahui atau bisa juga tidak ada gejala awal yang
muncul dan penyakit ini terdiagnosis beberapa tahun setelah onsetnya atau
saat komplikasi sudah ada. Berikut adalah gejala diabetes tipe-2: Selalu
penyembuhan luka yang lambat dan sering infeksi, sering kesemutan atau
terjadi dan mungkin sulit untuk diketahui, untuk itu perlu dilakukan tes
tetapi untuk perempuan yang berisiko tinggi bisa dilakukan skrining lebih
18
awal.
b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
4. Epidemoilogi
mencapai 422 juta penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh
meningkat dari tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita
DM yang tinggi terdapat di wilayah South- East Asia dan Western Pacific
seluruh dunia. Satu dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta
Organization, 2016).
79 tahun yaitu sekitar 10 juta orang dan 5.286.200 orang diantaranya tidak
19
hingga 16,2% (IDF, 2017).
5. Patofisiologi
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja
pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari
luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah
penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena
kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer. Insulin yang disekresi oleh sel
beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh.
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk
darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti
terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi insulin. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post reseptor sehingga
glukosa dalam darah tinggi. Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya
berakibat pada proses filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini
sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang
rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin
(Fatimah, 2018).
Schwartz (2019) telah menyampaikan jika tidak hanya otot, juga hepar,
serta sel beta pankreas saja yang mempunyai peran sentral dalam proses
21
Gambar 1
The Egregious Eleven, delapan organ lain yang berperan pada
Penyandang DM tipe II
6. Faktor Resiko
kehamilan.
e. Kurangnya aktivitasfisik
f. Riwayat Diabetesgestasional.
22
h. Faktor-faktor lain termasuk asupan buah dan sayuran yang tidak
jenuh.
7. Penatalaksanaan
penatalaksanaan meliputi:
DM.
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik)
23
edukasi :
et.al,2018).
b. Latihan Fisik
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak
ini akan meningkat setelah makan, dan biasanya akan turun pada
level terendah pada pagi hari sebelum orang makan. Kadar gula
24
Konsentrasi gula darah sangat penting dipertahankan pada kadar
otak dan suplai jaringan secara optimal. Kadar glukosa darah juga
d. Terapi Farmakologis
empagliflozin.
25
e. Edukasi
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi
8. Kriteria Diagnosis
a. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak
9. Komplikasi
Federation (2018):
ganda.
angiopath
c. Penyakit jantung
jantung.
d. Neuropati diabetic
umum. Faktor risiko utama dari kondisi ini adalah tingkat dan durasi
otonom jantung.
e. Oral Health
merubah sikap atau sifat mereka sendiri dengan suatu strategi agar menjadi
lebih baik. Lebih lanjut self management berarti perubahan dari dalam diri
self-management pada pasien DMT2 antara lain mengikuti pola makan sehat,
keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar gula
29
Self-management merupakan suatu perilaku yang berfokus pada peran
(Mulyani,2016).
keluarga yang menuju kedinamisan dan berkelanjutan dalam hal kontrol diri,
Beberapa bukti saat ini menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam
modifikasi diet, monitoring dari kadar glukosa dalam darah, serta peningkatan
lemak yang berlebih agar kadar glukosa dalam darah dapat seimbang dengan
badan, sehingga glukosa dalam darah dibakar menjadi energi dalam tubuh yang
Nutr, 2019).
30
Selain itu, perawatan diri/kaki juga dapat membantu menjaga kesehatan
kaki serta meminimalisir resiko timbulnya luka kaki pada pasien DM Tipe 2
yang dapat berkembang menjadi ulkus diabetik, kandungan yang terdapat pada
motivasi untuk dapat menjaga kadar gula darah agar tetap dalam batas normal,
pasien dengan diabetes melitus dalam hal mengontrol dan mengatur penyakit
mereka.
hipoglikemi dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien dalam upaya
efektif dalam memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup pasien meskipun dalam
31
jangka pendek, DSME telah berkembang dari model pengajaran primer menjadi
lebih teoritis yang berdasarkan pada model pemberdayaan pasien, tidak ada
a. Kebudayaan
b. Dukungan Keluarga
32
Karakter dari keluarga yang sehat meliputi komunikasi yang baik,
c. Informasi Kesehatan
beberapa hal seperti faktor dari pasien itu sendiri, tim medis, dukungan
kesadaran dalam mencapai target kadar glukosa darah dan tekanan darah
et.all, 2018).
d. Faktor Emosional
dialami (Dhamayanti,2018).
all.,2017).
h. Efikasi Diri
manajemen diri diabetes. Efikasi diri yang lebih tinggi lebih mungkin
sehari- hari agar gula darah dapat terkontrol sehingga komplikasi akibat
DM dapat diminimalkan.
Pengaturan pola makan atau sering disebut terapi gizi medis merupakan
36
bagian penting untuk mengontrol DMT2. Prinsip pengaturan pola makan
pada pasien DMT2 hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
berikut:
penyakit pada jantung atau pembuluh darah otak, dan penyakit ginjal
kehidupan sosial orang lain yang hidup tanpa diabetes (Tandra, 2013).
anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
insulin atau terapi insulin itu sendiri (PERKENI, 2015). IDF (2017)
1. Memilih air, sebagai pengganti kopi, teh, juz buah, soda dan minuman
manis lainnya.
2. Makan tiga kali sehari dengan makan sayuran dan buah setiap
harinya.
3. Memilih kacang, sepotong buah segar atau yogurt yang tidak manis
untuk camilan.
yang boleh maupun yang tidak boleh sangat diperlukan guna mencapai
38
2. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu
mudah dicerna, dan terutama diolah dengan cara dikukus, direbus, dan
dipanggang.
sebagainya.
yaitu jadwal, jenis, dan jumlah, dalam arti pendrita diabetes harus mengatur
1. Jadwal
Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori dan komposisi
yang terhitung, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-
39
15%) diantaranya (PERKENI, 2017).
2. Jenis
3. Jumlah
(PERKENI, 2017):
40
dimodifikasi:
(2) Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita
Kurus: kurang dari BBI -10% Gemuk: lebih dari BBI +10%
TB (m2)
Klasifikasi IMT:
o Obes I 25-29,9
o Obes II ≥30
b. Latihan Fisik
Latihan fisik merupakan salah satu faktor penting untuk mengelola DMT2
dan mengontrol kadar gula darah yang lebih baik. Latihan dilakukan
41
apabila pasien tidak mempunyai gangguan nefropati. Latihan fisik yang
3-5 kali perminggu selama 30-45 menit dengan total 150 menit perminggu.
Hal ini bertujuan untuk menjaga kebugaran dan dapat menurunkan berat
dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan untuk menunda latihan. Latihan
dengan intensitas sedang seperti jalan cepat bersepeda santai jogging dan
berenang.
c. Minum Obat
terapi farmakologis. Obat yang bisa diberikan untuk DMT2 yaitu obat oral
dan obat suntikan. Pemberian obat bisa secara tunggal atau secara
sesudah makan, waktu menjelang tidur, dan diantara siklus tidur untuk
Monitoring gula darah mandiri dilakukan 3 atau 4 kali sehari untuk pasien
darah.
43
1) Pendorong Diri (Self Motivation) merupakan adanya sebuah dorongan yang
tujuan yang diinginkan. Dengan adanya dorongan diri pada individu itu
sendiri, maka dalam diri individu akan tumbuh minat dan keinginan kuat
1) Tahap Monitor Diri atau Observasi Diri Observasi diri merupakan respon
44
yang perlu diperhatikan dalaam obsevasi diri yaitu mencatat tingkah laku
seseorang.
sendiri.
1. Definisi Stress
mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
pasien ketika menjalani program diet yang dianjurkan. Diabetes tidak dapat
adrenal. Stres juga dapat meningkatkan selera makan dan membuat penderita
45
sangat lapar khususnya pada makanan kaya karbohidrat dan lemak, sehingga
stres dapat menjadi musuh yang paling berbahaya bagi pelaksanaan diet.
Oleh karena itu, penderita perlu selalu memahami bahwa stres merupakan
pemicu kenaikan kadar glukosa darah sehingga mereka harus selalu berupaya
dengan jalan berkonsultasi dengan perawat, dokter atau ahli gizi. Berbagi
pengalaman dengan penderita lain yang berhasil mematuhi diet juga akan
harus menggunakan cara-cara yang positif untuk mengatasi rasa stres, seperti
diabetes, beribadah, aktivitas fisik, atau rekreasi dan berpikir positif untuk
optimis, segera merubah pola hidup semula dengan pola hidup DMT2 dengan
diet (Widodo,2017).
menyangkut fisik, cedera atau sakit atau masalah mental, seperti masalah
kita baru bisa mengalami stres manakala kita mempersepsi tekanan dari
stresor melebihi daya tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan
tersebut. Jadi selama kita memandangkan diri kita masih bisa menahankan
tekanan tersebut (yang kita persepsi lebih ringan dari kemampuan kita
menahannya) maka cekaman stres belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan
tersebut bertambah besar (baik dari stresor yang sama atau dari stresor yang
lain secara bersaman) maka cekaman menjadi nyata, kita kewalahan dan
Gambar 2
47
Stres itu meningkatkan adrenalin, dan adrenalin akan meningkatkan
gula dalam tubuh dengan sangat cepat. Hanya dalam hitungan menit.
ini dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Hormon
seseorang berada dalam kondisi tertekan, seperti saat akan dalam bahaya,
kenaikan aliran darah ke otot atau jantung sehingga berdetak lebih kencang,
serta pembesaran pupil mata. Selain itu, epinephrine menaikkan gula darah
dari glikogen yang beredar dalam darah. Setelah itu, epinephrine juga
meningkatkan pembentukan glukosa dari asam amino atau lemak yang ada
pada tubuh.
mengalami kondisi seperti ini, insulin pada pankreas akan habis atau jadi
48
bermasalah. Kondisi stres yang terus berlangsung dalam rentang waktu
hidup yang buruk, kurang olahraga, serta memiliki faktor risiko diabetes,
tapi stres, bisa jadi pemicu terjadinya diabetes lebih cepat. Jadi sebenarnya
bisa, hindari hal yang dapat membuat stres akut (Musradinur, 2016).
kurus.
berat badan.
d. Keharusan pasien DMT2 mengubah pola hidupnya agar gula darah dalam
49
3. Faktor – faktor Stress
1) Perempuan
2) Remaja atau dewasa muda dan orang dewasa yang lebih tua Anak-anak
4. Tingkatan Stress
Klasifikasi stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres ringan, sedang
50
dan berat.
1) Stres ringan
Pada tingkat stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis
dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya
lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan sering terjadi pada
waspada. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali dihadapi terus
menerus.
2) Stres sedang
Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari.
Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pada lambung dan usus
misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada otot, gangguan
pola tidur, perubahan siklus menstruasi, daya konsentrasi dan daya ingat
pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.
3) Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pencernaan
berat, debar jantung semakin meningkat, sesak napas, tremor, persaan cemas
dan takut meningkat, mudah bingung dan panik. Contoh dari stresor yang
dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak
(Putri, 2019).
yang sering dikemukakan oleh orang yang berada pada stres tahap II
adalah merasa letih waktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar,
merasa lekas capek pada saat menjelang sore, merasa mudah lelah
setelah makan, tidak dapat rileks (santai), lambung atau perut tidak
52
3) Stres tahap III (ke tiga)
maag, buang air besar tidak teratur), ketegangan otot semakin terasa,
(badan terasa oyong dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini
terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus
stres tahap IV akan muncul : tidak mampu untuk bekerja sepanjang hari
tahap V yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin
serangan panic dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap ini berulang kali dibawa ke IGD bahkan ke ICCU
debaran jantung teramat keras, sesak nafas, badan gemetar dingin dan
terkait pelaksanaan manajemen diet bagi pasien DMT2. Ada beberapa hal
yang biasa dijadikan pilihan koping oleh pasien DMT2 dalam mendukung
54
pelaksanaan dietnya, yaitu dengan terapi farmakologi, modifikasi diet,
berfikir positif, patuh terhadap pola makan, serta ada pula kategori yang
anjuran pola makan karena beberapa alasan yaitu ketidakpatuhan pola makan
yang dilakukan saat hari raya, serta ada hajatan, dan karena memang makanan
atau minuman itu mereka sukai). Koping ini mengarahkan individu untuk
kondisi keparahan penyakit serta faktor demografi seperti usia dan jenis
keluarga, peran ahli medis, tuntutan pekerjaan, serta kondisi lingkungan sosial
(Setyorini, 2017).
55
2. Berikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien. Stres yang dialami oleh
dan fikirannya.
pasien
yang sama. Hal ini dapat dilakukan agar pasien dapat saling tukar
mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
pasien ketika menjalani program diet yang dianjurkan. Diabetes tidak dapat
motivasi yang kuat untuk menaati pola makan menu seimbang. Akibatnya
selera makan dan membuat penderita sangat lapar khususnya pada makanan
kaya karbohidrat dan lemak, sehingga stres dapat menjadi musuh yang
56
paling berbahaya bagi
pelaksanaan diet. Oleh karena itu, penderita perlu selalu memahami bahwa
stres merupakan pemicu kenaikan kadar glukosa darah sehingga mereka harus
dengan jalan berkonsultasi dengan perawat, dokter atau ahli gizi. Berbagi
pengalaman dengan penderita lain yang berhasil mematuhi diet juga akan
harus menggunakan cara-cara yang positif untuk mengatasi rasa stres, seperti
diabetes, beribadah, aktivitas fisik, atau rekreasi dan berpikir positif untuk
optimis, segera merubah pola hidup semula dengan pola hidup DM dengan
stres pada penderita DM dalam menjalani diet DM, dan sebaliknya semakin
rendah self management diabetes semakin tinggi tingkat stres pada penderita
terutama mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Penerapan diet
diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes
karena dibutuhkan kepatuhan dan motivasi dari pasien itu sendiri. Perubahan
pola hidup dan diet merupakan hal yang sulit dilakukan karena sama saja
dan diet bukanlah hal yang mudah, dan dapat membuat individu mengalami
Stres dan Diabetes Mellitus memiliki hubungan yang sangat erat dan
Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan (Nasir dan Muhith, 2011). Takut, cemas,
malu, dan marah merupakan bentuk lain emosi kehidupan yang penuh dengan
intervensi sudah dilakukan melalui perubahan gaya hidup, diet, olahraga dan
2017). Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
tingkat stres yang tinggi dalam menjalankan anjuran diet DM. Stres yang
tidak sehat dan stres menyebabkan pasien cenderung untuk tidak tepat waktu
timbul dan lamanya stres ditentukan oleh berbagai kesulitan yang dialami
kebiasaan makan yang salah sebelum sakit serta selama menderita diabetes.
serta mengurangi dampak penyakit yang dideritanya. Tidak hanya itu, Self-
pengelolaan pola hidup yang baik untuk dirinya sendiri (Lin, 2017).
diabetes, dimana semakin rendah perawatan diri pasien maka tingkat stres
hasil bahwa tiap domain memiliki total skor yang berbeda. Dimana total skor
antara makan makanan besar dan makanan selingan, karena kebanyakan dari
responden lebih berhati- hati dalam pengaturan pola makan untuk menjaga
jenis, dan jumlah. Pasien dengan manajemen diri yang baik akan lebih berhati-
hati untuk menjaga kesehatannya dan berusaha untuk melakukan perilaku yang
manajemen diri yang bagus diharapkan dapat mencapai hasil akhir yang
dalam pengelolaannya. Hal ini jika terus berlanjut akan menyebabkan pasien
merasa stres untuk mengikuti perencanaan diet yang dianjurkan dan bisa
1. Kerangka Konsep
Bagan 1
Kerangka Konsep
2. Hipotesis
menjalani diet pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Siti
62
63