Anda di halaman 1dari 11

Sutrisno et al.

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

Potensi Wolffia globosa dan Lemna perpusilla (Lemnaceae)


sebagai Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Sutrisno, Tjandra Chrismadha, Novi Mayasari

Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Email: sutrisno@limnologi.lipi.go.id

Diajukan 6 September 2020. Ditelaah 27 Mei 2021. Disetujui 12 Juni 2021.

Abstrak

Upaya pencarian pakan alternatif, khususnya pakan alami yang murah serta mudah
diperoleh, terus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi usaha budi daya ikan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan dua jenis tumbuhan air dari kelompok
Lemnaceae, yaitu Wolffia globosa and Lemna perpusilla sebagai pakan alternatif pada budi
daya ikan Nila (Oreochromis niloticus). Ikan Nila dibudidayakan di dalam sembilan buah
akuarium berukuran 60 × 40 × 40 cm3, dengan sistem resirkulasi air tertutup di dalam sebuah
rumah kaca. Kedua jenis tumbuhan air diberikan secara ad libitum, sementara pelet komersial
sebagai pembanding diberikan sebanyak 3% bobot tubuh, masing-masing dengan tiga kali
ulangan. Pengamatan terhadap laju pertumbuhan ikan dan efisiensi pakan dilakukan setiap dua
minggu selama delapan minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan kisaran laju pertumbuhan
ikan yang diberi Wolffia dan Lemna berturut-turut 6,27 ± 0,14% per hari dan 6,46 ± 0,18% per
hari, sementara yang diberi pakan pelet 7,17 ± 0,22% per hari. Meskipun angka laju
pertumbuhan ini secara nyata lebih rendah daripada ikan yang diberi pelet, namun cukup
menunjukkan potensi kedua jenis tumbuhan air ini sebagai pakan alternatif yang dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi biaya pakan. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa
biomassa segar Lemna lebih efisien digunakan sebagai pakan ikan dibandingkan Wolffia.

Kata kunci: Lemna perpusilla, Wolffia globosa, pakan alternatif, ikan Nila, budi daya perikanan

Abstract

The Potential of Wolffia globosa and Lemna perpusilla (Lemnaceae) as Nile Tilapia
(Oreochromis niloticus) Feed. Efforts to find alternative feeds, particularly those of cheap and
readily available natural feeds, are continuously being made to improve the efficiency of fish
farming. This study was conducted to determine the effectiveness of using two types of aquatic
plants from the Lemnaceae group, Wolffia globosa and Lemna perpusilla, as alternative feeds

1
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

in the cultivation of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). The fish was reared in nine aquaria
measuring 60 × 40 × 40 cm3, with a closed water recirculation system placed in a greenhouse.
The aquatic plants were provided ad libitum while commercial pellets as control and
comparison were given at 3% of the body weight, each with three replications. Observations on
fish growth rate and feed efficiency were carried out every two weeks for eight weeks. The
result showed that the growth rate of fish fed with Wolffia and Lemna reached 6.27 ± 0.14%
per day and 6.46 ± 0.18% per day, while that fed with pellet was 7.17 ± 0.22% per day. Although
these growth rates are significantly lower than that of fish fed with pellets, it is sufficient to
show the potential of these aquatic plants as alternative feeds that can be used to reduce feed
costs. This study also showed the better efficiency of fresh Lemna biomass as fish feed than
Wolffia.

Keywords: Lemna perpusilla, Wolffia globosa, alternative feed, Nile Tilapia, aquaculture

Pendahuluan cepat, kandungan protein yang tinggi, serta


kandungan serat yang relatif rendah
Pakan merupakan salah satu (Chrismadha et al., 2012). Pada kondisi
komponen penting yang berfungsi sebagai optimal, jenis tumbuhan ini dapat
sumber materi dan energi untuk menopang menggandakan biomassanya hanya dalam
kelangsungan hidup dan pertumbuhan waktu dua hari (Landesman et al., 2005),
dalam kegiatan budi daya ikan. Namun di sehingga pola tanam yang efektif dapat
sisi lain, pakan merupakan komponen mencapai produktivitas 13–38 ton berat
terbesar (50–60%) dari biaya produksi kering/ha/tahun (Ansal et al., 2010).
(Stankovic et al., 2010). Peningkatan harga Banyak spesies dari genus Lemna
pakan ikan yang semakin tinggi tanpa mempunyai kandungan protein tinggi, yaitu
disertai kenaikan harga jual ikan hasil budi mencapai 43% berat keringnya (Landesman
daya adalah permasalahan yang harus et al., 2005) dengan sembilan asam amino
dihadapi setiap pembudi daya ikan. Oleh esensial di dalamnya (Chakrabarti et al.,
karena itu, upaya pencarian pakan 2018). Sementara genus Wolffia memiliki
alternatif, salah satunya pakan alami yang kandungan protein hingga 48,2% dari berat
murah serta mudah diperoleh, harus terus keringnya, yang di dalamnya terdapat
dilakukan agar dapat mengurangi biaya sepuluh jenis asam amino esensial
produksi (Ogello et al., 2014). Kriteria (Ruekaewma et al., 2015).
pakan alternatif yang murah pada Berbagai penelitian juga telah
prinsipnya adalah pemanfaatan sumber dilakukan untuk memanfaatkan kelompok
daya alam yang tidak layak dikonsumsi tumbuhan Lemnaceae sebagai pakan ikan.
secara langsung oleh manusia atau Uji coba di Brasil memperlihatkan potensi
pemanfaatan surplus yang memiliki nilai biomassa kering Lemna untuk suplemen
nutrisi dan nilai ekonomi yang lebih kecil pakan ikan Nila hingga mencapai 50%
daripada bahan pangan hewani yang akan tanpa mengganggu kinerja tumbuhnya
dihasilkan (Arief et al., 2011). (Tavares et al., 2008). Chrismadha dan
Kelompok tumbuhan air dari famili Mulyana (2019) memanfaatkan L.
Lemnaceae atau lebih dikenal dengan nama perpusilla sebagai pakan tunggal pada budi
umum rumput bebek (duckweed) telah lama daya ikan Nila dan melaporkan kinerja
direkomendasikan sebagai sumber pakan tumbuh ikan hingga 1,8% per hari,
alami untuk budi daya ikan (Skillicorn, sementara El-Shafai et al. (2004)
1993). Beberapa hasil penelitian melaporkan rasio konversi pakan biomassa
memperlihatkan keunggulan kelompok Lemna gibba untuk pakan ikan Nila adalah
Lemnaceae ini, meliputi pertumbuhan yang 1,5% per hari Demikian juga dengan

2
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

Wolffia yang telah dimanfaatkan sebagai Sumatra Utara. L. perpusilla dan W.


sumber protein pada formulasi pakan ikan globosa ditumbuhkan di beberapa bak dan
Nila untuk menggantikan tepung kedelai kolam dengan media air limbah dari kolam
(Chareontesprasit & W. Jiwyam, 2001). budi daya ikan Lele sampai cukup padat
Keberhasilan pemanfaatan Lemnaceae, untuk dipanen. Pemanenan dilakukan rutin
khususnya Lemna dan Wolffia, sebagai untuk menjaga populasi tumbuhan tidak
pakan tunggal pada budi daya ikan Nila juga terlalu padat. Untuk penelitian ini, biomassa
telah dilaporkan oleh Skillicorn (1993) diambil setiap hari sesuai dengan
dengan tingkat produksi mencapai 7,5 kebutuhan, yaitu dengan cara tumbuhan air
ton/ha/tahun. diserok dan airnya ditiriskan dengan
Penelitian ini melakukan uji coba mengibas-ngibaskan serokannya hingga air
pemanfaatan dua jenis tumbuhan tidak menetes lagi. Selanjutnya, biomassa
Lemnaceae yang banyak tumbuh di ditimbang sebelum dimasukkan ke
perairan dataran rendah di Indonesia, yaitu akuarium uji.
Lemna perpusilla dan Wolffia globosa Pakan komersial berupa pelet
sebagai pakan alternatif ikan Nila dengan digunakan sebagai pembanding. Pada
tujuan untuk mengetahui efektivitas kedua empat minggu pertama ikan Nila diberi
jenis tumbuhan ini pada kegiatan usaha budi pakan pelet berukuran kecil (Hi-Pro-Vite
daya ikan tersebut. 781-1) yang memiliki kandungan protein
31–33%, dan empat minggu berikutnya
diberi pelet yang berukuran lebih besar (Hi-
Bahan dan Metode Pro-Vite 781-2).

Lokasi dan Waktu Uji Coba


Penelitian dilakukan pada bulan Uji coba dilakukan menggunakan
Maret–Mei 2020 di rumah kaca Pusat sembilan buah akuarium berukuran 60 × 40
Penelitian Limnologi LIPI, Cibinong × 40 cm3, dengan sistem resirkulasi air
dengan sampling ikan setiap dua minggu tertutup (Gambar 1). Akuarium-akuarium
sekali sebanyak empat kali. ini disusun membentuk huruf U. Sebuah
tangki distribusi air berkapasitas 500 L
Bibit Ikan Nila ditempatkan di bagian tengah sistem,
Ikan yang digunakan merupakan anak dilengkapi sebuah pompa berkapasitas 49
ikan Nila merah (Oreochromis niloticus) L/menit untuk mengalirkan air ke
hasil pemijahan di kolam Pusat Penelitian akuarium-akuarium, melalui pipa PVC ¾
Limnologi LIPI di Cibinong yang induknya inci yang diberi lubang secukupnya untuk
berasal dari peternak ikan di Kabupaten membentuk jatuhan air yang merata di
Bogor. Dari kolam pemijahan, anak ikan setiap akuarium. Jatuhan air tersebut disetel
dikumpulkan di akuarium yang dilengkapi agar bisa mempertahankan kondisi oksigen
aerasi dan diberi pakan pelet Hi-Pro-Vite terlarut (DO) di atas 3 ppm selama masa uji
781-1 sebelum penelitian dimulai. coba. Kemudian, air dialirkan dari tiap-tiap
akuarium melalui pipa yang dipasang di
Pakan Tumbuhan Air dan Pelet Kontrol bawah akuarium yang terhubung dengan
Lemna yang digunakan berasal dari sistem pipa (PVC 2 inci) menuju ke tangki
perairan di sekitar Kabupaten Bogor, distribusi. Penambahan air dilakukan
sementara Wolffia diambil dari perairan seminggu sekali untuk menjaga volume air
umum di Kabupaten Serdang Bedagai, di akuarium sesuai dengan volume awal.

3
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

Gambar 1. Skema akuarium uji: (1) sembilan buah akuarium uji, (2) input jatuhan air, (3) pipa
distribusi air, (4) lubang drainase, (5) pipa drainase, (6) pipa kolektor, (7) tangki
distribusi, (8) pompa air

Ikan Nila berumur dua minggu Pengamatan juga dilakukan terhadap


dengan berat rata-rata 3,41 g sebanyak 10 jumlah konsumsi pakan harian, yaitu
ekor ditebar ke dalam masing-masing dengan mencatat jumlah masing-masing
akuarium, dan ditumbuhkan selama empat pakan yang diberikan setiap hari, yang
minggu pertama (fase awal). Setelah itu selanjutnya dijumlahkan selama masa uji
selama empat minggu berikutnya (fase untuk menghitung tingkat konversi pakan
akhir), kepadatan ikan dikurangi menjadi 5 (FCR). Wolffia dan Lemna ditimbang
ekor/akuarium, dipilih ikan yang berukuran dalam bentuk berat basahnya, sementara
paling besar, untuk mengurangi pengaruh pelet ditimbang dalam bentuk kering sesuai
kompetisi ruang. Variasi pakan diberikan kemasannya. Penimbangan dilakukan
sebagai perlakuan uji, yaitu biomassa menggunakan timbangan digital dengan
Wolffia, Lemna, dan pelet sebagai kontrol ketelitian 0,1 g. Sampling biomassa
pembanding. Pemberian pakan dilakukan tumbuhan air yang digunakan untuk pakan
secara progresif sehari sekali, yaitu pelet diambil sekali pada saat awal uji coba dan
sebanyak 3% dari berat ikan, sedangkan dianalisis kandungan proksimat dan asam
biomassa Wolffia dan Lemna diberikan aminonya. Parameter proksimat meliputi
secara ad libitum, yaitu disesuaikan dengan kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar,
kebutuhan ikan. dan serat kasar yang dianalisis di
Laboratorium Biologi dan Bioteknologi,
Pengamatan LPPM, Institut Pertanian Bogor dengan
Panjang dan berat ikan diukur satu per prosedur mengacu pada (AOAC, 2005).
satu setiap dua minggu sebanyak empat Analisis asam amino menggunakan metode
kali. Panjang tubuh ikan diukur dengan HPLC mengikuti (ICI, 1988) di
ketelitian 1 mm. Pengukuran berat tubuh Laboratorium Kimia Terpadu, Institut
ikan menggunakan timbangan digital Pertanian Bogor.
dengan ketelitian 0,1 g. Berdasarkan Selama percobaan, pengamatan
rangkaian data berat, selanjutnya laju terhadap kualitas air dilakukan seminggu
pertumbuhan spesifik dan pertambahan sekali untuk memastikan kondisi air dalam
berat harian ikan dihitung, sementara data akuarium uji sesuai untuk pertumbuhan
panjang tubuh digunakan untuk menghitung ikan. Parameter kualitas air yang diamati
faktor kondisinya. meliputi suhu (°C), pH, oksigen terlarut
(mg/L), dan konduktivitas (mS/cm).

4
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

Analisis Data (dua minggu), dan bersama-sama dengan


Faktor kondisi ikan dihitung data laju pertambahan berat harian
menggunakan persamaan FK = W/L. digunakan untuk menghitung Rasio
Keterangan: Konversi Pakan (FCR) berdasarkan Arief et
FK = faktor kondisi (g/cm) al. (2011):
W = berat ikan (g)
L = panjang ikan (cm) F
FCR =
(Wt + D) − Wo
Laju pertumbuhan spesifik ikan
dihitung berdasarkan persamaan Effendie Keterangan:
(1997): FCR = rasio konversi pakan
F = berat pakan yang diberikan (g)
Ln Wt − Ln Wo Wo = berat total ikan pada awal
SGR = × 100
T pemeliharaan (g)
Wt = berat total ikan pada akhir
Keterangan: pemeliharaan (g)
SGR = laju pertumbuhan spesifik (%/hari) D = berat total ikan yang mati (g)
Wo = berat rata-rata ikan pada awal
penelitian (g) Uji sidik ragam satu arah dilanjutkan
Wt = berat rata-rata ikan pada hari ke-T dengan uji beda nyata terkecil (BNT)
(g) dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh
T = lama pemeliharaan (hari) variasi pakan di atas terhadap kinerja
pertumbuhan ikan.
Pertambahan berat harian rata-rata
atau average daily growth (ADG) dihitung
menurut Rejeki et al. (2013): Hasil
Wt − Wo
ADG = Nutrisi Pakan
T Karakteristik nutrisi pakan
berdasarkan persentase berat kering (%
Keterangan:
BK), kecuali kadar air, ditampilkan di
ADG = pertambahan berat tubuh harian
dalam Tabel 1. Wolffia tidak hanya
rata-rata
memiliki kandungan protein tertinggi,
Wt = berat akhir ikan setelah waktu T
namun juga kadar air, abu, dan serat yang
(g)
lebih tinggi daripada Lemna dan pelet.
Wo = berat awal ikan (g)
Sementara Lemna memiliki kadar protein
T = waktu pemeliharaan (hari)
yang relatif setara dengan pelet, dengan
kandungan lemak yang lebih tinggi.
Kuantitas pakan yang diberikan
dijumlahkan pada setiap fase pengukuran

Tabel 1. Komposisi proksimat pakan yang digunakan dalam uji coba

Abu Protein Lemak Serat


Pakan Air
(% BK) (% BK) (% BK) (% BK)
Lemna 88,20 ± 1,00 15,32 ± 1,77 32,90 ± 4,70 9,73 ± 1,78 8,75 ± 1,52
Woffia 94,94 ± 0,04 20,43 ± 5,28 45,04 ± 4,37 5,33 ± 0,79 9,98 ± 0,22
Pelet* 9–10 31–33 4–6 3–5
* Sumber: profil produk (http://www.cpp.co.id)

5
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

Tabel 2 memperlihatkan komposisi dengan ikan yang diberi pakan Wolffia


asam amino kedua tumbuhan air yang diuji (2,39 ± 0,13 g/cm) dan Lemna (2,57 ± 0,25
berdasarkan persentase berat keringnya. g/cm). Pada akhir percobaan, berat ikan
Wolffia memiliki kandungan total asam Nila rata-rata yang diberi pakan pelet yaitu
amino yang lebih tinggi daripada Lemna, 47,91 ± 5,62 g/ekor atau berturut-turut
namun keragaman komposisinya relatif 66,07% dan 48,88% lebih tinggi dibanding
sama. Hasil analisis memperlihatkan bahwa ikan yang diberi pakan Wolffia (28,85 ±
pakan tumbuhan air mengandung 15 jenis 2,23 g/ekor) dan Lemna (32,18 ± 3,27
asam amino yang digunakan sebagai g/ekor), sementara berat ikan yang diberi
standar identifikasinya, dan delapan di pakan Lemna lebih tinggi 11,54%
antaranya merupakan asam amino esensial dibanding ikan yang diberi pakan Wolffia.
(bertanda *) yang penting untuk
pertumbuhan.
Tabel 2. Komposisi asam amino Lemna dan
Pertumbuhan Ikan Wolffia
Ikan Nila dapat tumbuh dengan pakan
tunggal Lemna atau Wolffia, meskipun Lemna Wolffia
Asam Amino
kinerja tumbuhnya relatif lebih rendah (% BK) (% BK)
daripada ikan yang diberi pakan pelet Aspartic acid 2,97 3,54
komersial (Gambar 2). Pada ketiga Glutamic acid 3,51 3,73
perlakuan hingga hari ke-56, pertumbuhan Serine 1,44 1,57
ikan masih memperlihatkan pola Histidine* 0,54 0,79
eksponensial, dengan tingkat kelangsungan Glycine 1,44 1,77
hidup 100%. Uji sidik ragam pada taraf Threoinine* 1,35 1,38
kepercayaan 95% memperlihatkan Arginine 1,71 2,16
superioritas pelet yang nyata terhadap Alanine 1,98 2,16
kedua tumbuhan air tersebut, baik pada Tyrosine 1,62 1,38
parameter panjang dan berat tubuh, maupun Methionine* 0,54 0,39
faktor kondisinya. Sementara itu pada Valine* 1,98 1,96
parameter panjang dan berat tubuh, Phenylalanine* 1,53 1,96
pemberian pakan tunggal kedua jenis I-Leucine* 1,53 1,57
tumbuhan air tidak memberikan perbedaan Leucine* 2,61 2,95
yang nyata, namun pada faktor kondisinya
Lysine* 1,53 2,36
Lemna memberikan nilai yang lebih baik.
Amino Acid Total 26,31 29,67
Faktor kondisi ikan Nila yang diberi pakan
pelet bernilai 3,40 ± 0,35 g/cm atau 42,26%
*asam amino esensial
dan 32,30% lebih baik dibandingkan

6
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

160 60 4
Pellet

Faktor kondisi (g/cm)


Panjang tubuh (mm)

Berat tubuh (g/ekor)


140 Wolffia 3,5
50
120 Lemna
3
40
100 2,5
80 30 2
60 1,5
20
40 1
10
20 0,5
0 0 0
0 14 28 42 56 0 14 28 42 56 0 14 28 42 56
Hari Hari Hari

Gambar 2. Pertumbuhan ikan Nila dengan variasi pakan pelet, Wolffia, dan Lemna

Tabel 3 memperlihatkan angka laju memberikan pengaruh nyata terhadap laju


pertumbuhan relatif ikan Nila selama pertumbuhan ikan.
percobaan, yang terdiri dari empat fase,
yaitu Fase-1 dari awal sampai sampling Efisiensi Pakan
pertama, Fase-2 dari sampling pertama Pertambahan berat ikan Nila selama
sampai sampling kedua, Fase-3 dari uji coba ditampilkan di dalam Gambar 3.
sampling kedua sampai sampling ketiga, Sejalan dengan waktu, laju pertambahan
dan Fase-4 dari sampling ketiga sampai berat harian ikan cenderung melambat
sampling keempat. Kepadatan ikan pada membentuk pola logaritmik, terutama pada
fase awal (Fase-1 dan Fase-2) yaitu 10 perlakuan pakan pelet. Seperti pada
ekor/akuarium, sedangkan pada fase akhir parameter laju pertumbuhan relatif, uji sidik
(Fase-3 dan Fase-4) yaitu 5 ekor/akuarium. ragam pada parameter pertambahan berat
Laju pertumbuhan yang lebih tinggi pada harian juga memperlihatkan perbedaan
ikan yang diberi pakan pelet terutama yang nyata, dengan laju pertambahan berat
teramati pada fase awal percobaan. tertinggi pada pakan pelet, yaitu 4,99 ± 0,61
Penurunan laju pertumbuhan sejalan g/hari, sementara antara pakan Wolffia dan
dengan waktu terlihat pada semua Lemna tidak berbeda nyata, yaitu 3,21 ±
perlakuan, namun laju penurunannya paling 0,30 g/hari dan 3,37 ± 0,34 g/hari.
tajam pada ikan yang diberi pakan pelet. Pola pertambahan berat harian
Meskipun pada minggu ke-5 telah tersebut diikuti oleh pola konsumsi pakan
dilakukan pengurangan kepadatan ikan dari yang juga naik secara progresif membentuk
10 menjadi 5 ekor/akuarium, penurunan pola logaritmik terhadap waktu (Gambar 3).
laju pertumbuhan masih terus terjadi. Pada parameter ini, ketiga perlakuan
Penghitungan statistik memperlihatkan memperlihatkan perbedaan yang nyata,
dalam masa uji 56 hari, ikan yang diberi yang selanjutnya sangat memengaruhi
pakan pelet masih menunjukkan tingkat performa ikan terkait dengan laju konversi
pertumbuhan yang paling tinggi secara pakan menjadi berat tubuhnya. Angka FCR
nyata, dibanding ikan yang diberi kedua untuk perlakuan pakan pelet berkisar dari
jenis tumbuhan Lemnaceae, sementara 0,47 ± 0,03 pada fase awal dan menurun
perbedaan jenis tumbuhan tidak menjadi 1,19 ± 0,19 pada fase akhir.

7
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

Tabel 3. Laju pertumbuhan relatif ikan Nila (%/hari) berdasarkan tiga variasi pakan

Pakan Fase-1 Fase-2 Fase-3 Fase-4 Keseluruhan


Pelet 9,89 ± 0,38 7,72 ± 0,48 6,54 ± 0,68 3,36 ± 0,28 7,17 ± 0,22a
Wolffia 8,30 ± 0,34 5,98 ± 0,21 5,79 ± 0,20 4,06 ± 0,25 6,27 ± 0,14b
Lemna 7,98 ± 0,64 7,27 ± 0,41 5,93 ± 0,25 3,48 ± 0,39 6,46 ± 0,18b

Catatan: huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata

8 3500 60
Fase-1
7 Fase-2
3000 50
Fase-3
ADG (g/hari)

6 Fase-4
Jumlah pakan (g)

2500
40
5
2000

FCR
4 30
1500
3
20
1000
2
500 10
1

0 0 0
Pellet Wolffia Lemna Pellet Wolffia Lemna Pellet Wolffia Lemna
(x10) (x10)
Pakan Pakan Pakan

Gambar 3. Kinerja pertambahan berat harian (ADG) dan efisiensi pakan ikan Nila dengan
variasi pakan pelet dan tumbuhan air

Biomassa Lemna terlihat lebih efisien rentang yang bisa ditoleransi oleh ikan.
dibanding Wolffia untuk pakan ikan Nila, Sementara konsentrasi oksigen terlarut di
dengan nilai FCR berturut-turut 10,83 ± bawah 3 mg/L hanya terjadi sehari pada saat
0,30 dan 20,30 ± 2,10 pada fase awal dan sirkulasi air terhenti akibat aliran listrik
27,78 ± 1,83 dan 46,49 ± 2,70 pada fase padam.
akhir.

Kualitas Air Pembahasan


Pada uji coba ini pertumbuhan ikan
didukung oleh kondisi kualitas air akuarium Laju pertumbuhan relatif ikan Nila
yang cukup ideal, yaitu suhu yang diukur selama dua minggu pertama bernilai 7,98 ±
pada pagi hari 26,8 (25,8–27,6)°C, pH 7,3 0,64% per hari pada ikan yang diberi pakan
(6,7–8,2), konsentrasi oksigen terlarut 4,9 Wolffia, 8,30 ± 0,34% per hari dengan
(2,4–7,0) mg/L, konduktivitas 0,368 pakan Lemna, dan 9,89 ± 0,38% per hari
(0,225–0,463) mS/cm, dan padatan terlarut dengan pakan pelet. Hampir sejalan dengan
(TDS) 246 (151–307) mg/L. Penggunaan hasil ini, ikan Nila merah yang
sistem aliran tertutup menyebabkan ditumbuhkan di karamba jaring apung
kenaikan konduktivitas terjadi secara memperlihatkan pertumbuhan hingga 12%
progresif sejalan dengan waktu, namun per hari pada 10 hari pertama (Rejeki et al.,
hingga akhir uji coba nilainya masih dalam 2013). Akan tetapi, laju pertumbuhan ikan

8
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

menurun dengan tajam pada fase-fase ikan Nila yang diberi pakan Wolffia juga
pertumbuhan berikutnya. Penurunan laju jauh lebih tinggi dibanding hasil penelitian
pertumbuhan yang lebih tajam pada ikan yang dilaporkan oleh Ariyaratne (2010),
Nila yang diberi pelet juga sejalan dengan yaitu 3,9% per hari.
laporan Rejeki et al. (2013), dan Pertambahan berat harian ikan Nila
memberikan penekanan keunggulan yang diberi pelet dalam penelitian ini
tumbuhan air sebagai pakan alami yang hampir dua kali lipat dibandingkan laporan
dapat menjaga pertumbuhan ikan relatif Khalil et al. (2011), dan dapat
lebih konstan. Fenomena penurunan laju didistribusikan pada kandungan protein
tumbuh sejalan dengan umur ikan juga telah pelet yang lebih tinggi pada uji coba ini,
dilaporkan sebelumnya (Chrismadha et al., yaitu 31–33%, serta padat tebarnya,
2012). Hal ini sesuai dengan teori sementara kandungan protein pada uji coba
pertumbuhan Bertalanffy yang menyatakan Khalil et al. (2011) hanya 27%. Sementara
bahwa sejalan dengan pertambahan umur itu, pertambahan berat harian ikan Nila
dan beratnya, ikan memerlukan lebih yang diberi pakan Lemna pada uji coba ini
banyak energi untuk pemeliharaan fungsi (0,67 ± 0,07 g/ekor/hari) berada pada
tubuh, sehingga alokasi energi untuk kisaran angka yang dilaporkan sebelumnya
pertumbuhan berkurang (Enberg, 2008). oleh Chrismadha dan Mulyana (2019), yaitu
Hasil uji coba ini memperlihatkan 0,63–0,98 g/ekor/hari.
bahwa tumbuhan air Wolffia dan Lemna Chareontesprasit dan Jiwyam (2001)
dapat dimanfaatkan sebagai pakan tunggal telah menggunakan Wolffia sebagai sumber
untuk budi daya ikan Nila pada fase protein pada formulasi pakan ikan Nila
pendederan. Meskipun pertumbuhan ikan untuk menggantikan tepung kedelai. Laju
secara nyata lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan rata-rata 6,27 ± 0,14% per
yang diberi pelet, kisaran laju pertumbuhan hari yang dicapai pada uji coba ini lebih
dalam kurun 56 hari pemeliharaan yang tinggi dibandingkan hasil penelitian
mencapai 6,27 ± 0,14% per hari pada ikan Ariyaratne (2010) yang melaporkan laju
yang diberi pakan Wolffia dan 6,46 ± 0,18% pertumbuhan relatif ikan Nila sebesar 3,9%
per hari pada ikan yang diberi pakan Lemna per hari yang diberi pakan W. arrhiza pada
merupakan fenomena yang cukup fase pendederan. Keberhasilan pemanfaatan
mengesankan dalam kaitan dengan usaha Lemnaceae, khususnya Lemna dan Wolffia,
budi daya ikan. Tingkat pertumbuhan ini sebagai pakan tunggal pada budi daya ikan
masih dapat dianggap layak, apalagi dengan Nila juga telah dilaporkan oleh Tavares et
pertimbangan pemanfaatan kedua jenis al. (2008) dengan tingkat produksi yang
tumbuhan ini sebagai pakan alternatif dapat mencapai 7,5 ton/ha/tahun.
mengurangi biaya produksi ikan, khususnya Tingkat efisiensi pakan pelet pada
dalam hal biaya pakan. Laju pertumbuhan fase awal uji coba ini sebanding dengan
ikan pada uji coba ini jauh lebih tinggi hasil uji coba yang dilakukan di karamba
dibanding ikan Mujair (O. mossambicus) jaring apung (Rejeki et al., 2013). Pada
yang diberi pakan tunggal biomassa Lemna umumnya, laju konversi pakan menjadi
kering seperti dilaporkan oleh Tavares et al. berat ikan cenderung turun sejalan dengan
(2010) pada kepadatan relatif lebih rendah, umur ikan (Enberg, 2008). Fenomena ini
yaitu tumbuh dari berat awal 23 g menjadi juga teramati pada uji coba ini dengan nilai
52,5 g dalam waktu 120 hari masa rasio konversi pakan (FCR) pada fase awal
pemeliharaan atau setara dengan laju 0,47 ± 0,03 yang turun menjadi 1,19 ± 0,19
pertumbuhan 0,68% per hari, serta Khalil et pada fase akhir. Chakrabarti et al. (2018)
al. (2011) yang juga melaporkan melaporkan bahwa nilai rasio konversi
pertumbuhan ikan Nila pada kisaran 0,31– pakan ikan Nila pada fase pembesaran
1,46% per hari di karamba jaring apung berkisar 1,8–2,5. Nilai rasio konversi pakan
dengan variasi pelet. Laju pertumbuhan Wolffia dan Lemna pada uji coba ini jauh

9
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

lebih baik daripada pelet karena pakan dibandingkan Wolffia. Hasil penelitian ini
tersebut diberikan dalam bentuk biomassa merekomendasikan kedua jenis tumbuhan
segar, sehingga kandungan airnya jauh air ini sebagai pakan alternatif untuk
lebih tinggi (Tabel 1). Pengamatan efisiensi mengurangi biaya produksi pada budi daya
pakan yang lebih tinggi pada perlakuan ikan Nila.
pakan Lemna dibandingkan dengan Wolffia
juga terutama terkait dengan kandungan air
yang lebih tinggi pada biomassa Wolffia. Ucapan Terima Kasih
Kondisi kualitas air akuarium cukup
mendukung pertumbuhan ikan. Seperti Penelitian dilakukan memanfaatkan
dilaporkan oleh Rejeki et al. (2013), ikan fasililitas rumah kaca Pusat Penelitian
Nila dapat tumbuh baik pada suhu 26–32°C, Limnologi LIPI. Ucapan terima kasih
pH 6,0–8,5, dan oksigen terlarut 2,2–3,9 disampaikan kepada Dr. Nofdianto yang
mg/L. Pada kondisi kualitas air yang baik, telah meminjamkan fasilitas sistem aliran
ketersediaan pakan secara kuantitas dan tertutup untuk budi daya ikan Nila dan Sdr.
kualitas menjadi faktor yang menentukan Jaenal yang telah membantu operasional
pertumbuhan dan produktivitas ikan. dan pemeliharaannya.
Dari hasil uji coba ini dapat
ditekankan potensi tumbuhan air dari
kelompok Lemnaceae, yaitu L. perpusilla Referensi
dan W. globosa untuk dimanfaatkan sebagai
pakan alternatif pada budi daya ikan Nila. AOAC. 2005. Official Methods of Analysis
Demikian juga hasil penghitungan laju of AOAC INTERNATIONAL. 18th Ed.
pertumbuhan dan rasio konversi pakan AOAC INTERNATIONAL. Gaithers-
dapat dijadikan acuan untuk menyusun burg. USA. Official Method 2005.08
skema kegiatan usaha yang memadukan Ansal MD, Dhawan A, Kaur VI. 2010.
kegiatan budi daya ikan Nila dengan budi Duckweed based bio-remediation of
daya kedua jenis tumbuhan air ini, sehingga village ponds: An ecologically and
dapat saling menguntungkan. Uji coba economically viable integrated approach
selanjutnya pada skala prototipe lapangan for rural development through
masih diperlukan untuk mendalami aspek- aquaculture. Livestock Research for
aspek teknis dan menyusun panduan Rural Development 22
pelaksanaan implementasinya pada skala Ariyaratne MHS. 2010. Potential of
yang lebih luas. Demikian juga penelitian- Duckweed (Wolffia arrhiza) - An
penelitian yang mengarah pada upaya- Invasive Aquatic Plant as Fish Feed in
upaya pemanfaatan yang lebih efisien, Tilapia (Oreochromis niloticus) Fry
khususnya terkait dengan optimasi Rearing. Pakistan Journal of Weed
kuantitas pakan untuk mencapai tingkat Science Research 16(3): 321–333
pertumbuhan dan produktivitas yang Arief M, Pertiwi DK, Cahyoko Y. 2011.
maksimal masih perlu dilakukan. Pengaruh pemberian pakan buatan,
pakan alami, dan kombinasinya terhadap
pertumbuhan, rasio konservasi pakan
Kesimpulan dan tingkat kelulushidupan Ikan Sidat
(Anguilla bicolor). Jurnal Ilmiah
Wolffia dan Lemna dapat digunakan Perikanan dan Kelautan 3: 61–66
sebagai pakan tunggal pada budi daya ikan Chakrabarti R, Clark WD, Sharma JG,
Nila. Pada fase pendederan, kedua jenis Goswami RK, Shrivastav AK, Tocher
tumbuhan ini mendukung laju pertumbuhan DR. 2018. Mass production of Lemna
ikan di atas 6% per hari, sementara dari minor and its amino acid and fatty acid
aspek efisiensi pakannya Lemna lebih baik profiles. Frontiers in Chemistry 6: 1–16.

10
Sutrisno et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2021 28(1): 1–11

DOI: 10.3389/fchem.2018.00479 growth in wastewater treatment systems.


Chareontesprasit N, W Jiwyam. 2001. An Livestock Research for Rural
evaluation of Wolffia meal (Wolffia Development 17
arrhiza) in replacing Soybean meal in Ogello EO, Munguti JM, Sakakura Y,
some formulated rations of Nile Tilapia Hagiwara A. 2014. Complete
(Oreochromis niloticus). Pakistan Replacement of Fish Meal in the Diet of
Journal of Biological Sciences, 618–620 Nile Tilapia (Oreochromis niloticus L.)
Chrismadha T, Mulyana E. 2019. Laju Grow-out with Alternative Protein
Konsumsi Tumbuhan Air Mata Lele Sources. A review. International
(Lemna perpusilla) oleh Ikan Nila Journal of Advanced Research 2: 962–
(Oreochromis sp.) dengan Padat Tebar 978
Berbeda. LIMNOTEK Perairan Darat Rejeki S, Hastuti S, Elfitasari T. 2013. Test
Tropis di Indonesia 26(1): 39–46 of Tilapia Culture in Net Cage with
Chrismadha T, Sulawesty F, Satya A, Different Stocking Density. Jurnal
Mardiati Y, Mulyana E, Widoretno RM. Saintek Perikanan 9: 29–39
2012. Use of Duckweed (Lemna Ruekaewma N, Piyatiratitivorakul S,
perpusilla Torr.) for Natural Feed and Powtongsook S. 2015. Culture system
Fitoremedial Agent in Aquaculture: for Wolffia globosa L. (Lemnaceae) for
Profit Improvement and Sustainability hygiene human food. Songklanakarin
Enhancement. Seminar Internasional Journal of Science and Technology 37:
ISNPINSA: 3–7 575–580
Effendie M. 1997. Biologi Perikanan. Skillicorn P, Spira W, Journey W. 1993.
Yayasan Pustaka Nusantara Duckweed aquaculture: a new aquatic
El-Shafai SA, El-Gohary FA, Nasr FA, Van farming system for developing countries.
Der Steen NP, Gijzen HJ. 2004. Chronic World Bank
ammonia toxicity to duckweed-fed Stankovic M, Markovic Z, Dulic Z,
tilapia (Oreochromis niloticus). Raskovic B, Zivic I, Lakic N. 2010.
Aquaculture 232: 117–127. DOI: Effect of feeding frequencies on carp
10.1016/S0044-8486(03)00516-7 growth rate - Preliminary results.
Enberg. 2008. Introduction Processes of Bulgarian Journal of Agricultural
Fish Growth Basic Growth Models. Science 16: 317–321
More Detailed Growth Models. 1564– Tavares FA, Rodrigues JBR, Fracalossi
1572 DM, Esquivel J, Roubach R. 2008. Dried
ICI. 1988. ICI Organic Acid Column duckweed and commercial feed promote
Instruction Manual. ICI Australia Pty adequate growth performance of tilapia
Ltd, Scientific Instrument Division fingerlings. Biotemas 21: 91–97. DOI:
Khalil F, Mehrim A, El-Shebly A, Abdelaal 10.5007/2175-7925.2008v21n3p91
M. 2011. An Assessment Study of Tavares FA, Lapolli FR, Roubach R,
Tilapia Polyculture in Floating Net Jungles MK, Fracalossi DM, de Moraes
Cages. Journal of Animal and Poultry AM. 2010. Use of domestic effluent
Production 2: 75–92. DOI: through duckweeds and red tilapia
10.21608/jappmu.2011.83344 farming in integrated system. Pan-
Landesman L, Parker NC, Fedler CB, American Journal of Aquatic Sciences
Konikoff M. 2005. Modeling duckweed 5(1): 1–10

11

Anda mungkin juga menyukai