NPM : 1806134985
Tua (Paleolitikum)
Batu
Tengah (Mesolitikum)
Muda (Neolitikum)
Besi
Logam
Perunggu
Pada masa ini, teknologi sudah mulai memasuki tingkat awal, hal ini
ditunjukkan dari kemampuan manusia membuat alat-alat keperluan, meskipun
masih sangat sederhana dan bahan dasarnya pun masih memanfaatkan bahan-bahan
yang tersedia di alam. Alat-alat ini digunakan untuk menunjang kelangsungan
hidup seperti : pencarian dan pengolahan bahan makanan yang berupa daging
binatang dan umbi-umbian.
1. Core Tools
1.1 Kapak Perimbas (Chopper)
Alat ini disiapkan dari segumpal batu yang tajamannya dibentuk liku-liku
melalui penyerpihan yang dilakukan selang-seling pada dua sisi pinggiran.
Bentuk alat ini mendekati bujur sangkar atau persegi empat panjang.
Tajamannya disiapkan melalui penyerpihan terjal pada permukaan atas menuju
pinggiran batu. Pahat genggam berukuran sedang dan kecil. Pada beberapa alat
kulitnya dihilangkan untuk mendapatkan bidang atas yang datar.
2. Flake Tools
2.1 Alat Serpih
Perkakas batu berukuran kecil seperti alat serpih dan serut ini digunakan untuk
pekerjaan ringan seperti alat pengerik, penajam, alat untuk menghaluskan, atau
memotong benda dalam ukuran kecil. Pada bagian sisinya terdapat tajaman seperti
pisau, dan ada beberapa alat yang dilakukan retouching di kedua arah bidang untuk
menciptakan tepian yang bergerigi, menyerupai gergaji, salah satu fungsi alat serpih
yang menonjol adalah sebagai alat untuk menguliti binatang. Alat serut digunakan
secara satu arah, dan tidak harus bifasial (bisa monofasial)
Retus
Bagian yang
digunakan
3. Bone Tools
Alat-alat tulang, yang berupa sudip dan mata tombak yang bergerigi pada kedua
belah sisinya, berukuran panjang 9,5 cm. Alat-alat tulang ini terbuat dari tulang
hewan Bofiade (sapi)
Bonggol Epiphysis
Sudip
Belati : Menggunakan bagian Diaphysis dan hanya satu sisi saja yang
ditajamkan atau dibelah menggunakan alat batu salah satunya serpih. Cara
penggunaan belati adalah dengan cara menusuk lalu merobek objeknya.
Alat tulang adalah alat yang termasuk mudah untuk diidentifikasi sebagai
peninggalan zaman purba, hal ini dapat diindikasikan dari visual tulang tersebut.
Pada sifat dasar tulang, tulang memiliki rangka yang lentur namun tidak mudah
pecah jika terkena sinar matahari ataupun unsur alam lainnya. Hal ini tidak berlaku
pada batu, batu akan mudah pecah jika terus menerus terpapar sinar matahari
ataupun terkena air hujan dan unsur alam lainnya. Pada tulang, hanya bagian
Epiphysis nya saja yang akan hilang akan tetapi bagian Diafisisnya akan tetap utuh.
Melihat dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa jika tulang ditemukan dalam keadaan
diafisisnya pecah, maka bisa dicurigai bahwa benda tersebut telah dipakai atau
merupakan alat pada zaman purba.
Namun Jika
Tatal Batu
4.2 Serpihan
Serpihan merupakan lepasan dari alat atau batu inti saat membuat alat, serpihan
tidak termasuk alat.
Batu-batu bulat ini diduga digunakan sebagai batu pelempar yang diikatkan
pada tali untuk menjerat hewan buruan. Batu-batu ini ditemukan dalam
penemuan Ngandong.
Alat-alat kerang ini terbuat dari kerang utuh yang dibelah sesuai garis pada
kulit kerang, karena pinggirannya yang tajam, alat kerang ini dapat digunakan
dalam kegiatan sehari-hari.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ini masih
mengadopsi corak hidup dari masa sebelumnya. Kehidupan berburu dan
mengumpulkan makanan masih berlanjut, meskipun begitu telah terjadi
perkembangan teknologi pada masa ini. Adanya proses pengolahan makanan
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi menjadi salah satu hal yang membedakan dari
masa sebelumnya. Hal ini diindikasikan dari ditemukannya api, dapat dikatakan
telah terdapat api karena terdapat bekas pembakaran pada alat tulang yang menjadi
peninggalam pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
Batu Api
Ditiup-tiup
Ada percikan api
Semak
Menggosokkan bambu atau kayu dengan alas yang terbuat dari bambu atau
kayu juga
a. Manusia
Semenjak 10.000 tahun yang lalu, ras manusia seperti yang dikenal sekarang
sudah mulai ada di Indonesia dan sekitarnya. Terdapat dua ras yang terdapat di
Indonesia pada permulaan kala Holosen, yaitu Australomelanesid dan Mongoloid.
Australomelanesid
Ukuran badan Tinggi besar
Ukuran Tengkorak Kecil
Bentuk dahi 1. Miring
2. Busur kening nyata
Bentuk pelipis Tidak membulat
Bentuk tengkorak 1. Tengkorak lonjong (Dolikokranial)
2. Tengkorak sedang (Mesokranial)
Mongoloid
Bentuk Tubuh Tidak selebar Australomelanesid
Tinggi badan Lebih pendek dibanding Australomelanesid
Bentuk tengkorak Bundar atau sedang
Isi tengkorak Lebih besar
Bentuk dahi Membulat
Bentuk rongga mata Tinggi dan persegi
Bentuk wajah Lebar dan datar
Bentuk hidung Sedang atau lebar dan akar hidung dangkal
Benuk mulut Menonjol kedepan bersama dengan gigi muka
Alat pengunyah Mengalami Reduksi
Bagian kepala belakang Sudah tidak lagi menonjol
Supra Orbital Torus Tidak menonjol
b. Tempat Tinggal
Pada masa ini, manusia yang hidup di Indonesia mulai timbul usaha untuk
bertempat tinggal secara tidak tetap di dalam gua-gua alam, terutama gua-gua
payung yang suatu saat akan ditinggalkan jika sekiranya tidak mungkin lagi untuk
meneruskan hidup di tempat itu. Pada masa itu, manusia masih bergantung pada
Pada masa ini berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat di Indonesia
yaitu : Tradisi serpih-bilah, Tradisi alat tulang, dan tradisi Kapak genggam
Sumatera. Ketiga tradisi tersebut tentu tidak berdiri sendiri melainkan sering
tercampur dengan unsur-unsur lain dengan sa;ah satu jenis alat yang lebih dominan
dibanding yang lainnya.
1. Serpih Bilah
Teknik pembuatan alat-alat serpih bilah yaitu melanjutkan teknik pada masa
sebelumnya. Tetapi bentuk alat-alatnya tampak lebih maju dalam berbagai corak
untuk bermacam kegunaan. Bentuknya terkadang kecil melalui teknik pengerjaan
yang rumit, seperti alat-alat mikrolit yang berbentuk khas geometrik.Terdapat satu
teknik pengerjaan yaknik pemangkasan sekunder, yaitu pengerjaan serpih setelah
dilepaskan dari batu intinya. Bahan batu yang digunakan adalah kalsedon, batu
gamping dan batu andesit.
Pernah ditemukan juga alat serpih bilah mikrolit (lebih kecil) di Sulawesi Selatan,
alat ini merupakan alat yang dibuat oleh suku Toala, alatnya kecil dan cenderung
simetris. Alat ini ditemukan oleh Fritz dan Paul Sarasin.
Tipologi artefak litik yang dihasilkan cukup bervariasi, yang secara kuantitas
maupun kualitas menunjukan perbedaan antara satu alat dengan alat yang lainnya.
2. Alat Tulang
Alat tulang dipakai untuk melengkapi alat lain. Adakalanya pekerjaan yang
bersifat ringan seperti mengail, menjahit, dan sebagainya tidak dapat dikerjakan
dengan alat dari batu. Ada dugaan bahwa penggunaan alat tulang sebagai alat
bersamaan waktunya dengan kegiatan perburuan hewan.
Ciri utama budaya khusus ini antara lain menghasilkan produk artefak litik
kerakal (Pebble Tools) dengan teknik pemangkasan satu sisi dan meninggalkan sisi
lainnya yang masih asli. Artefak litik ini diserpih memanjang dan patahan mendatar
di bagian ujungnya diretus untuk membuat tajaman. Alat ini dikenal sebagai
sumatralith atau batu sumatra oleh karena ditemukan pertama kali di wilayah
d. Seni Cadas