Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MUHAMMAD ABDUL RAHMANSYAH

NIM : 2106016001
PRODI : AKUAKULTUR
MATAKULIAH : BUDIDAYA PAKAN ALAMI
DOSEN PENGAMPUH : PUTRI ANUGERAH, S.Pi., M.P.

PEMBERIAN PAKAN ALAMI INFUSORIA PADA IKAN NILEM


ABSTRAK
Keberadaan benih ikan Nilem (Osteochilus hasselti Valencienes, 1842) di wilayah
Kabupaten Banyumas, pada tingkat petani, semakin sulit diperoleh, karena seringkali mengalami
kendala dalam memelihara larvanya, terutama saat larva harus beralih dari pakan endogen ke
eksogen. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan Nilem
yang diberi pakan awal berupa Infusoria. Penelitian menerapkan metode eksperimental dengan
rancangan acak lengkap, lima perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Larva diperoleh dari hasil
pemijahan induksi, dan telur ditetaskan dalam kotak inkubasi yang terkontrol. Pemeliharaan larva
dilakukan selama 30 hari, dalam kotak kayu berukuran 90x60x20cm, dan dibagian dalam dilapisi
terpal plastik, diisi air dengan ketinggian 15cm. Selama pemeliharaan larva tidak diberi aerasi dan
ketinggian air dijaga agar konstan dengan cara menambah air baru. Masing-masing kotak diisi
sebanyak 750 ekor larva. Perlakuan yang dicobakan yaitu pemberian pakan awal berupa Infusoria
selama 7 hari, sebanyak 50 ml(A), 100ml(B); 150ml(C); 200ml(D) dan 250ml(E), mulai hari ke-5
setelah telur menetas. Mulai hari ke-13 sampai dengan ke-30, pada masing-masing perlakuan
diberikan tambahan Infusoria sebanyak 50ml dan tepung pellet sebanyak 30mg. Pakan diberikan
sehari sekali, pada pagi hari, antara jam 09.00-10.00. Data yang diamati adalah pertumbuhan panjang
mutlak, panjang relatif, dan kelulushidupan, yang diuji dengan analysis of variance (ANOVA) selang
kepercayaan 95%. Hasilnya menunjukkan, perlakuan E memberikan hasil yang terbaik, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ketersediaan Infusoria dalam jumlah yang lebih banyak dari kebutuhan
pakan awal larva Nilem, memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan kelulushidupannya.

Kata kunci: Pertumbuhan, Kelulushidupan, Larva, Nilem, Infusoria

PENDAHULUAN
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu dari komoditas unggulan ikan air
tawar yang masih belum banyak dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Nilem
(Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang hidup di sungai-sungai
dan rawa-rawa. Namun, sejalan dengan perkembangan, ikan tersebut kemudian
dibudidayakan di kolam-kolam untuk tujuan komersial. Ikan jenis ini memiliki banyak
potensi, misalnya sebagai ikan terapi, olahan makanan, dan telurnya dapat diekspor ke negara
tertentu sebagai pengganti caviar yaitu makanan yang terbuat dari telur ikan tertentu, yang
sudah diproses dan digarami (Subagja et al, 2006).
Sebutan Infusoria merupakan istilah untuk kelompok organisme bersel tunggal yang
dapat tumbuh dengan baik dalam rendaman (‘infusion’) jerami atau bahan-bahan sayuran
yang lain (Kotpal, 1980). Infusoria merupakan hewan mikroskopis bersel tunggal yang
termasuk dalam kelompok Ciliata dari Phylum Protozoa. Selain berukuran kecil, juga
memiliki tubuh lunak dan kaya nutrisi sehingga sangat ideal difungsikan sebagai pakan awal
untuk larva ikan. Tahap perkembangan awal larva ikan, sangat membutuhkan keberadaan
infusoria atau organisme hidup yang berukuran kecil (Zableckis, 1998). Ukuran tubuh
Infusoria berkisar antara 40-400 mikron, dan beberapa spesies yang hidup di kolam, memiliki
panjang tubuh 0,25 mm, sehingga dengan menggunakan penerangan yang baik, dan dengan
latar belakang gelap, keberadaan organisme dapat dilihat dengan jelas (Sastrodinoto, 1980).
Paramaecium dan Stylonychia adalah bentuk yang paling umum dari Infusoria air tawar
sementara Fabrea dan Euplotes adalah yang biasa terdapat di laut (Das et al., 2012).

METODE
Adapun metode yang digunakan dalam mereview jurnal penelitian ini adalah metode
deskriptip dimana penulis melakukan review dari beberapa penelitian dan metode compare
yaitu metode review jurnal dengan mencari kesamaan di antara beberapa jurnal dan
menemukan perbedaan di antara beberapa jurnal penelitian, kemudian diambil
kesimpulannya

HASIL DAN PEMBAHASAN


Informasi yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah pakan awal untuk larva
ikan Nilem yang berumur relatif muda dan ukuran bukaan mulutnya masih sempit, maka
jenis pakan yang harus diberikan adalah pakan alami, berupa Infusoria yang berisi
zooplankton dan fitoplankton. Jumlah pakan yang diberikan lebih banyak dari kebutuhan
pakan awal larva Nilem, sehingga keberadaannya melimpah. Saat ukuran tubuh larva telah
bertambah dan kebutuhan pakannya semakin meningkat, maka pakan alami Infusoria perlu
dikombinasikan dengan pellet tepung, agar kebutuhan gizinya terpenuhi sehingga
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya semakin baik. Menurut Pillay & Kutty (2005),
pakan alami merupakan pakan utama bagi larva, tetapi pakan alami dalam proporsi tunggal
seringkali tidak dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Ayoade et al. (2008),
menjelaskan bahwa perubahan komposisi makanan dapat terjadi sebagai akibat dari adanya
perubahan fungsi faali tubuh dan/atau karena adanya perubahan kebutuhan yang bersifat
metabolis. Selain itu, kemungkinan juga sebagai cerminan dari kombinasi antara peningkatan
ukuran bukaan mulut dengan peningkatan kemampuan menangani mangsa serta adanya
peningkatan kemampuan dari ikan tersebut. Hasil penelitian ini juga memberikan gambaran
bahwa didalam melakukan budidaya ikan, kususnya pada tahap pembenihan, maka
ketersediaan pakan alami berupa zooplankton dan fitoplankton secara berkesinambungan
memegang peran penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sorgeloos & Lavens (1996), bahwa
keberhasilan budidaya ikan pada suatu unit pembenihan tidak hanya ditentukan oleh teknik
budidaya tetapi juga oleh produksi dan penggunaan pakan alami sebagai pakan untuk
perkembangan larva
KESIMPULAN DAN SARAN
Perlakuan terbaik adalah pemberian pakan pada larva Nilem umur lima hari setelah menetas,
dengan diberi pakan awal berupa Infusoria selama 7 hari, sebanyak 250 ml; hari ke13 sampai
dengan ke-30, diberi Infusoria sebanyak 300ml dikombinasi degan tepung pellet sebanyak
30mg.
Pakan awal untuk larva ikan Nilem yang berumur relatif muda dan ukuran bukaan mulutnya
masih sempit, sebaiknya berupa Infusoria yang berisi zooplankton dan fitoplankton, sebagai
pakan tunggal. Infusoria yang diberikan jumlahnya lebih banyak dari kebutuhan pakan awal
larva Nilem, sehingga keberadaannya melimpah. Saat ukuran tubuh larva telah bertambah
dan kebutuhan pakannya semakin meningkat, maka pakan alami Infusoria perlu
dikombinasikan dengan pellet tepung, agar kebutuhan gizinya terpenuhi sehingga
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ayoade, A., Fagade, S., Adebisi, A., 2008. Diet and dietary habits of the fish Schilbe mystus
(Siluriformes: Schilbeidae) in two artificial lakes in Southwestern Nigeria Int. J. Trop. Biol. 56 (4),
1847–1855.

Bhagawati, D., Muh.Nadjmi Abulias dan A.Nuryanto. 2009. Penelusuran Status Species Tiga Jenis
Ikan Nilem Hasil Budidaya Di Kabupaten Banyumas Berdasarkan Karakter Morfologi. Seminar
Nasional”Masyarakat Taksonomi Fauna Indonesia”. Bogor, 11 – 12 Nopember 2009.
Bhagawati,D., Nuryanto A., & Rofiqoh A.A. 2020a. Efektivitas Ketinggian Air Media Dalam Wadah
Sederhana Terhadap Inkubasi Telur Ikan Nilem. Prosiding Seminar Nasional Biologi FMIPA UNM,
Makassar, 8 Agustus 2020. SBN: ISBN: 978-602-52965-8.

Pratiwi, N. T. M., Winarlin, Y. H. E. F., & Iswantari, A. 2011. Potensi plankton sebagai pakan alami
larva ikan nilem (Osteochilus hasselti CV) The potency of plankton as natural food for hard-lipped
barb larvae (Osteochilus hasselti CV). Jurnal Akuakultur Indonesia, 10(1), 81-88

Zableckis, J., 1998. Rearing peculiarities of Plateliai whitefish (Coregonus lavaretus) under yearlings.
Fishery and Aquaculture in Lithuaniaste Lietuvoje, 3(2):175-178./99

Anda mungkin juga menyukai