Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan yang
habitat hidupnya di karang dan di dasar perairan berbatu, berdiam diri di dalam
lubang-lubang untuk menunggu mangsa. Dapat hidup di air laut maupun air payau
karena mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas yaitu 15-35 ppt. Daerah
penyebaran kerapu macan di mulai dari Afrika Timur, Fasifik Barat Daya,
Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia. Sedangkan di perairan Indonesia
yang populasinya cukup banyak adalah perairan Sumatera, Jawa, Sulawesi dan
Pulau Buru (Mayunar; et.al.1991).
Kerapu macan mempunyai sifat hidup soliter, dimana hidupnya tidak
bergerombol, baik saat mencari makan maupun dalam keadaan bahaya. Namun
pada saat akan memijah kerapu macan akan bergerombol, ini terjadi beberapa hari
sebelum bulan purnama penuh pada malam hari. Di Indonesia, musim pemijahan
ikan kerapu macan terjadi bulan Juli September dan November Februari,
terutama di Perairan Kepulauan Riau, Karimun Jawa dan Irian Jaya. Dalam satu
tahun musim pemijahan terjadi sebanyak 6-8 kali, sedangkan pemijahan pertama
(prespawning) terjadi 1-2 kali pemijahan dalam setahun (Basyarie, A. 1989).
Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) umumnya dikenal dengan
istilah groupers dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang
mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun pada internasional dan
selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Ekspor ikan kerapu macan melaju pesat
sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988.
Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat
diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan
hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan
selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah
mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui
usaha budidaya (Mayunar; et.al. 1991).
Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) telah dilakukan
dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih
menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan
masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak tahun
1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan,
Balai Budidaya Laut Lampung sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui pembenihan
buatan, manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon (Basyarie, A. 1989).

1.2 Tujuan PKL


Tujuan dari praktek kerja lapang (PKL) ini adalah untuk memperdalam ilmu
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja khususnya mengenai teknik
pembenihan ikan kerpu macam (Epinephelus fuscoguttatus) dengan panduan
pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah dan perbandingan langsung di
lapangan.

1.3 Manfaat PKL


Manfaat dari praktek kerja lapang (PKL) ini adalah untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan dan gambaran secara langsung mengenai pembenihan ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue Propinsi Aceh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)


Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badan
yang pipih memanjang dan agak membulat (Mucharie, A; et.al. 1991). Mulut
lebar dan di dalamnya terdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001),
menjelaskan bahwa rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi yang berderet 2
baris lancip dan kuat.

Gambar 1. Induk Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang


keras pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip
perut 1 buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah,
sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah. Kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo matang dengan tubuh
bagian verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical
berwarna gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo
(Mucharie, A; et.al. 1991).

2.2 Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)


Menurut (Mucharie, A; et.al. 1991), menjelaskan bahwa kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Sub family : Epinephelinae
Genus : Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies : (Epinephelus fuscoguttatus)

2.3 Habitat Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)


Adapun habitat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup
diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 3 m, selanjutnya menginjak
dewasa beruaya keperairan yang lebih dalam antara 7 40 m, biasanya
perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari. Telur dan larva bersifat
pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal. Habitat favorit
larva dan kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar
pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan ikan kerapu
tinggal di terumbu karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai
sekitar muara sungai. Kerapu besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang
berlumpur di depan muara sungai (Mucharie, A; et.al. 1991).

2.4 Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)


Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat hermaprodit
protogini yang berarti setelah mencapai ukuran tertentu, akan berganti kelamin
(change sex) dari betina dewasa menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin ini
memerlukan dalam waktu cukup lama dan terjadi secara alami. Biasanya
perubahan kelamin terjadi ketika ikan mencapai berat 7 kg. (Sudjiharno, 2003).
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina ketika akan memijah
akan mendekati ikan jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan ikan betina
akan berenang bersama- sama di permukaan air. Pemijahan biasanya terjadi pada
malam hari pada saat bulan gelap. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali
pemijahan tergantung dari berat tubuh ikan betina. Misalnya ikan yang beratnya 8
Kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 telur. Telur yang telah dibuahi bersifat non
adhesive yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur
adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 0,85 mm. telur
yang dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang (Sudjiharno, 2003).

2.5 Cara Makan dan Jenis Makanan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan hewan karnifora
yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva
ikan kerapu macan memangsa larva moluska. ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) bersifat karnifora dan cenderung menangkap/memangsa yang aktif
bergerak di dalam air (Sudjiharno, 2003), ikan kerapu macan juga bersifat kanibal.
Biasanya mulai terjadi saat larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu
larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mencari makan hingga
menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya dengan cara makannya dengan
memakan satu per satu makanan yang diberikan sebelum makanan tersebut
sampai ke dasar perairan (Sudjiharno, 2003).

BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue Propinsi Aceh Pada Tanggal 12 juli s/d 10 Agustus
2011

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktek kerja lapang di Balai
Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue adalah sebagai Berikut :
Tabel 1. Alat dan Bahan Beserta Fungsinya
No Nama Alat dan Bahan
Fungsi
Alat
1 Ember Untuk penempungan banih dan pakan alami
2 Gayung Untuk penebaran larva ikan kerapu kedalam
bak
3 pH Meter Untuk Mengukur pH
4 DO Meter Untuk Mengukur oksigen terlarut (DO)
5 Refraktometer Untuk mengukur salinitas
6 Thermometer Untuk mengukur suhu
8 Seser Untuk pemanean telur dan larva
9 Selang Untuk penggantian air dan pemberian pakan
rotifera
10 Tabung oksigen Untuk oksigen pada saat packing
11 Plastik Packing Untuk pengemasan benih
12 Tudung saji Untuk menampung benih yang telah di
gerading
13 Bak Kolektor Untuk menampung telur
14 Freezer Untuk penyimpanan ikan rucah
15 Genset Sebagai pembangkit listrik cadangan
16 Mikroskop Untuk pengamatan perkembangan telur

Bahan
1 Induk kerapu macan Sebagai sampel praktek kerja lapang
2 Kaporit Untuk menstrilkan bak induk dan bak larva
3 Minyak ikan Untuk menyeimbangkan permukaan air
4 Pellet Sebagai pakan buatan pada larva dan benih
5 Fitoplankton Sebagai pakan zooplankton
6 Zooplankton Sebagai pakan larva
7 Ikan rucah Sebagai pakan induk dan benih
8 Air laut Sebagai media pembenihan
9 Air tawar Untuk menurunkan salinitas (kadar garam)

3.3 Prosedur Kerja


3.4 TeknikPengambilan Data
Teknik yang di pakai dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dengan
mengambil dua macam data, yaitu data primer dan skunder. Data primer di dapat
dari observasi, wawancara dan partisipasi aktif, sedangkan data skunder di dapat
dari data yang di peroleh atau dikumpulkan oleh orang lain dari sumber-sumber
yang telah ada.

3.4.1 Data Primer


Data primer dalah data yang diperoleh atau di kumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya. Data ini di peroleh secara langsung dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif
(Hasan, 2002).
a. Observasi
Menurut Surachmad (1978), observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara systemmatis terhadap gejala yang diselidiki. Dalam praktek kerja lapang ini
observasi dilakukan terhadap berbagai kegiatan pembenihan ikan kerapu macan
meliputi kolam, kontruksi kolam, pengairan, penanganan induk, penanganan telur,
larva, pembesaran, pemberatasan hama dan penyakit, panen dan pemasaran.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang di gunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini dilakukan bila
ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah
responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi
dalam wawancara, yaitu : pewawancara responden, pedoman wawancara, dan
situasi wawancara (Ridwan, 2002). Wawancara pada praktek kerja lapang ini
meliputi sejarah berdirinya Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten
Simeulue, keadaan umum, struktur organisasi, pembenihan ikan, permasalahan
yang dihadapi, hasil yang dicapaidan lain sebagainya.
c. Partisipasi Aktif.
Bentuk prtisipasi aktif ini merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serta
secara langsung dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan teknik pembenihan
ikan kerapu macan seperti pemberian pakan, kapasitas benih dalam hatchery,
kepadatan penebaran, analisa usaha dan lain-lain.
3.4.2 Data Skunder
Data skunder adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan oleh orang lain
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telahada. Data ini biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan peneliti terdahulu. Data skunder
disebut juga data tersedia (hasan, 2002). Dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
data sekunder diperoleh dari laporan-l aporan pustaka yang menunjang, serta data
yang di peroleh dari lembaga pemerintah, pihak swasta yang berhubungan
maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembenihan ikan kerapu macan
(Ephinepelus fuscoguttatus).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perofil Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue
4.1.1 Sejarah Berdiri Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue
Aceh memiliki dua balai pembenihan yaitu balai budidaya air payau BBAP
Ujung batee, Kabupaten Aceh Besar, dan di Desa Busung Kabupaten Simeulue.
BBAP ujung Batee sudah beroprasi sejak lama dan difokuskan pada pembenihan
udang. Sementara BBIP Busung yang didirikan pada tahun 2003, mulai diaktifkan
pada tahun 2006, belum pernah berhasil menghasilkan benih sampai tahun 2010.
Kegiatan BBIP dalam kurun waktu 4 tahun tersebut terpusat pada penambahan
infrastruktur serta pengadaan induk ikan.
BBIP Busung yang berdiri di atas tanah seluas 17.173 m 2 memiliki sarana
dan prasarana utama di antaranya laboratorum untuk pembiakan fitoplankton yang
berada diluar ruang (semi outdoor), bangsal pembakan zooplankton, bangsal
pendederan (pemilihan bibit ikan berdasarkan ukuran) serta bangsal pemeliharaan
larva. Disamping itu, BBIP Busung juga memiliki 2 bak pemeliharaan induk dan 1
bak pengendapan. Hingga saat ini, BBIPBusung telah memliki 11 staf yang terdiri
dari kepala BBIP sendiri, dan staf teknis pembenihan.
Melihat potensi yang dimiliki BBIP Busung, Aceh Ocean Coral (AOC) dan
Islamic Relief Melaui Peroyek Sustainable Sea Fisheri for Simeulue and Singkil
(SSFS), mengusulkan pengaktifan BBIP Busung agar mampu menghasilkan bibit
ikan karang untuk memenuhi kebutuhan petani keramba, baik yang berada di
Aceh maupun di luar Propinsi Aceh. Aktifasi BBIP ini dilaksanakan denga
harapan agar ikan keramba hasil pemeliharaan petani Aceh dapat memenuhi
permintaan pasar ikan karang tampa harus menenpu resiko yang membahayakan
baik bagi nelayan maupun ekosistem, dan sekaligus dapat meningkatkan
perekonmian masyarakat lokal.
Kegiatan ini juga di dukung penuh oleh dinas kelautan dan perikanan Aceh,
yang merupakan pihak yang berwenag langsung terhadap BBIP Busung, serta di
Dinas Perikan dan Kelautan Kabupaten Simeulue. Kedua instansi melakukan
fungsi kontrol seperti pementauan, efaluasi, serta konsolidasi, baik dengan Islamic
Relief-AOC, maupun dengan BBIP Busung sendiri, selama satu sasaran
pengaktifan BBIP Busung adalah untuk meningkatkan sumber daya manusianya.
Oleh karena itu, AOC- Islamic Relief mengaakan pelatihan untuk meningkatka
setaf BBIP dalam hal pembibitan dan manajemen balai pembibitan. Pelatihan di
bagi menjadi 2 bagian, yang pertama pelatihan di BBIP degan mendatangkan
pelatih dar Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung selama
3 kali putaran, masing-masing selama 2 bulan. Pelatihan dilanjukan dengan on
job training, yaitu mendatangkan setaf terpilih dari BBIP Busung untuk
dimagangkan di BBPBL Lampung.
SSFS pada saat ini memusatkan kegiatan pada pengadaan bibit kerapu
macan, karena kerapu jenis ini memeliki harga jual yang tinggi di samping BBIP
Busung juga sudah memiliki indukannya. Menurut Arief Dharmono ahli
pembibitan yang di tempatkan untuk mengawal pengaktifan BBIP Busung,
dengan fasilitas yang ada sekarang, BBIP Busung hanya dapat menangani
maksimal 30.000 bibit untuk setiap masa pemijahan. Kenyataannya, telur yang
dihasikan oleh indukan perbulannya dapat mencapai 190 juta butir.
Sampai saat ini, BBIP Busung sudah mengalami beberapa kali pemijahan
sejak bulan Desember 2010, dan benih ikan terbesar saat ini sudah berukuran 7
-10 cm, siap di pasarkan kepada petani dan pengusaha keramba.

4.1.2 Letak Geokrafis dan Keadaan Sekitarnya


Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue, Balai Benih
Ikan Pantai (BBIP) Busung berada pada posisi terletak pada 3-4LU, 96-97BT,
lebar 8-26 km dan luas 2003 km terdiri dari 8 Kecamatan 138 Desa.
BBIP Busung berjarak sekitar 15 km dari kota Sinabang, Balai Benih Ikan
Pantai (BBIP) Busung termasuk dalam wilayah Kabupaten Simeulue, pesisir
pantai dan pegunungan. Sebagian kawasan sekitar BBIP Busung berupa
pemukiman penduduk, lahan pertanian dan lahan perkebunan. Suhu udara
berkisar antara 25C - 32C perairan sekitar BBIP Busung adalah berupa pesisir.

4.1.3 Tugas dan Funsi BBIP Busung Kabupaten Simeulue


Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue memepunyai
tugas pokok yaitu melakukan penerapan teknik pembenihan dan budidaya ikan
pantai serta pelestarian sumberdaya induk dan benih ikan serta lingkungan dengan
wilayah kerja meliputi seluruh sumatra.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Balai Benih Ikan Pantai Busung
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan setandar pembenihan dan
pembudidayaan ikan pantai.
2. Pelaksaan pngujian teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan pantai
3. Pengelolaan dan pelayanan informasi serta poklikasi pembenihan, dan
pembudidayaan ikan pantai.
4. Untuk memenuhi permintaan pasar usaha petani ikan.

4.1.2 Struktur Organisasi BBIP Busung Kabupaten Simeulue


Struktur organisasi BBIP BusungKabupaten Simeulueterdiri dari kepala
balai,sub seksi pelayanan adminitrasi, subseksi produksi, sub seksi. Teknit
pembenihandan sub seksi bimbingan ketrampilan pembenihan.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari pegawai disesuaikan dengan jabatan
masing-masing, yaitu:
a. Kepala Balai
Memimpin, merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan agar dapat
dicapai tujuan atau sasaran BBIP Busung Kabupaten Simeulue berdasarkan
kebijakan produksi benih di daerah sesuai dengan peraturan dan undang-undang
yang berlaku.
b. Kepala Sub Seleksi Produksi
Bertugas memproduksi benih untuk kegiatan penebaran perairan umum jika
perlu membantu mengisi kekurangan benih yang dihasilkan UPR, melaksanakan
kegiatan distribusi benih, memproduksi induk untuk keperluan BBIP Busung
Kabupaten Simeulue dan UPR, dan melaksanakan kegiatan distribusi dalam
rangka pengendalian mutu benih.

c. Kepala Sub Sekai Teknik Pembenihan


Bertugas melaksanakan kegiatan uji coba dan uji lapang teknologi
pembenihan dengan bimbingan BBIP memperbanyak bibit, dan pengandalian
hama penyakit.
d. Kepala Sub Seksi Bimbingan Keterampilan Pembenihan.
Bertugas melaksanakan bimbingan keterampilan pembenihan ikan melalui
demonstrai, diskusi, dan melalui latihan-latihan praktis, menyusun pedoman-
pedoman teknis, dan manual teknik pembenihan untuk dijadikan bahan
penyuluhan.
e. Kepala Urusan Pelaporan dan Pelayanan Administrasi
Bertugas menyelenggarakan pengadaan peralatan dan perlengkapan,
menyelenggarakan pengadaan sarana komunikasi BBIP Busung Kabupaten
Simeulue.
Tabel 2. Status karyawan BBIP Busung Kabupaten Simeulue

Golongan/ Status Pendidikan


No Status
III II I SLTP SMK DIII S1
1. PNS 1 - - - - - 1
2 CPNS - - - - - - -
3 HONOR - - - - 7 - 1

4.2 Sarana dan Prasarana Pembenihan BBIP Busung Kabupaten Simeulue


4.2.1 Sarana
Balai Budidaya Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue memiliki
sarana pembenihan yaitu, gedung kantor, gedung serbaguna, gudang peralatan,
perumahan staf, laboratorium, bak induk, bak tendon, bak pendederan, bak pakan
alami, fiber filter dan hatchery.

4.2.2 Prasaranan
a. Sistem Penyedian Tenaga Listrik
Ketersedian tengaga listrik sangat dibutuhkan dalam aktifitas pembenihan
karena hampir sebagian peralatan yang dioperasikan membutukan tenaga listrik,
oleh karena itu tenaga listrik harus tersedia selama 24 jam. di Balai Benih Ikan
Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue tenaga listrik berasal dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) yang muda didapatkan. Selain itu juga tersedia genset
sebagai cadang sumber tenaga listrik jika PLN mengalami gangguan.
b. Sumber Air
Air yang digunakan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten
Simeulue adalah air laut yang dipompa dan dialirkan melalui pipa paralon yang
ditanam di bawah tanah. Adapun pipa paralon yang digunakan berukuran 6 inchi
dengan panjang 200 m, pada ujung pipa dipasang filter hisap yang diberi lubang-
lubang kecil. Hal ini untuk menghindari kotoran yang ikut tersedot ke bak tendon.
Penempatan filter hisap diletakan melebihi surut air laut terenda dengan
menggunakan pemberat yang terbuat dari semen beton. Sebelum air dialiri
kedalam bak larva, terlebih dahulu disaring di bak filter.
c. Jalan dan Transportasi
Kondisi jalan di sekitar Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten
Simeulue belum di aspal. Walaupun kondisi jalannya belum di aspal akan tetapi
sering dilalui oleh kenderaan sepeda motor, mobil dan masarat sekitarnya. Sarana
transportasi yang ada di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten
Simeulue yaitu sebagai berikut :
Mobil jenis double cabin untuk kenderan oprasional kepala balai.
Mobil kijang inova untuk kenderan oprasional proyek.
Sepeda motor honda karisma 125 untuk transportasi karyawan.

4.3 Konstruksi Bak


4.3.1 Bak Tendon
Bak tendon adalah bak yang digunakan untuk menampung air laut yang
dipompa atau disedot dari laut, ketersediaan bak tendon sangat diperlukan karena
penggunaan bak ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a.) Air dapat didistribusikan secara gravitasi karena bak tendon yang ada di Balai
Benih Ikan Panatai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue lebih tinggi dari bak
kultur.
b.) Dapat melakukan sterelisasi air terutama dengan menggunkan bahan kimia
misalnya kaporit.
Bak tendon Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue
dengan kapasitas 200 ton dapat di liat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Bak Tandon

4.3.2 Bak Induk


Bak induk yang digunakan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung
Kabupaten Simeulue untuk kegiatan pembenihan kerapu macan adalah bak dari
beton. Bak induk kerapu macan berjumlah 2 buah bak pertama difungsikan
sebagai bak pemeliharan induk sekaligus bak pemijahan dan bak yang kedua
difungsikan sebagai bak tendon karena bak tendon di Balai Benih Ikan (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue tidak layak pakai (masih dalam perehapan). Bak
pemeliharaan induk sekaligus bak pemijahan dapat di lihat pada gambar 3
dibawah ini :

Gambar 3. Bak Induk

Bak induk dilengkapi dengan bak penampungan telur yang diletakan


disamping yang dilengkapi dengan pembuangan air bagian atas bak yang akan
mengalirkan air limpahan telur ke bak penampungan telur. Selain pipa
pembuangan bagian atas, bak induk juga memiliki pembuangan yang ada didasar
bagian tengah bak yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran dan saluran
u$tama ketika pengeringan.

4.3.3 Bak Pemeliharaan Larva


Larva ikan kerapu macan yang terdapat di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue di pelihara dalam bak yang terbuat dari semen (bak
beton). Bak pemeliharan larva ikan kerapu macan berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 4 x 2,5 x 1,25 m, bak pemeliharaan larva tersebut berjumlah 8
buah dengan kapasitas 10 ton pada setiap sudut bak dibuat agak melengkung utuk
menghindari penumpukan kotoran, selain menghindari penumpukan kotoran dapat
mempermuda sirkulasi air. Pada dasar bak terdapat pipa pembuangan yang
berukuran 3 inchi, sedangkan pada bagian dinding bak di bagian atas terdapat pipa
pemasukan air. Bak pemeliharan larva ditempatkan dalam ruang tertutup untuk
menjaga kesetabilan suhu dan menjaga intentitas cahaya. Bak pemeliharaan larva
dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Bak Larva

4.4. Kegiatan Pembenihan


4.4.1Persiapan Bak
Untuk mendukung keberhasilan dalam pembenihan maka harus dilakukan
persiapan bak sebaik mungkin. Sebelum digunakan, bak pemeliharan induk dan
bak pemeliharaan larva dikeringkan terlebidahu, kemudian disiramai dengan
kaporit pada dinding serta dasar bak kemudian dibiarkan selama 30 menit, setelah
30 menit dilakukan penyikatan dan pembilasan. Setelah selesai pembersihan,
dilakukan pengisian air sampai penuh dan dibiarkan selama satu hari. Setelah satu
hari, air yang ada di dalam bak dikeringkan dan bak di isi kembali sampai penuh
dan bak tersebut siap untuk di pergunakan. Adapu proses persiapan bak induk dan
bak larva dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini :

4.4.2 Seleksi Induk


Induk ikan kerapu macanyang ada di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Simeulue berasal dari alam yaitu hasl tangkapan nelayan. Induk jantan
yang di gunakan berukuran panjang 74 -77 cm dan berat 8 10 kg/ekor, induk
betina berukuran panjang 60 68 cm dan berat 5 7 kg/ekor.
Kematangan kelamin induk jantan diketahui dengan cara kanulasi dengan
memasukan selang plastik kedalam lubang kelamin ikan kemudian di hisap
sperma yang keluar warna puti susu dan jumlahnya banyak diamati untuk
menuntukan kualitasnya. Kematangan kelamin induk betina ikan kerapu macan
dapat diketahui dengan cara mengurut perut ikan (striping) kearah genital papilla,
telur yang di peroleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya.
Ciri-ciri induk ikan kerapu macan yang sehat yaitu berwarna coklat
kehitaman, tubuh tidak cacat, gerakan agresif (lincah). Ciri-ciri induk jantan yang
matang gonad yaitu berwarna lebih terang atau lebih cerah, ukuran badan panjang,
agresif, lubang genital bewarna kemerahan. Sedangkan cirri-ciri induk betina yang
matang gonad yaitu perut gendut, gerakan tidak begitu agresif, lubang genital
berwarna kemerahan dan apabila distriping akan mengeluarkan telur.

4.4.3 Pemeliharaan Induk


Induk ikan kerapu macanyang ada di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue dipelihara di dalam bak beton yang berbentuk
lingkaran dengan kapasitas air 200 ton dan jumlah induk yang ada berjumlah 30
ekor dengan perbandingan antara jantan dan betina yaitu 1 : 5. induk jantan yang
di pelihara 5 ekor dan induk betina yang dipelihara 25 ekor . pakan yang diberikan
berupa ikan rucah segar dengan frekuensi pemberian satu kali sehari yaitu pada
pukul 08.00 WIB pagi hari. Metode pemberian pakan secara at libibitung atau
pemberian pakan ikan sampai kenyang. Pemberian pakan induk ikan kerapu
macan sebesar 1-3% dari total berat badan ikan/hari. Disamping itu diberikan pula
fitamin E dengan dosis 10 15 mg/kg berat badan induk yang telah dicampur
kedalam pakan dengan ferekuensi pemberian dua kali seminggu yaitu hari senin
dan kamis. Bak pemeliharaan induk di siphon dua kali seminggu. Pemberian
pakan induk ikan kerapu macan dan penyiponan bak induk dapat dilihat pada
gambar 6 dibawah ini :

4.4.4 Pemijahan
Kegiatan pemijahan ikan kerapu macan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue dilakukan secara pemijahan alami. Teknik
pemijahan dilakukan dengan metode manipulasi lingkungan yang dilakukan
menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikan dan menurukan tinggi air
selama 6 8 jam setiap hari, permukan air yang diturunkan sampai 70 cm dari
dasar bak induk. Pada sore hari pukul 16.00 WIB air bak di isi kembali sampai ke
posisi semula yaitu 200 ton.Perlakuan ini dlakukan terus menerus sampai induk
memjah secara alami.
Induk ikan kerapu macan memija setiap bulan yaitu pada bulan gelap
dimulai pada tanggal 30 Juli 03 Agustus tahun 2011 berlansung selama 4 5
hari berturut-turut dan terjadi pada malam hari antara jam 00.00 04.00.

4.4.5 Penangan Telur


a. Pemanenan Telur dan Penghitungan Telur
Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB dengan
menggunakan scope net yang mata jaringnya 400 mikron.Telur hasil pemanenan
di tampung ke dalam bak fiber yang telah disediakan dengan volume 1 ton.
b. Seleksi dan Penebaran Telur
Telur yang telah di tampung dalam bak fiber akan di seleksi dan diambil
dengan cara mengangkat aerasi dan mendiamkan telur tampa aerasi selama 4
menit, telur yang baik akan mengapung atau akan melayang-layang kepermukaan
air dan berwarna trasparan sedangkan telur yang jelek akan mengendap didasar
bak fiber. Kemuadian telur yang berkualitas akan dipihdahkan kedalam aquarium
untuk di tetaskan.
c. Penetasan Telur
Penetasan telur yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung
Kabupaten Simeulue yaitu telur ditetaskan di dalam aquarium berkapasitas 100
liter. Telur akan menetas dalam waktu 18-22 jam setelah pemijahan, pada suhu 28-
29 0C dan salinitas 33-35 ppt. Setelah semua telur menetas maka aerasi dimatikan
untuk memisahkan larva yang baik dan larva yang buruk. Larva yang baik akan
berenang di permukaan sedangkan larva yang buruk akan tetap di dasar wadah.
Larva yang berkualitas akan di panen dan dipindahkan ke bak pemeliharaan larva.

4.4.6 Pemeliharaan Larva


a. Penebaran Larva
Penebaran larva dilakukan beberapa jam setelah telur yang diteteskan dalam
wadah penetasan sudah terlihat menetas semua. Penebaran larva kedalam bak
pemeliharaan larva harus segera dilakukan karena kondisi di dalam wadah
penetasan akan dapat menurunkan kualitas larva itu sendiri jika dibiarkan terlalu
lama, disamping itu kualitas air media penentasan juga sudah menurun bersamaan
dengan menetasnya telur. Adapun penebaran larva yang dilakukan di Balai Benih
Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue dilakukan pada malam hari
pada pukul 20:00 WIB. Padat tebar yang dilkukan yaitu 10 ekor/liter.
b. Perkembangan Larva
Larva yang berumur 1 hari (D1) sampai D2 berwarna putih teransparan,
bersifat pelanktonis, bergerak mengikuti arus sistem belum berfungsi, serta masih
mempunyai yolk egg (kuning telur) sebagai cadangan makanan sehingga larva
belum membutukan pakan tambahan dari luar tubuh.Pada saat larva D3 cadangan
makan atau kuning telur sudah terserat habis, dan sistem penglitan sudah mulai
berfungsi sehingga larva membutukan pakan dari luar tubuhnya.Karaktristik fisik
lainya yaitu adanya bintik hitam (pigmen) pada bagian dorsal.
Bintik hitam tersebut dapat dijadikan indikasi pertumbuhan, bilah bintik
semakin membesar dapat dipastikan larva dapat memangsa pakan yang tersedia
secara optimal sehingga mampu melewati fase kritis awal dan sebaiknya jika
bintik hitam semakain kecil dan warna tubuh tampak memucat dari warna asli
larva tidak dapat memangsa pakan yang tersedia, biasanya larva hanya mampu
bertahan sampai dengan D4-D6 pada larva D6 bakal sirip punggung (spina
dorsalis) dan sirip perut (spina ventralis) mulai tampak berupa tonjolan dan larva
D9 spina suda terlihat jelas. Pertambahan spina berlangsung sampai larva
berumur D20-D25 dan selanjutnya akan meroduksi (berubah) menjadi duri keras
pertama pada sirip dorsal dan sirip perut. Meroduksinya spina sampai umur D30-
D35 diikuti dengan bertambah panjangnya tubuh larva menjadi ikan mudah
berwarna putih transparan sampai umur D35-D40 dan selanjutnya ikan mudah
mengalami perubahan warna (pikmentasi) yang sama seperti ikan dewasa. Larva
ikan kerapu macan dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini :
c. Pemberian Pakan Pada Larva
1. Chlorella(Nannochloropsis sp)
Fitoplankton Nannochloropsis spdiberikan pada saat larva berumur 1 hari
(D1) dengan kepadatan 500-100 x 103sel/ml. pemberiaan Nannochloropsis
spsampai larva berumur 30 hari (D30) dengan pemberian satu kali yaitu pada pagi
hari. Fitoplankton ini digunakan sebagai pakan Rotifera. Selain itu
Nannochloropsis sp dapat juga berfungsi sebagai bahan pengkayaan dan untuk
mempertahankan kekeruhan air dalam pemeliharaan larva.
2. Rotifera(Branchionus sp)
Rotifera diberikan pada saat larva berumur 2 hari yaitu pada saat kuning
telur habis dengan kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml yang diberikan pada waktu
sore hari. Pemberian Rotifera terus dipertahankan sampai 30 hari (D30) dan
diiberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
3. Artemia
Naupli Artemiamulai diberikan pada saat larva berumur 15 hari (D15).
Naupli Artemia diberikan hanya 2 kali sehari sampai larva berumur 20 hari (D20)
dengan kepadatan sebanyak 1-3 ind/ml dan pada umur D21-D30 dengan
kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml diberikan 2-3 kali sehari, selanjutnya pada umur
D31-D40 dengan kepadatan sebanyak 5-7 ind/ml diberikan 3 kalisehari yaitu pagi,
siang dan sore.
4. Pakan buatan
Pakan buatan diberikan pada saat larva berumur 12 hari (D12).Pakan buatan
yang digunakan adalah pellet merek love larva nomor 1, 2 dan 3. Pellet nomor 1
diberikan pada umur D12-D20 sebanyak 1 gram/bak atau 80.000 ekor larva,
diberikan 2 kali sehari. Pada umur larva D21 pellet yang diberikan yaitu pellet
nomor 1 dan nomor 2 sebanyak 2 gram/bak (1 geram pellet nomor 1 dan 1 geram
pellet nomor 2). Pada umor larva D31-D40 peliet yang diberikan yaitu pellet
nomor 2 dan nomor 3 sebanyak 3 gram/bak (1 gram pellet nomor 2 dan 2 gram
pellet nomor 3) dengan frekuesi pemberian 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan
sore.

4.5Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang
dibudidayakan. Pakan yang digunakan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung
Kabupaten Simeulue ada 3 macam yaitu :

4.5.1 Pakan alami


Pakan alami yang digunakan yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplanton yang diberikan yaituNannochloropsis spyang sering dikenal dengan
nama Chrorella laut merupakan alga bersel tunggal, berntuk bulat dan beukuran
2-4 mikron. Nannochloropis sp di kultur secara masal dalam bak semen yang
berkapasitas 10 ton. Nannochloropsis sp digunakan sebagai pakan Rotifera
(Branchionus sp). Zooplankton yang diberikan yaituRotifera (Branchionus sp)dan
naupli Artemia. Rotifera (Branchionus sp) dikultur secara masal di bak semen
yang berkapasitas 10 ton dan digukan sebagan pakan larva ikan kerapu macan.
Sedangkan naupli Artemia dikultur di bak konical berkapasitas 18 liter dan juga
digunakan sebagai pakan larva ikan kerapu macan pada umur 15 hari (D15).

4.5.2 Pakan buatan


Pakan buatan yang digunakan yaitu berupa pellet yang bermerek love larva
nomor 1,2,3,4,5,6,7 dan 8. Pellet nomor 1,2 dan 3 digukan sebagai pakan larva ikn
kerapu macan, sedangkan pellet nommor 4,5,6,7 dan 8 digunakn sebagai pakan
benih ikan kerapu macan.

4.5.3 Ikan Rucah


Ikan rucah adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis yang rendah. Ikan
rucah di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue digunakan
sebagai pakan induk ikan kerapu macan dan digunakan sebagai pakan benih.
Untuk pakan induk deberikan 1 kali seari yaitu pada pagi hari pukul 08:00 WIB.
Sedangkan untuk pakan benih diberikan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan
sore hari dan sebulum diberikan di potong-potong terlebih dahulu.

4.6Pengukuran Kualitas Air


4.5.1 Suhu
Pengukuran suhu yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung
Kabupaten Simeulue dengan menggunakan alat thermometer dalam tigakali
pengukuran yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari sedangkan suhu yang terdapat
adalah sebbagai berikut : pada pagi hari 27 0C, pada siang hari 31 0C dan pada sore
hari 29 0C. sesuai dengan pernyatan Murtidjo (2002) kisaran uptimum suhu yang
baik bagi kehidupan ikan kerapu macan adalah 25-32 0C. Jadi dapat disimpulkan
suhu air di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue normal
dan sangat bagus untuk budidaya ikan kerapu macan.

4.5.2 Salinitas
Pengukuran salinitas yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue yaitu dengan menggunakan alat
revraktometer.Pengukuran salinitas di lakukan di semua bak induk dan bak larva
ikan kerapu macan pada waktu pagi dan sore hari, hasil yang didapatkan yaitu
berkisar 33-35 ppt dengan nilai rata-rata 34 ppt. Pada umumnya ikan laut memijah
pada perairan dengan salinitas tinggi antara 30-35 ppt, ikan kerapu umunya
menyukai salinitas 30-35 ppt (Ghufran, 2001).

4.5.3 Oksigen Terlarut (DO)


Pengukuran oksigen terlalur yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai
Busung Kabupaten Simeulue yaitu dengan menggunakan alat DO meter.
Pengukuran di lakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasil
pengukuran sebagai berikut pagi hari 5,2, siang hari 6,1 dan sore hari, 5,8.
Menurut Kordi(2001) Untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan laut, kandungan
oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm.

4.5.4 Derajat Keasaman (pH)


Pengukuran pH yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai Busung
Kabupaten Simeulue yaitu dengan menggunakan alat pH meter. Pengukuran
dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasi pengukuran
yaitu berkisar antara 7,5-9 dengan nilai rata-rata 8,5. Menurut Kordoi (2001)
usaha budidaya ikan laut akan berhasil dengan baik dengan pH 6,5-9.
Adapun untuk keterangan selanjutnya, hasil yang didapatkan selama
pengukuran kualitas air dapat diliat padatabel dibawah ini :
Tabel 3. Nilai Parameter kualitas Air Pada Bak Kerapu Macan di Balai Benih Ikan Pantai
(BBIP) Busung Kabupaten Simeulue
No Parameter Kisaran Satuan
0
1 Suhu 27-31 C
2 Salinitas 33-35 ppt
3 Oksigen terlarut 5,2-6,1 ppm
4 pH 7,5-9 -

4.6 Pengendalian Hama dan Penyakit


Secara umum penanganan penyakit meliputi tindakan diagnosa, pencegahan
dan pengobatan. Diaknosa yang tepat diperlukan dalam setiap rencana
pengendalian penyakit, termasuk pengetahuan mengenai daur hidup dan ekologi
organisme penyebab penyakit. Diaknosa yang tepat akan menghasilkan
kesimpulan yang tepat dan tindakan penanggulangan yang lebih terarah.
Pada umumnya penyakit pada ikan kerapu macan di golongkan menjadi dua
golongan yaitu penyakit patogenik dan non patogenik. Penyakit patogenik yaitu
penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa maupun motozoa
sedangkan penyakit non patogenik yaitu disebabkan oleh faktor lingkungan
perarairan, biotoksin, polutan, rendahnya mutu pakan dan akibat penggunaan
bahan kimia dalam penanganan penyakit.
Penyakit sering menyerang pada ikan kerapu macan di Balai Benih Ikan
Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue yaitu penyakit yang disebabkan oleh
parasit jenis kutu seperti Argulusspyang merupakan golongan crustacea. Arasit ini
menempel pada tubuh ikan terutama pada bagian kulit dan sirip. Serangan ada
jumlah besar akan mengakibatkan kematian karena parasit ini menghisap darah
ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga ikan
mudahterkenak infeksi yaitu jamur dan bakteri.
Parasit jenis Argulus spdi Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung
Kabupaten Simeulue menyerang pada induk kerapu macan. Sedangkan
penanggulangannya yaitu dengan cara perendaman induk dengan air tawar yang
telah dicampur Acriflavine 3 gram/1000 L air selama 10-15 menit. Pada waktu
perendaman, parasit yang menepel akan lepas dan mati. Parasit yang mati akan
terlihat jelas yaitu berwarna putih transparan.

4.7 Grading dan Pemanenan


Grading atau pemilihan ukuran adalah salahsatu kegiatan dalam pendederan
untuk menyeleksi sekaligus memilah-milah benih sesuai dengan ukurannya.
Adapun tujuan dari grading yaitu untuk mendapatkan benih yang seragam
ukurannya dan untuk mengurangi sifat kanibalisme, karena ikan kerapu macan
termasuk ikan buas dan memiliki sifat pemakan sesama jenis. Penyeragaman
ukuran ikan kerapu macan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung
Simeuluedilakukan pada saat larva berumur 35 hari (D-35) terutama apabila
terdapat ukuran yang berbeda. Pemilahan ukuran dilakukan dengan menggunakan
alat tudung saji, kemudian ikannya ditangkap dan ditampung dalam ember
pelastik berkapasitas 20 liter, selanjutnya ikan diseleksi berdasarkan ukuran dan
dimasukan kembali ke dalam bak pemeliharaan.
Pemanenan dapat dilakukan setelah benih berukuran 5-7 cm atau 10-15 cm
tergantung dari permintaan dan pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap
atau secara total sesuai dengan permintaan. Sebelum dilakukan pemanenan
terlebih dahu aerasi dimatikan dan ketinggian air diturunkan hingga 20-30 cm dari
dasar bak. Pemanenan dilakukan dengan sistem terbuka dengan cara benih
digiring dan ditangkap dengan menggunakan alat tudung saji yang kemudian
dimasukan ke dalam tudung saji yg lain yang telah disiapkan. Setelah itu benih
dihitung sesuai dengan permintaan dan dimasukan kedalam plastik kemudian
diberi oksigen.

4.8 Pemasaran
Pemasaran merupakan langkah akhir dari suatu usaha untuk memperoleh
pendapatan yang diharapkan dan pemasaran merupakan faktor yang sangat
penting untuk menentukan bagi suatu usaha pembenihan ikan.Pemasaran yang
dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue yaitu
dipasarkan kepada petani keramba yang ada di Kabupaten Simeulue itu sendiri
dengan harga jual Rp 1000/ekor dengan ukuran 1 cm.
Sistem pemasaran yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)
Busung Kabupaten Simeulue yaitiu konsumen lansung datang ke tempat
pembenihan untuk membeli benih yang diinginkan.

4.9Analisi Usaha pembenihan kerapu macan


4.9.1 Investasi
Investasi dalam suatu usaha adalah alokasi dana kedalam usaha yang
bersangkutan, dimana investasi tersebut meliputi penggunaan dana untuk
pengadaan sarana produksi dan dana-dana produksi selama usaha yang
bersangkutan dijalankan .

4.9.2 Pembiyaan
Pembiayaan dalam suatu usaha adalah upaya yang telah dikeluarkan
dengan prediksi nilai uang untuk mencapai tujuan tertentu, baik barang maupun
jasa. Secara umum pembiayaan suatu usaha dikelompokan menjadi suatu
pengeluaran pada biaya tetap (Fixed Cost) dan seluruh pengeluaran pada biaya
tidak tetap atau variable (VariabelCost).
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah seluruh biaya yang selam satu periode kerja/produksi,
tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan. Biaya tetap berubah berubah
meskipun volume produksi berubah, sebagai contoh biaya tetap adalah
penyusutan yang ditetapkan dalam suatu aktiva dalam satu bulan per periode
sebesar Rp. 100.000,- atau yang telah ditetapkan misalnya Rp. 200.000,- per
bulan. Jadi biaya-biaya tidak langsung lainnya (Sigit,1979).

b. Biaya tidak tetap


Biaya tidak tetap adalah jenis biaya yang naik atau turun bersama-sama
dengan volume kegiatan, produksi bertambah maka biaya variable pun bertambah
pula sebaliknya apabila produksi turun. Biaya variable per unit sebesar Rp.25,-
maka produksi 1.000 unit dibutuhkan dana sebesar Rp. 25.000,-(Sigit,1979)
c. Biaya Total
Biaya totalmerupakan gabungan dari penambahan seluruh biaya tetap dan
biaya tidak tetap, dimana biaya total ini diperhitungkan setiap periode produksi
atau berdasarkan waktu misalnya ditetapkan setiap tahun (Sigit,1979)

4.2.3 Pendapatan
Pendapatan atau output adalah seluruh unit produksi yang dapat di nilai
dalam rupiah. Dalam menghitung pendapatan ini terdapat beberapa kriteria yaitu
pendapatan kotor atau pendapatan margin dan pendapatan bersih atau disebut
sebagai laba (Kadariah,1978).

No Uraian Nilai (Rp)


1. Penyusutaninvestasi 93.430.000,-
2. Gajiteknisi 1 orang Rp. 2.000.000,-/ bulan / orang 48.000.000,-
3. Gajistafteknisi 3 orang Rp. 500.000,-/ bulan / orang 18.000.000,-
4. Gajistafkantor 2 orang Rp. 300.000,-/ bulan / orang 7.200.000,-
5. KonsumsiKaryawan 9orang, Rp 7.500,-/ hari/orang 24.300.000,-
6. Perawatandanpakan 1 tahun, induk (3% x 8.748.000,-
108xRp7.500,-/kgx360)
Total 199.678.000,
-

Table 14.BiayaVariabel( variable Cost) tahun 1 ( 3 siklus)


No Uraian Nilai (Rp)
1. Artemia 25 kaleng 6.750.000,-
2. Pembeliantelurkerapumacan 100.000 butir / bak x 3 x Rp. 5, - -
x 8 bak
3. Pelet LL No. 2 : 3,5 kg 1.67.500,-
No. 3 : 7 kg 2.695.000,-
No. 4 : 10 kg 2.850.000,-
No. 5 : 10 kg 3.3000.000,
No. 6 : 16 kg -
No. 7 : 16 kg 3.040.000,-
No. 8 : 16 kg 3.040.000,-
KRA. 83 kg 3.040.000,-
4. Obat obatan : 1.687.390.-
- New BK 505 1,5 kaleng
- Artemia Booster 5 botol 510.000,-
- Anvibac 3 galon 2.000.000,-
- Elbaju 8 bag (@ 100 gram) 750.000,-
5. Pupuk alga 1 paket 1.000.000,-
6. Solar (9 x 30 x 6 x 1.685,-) 3.000.000,-
7. Oli (2 x 9 x 12.000,-) 2.729.700,-
8. Listrik PLN 6 bulan 216.000,
9. Bahan packing (oksigendan plastic) 13.500.000,
10. Tenagakontrak (3 orang x 6 x 250.000) -
344.000,-
4.500.000,-
Total 68.650.000,
-
Dibulatkan 68.650.000,
-

No Uraian Jumlah (Rp)


1. Total biayatetap 199.678.000,
2. Total biaya variable -
68.650.000,-
Biayaproduksi 268.328.000,
-

No Uraian Jumlah (Rp) Total Nilai

1. Benih 4 cm 28.800 4.000,- 115.200.000,-


2. Benih 5 cm 45.120 5.000,- 225.600.000,
3. Benih 6 cm 17.280 6.000,- -
4 Benih 7 cm 4.800 7.000,- 103.680.000,
-

33.600.000,-

Total 478.080.000,
-

No Uraian Jumlah (Rp)

1. Out put produksi (pendapatantahun 1) 478.080.000


2. Biayaproduksi 268.328.000
Labakotor 209.752.000

No Uraian Jumlah (Rp)

1. Penyusutaninvestasi 93.430.000,-
2. GajiTeknisi 1 orang, Rp. 2.000.000,-/ bulan/ orang 48.000.000,-
3. GajiStafteknisi 3 orang, Rp. 500.000,-/ bulan / orang 18.000.000,-
4. GajiStafkantor 2 orang, Rp. 300.000,-/ bulan / orang 7.200.000,-
5. Konsumsikaryawan 9 orang, Rp. 7.500,- / hari / orang 24.300.000,-
6. Perawatandanpakan 1 tahun, Induk (3% x 108 x Rp. 8.748.000,-
7.500,-/ kg)
Total 199.678.000

N Uraian Jumlah (Rp)


o
1. Artemia 12.150.000,-
2. Pellet LL No.2 45 klg 1.697.000,-
No.3 5 kg 3.080.000,-
No.4 8 kg 2.850.000,-
No.5 10 kg 3.300.000,-
No.6 24 kg 4.560.000,-
No.7 32 kg 6.080.000,-
No.8 38 kg 7.220.000,-
KRA 1,3 68 kg 1.382.440,-
3. KRA 1.6 kg 769.440,-
Obat-obatan
- New BK 505 6,5 kgl 2.210.000,-
- MB 3,2 Botol (2.500
gr) 1.280.000,-
4. - Artemia Booster 10 Botol 4.000.000,-
5. - Elbaju 16 bag (@ 100 1.250.000,-
6. gram) 2.000.000,-
7. Pupuk Alga 1 Paket 3.500.000,-
8. Solar (9 x 30 x 12 x 1.685,-) 5.459.000,-
9. Oil Genset (4 x 9 x 12.000,-) 432.000,
Listrik PLN 1 Tahun
Bahan Packing (oksigendanPlastik) 27.000.000,-
TenagaKontrak 3 orang 1 tahun @ 250.000,- 1.840.000,-
9.000.000,-

Total BiayaVariabel 119.080.700,-


Dibulatkan 119.081.000,-
Keterangan :
Tebartelur 5 siklus, 8 bak @ 100.000 butir = 4.000.000 butir
HR 80 % = 3.200.000 (Do)
SR D60 (5-7cm) 5% =160.000 ekorpenyabaranpertumbuhan
Benih 4 cm 36% = 57.600 ekor
Benih 5 cm 32% = 51.200 ekor
Benih 6 cm 21% = 33.600 ekor
Benih 7 cm 11% = 17.600 ekor
No Uraian Jumlah (Rp)
1. Out put produksi (Pendapatantahun II) 826.200.000,-
2. BiayaProduksi 318.759.000,-
Labakotor 507.441.000,-

No URAIAN TAHUN I TAHUN II JUMLAH


(Rp)
1. BiayaTetap 199.678.000,- 199.678.000, 399.358.000,-
2. BiayaVariabel 68.650.000,- - 187.731.00,-
119.081.000,-
Total 268.328.000,- 318.759.000, 587.087.000,-
-

N TAHUN PRODUKSI JUMLAH


O (RP)
1. Tahun 1 478.080.000
2. Tahun 2 826.200.000
Total pendapatan 1.304.280.000

N URAIAN JUMLAH
O (RP)
1. Output produksi (pendapatantahun 1 dan 11) 1.304.280.000
2. Biayaproduksi (Tahun 1 dan 11) 587.087.000
Labakotor (2 tahunproduksi) 717.193.000

4.2.4 Analisis Usaha


1. Payback period
Payback period x 1Tahun

x 1 Tahun = 2 Tahun, 11 bulan

2. BEP Kuantitas
N TAHUN PRODUKSI BENEFIT COST B/C RATIO
O
1. Tahun 1 478.080.000,- 268.328.000,- 1,78
2. Tahun 11 826.200.000,- 318.759.000,- 2,59

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Tahap kegiatan pada pembenihan ikan kerapu macan meliputi: persiapan bak,
seleksi induk, pemeliharaan induk, pemijahan, penanganan telur, pemeliharaan
larva, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan hama dan
penyakit, grading, panen dan pemasaran.
Teknik pemijahan ikan kerapu macan yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai
(BBIP) Busung Kabupaten Simeulue yaitu pemijahan secara alami dengan metode
manipulasi lingkungan.
Ikan kerapu macandi Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Busung Kabupaten Simeulue
memijah pada bulan gelap yaitu pada tanggal 30 Juli 03 Agustus 2011.
Pakan yang diberikan pada induk ikan kerapu macan berupa ikan rucah segar
Pakan yang diberikan pada larva ikan kerapu macan yaitu berupa Rotifera
(Branchionus sp), Artemia dan pakan buatan(pellet).
Nilai parameter kualitas air yang di dapat di Balai Benih Ikan Pantai Simeulue
(BBIP) Busung Kabupaten Simeulue yatu, suhu 27-31 0C, salinitas 33-35 ppt,
oksigen terlarut (DO) 5,2-61 ppm dan derajat keasaman (pH) 7,5-9.

5.2 Saran
Dalam pengangan larva ikan kerapu macan harus lebih berthati-hati karena masa
larva adalah masa yang sangat keritis dan muda mengalami kematian.
Menambah tenaga ahli dalam bidang pembenihan ikan kerapu macan agar
perawatan ikan dapat berjalan dengan baik.
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pembenihan ikan kerapu macan
perlu diadakan pelatihan khusus mengenai teknologi pembenihan yang
berkembang pada saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Basyarie, A. 1989. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Sub balai penelitian budidaya
pantai. Bojonegoro. 26 hal.

Ghaufran, M. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yokyakarta.


78 hal.

Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia


Indonesia. Jakarta. 260 hal.

Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani, dan T. Yokohama. 1991 Pemijahan Ikan Kerapu
Macan, (Ephinepelus fuscoguttatus). Bul. Pen. Perikanan (terbitan Khusus). 15
hal.
Murtidjo, B. A. 2002. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Tambak. Kanisius. Yokyakarta. 89
hal.

Mucharie, A. Sapriatna. T. Ahmad, dan kohno. 1991. Pepeliharaan Larva Kerapu


Macan, (Ephinepelus fuscoguttatu)s.pen. Perikanan. (terbitan Khusus). 34 hal.

Riduwan, 2002. Skalah Pengukuran Variable-Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung.


189 hal.

Sudjiharno, 2003. Perkembangan Usaha Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung


di Wilaya lampung. 53 Hal

Anda mungkin juga menyukai