Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan.
Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman
Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu
pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah
adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berdasarkan corak kehidupannya masa praaksara dibagi menjadi masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Berikut ini hasil
kebudayaan bangsa Indonesia pada masa praaksara.
6. Bangunan Megalitik
Megalitik berasal dari kata mega yang artinya besar, dan lithos yang artinya batu.Tradisi
pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu didasarkan pada kepercayaan akan adanya
hubungan antara yang hidup dan yang mati. Jasa dari seseorang yang telah meninggal
diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar yang menjadi medium penghormatan.
Bangunan Megalitik
Nama Gambar Keterangan
Menhir Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang
didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek
moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
Secara garis besar, pembagian zaman pra aksara dapat dibedakan sebagai berikut:
Pembagian zaman praaksara di atas, dapat dijadikan dasar dalam menentukan asal-usul
nenek moyang bangsa Indonesia. Dengan demikian, kalian dapat belajar berpikir kritis.
Misalnya, untuk mendukung pendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa
Melayu, kalian harus memiliki argumen yang kuat, logis, dan objektif.
Terlepas dari mana asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai
tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah
ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka
mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa- bangsa di belahan dunia lain. Tahapan
perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara di Indonesia adalah sebagai berikut, klik
link berikut untuk penjelasan secara lanjut :
Ada beberapa alat-alat dari batu yang ditemukan di wilayah Indonesia, seperti kapak
perimbas, kapak penatah, dan kapak genggam. Batu-batu serpih yang terbuat dari
pecahan batu digunakan sebagai pisau atau alat pemotong, juga sebagai mata panah
atau tombak. Alat-alat dari batu banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Sangiran,
Jawa Timur.
Alat-alat dari tulang dan tanduk juga ditemukan di daerah Ngandong, Jawa Timur.
Digunakan sebagai ujung tombak dan alat untuk mencungkil atau menggali umbi-
umbian dari dalam tanah. Jenis manusia yang hidup pada berburu
dan mengumpulkan makanan ini, adalah Meganthropus Palaejavanicus,
Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus
Erectus, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan terus berlanjut pada zaman
Mesolitihikum. Kehidupan semi nomaden. Artinya ada yang tinggal menetap, tetapi
masih ada yang berpindah-pindah. Mereka memilih tempat di gua/ceruk, tepi
pantai, atau tepi sungai. Masa mesolithikum berlangsung selama kurang lebih
20.000 tahun silam.
Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Zaman Hasil-hasil Cara Hidup dan Jenis Manusia
Kebudayaan Kemampuan membuat Pendukung
alat
- Meganthropus
– masa food gathering
Budaya Pacitan Palaeojavanicus
tahap awal (berburu,
– Kapak Penetak – Pithecanthropus
menangkap ikan,
- Kapak Perimbas Erectus
mengumpulkan
Budaya Ngandong – Pithecanthropus
Palaeolithikum keladi,
– alat-alat tulang dan Robustus
ubi, dan buahbuahan
tanduk – Pithecanthropus
hutan
– alat-alat yang terbuat Mojokertensis
- nomaden
dari batu-batu kecil. – Homo Soloensis
(berpindah-pindah)
– Homo Wajakensis
Budaya BasconHoabind
– kapak Sumatera – masa food gathering
– kapak genggam tingkat lanjut- Papua Melanesoide
Mesolitihikum – alat-alat terbuat dari – semi nomaden – Suku Papua
tulang – abris sous soche – Suku Sakai (Siak)
– kapak pendek – kjokkenmoddinger
– batu serpih
2. Masa Bercocok Tanam dan Beternak (Food Producing)
Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000
tahun
sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua
Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R.
Soekmono, perubahan dari food gathering ke food producing. merupakan satu
revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang
cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu menjadi
bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai dasar
peradaban Indonesia sekarang.
Dalam hal kepercayaan mereka melakukan pemujaan kepada arwah nenek moyang
yang dianggap sangat mempengaruhi kehidupan mereka (animisme) dan
mempercayai kepada benda-benda alam yang dianggap memiliki
kekuatan (dinamisme).
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk
menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu
bentuknya sudah halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi.
Terbuat dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga
Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya
jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini
banyak ditemukan di Indonesia. Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman
logam dan zaman megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Masa Bercocok Tanam dan Beternak
Cara Hidup dan
Hasil-hasil Jenis Manusia
Zaman Kemampuan membuat
Kebudayaan Pendukung
alat
Proto Melayu (2000
– Kapak lonjong – Food producing
SM)
– Kapak persegi – Tempat tinggal
– Suku Nias
Neolithikum – Kapak bahu menetap
– Suku Toraja
– Tembikar/gerabah – Bercocok tanam
– Suku Sasak
– Perhiasan – Beternak
– Suku Dayak
3. Masa Megalithikum (Masa Kebudayaan Batu Besar)
Adanya kebudayaan megalithik terungkap dari penemuan bangunan-bangunan yang
dibuat
dari batu besar. Bahan-bahan bangunan megalithik kerap kali harus didatangkan
dari tempat lain sebelum didirikan di suatu tempat yang terpilih.
Dalam kenyataannya, bangunan megalithik memang didirikan demi kepentingan
seluruh masyarakat yang membangunnya. Bangunan ini didirikan untuk
kepentingan penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang. Dengan demikian,
pendirian bangunan megalitihik berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut
masyarakat pada masa itu.
sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan
besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat
untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga
zaman perundagian.
Pada masa ini nenek moyang bangsa Indonesia telah pandai membuat barang-
barang penunjang kehidupan dari logam. Di Indonesia logam yang digunakan adalah
perunggu dan besi. Maka muncul daerah-daerah produsen barang, yang
kemudian ditukarkan dengan barang kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter.
Kebutuhan barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen, sehingga
terjadilah perdagangan antar daerah. Kebudayaan zaman logam terus berkembang
hingga munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Masa Zaman Logam
Cara Hidup dan
Hasil-hasil Jenis Manusia
Zaman Kemampuan membuat
Kebudayaan Pendukung
alat
- Barang-barang Masa Perundagian
perhiasan – Mengenal teknologi
- Manik-manik pertukangan. Deutro Melayu
Logam/ - Bejana perunggu – Muncul daerah Yang masuk ke
Perunggu - Candrasa produsen dan daerah Indonesia tahun
- Moko konsumen. 300 SM.
– Kapak corong – Timbul perdagangan
(budaya Dongson) barter.