Anda di halaman 1dari 16

Ringkasan Materi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Nama : Nabila Mega Permata

NPM : 1806134985

Mata Kuliah : Kepurbakalaan Indonesia

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Tingkat Sederhana Langsung dikonsumsi


Tingkat Lanjut Ada proses pengolahan sebelum
dikonsumsi

Pembabakan Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan merupakan salah


satu masa yang digunakan dalam 3 pembabakan masa menurut model sosial
ekonomi yang dipakai di Indonesia. Pencetusnya adalah R.P Soejono yang
meninjau pembabakan zaman prasejarah di Indonesia sebagai berikut :

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana


Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa Bercocok Tanam
Masa Perundagian

Bentuk pembabakan ini adalah hasil modifikasi dari pembabakan zaman


prasejarah yang berkembang di Indonesia sekitar abad ke-20 :

Tua (Paleolitikum)
Batu
Tengah (Mesolitikum)
Muda (Neolitikum)
Besi
Logam
Perunggu

Nabila Mega Permata - 1806134985 1


A. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
a. Manusia Purba

Pada masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana, telah


terdapat manusia purba yang hidup pada masa ini. Manusia purba tersebut adalah
Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus
Modjokertensis, Pithecanthropus Soloensis, dan Homo Sapiens.

1.1 Meganthropus Paleojavanicus


 Giginya hominim 2.1.2.3
 Otot kunyah kukuh, tulang temporal dan pariental membekas
 Tidak memiliki dagu, evolusi karena makanan lebih halus, gigi lebih
kecil
 Berbadan tegap karena foramen magnon sudah di tengah
 Memakan tumbuh-tumbuhan
 Tonjolan kening yang menonjol
 Wajah masif dan pipi tebal

1.2 Pithecanthropus Erectus


 Dahi bulat dan landai
 Otot tengkuk menyusut dan tulang keoala belakang tidak terlalu
menonjol
 Gigi dan rahang mengecil atau menyusut
 Wajah tidak terlalu menonjol kedepan
 Cara berjalan tegak dan koordinasi otot lebih tegak
 Supra orbital torus masih ada tpi tidak setebal Australopithecus Boises
 Tidak berdagu
 Hidung lebar
 Dilihat dari belakang, bentuk kepala segi lima

Nabila Mega Permata - 1806134985 2


1.3 Pithecanthropus Soloensis
 Volume otak 1000-1300 cc
 Tinggi 165-180 cm
 Tengkorak lonjong, tebal, dan masif, pelekatan otot mencolok
 Dahi terisi dan tengkorak lebih tinggi dari pithecanthropus dan
modjokertensis
 Akar hidung lebar, rongga mata sangat panjang
 Foramen magnon letaknya belum seperti manusia modern
 Alat pengunyah masif
 Tonjolan kening sudah mengalami disintegrasi sedikit sehingga terputus
di atas hidung
 Kedua sisi atap tengkorak mulai terisi

1.4 Pithecanthropus Modjokertensis


 Volume otak 900 cc
 Supra Orbital Torus nya terputus di tengah
 Tengkorak rendah
 Bagian terlebar tengkorak terletak rendah dekat dasar tengkorak dan
tulang atap tengkorak tebal
 Tonjolan belakang kepala tajam, tempat perlekatan otot luas
 Rahang atas menonjol, lebih maju dari rongga hidung dan gigi besar
 Atap tengkorak membujur peninggian
 Ada 3 buah akar pada geraham muka pertamanya
 Makanan kasar
 Badan rahang cukup masif
 Tidak ada dagu
 Ada tonjolan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat
 Otot tengkuk kukuh dan muka menonjol ke depan
 Bagian Tulang penyambung (pelvis) laki laki dan perempuan berbeda

Nabila Mega Permata - 1806134985 3


1.5 Homo Sapiens
 Berjalan tegak
 Foramen magnon lebih ke tengah
 Batok kepala lebih besar
 Nasal septum sudah reduksi
 Akar hidung lebar
 Punya busur kening yang menonjol dan terlihat atau nyata
 Sedikit menonjol bagian mulutnya
 Memiliki otak yang lebih berkembang sehingga membentuk busur
kening (tercetak otaknya) pada tengkorak
 Nasal septum lebih maju dibanding hidung
 Otot kunyah gigi dan rahang sudah menyusut karena rahang atas
menyusut maka rahang bawa mengikuti
 Memiliki dagu montal protuberance sudah maju
 Otot di bagian tengkuk mengalami penyusutan

1.6 Homo Floresiensis


 Tengkoraknya kecil
 Volume otak kecil
 Memiliki gigi dewasa
 Volume otak kecil tapi kecerdasan seperti Homo Sapiens
 Punya kemampuan menggenggam dengan baik

b. Kemampuan Membuat Alat

Pada masa ini, teknologi sudah mulai memasuki tingkat awal, hal ini
ditunjukkan dari kemampuan manusia membuat alat-alat keperluan, meskipun
masih sangat sederhana dan bahan dasarnya pun masih memanfaatkan bahan-bahan
yang tersedia di alam. Alat-alat ini digunakan untuk menunjang kelangsungan
hidup seperti : pencarian dan pengolahan bahan makanan yang berupa daging
binatang dan umbi-umbian.

Nabila Mega Permata - 1806134985 4


Tiga Situs Besar Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pacitan Core Tools
Ngandong Bone Tools
Sangiran Flake Tools

1. Core Tools
1.1 Kapak Perimbas (Chopper)

Kapak perimbas memiliki karakteristik berupa tajamannya yang berbentuk


cembung atau kadang lurus diperoleh melalui pemangkasan pada salah satu sisi
pinggiran batu. Kulit batu masih melekat pada sebgian besar permukaan batunya.
Korteksnya pun lebih banyak dibanding kapak penetak, kapak perimbas memiliki
tajaman yang monofasial atau hanya satu sisi saja. Pada bagian fungsionalnya
terdapat striasi atau garis-garis halus yang menjadi ciri bahwa benda tersebut
pernah digunakan sebagai alat.

Cembung atau lurus Monofasial, hanya


tajamannya satu sisi saja yang dipangkas

Jenis-jenis kapak perimbas :

 Tipe setrika (iron-heater chopper) berciri : berbentuk panjang menyerupai


setrika, berpenampang lintang plano-konveks, dan memperlihatkan
penyerpihan yang memanjang dan tegas.

Nabila Mega Permata - 1806134985 5


 Tipe kura-kura (tortoise chopper) berciri : beralas membulat dengan
permukaan atas yang cembung dan meninggi
 Tipe serut samping (side scraper) berciri : berbentuk tidak teratur dan
tampak tegap, tajamannya dibuat pada sebelah sisi

1.2 Kapak Penetak (Chopping-Tool)

Alat ini disiapkan dari segumpal batu yang tajamannya dibentuk liku-liku
melalui penyerpihan yang dilakukan selang-seling pada dua sisi pinggiran.

1.3 Pahat genggam awal (Hand-Adze)

Bentuk alat ini mendekati bujur sangkar atau persegi empat panjang.
Tajamannya disiapkan melalui penyerpihan terjal pada permukaan atas menuju
pinggiran batu. Pahat genggam berukuran sedang dan kecil. Pada beberapa alat
kulitnya dihilangkan untuk mendapatkan bidang atas yang datar.

2. Flake Tools
2.1 Alat Serpih

Tradisi alat serpih menghasilkan perkakas-perkakas yang berbentuk sederhana


dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas. Bahan batuan yang umum
digunakan adalah beberapa jenis batuan tufa dan gamping kersikan serta batuan
endap.. Alat-alat serpih dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm) dan
rata-rata menunjukkan kerucut pukul yang jelas. Alat-alat tersebut digunakan
sebagai penggaruk atau serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Sebagian alat serpih dan
bilah menunjukkan teknik pengerjaan yang telah maju, dengan penyiapan bentuk-
bentuk alat secara teliti sebelum dilepaskan dari batu intinya sehingga pada
sejumlah alat tampak faset-faset di dataran pukulnya. Alat serpih adalah alat
pecahan dari bantu inti.

Nabila Mega Permata - 1806134985 6


2.2 Serut

Perkakas batu berukuran kecil seperti alat serpih dan serut ini digunakan untuk
pekerjaan ringan seperti alat pengerik, penajam, alat untuk menghaluskan, atau
memotong benda dalam ukuran kecil. Pada bagian sisinya terdapat tajaman seperti
pisau, dan ada beberapa alat yang dilakukan retouching di kedua arah bidang untuk
menciptakan tepian yang bergerigi, menyerupai gergaji, salah satu fungsi alat serpih
yang menonjol adalah sebagai alat untuk menguliti binatang. Alat serut digunakan
secara satu arah, dan tidak harus bifasial (bisa monofasial)

Retus

Bagian yang
digunakan

Serut Ujung Serut Cekung Serut Gigir Serut Samping

Alat-alat serut ini mempunyai nama sesuai bentuknya masing-masing. Sehingga


tidak ada makna tersirat dalam penamaan pada alat-alat serut, melainkan maknanya
adalah Denotatif atau makna sesungguhnya dan tidak tersirat

3. Bone Tools

Alat-alat tulang, yang berupa sudip dan mata tombak yang bergerigi pada kedua
belah sisinya, berukuran panjang 9,5 cm. Alat-alat tulang ini terbuat dari tulang
hewan Bofiade (sapi)

Bonggol Epiphysis

Tanpa Bonggol (Diaphysis) Belati

Nabila Mega Permata - 1806134985 7


Peralatan yang dihasilkan :

 Sudip
 Belati : Menggunakan bagian Diaphysis dan hanya satu sisi saja yang
ditajamkan atau dibelah menggunakan alat batu salah satunya serpih. Cara
penggunaan belati adalah dengan cara menusuk lalu merobek objeknya.

Alat tulang adalah alat yang termasuk mudah untuk diidentifikasi sebagai
peninggalan zaman purba, hal ini dapat diindikasikan dari visual tulang tersebut.
Pada sifat dasar tulang, tulang memiliki rangka yang lentur namun tidak mudah
pecah jika terkena sinar matahari ataupun unsur alam lainnya. Hal ini tidak berlaku
pada batu, batu akan mudah pecah jika terus menerus terpapar sinar matahari
ataupun terkena air hujan dan unsur alam lainnya. Pada tulang, hanya bagian
Epiphysis nya saja yang akan hilang akan tetapi bagian Diafisisnya akan tetap utuh.
Melihat dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa jika tulang ditemukan dalam keadaan
diafisisnya pecah, maka bisa dicurigai bahwa benda tersebut telah dipakai atau
merupakan alat pada zaman purba.

Namun Jika

Bagian Epiphysis Jika pecah maka bisa dicurigai


saja yang hancur bahwa tulang ini pernah dipakai

bagian diafisis tetap utuh

Nabila Mega Permata - 1806134985 8


4. Benda lainnya
4.1 Tatal batu

Tatal batu adalah hasil pengerjaan dengan menggunakan alat lain

Ada luka pukul dan bulbus (alur-alur)

Tatal Batu

4.2 Serpihan

Serpihan merupakan lepasan dari alat atau batu inti saat membuat alat, serpihan
tidak termasuk alat.

4.3 Batu-batu bulat

Batu-batu bulat ini diduga digunakan sebagai batu pelempar yang diikatkan
pada tali untuk menjerat hewan buruan. Batu-batu ini ditemukan dalam
penemuan Ngandong.

4.4 Toolkit (perlengkapan)

Toolkit adalah perlengkapan yang digunakan untuk membuat suatu alat,


contohnya, dalam membuat alat tulang, maka toolkitnya alat batu, begitupun
sebaliknya. Dalam pembuatan alat batu, alat tulang digunakan untuk
mengkilapkan alat batu, caranya dengan mengamplas alat batu dengan alat
tulang. Alat tulang dipilih untuk mengkilapkan alat batu karena kandungan silica
dalam alat tulang.

Nabila Mega Permata - 1806134985 9


4.5 Alat Kerang

Alat-alat kerang ini terbuat dari kerang utuh yang dibelah sesuai garis pada
kulit kerang, karena pinggirannya yang tajam, alat kerang ini dapat digunakan
dalam kegiatan sehari-hari.

Kerang diambil lalu dipatahkan, Lalu dipatahkan


(karena bagian kerang yang lunak mengikuti garis
dan mudah untuk dipatahkan) pada kerang

B. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ini masih
mengadopsi corak hidup dari masa sebelumnya. Kehidupan berburu dan
mengumpulkan makanan masih berlanjut, meskipun begitu telah terjadi
perkembangan teknologi pada masa ini. Adanya proses pengolahan makanan
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi menjadi salah satu hal yang membedakan dari
masa sebelumnya. Hal ini diindikasikan dari ditemukannya api, dapat dikatakan
telah terdapat api karena terdapat bekas pembakaran pada alat tulang yang menjadi
peninggalam pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.

Nabila Mega Permata - 1806134985 10


Terdapat dua cara menciptakan api pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut :

 Batu api + batu api saling digosokkan

Batu Api
Ditiup-tiup
Ada percikan api
Semak

 Menggosokkan bambu atau kayu dengan alas yang terbuat dari bambu atau
kayu juga

Digosokkan, lalu muncul percikan api

a. Manusia

Semenjak 10.000 tahun yang lalu, ras manusia seperti yang dikenal sekarang
sudah mulai ada di Indonesia dan sekitarnya. Terdapat dua ras yang terdapat di
Indonesia pada permulaan kala Holosen, yaitu Australomelanesid dan Mongoloid.

Australomelanesid
Ukuran badan Tinggi besar
Ukuran Tengkorak Kecil
Bentuk dahi 1. Miring
2. Busur kening nyata
Bentuk pelipis Tidak membulat
Bentuk tengkorak 1. Tengkorak lonjong (Dolikokranial)
2. Tengkorak sedang (Mesokranial)

Nabila Mega Permata - 1806134985 11


Bentuk kepala Bagian belakang kepala menonjol
Bentuk atap tengkorak 1. Membujur dari muka ke belakang
2. Terdapat peninggian yang luncung
Kondisi alat pengunyah 1. Kuat dan gigi besar
2. Geraham belum mereduksi
Bentuk rahang bawah Tebal
Dinding samping tengkorak Hampir lurus
Bentuk wajah Lebar muka sedang dan bagian rahang agak
dalam

Mongoloid
Bentuk Tubuh Tidak selebar Australomelanesid
Tinggi badan Lebih pendek dibanding Australomelanesid
Bentuk tengkorak Bundar atau sedang
Isi tengkorak Lebih besar
Bentuk dahi Membulat
Bentuk rongga mata Tinggi dan persegi
Bentuk wajah Lebar dan datar
Bentuk hidung Sedang atau lebar dan akar hidung dangkal
Benuk mulut Menonjol kedepan bersama dengan gigi muka
Alat pengunyah Mengalami Reduksi
Bagian kepala belakang Sudah tidak lagi menonjol
Supra Orbital Torus Tidak menonjol

b. Tempat Tinggal

Pada masa ini, manusia yang hidup di Indonesia mulai timbul usaha untuk
bertempat tinggal secara tidak tetap di dalam gua-gua alam, terutama gua-gua
payung yang suatu saat akan ditinggalkan jika sekiranya tidak mungkin lagi untuk
meneruskan hidup di tempat itu. Pada masa itu, manusia masih bergantung pada

Nabila Mega Permata - 1806134985 12


alam untuk hidup, termasuk mencari makanan, jika suatu saat tempat yang didiami
sudah mulai kehabisan makanan, maka manusia pada saat itu akan pindah ke tempat
baru untuk menemukan tempat baru yang terdapat makanan. Pada masa ini dalam
mendapatkan makanan, manusia masih harus berburu dan mengumpulkan makanan
untuk kemudian diolah, masih belum ada teknik bercocok tanam atau berladang,
oleh karena itulah manusia pada saat itu hidupnya berpindah-pindah dari satu gua
ke gua lain karena masih bergantung pada jumlah makanan yang tersedia di alam.

c. Pengembangan Kemahiran Membuat Artefak

Pada masa ini berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat di Indonesia
yaitu : Tradisi serpih-bilah, Tradisi alat tulang, dan tradisi Kapak genggam
Sumatera. Ketiga tradisi tersebut tentu tidak berdiri sendiri melainkan sering
tercampur dengan unsur-unsur lain dengan sa;ah satu jenis alat yang lebih dominan
dibanding yang lainnya.

1. Serpih Bilah

Teknik pembuatan alat-alat serpih bilah yaitu melanjutkan teknik pada masa
sebelumnya. Tetapi bentuk alat-alatnya tampak lebih maju dalam berbagai corak
untuk bermacam kegunaan. Bentuknya terkadang kecil melalui teknik pengerjaan
yang rumit, seperti alat-alat mikrolit yang berbentuk khas geometrik.Terdapat satu
teknik pengerjaan yaknik pemangkasan sekunder, yaitu pengerjaan serpih setelah
dilepaskan dari batu intinya. Bahan batu yang digunakan adalah kalsedon, batu
gamping dan batu andesit.

Ekskavasi yang dilakukan di Gua Panganreang Tudea menghasilkan beberapa


temuan, berdasarkan temuannya, Heekeren membedakan tiga macam lapisan
budaya dari atas ke bawah :

 Toala I : Mata panah bersayap dan bergerigi, lancipan Muduk, serut


kerang, dan gerabah
 Toala II : Bilah, mata panah berpangkal bundar, dan alat-alat
mikrolit

Nabila Mega Permata - 1806134985 13


 Toala III : Sepih dan bilah yang agak kasar dan besar ; diantaranya
ada serpih berujung cekung, dan bilah bergagang

Pernah ditemukan juga alat serpih bilah mikrolit (lebih kecil) di Sulawesi Selatan,
alat ini merupakan alat yang dibuat oleh suku Toala, alatnya kecil dan cenderung
simetris. Alat ini ditemukan oleh Fritz dan Paul Sarasin.

Tipologi artefak litik yang dihasilkan cukup bervariasi, yang secara kuantitas
maupun kualitas menunjukan perbedaan antara satu alat dengan alat yang lainnya.

 Serut : dicirikan oleh keberadaan retus bersambung menutupi seluruh atau


sebagian sisi alat
 Serpih tanpa retus : cirinya adalah ketiadaan retus pada sisinya sehingga
menggunakan serpih yang dilepas dari batu intinya dan tidak dipakai
 Serpih dengan retus pemakaian : adanya perimping-perimping bekas
pemakaian
 Bilah dengan retus : bentuk memanjang dengan kedua sisi lateral yang relatif
sejajar. Keteraturan sisinya agaknya membuat pengerjaan kedua kali tidak lagi
dibutuhkan

2. Alat Tulang

Alat tulang dipakai untuk melengkapi alat lain. Adakalanya pekerjaan yang
bersifat ringan seperti mengail, menjahit, dan sebagainya tidak dapat dikerjakan
dengan alat dari batu. Ada dugaan bahwa penggunaan alat tulang sebagai alat
bersamaan waktunya dengan kegiatan perburuan hewan.

3. Kapak Genggam Sumatra

Ciri utama budaya khusus ini antara lain menghasilkan produk artefak litik
kerakal (Pebble Tools) dengan teknik pemangkasan satu sisi dan meninggalkan sisi
lainnya yang masih asli. Artefak litik ini diserpih memanjang dan patahan mendatar
di bagian ujungnya diretus untuk membuat tajaman. Alat ini dikenal sebagai
sumatralith atau batu sumatra oleh karena ditemukan pertama kali di wilayah

Nabila Mega Permata - 1806134985 14


sumatra. Alat ini berasal dari Asia Tenggara dan ditemukan di Cina Selatan,
Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, dan Tasmania.

d. Seni Cadas

Seni Cadas adalah lukisan-lukisan di dinding-dinding karang atau di dinding


gua. Seni cadas yang paling menarik terdapat di Gua Tamrin dan Gua Ham karena
begitu banyak gambar di dalamnya. Gua Tamrin yang terletak di dekat Sungai
Marang, kira-kira 50 meter di atas permukaannya, memiliki sejumlah lukisan
pemari bertopeng yang menutupi seluruh bagian kepalanya. Lukisan itu mirip
dengan tarian adat yang masih berlangsung pada beberapa suku di Irian. Sementara
itu di Gua Ham ditemukan pola cap tangan yang jumlahnya mencapai 275 gambar,
serta 20 jenis pola lainnya seperti penari, tapir, rusa, dan tumbuh tumbuhan.

Nabila Mega Permata - 1806134985 15


Daftar Pustaka

Sejarah Nasional Indonesia I/Marwati Djoened Poesponegoro: Nugroho. –cet 2 –


Edisi Pemutakhiran –Jakarta: Balai Pustaka, 2008
https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpsmpsangiran/perkakas-batu/

Nabila Mega Permata - 1806134985 16

Anda mungkin juga menyukai