6. Bangunan Megalitik
Megalitik berasal dari kata mega yang artinya besar, dan lithos yang artinya batu.Tradisi
pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu didasarkan pada kepercayaan akan adanya
hubungan antara yang hidup dan yang mati. Jasa dari seseorang yang telah meninggal
diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar yang menjadi medium penghormatan.
Bangunan Megalitik
Nama Gambar Keterangan
Menhir Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang
didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek
moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
Perunggu merupakan hasil campuran antara timah putih dan tembaga. Masyarakat pada zaman
perunggu menghasilkan dua jenis benda, yaitu benda untuk kebutuhan sehari-hari dan benda untuk
keperluan upacara keagamaan.
1 Nekara Perunggu
Nekara merupakan genderang besar yang terbuat dari perunggu berpinggang di bagian tengahnya
dan tertutup dibagian atasnya. Nekara dimungkinkan berfungsi sebagai sarana upacara (kesuburan
dan kematian) dan dijadikan simbol status sosial. Fungsi lain dari nekara dimungkinkan untuk
memanggil roh leluhur untuk turun ke dunia memberi berkat serta memanggil hujan. Hal ini dapat
terlihat dari hiasan yang terdapat dalam beberapa nekara.
Nekara ditemukan di Sumatra, Jawa, Pulau Sangean, Bali, Selayar, Rote, dan Kepulauan Kei. Nekara
yang terbesar terdapat di Pura Penataran Sasih di desa Intaran daerah Pejeng, Bali. Nekara ini
bergaris tengah 160 cm dan tingginya 198 cm. Di Alor ditemukan sejenis nekara yang kecil dan
langsing yang disebut Moko atau Mako.
2 Kapak Corong (Kapak Sepatu)
Kapak corong adalah kapak yang bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya
berbentuk corong. Corong itu digunakan untuk tempat memasang tangkai kayu yang bentuknya
menyiku seperti bentuk kaki. Oleh karena itu, kapak corong disebut juga kapak sepatu.
Bentuk dan ukuran kapak corong bermacam-macam. Ada yang bagian tajamnya lurus dan ada yang
melengkung panjang (candrasa). Ada juga yang tangkainya lurus, melengkung, atau terbelah dua
seperti ekor burung layang-layang.
Kapak corong yang besar berfungsi sebagai cangkul, kapak corong yang kecil digunakan untuk
mengerjakan kayu, sedangkan kapak yang tajamnya melengkung panjang digunakan untuk upacara
atau sebagai tanda kebesaran seorang kepala suku.
Biasanya kapak untuk upacara itu dihiasi dengan bermacam-macam pola hias. Kapak dorong ini
banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa Bali, Sulawesi Tengah, Kepulauan Selayar, dan dekat
Danau Sentani, Papua.
3 Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda berbentuk seperti gitar Spanyol yang tidak bertangkai. Pola hiasan
dalam bejana perunggu adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf "J". Di Indonesia, bejana
perunggu ditemukan oleh para ahli di daerah Madura dan Sumatra.
Bejana juga ditemukan di Pnom Penh (Kamboja), maka tidak dapat disangsikan lagi bahwa
kebudayaan logam di Indonesia memang termasuk satu golongan dengan kebudayaan logam Asia
yang berpusat di Dongson. Itulah sebabnya, zaman perunggu di Indonesia ini lebih dikenal dengan
nama kebudayaan Dongson.
4 Perhiasan Perunggu
Biasanya perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur. Bentuk perhiasan beraneka ragam dan
ditemukan di daerah Bogor, Bali, dan Malang. Benda perhiasan dari besi banyak ditemukan
bersamaan dengan benda-benda dari perunggu.
5 Arca Perunggu
Arca-arca perunggu yang menggambarkan tentang manusia dan binatang ditemukan di Bangkinang
(Riau), Bogor, Palembang, dan Lumajang (Jawa Timur). Bentuk arca beraneka macam, seperti
menggambarkan orang sedang menari, naik kuda, dan memegang busur panah. Yang menarik dari
arca tersebut adalah di bagian kepalanya diberi tempat untuk mengaitkan tali atau menggantung.
6 Gerabah
Cara membuat gerabah pada zaman logam telah mengalami kemajuan dengan ragam hiasnya yang
lebih kaya. Jenisnya juga semakin beragam, seperti kendi, mangkuk, tempayan, belangga untuk
tempat air, dan lain-lain.
Ada juga geraba yang digunakan sebagai bekal kubur, seperti mangkuk, kendi, belangga, serta
manik-manik tanah liat yang dibakar dan diberi hiasan warna-warni. Tempat penemuan gerabah
misalnya di Gilimanuk (Bali), Anyer (Jawa Barat), dan Leuwiliang (Bogor).
Manusia pada zaman besi ini telah berhasil melebur biji-biji besi untuk membuat berbagai jenis
peralatan. Mereka telah membuat alat dengan teknik a cire perdue, di samping dengan teknik yang
sudah dikenal sebelumnya.
1. Buat model benda logam yang diinginkan dengan menggunakan bahan dasar dan lilin
terlebih dahulu.
2. Model lilin dilapisi dengan tanah liat, setelah mengeras, tanah liat tersebut dipanaskan
dengan api sehingga lilin mencair melalui lubang yang telah disiapkan di bagian bawah
model.
3. Dari lubang bagian atas model yang sudah disiapkan, masukkan logam cair dan biarkan
sampai cairan logam mendingin.
4. Setelah logam cair dingin, model dari tanah liat tadi dipecahkan, dan benda logam yang kita
inginkan pun sudah jadi.
Membuat benda dengan teknik ini ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah benda
yang diinginkan dapat mempunyai detail yang sempurna. Sedangkan kekurangannya adalah
cetakkan model hanya digunakan sekali saja.
1. Buat cetakan model dari benda yang diinginkan dengan bentuk yang dapat saling
ditangkupkan.
2. Kemudian tuangkan logam cair ke dalam cetakan tersebut.
3. Kedua cetakan kemudian saling ditangkupkan.
4. Selanjutnya biarkan logam dingin dan cetakan dapat dibuka.
5. Benda logam yang diinginkan sudah dapat digunkan.
Pembuatan benda yang menggunakan teknik bivalve mempunyai kelebihan dan kekurangan juga.
Kelebihannya adalah cetakan dapat digunakan berulang kali. Sedangkan kelemahan menggunakan
teknik bivalve adalah terdapat rongga dalam benda logam yang sudah jadi, sehingga kurang kuat.