Anda di halaman 1dari 11

Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.

Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan.
Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman
Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu
pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah
adalah zaman setelah adanya tulisan.

Berdasarkan corak kehidupannya masa praaksara dibagi menjadi masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Berikut ini hasil
kebudayaan bangsa Indonesia pada masa praaksara.

Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa


Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period) adalah masa
dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan mereka
untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari alam
(sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim mereka pada saat
itu). Mereka hidup dengan cara berpindah pindah (nomaden). Beberapa alat yang digunakan
untuk berburu dan mengumpulkan makanan antara lain sebagai berikut.
No Nama Gambar Keterangan
1. Kapak Alat ini berupa batu yang dibentuk menjadi semacam
Perimbas kapak. Teknik pembuatannya masih kasar, dan tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang panjang,
bagian tajam kapak jenis ini hanya pada satu sisi.
Tempat ditemukannya antara lain di Lahat (Sumatra
Selatan), Kamuda (Lampung), Bali, Flores, Timor,
Punung (Pacitan, Jawa Timur), Jampang Kulon
(Sukabumi, Jawa Barat), Parigi, Tambangsawah
(Bengkulu).
2. Kapak Kapak penetak dibuat dari fosil kayu. Kapak penetak
Penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak
perimbas, bagian tajamnya berliku-liku. Kapak penetak
ini bentuknya lebih besar daripada kapak perimbas dan
cara pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi
untuk membelah kayu, pohon, bambu, atau disesuaikan
dengan kebutuhannya. Kapak penetak ini ditemukan
hampir di seluruh wilayah Indonesia.
3. Pahat Pahat genggam dibuat dari kalsedon dan fosil kayu,
Genggam berukuran sedang dan kecil. Pahat genggam memiliki
bentuk yang lebih kecil dari kapak genggam. Para ahli
menafsirkan bahwa pahat genggam mempunyai fungsi
untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk
mencari umbiumbian yang dapat dimakan.
4. Alat Alat serpih merupakan batu pecahan sisa pembuatan
Serpih kapak genggam yang dibentuk menjadi tajam. Alat
tersebut berfungsi sebagai serut, gurdi, penusuk, dan
pisau. Tempat ditemukannya alat serpih ini antara lain
di Punung (Pacitan, Jawa Timur), Sangiran, Ngandong
(lembah Sungai Bengawan Solo), Gombong (Jawa
Tengah), Lahat, Cabbenge, dan Mengeruda (Bagian
Barat Flores, NTT).
5. Alat-Alat Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatang
dari buruan, seperti tanduk menjangan, duri ikan pari, ada
Tulang kemungkinan digunakan sebagai mata tombak. Alat-
alat itu ditemukan di Gua Lawang di daerah Gunung
Kendeng, Bojonegoro. Di gua-gua di daerah Tuban
(Gua Gedeh dan Gua Kandang) ditemukan alat-alat
dari kulit kerang berbentuk sabit (lengkung).

Hasil Kebudayaan Masa Bercocok Tanam


Masa bercocok tanam merupakan masa setelah berburu dan mengumpulkan makanan, Masa
dimana manusia praaksara mulai hidup menetap, mulai menanam, menguasai alam. Ketika
alam sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia, yang disebabkan populasi
manusia bertambah dan sumber daya alam berkurang, maka manusia mulai memikirkan
bagaimana dapat menghasilkan makanan. Manusia harus mengolah alam. Pada masa ini
kehidupan manusia berkembang dengan mulai mengolah makanan dengan cara bercocok
tanam. Beberapa alat yang digunakan antara lain sebagai berikut.
No Nama Gambar Keterangan
1. Kapak Beliung persegi merupakan alat dengan permukaan
Persegi memanjang dan berbentuk persegi empat. Seluruh
permukaan alat tersebut telah digosok halus, kecuali
pada bagian pangkal yang digunakan untuk tempat
ikatan tangkai. Sisi pangkal diikat pada tangkai, sisi
depan diasah sampai tajam.

2. Kapak Kapak lonjong merupakan alat berbentuk lonjong


Lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian
tajamannya. Seluruh permukaan alat tersebut telah
digosok halus. Sisi pangkal agak runcing dan diikat
pada tangkai. Sisi depan lebih melebar dan diasah
sampai tajam pada kedua sisinya sehingga
menghasilkan bentuk tajaman yang simetris. Inilah
yang membedakannya dengan beliung persegi. Alat ini
di Indonesia ditemukan hanya terbatas di daerah bagian
timur, yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores,
Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua.
3. Mata Mata panah mencerminkan kehidupan masyarakat pada
Panah masa berburu dan mengumpulkan makanan. Mata
panahbanyak ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan. Tempat-tempat penemuan mata panah di Jawa
Timur antara lain adalah di Sampung (Gua Lawa),
Tuban (Gua Gede dan Gua Kandang), Besuki (Gua
Petpuruh), dan Bojonegoro (Gua Keramat). Di
Sulawesi Selatan, alat ini antara lain ditemukan di
beberapa gua di Pegunungan Kapur Bone (Gua
Cakondo, Tomatoa Kacicang, Ara, Bola Batu, Pattae)
dan di beberapa gua di Pegunungan Kapur Maros dan
sekitarnya.
4. Gerabah Gerabah terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pada masa
bercocok tanam, alat ini dibuat secara sederhana.
Semua dikerjakan dengan tangan. Gerabah ditemukan
di daerah Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua
(Bogor), Serpong (Tanggerang), Bali, Kalumpang dan
Minanga Sipakka (Sulawesi) serta beberapa daerah lain
di Indonesia.

5. Perhiasan Pada masa bercocok tanam, sudah dikenal perhiasan


berupa gelang yang terbuat dari batu dan kerang.
Perhiasan seperti ini umumnya ditemukan di Jawa
Tengah dan Jawa Barat.

6. Bangunan Megalitik
Megalitik berasal dari kata mega yang artinya besar, dan lithos yang artinya batu.Tradisi
pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu didasarkan pada kepercayaan akan adanya
hubungan antara yang hidup dan yang mati. Jasa dari seseorang yang telah meninggal
diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar yang menjadi medium penghormatan.
Bangunan Megalitik
Nama Gambar Keterangan
Menhir Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang
didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek
moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

Sarkofagus Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua


batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak
ditemukan di Bali
Dolmen Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji,
tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan
tempat meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah
Bondowoso, Jawa Timur.
Peti Kubur Batu Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang
disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu
ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

Waruga Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil


berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh.
Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah
dan Sulawesi Utara.
Arca Arca adalah patung terbuat dari batu utuh, ada yang
menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca
banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur.

Punden Berundak Punden berundak-undak merupakan tempat pemujaan.


Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara
bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak
ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

Hasil Kebudayaan Masa Perundagian


Masa perundagian atau jaman logam adalah salah satu tahapan kehidupan manusia purba
berdasarkan arkeologi. Pada zaman logam, masyarakat sudah mengenal pembagian kerja atau
dengan kata lain pada masa ini sudah terdapat tingkatan masyarakat. Hal ini dikarenakan
tidak semua orang memiliki logam dan tidak semua orang bisa membuat alat-alat yang
terbuat dari logam. Berikut ini beberapa eninggalan masa perundagian
Masa Perundagian
Nama Gambar Keterangan
Nekara Nekara ialah semacam tambur besar dari perunggu
yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya
tertutup. Pada nekara, terdapat pola hias yang beraneka
ragam. Pola hias yang dibuat ialah pola binatang,
geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan
laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar
manusia.. Benda ini banyak ditemukan di Bali,
Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.
Moko Bentuk moko menyerupai nekara yang lebih ramping.
Bidang pukulnya menjorok keluar, bagian bahu lurus
dengan bagian tengah yang membentuk silinder dan
kakinya lurus serta melebar di bagian bawah..Nekara
yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor,
Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap
sebagai benda keramat dan suci.
Kapak Perunggu Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang
berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak
perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak
corong. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa,
Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu
dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.
Candrasa Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya
panjang, ditemukan di Yogyakarta. Candrasa
dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan
dan sebagai tanda kebesaran.

Perhiasan Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan,


Perunggu gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa
perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat,
Jawa Timur, Bali dan Sumatera.

Manik-manik Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri


berbagai ukuran dan bentuk. Manik-manik
dipergunakan sebagai perhiasan dan bekal hidup
enam, bulat, dan oval. Daerah penemuannya di
Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki,
dan Buni.
Bejana Perunggu Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari
perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat
menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan
menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di
Sumatera dan Madura.

Arca Perunggu Benda bentuk patung yang terbuat dari perunggu


menggambar orang yang sedang menari, berdiri, naik
kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat penemuan
di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan
Palembang.

Pola Kehidupan Masyarakat Pra Aksara


Posted by Khusnul Sidik at 11/11/2013
Masyarakat pra aksara adalah gambaran tentang kehidupan manusia-manusia pada masa
lampau, di mana mereka belum mengenal tulisan sebagai cirinya. Kehidupan masyarakat pra
aksara dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) kehidupan nomaden, (2) kehidupan semi
nomaden, dan (3) kehidupan menetap. Meskipun demikian, pola kehidupan masyarakat pra
aksara tidak dapat dijadikan dasar pembagian zaman. Oleh karena itu, apabila dikaitkan
dengan pembagian zaman, maka masyarakat pra aksara hidup pada zaman batu dan zaman
logam.

Secara garis besar, pembagian zaman pra aksara dapat dibedakan sebagai berikut:

Pembagian Zaman Pra Aksara


Menurut H.R. Van Heekeren

Pembagian zaman praaksara di atas, dapat dijadikan dasar dalam menentukan asal-usul
nenek moyang bangsa Indonesia. Dengan demikian, kalian dapat belajar berpikir kritis.
Misalnya, untuk mendukung pendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa
Melayu, kalian harus memiliki argumen yang kuat, logis, dan objektif.

Terlepas dari mana asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai
tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah
ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka
mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa- bangsa di belahan dunia lain. Tahapan
perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara di Indonesia adalah sebagai berikut, klik
link berikut untuk penjelasan secara lanjut :

1. Pola Kehidupan Nomaden


2. Pola Kehidupan Semi Nomaden
3. Pola Kehidupan Menetap
Kehidupan Masa Praaksara.
Perkembangan corak kehidupan masyarakat purba pada masa pra-aksara dapat
dilihat dari cara mereka memenuhi kebutuhan pokok dan alat-alat yang dibuat dan
digunakannya. Sejarawan Sartono Kartodirdjo dan Nugroho Notosusanto membagi
zaman praaksara menjadi empat tahapan.

1. Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Pada zaman Palaeolithikum, kira-kira 2 juta tahun lalu, manusia purba hidup
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain (Nomaden). Mereka berpindah-
pindah mencari daerah yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketergantungan
hidup pada alam merupakan pokok kehidupan manusia purba zaman itu. Mereka
berburu hewan liar dan mengumpulkan bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan.
Pola ini disebut sebagai food gathering. Untuk berburu dan mengumpulkan bahan
makanan mereka menggunakan alat-alat sederhana, apa adanya yang tersedia di
alam sekitar mereka.

Ada beberapa alat-alat dari batu yang ditemukan di wilayah Indonesia, seperti kapak

perimbas, kapak penatah, dan kapak genggam. Batu-batu serpih yang terbuat dari
pecahan batu digunakan sebagai pisau atau alat pemotong, juga sebagai mata panah
atau tombak. Alat-alat dari batu banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Sangiran,
Jawa Timur.

Alat-alat dari tulang dan tanduk juga ditemukan di daerah Ngandong, Jawa Timur.
Digunakan sebagai ujung tombak dan alat untuk mencungkil atau menggali umbi-
umbian dari dalam tanah. Jenis manusia yang hidup pada berburu
dan mengumpulkan makanan ini, adalah Meganthropus Palaejavanicus,
Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus
Erectus, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan terus berlanjut pada zaman
Mesolitihikum. Kehidupan semi nomaden. Artinya ada yang tinggal menetap, tetapi
masih ada yang berpindah-pindah. Mereka memilih tempat di gua/ceruk, tepi
pantai, atau tepi sungai. Masa mesolithikum berlangsung selama kurang lebih
20.000 tahun silam.
Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Zaman Hasil-hasil Cara Hidup dan Jenis Manusia
Kebudayaan Kemampuan membuat Pendukung
alat
- Meganthropus
– masa food gathering
Budaya Pacitan Palaeojavanicus
tahap awal (berburu,
– Kapak Penetak – Pithecanthropus
menangkap ikan,
- Kapak Perimbas Erectus
mengumpulkan
Budaya Ngandong – Pithecanthropus
Palaeolithikum keladi,
– alat-alat tulang dan Robustus
ubi, dan buahbuahan
tanduk – Pithecanthropus
hutan
– alat-alat yang terbuat Mojokertensis
- nomaden
dari batu-batu kecil. – Homo Soloensis
(berpindah-pindah)
– Homo Wajakensis
Budaya BasconHoabind
– kapak Sumatera – masa food gathering
– kapak genggam tingkat lanjut- Papua Melanesoide
Mesolitihikum – alat-alat terbuat dari – semi nomaden – Suku Papua
tulang – abris sous soche – Suku Sakai (Siak)
– kapak pendek – kjokkenmoddinger
– batu serpih
2. Masa Bercocok Tanam dan Beternak (Food Producing)
Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000
tahun

sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua
Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R.
Soekmono, perubahan dari food gathering ke food producing. merupakan satu
revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang
cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu menjadi
bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai dasar
peradaban Indonesia sekarang.

Dalam hal kepercayaan mereka melakukan pemujaan kepada arwah nenek moyang
yang dianggap sangat mempengaruhi kehidupan mereka (animisme) dan
mempercayai kepada benda-benda alam yang dianggap memiliki
kekuatan (dinamisme).
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk
menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu
bentuknya sudah halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi.
Terbuat dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga
Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya
jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini
banyak ditemukan di Indonesia. Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman
logam dan zaman megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Masa Bercocok Tanam dan Beternak
Cara Hidup dan
Hasil-hasil Jenis Manusia
Zaman Kemampuan membuat
Kebudayaan Pendukung
alat
Proto Melayu (2000
– Kapak lonjong – Food producing
SM)
– Kapak persegi – Tempat tinggal
– Suku Nias
Neolithikum – Kapak bahu menetap
– Suku Toraja
– Tembikar/gerabah – Bercocok tanam
– Suku Sasak
– Perhiasan – Beternak
– Suku Dayak
3. Masa Megalithikum (Masa Kebudayaan Batu Besar)
Adanya kebudayaan megalithik terungkap dari penemuan bangunan-bangunan yang
dibuat

dari batu besar. Bahan-bahan bangunan megalithik kerap kali harus didatangkan
dari tempat lain sebelum didirikan di suatu tempat yang terpilih.
Dalam kenyataannya, bangunan megalithik memang didirikan demi kepentingan
seluruh masyarakat yang membangunnya. Bangunan ini didirikan untuk
kepentingan penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang. Dengan demikian,
pendirian bangunan megalitihik berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut
masyarakat pada masa itu.

Bangunan megalithik tersebar di seluruh Indonesia. Ada yang dibangun secara


berkelompok dan ada yang berdiri sendiri. Kehidupan menetap yang telah dijalani
menimbulkan ikatan-ikatan antara manusia dengan alam semestanya. Oleh karena
itu, nenek moyang kita mempunyai kepercayaan yang berkaitan dengan alam
sekitarnya.
Masa Megalithikum
Cara Hidup dan
Hasil-hasil Jenis Manusia
Zaman Kemampuan membuat
Kebudayaan Pendukung
alat
Kebudayaan Dongson
– Food producing
- menhir
– Tempat tinggal
- dolmen Proto Melayu (2000
menetap
- sarkopagus SM)
– Bercocok tanam
- waruga – Suku Nias
Megalithikum – Beternak
- manik-manik – Suku Dayak
– Nelayan
- kubur batu – Suku Sasak
– Membuat alat-alat
- pundek – Suku Toraja
dari gerabah
berundak-undak
– Rumah panggung
– arca
4. Masa Zaman Logam
Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi
pertukangan secara

sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan
besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat
untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga
zaman perundagian.

Pada masa ini nenek moyang bangsa Indonesia telah pandai membuat barang-
barang penunjang kehidupan dari logam. Di Indonesia logam yang digunakan adalah
perunggu dan besi. Maka muncul daerah-daerah produsen barang, yang
kemudian ditukarkan dengan barang kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter.
Kebutuhan barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen, sehingga
terjadilah perdagangan antar daerah. Kebudayaan zaman logam terus berkembang
hingga munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Masa Zaman Logam
Cara Hidup dan
Hasil-hasil Jenis Manusia
Zaman Kemampuan membuat
Kebudayaan Pendukung
alat
- Barang-barang Masa Perundagian
perhiasan – Mengenal teknologi
- Manik-manik pertukangan. Deutro Melayu
Logam/ - Bejana perunggu – Muncul daerah Yang masuk ke
Perunggu - Candrasa produsen dan daerah Indonesia tahun
- Moko konsumen. 300 SM.
– Kapak corong – Timbul perdagangan
(budaya Dongson) barter.

Anda mungkin juga menyukai