Anda di halaman 1dari 174

TEORI DAN PRAKTEK

PUBLIC SPEAKING
(PERSPEKTIF AGAMA DAN BUDAYA)

NIRWANA, M.Pd.
WAODE SURYA DARMADALI MANGINDA, M.HUM.

Editor:

Muhlis, M.Sos.I.
Ahmad, M.Litt.
Sandra Dewi Dahlan, M.A.

i
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang:
Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit

All Rights Reserved

TEORI DAN PRAKTEK PUBLIC SPEAKING


(PERSPEKTIF AGAMA DAN BUDAYA)

Penulis:
Nirwana, M. Pd. dan Waode Surya Darmadali Manginda,
M.Hum.

Editor:
Muhlis M. Sos.I, Ahmad M. Litt., dan Sandra Dewi Dahlan. M.A.

Desain Layout:
Zaenal Abidin

Cetakan I: 2020
ix + 164 hlm.; 15,5 x 23 cm
ISBN: 978-602-328-265-4

Alauddin University Press


UPT Perpustakaan UIN Alauddin
Jl. H. M. Yasin Limpo No. 36 Romangpolong,
Samata, Kabupaten Gowa
Website: http://ebooks.uin-alauddin.ac.id/

ii
SAMBUTAN REKTOR
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Puji syukur kepada Allah swt. atas segala nikmat, rahmat, dan
berkah-Nya yang tak terbatas. Salawat dan Salam semoga
tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw.
Di tengah situasi penuh keterbatasan karena pandemi global
Covid-19, karya buku “Hadis-hadis Hukum” yang kini hadir di
tangan pembaca patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya.
Apresiasi tersebut diperlukan sebagai bentuk penghargaan
kita sebagai pembaca terhadap penulis yang dengan penuh
kesungguhan hati, mampu menyelesaikan suatu naskah buku
referensi yang berharga bagi khazanah ilmu pengetahuan.
Sebagai Rektor, tentu hal ini merupakan suatu kebanggaan
sekaligus kehormatan bagi kami, sebab pada tahun pertama
kepemimpinan ini, melalui program Gerakan Penulisan dan
Penerbitan 100 Buku Referensi, karya ini dapat lahir. Hal ini,
selain merupakan manifestasi dari salah satu Pancacita
kepemimpinan kami, yakni Publikasi yang Aktif, juga tentu
menunjukkan bahwa produktifitas melahirkan karya
referensi dan karya akademik harus tetap digalakkan dan
disupport demi terciptanya suatu lingkungan akademik yang
dinamis dan dipenuhi dengan khazanah keilmuan. Iklim
akademik yang demikian itu dapat mendorong kepada hal-
hal positif yang dapat memberi dampak kepada seluruh
sivitas akademika UIN Alauddin Makassar. Tentu, hal ini juga
perlu dilihat sebagai bagian dari proses upgrading kapasitas
dan updating perkembangan ilmu pengetahuan sebagai ruh
dari sebuah universitas.
Transformasi keilmuan yang baik dan aktif dalam sebuah
lembaga pendidikan seperti UIN Alauddin Makassar adalah
kunci bagi suksesnya pembangunan sumber daya manusia
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini perlu dibarengi
dengan kepemimpinan yang baik, keuletan, sikap akomodatif
dan kolektif yang mampu mendorong peningkatan kapasitas
iii
dan kreatifitas sumber daya, dan menciptakan inovasi yang
kontinu guna menjawab setiap tantangan zaman yang
semakin kompleks. Apalagi, di tengah kemajuan pada bidang
teknologi informasi yang kian pesat dewasa ini, hal-hal
tersebut bukanlah sesuatu yang sulit diwujudkan. Semua
berpulang pada tekad yang kuat dan usaha maksimal kita
untuk merealisasikannya.
Karya ilmiah berupa buku referensi akan menjadi memori
sekaligus legacy bagi penulisnya di masa datang. UIN
Alauddin Makassar sebagai salah satu institusi pendidikan
yang memiliki basic core pengembangan ilmu pengetahuan,
memiliki kewajiban untuk terus menerus memproduksi ilmu
pengetahuan dengan menghasilkan karya ilmiah dan
penelitian yang berkualitas sebagai kontribusinya terhadap
kesejahteraan umat manusia.
Semoga ikhtiar para penulis yang berhasil meluncurkan
karya intelektual ini dapat menjadi sumbangsih yang
bermanfaat bagi pembangunan sumber daya manusia dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkualitas,
berkarakter, dan berdaya saing demi kemajuan peradaban
bangsa.
Hanya kepada Allah jugalah kita berserah diri atas segala
usaha dan urusan kita. Semoga Allah swt senantiasa
merahmati, memberkahi, dan menunjukkan jalan-Nya yang
lurus untuk kita semua. Amin...

Makassar, 17 Agustus 2020

Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah swt. atas


limpahan rahmat, kesehatan, dan kesempatan serta berkah
yang luar biasa di tengah pandemi korona ini, sehingga
penulisan buku referensi yang berjudul” Teori dan Praktek
Public Speaking (Perspektif Agama dan Budaya)” dapat
diselesaikan sesuai dengan target waktunya. Salawat dan
Salam kami kirimkan kepada baginda Nabi Muhammad saw.
sebagai sebagai sosok manusia sempurna yang senantiasa
menjadi panutan dalam segala aktifitas kehidupan kita
sebagai muslim. Termasuk dalam buku ini juga banyak
bercerita tentang sosok Nabi Muhammad dalam kaitannya
dengan praktek public speaking.
Buku tentang public speaking ini mencoba menyajikan
konsep dan teori public speaking dalam kehidupan sehari-
hari dengan perspektif agama dan budaya. Public speaking
telah menjadi tren komunikasi global, agama-agama, dan
budaya di seluruh dunia dengan mejadikan public speaking
sebagai model komunikasi utama. Oleh karena itu tentu
sangat penting untuk bisa memahami secara mendalam
bagaimana teori hingga praktek public speaking dalam
konteks budaya dan agama yang berbeda yang tidak bisa
dihindari dalam interaksi harian masyarakat kita. Faktanya,
pluralitas agama dan budaya masih dianggap sebagai
ancaman. Berdasarkan fakta di lapangan, akar penyebab
konflik antara satu dengan yang lain memang tidaklah sama,
namun kebanyakan konflik yang terjadi disebabkan karena
kesalahpahaman komunikasi dalam berbagai isu, misalnya,
kesenjangan ekonomi, perseteruan politik, atau kontestasi
pemeluk agama dan perbedaan budaya, maka dalam buku ini
banyak membahas bagaimana public speaking harus menjadi
media untuk mempromosikan moderasi beragama dan
berbudaya. Meskipun dalam buku ini lebih banyak
menyajikan berbagai contoh konsep dan praktek public
speaking dalam Islam, mengingat buku referensi ini akan
banyak dijadikan rujukan oleh mahasiswa di lingkup
v
perguruan tinggi Islam, namun secara umum juga
melampirkan konsep dari agama dan budaya lain sebagai
sebuah perbandingan.
Penulis tentu ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang mendalam kepada tim panitia pelaksana Penulisan dan
Penerbitan 100 Buku Referensi yang dengan totalitas penuh
memberikan arahan dan infromasi yang sangat membantu
selesainya penulisan buku ini. Atas dedikasi tim panitia
pelaksana dalam mengedit, mencetak, dan menerbitkan serta
mengurus seluruh kelengkapan administrasi sampai
selesainya buku ini secara sempurna. Kami dari penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga segala
kebaikan dan semangat kerjanya mendapatkan balasan
terbaik dari Allah swt.
Terakhir, meski telah dirancang dan ditulis dengan
sangat hati-hati dan mempertimbangkan berbagai referensi
serta melewati proses review dari tim seleksi yang ketat,
sebagai manusia biasa yang masih harus banyak belajar,
penulis tentu menyadari akan adanya kekurangan dan
keterbatasan dalam penulisan buku ini, baik dalam muatan
ilimiahnya maupun format penulisan, dan lain sebagainya.
Olehnya itu, Penulis akan dengan senang hati menerima
masukan dan saran serta kritikan yang membangun dari
berbagai pihak, khususnya dari para pakar dan profesional
yang memiliki kapasitas dan pengalaman akademik yang
berkaitan dengan hal-hal yang dibahas dalam buku ini.
Begitupun tanggapan serta saran dari kolega dan pembaca
sekalian yang peduli terhadap konsep dan metodologi
penulisan dari buku ini, baik untuk revisi maupun cetakan
selanjutnya. Wassalam.

Makassar, 13 Agustus 2020

Nirwana & Waode SDM

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. v


DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii
BAB I PENGANTAR PUBLIC SPEAKING ......................................... 1
a. Filosofi Public Speaking dalam berbagai Agama ......... 1
b. Definisi Public Speaking ........................................................... 3
c. Elemen Dasar Public Speaking .............................................. 6
d. Public Speaking dalam pluralitas agama dan budaya 9
BAB II ETIKA PUBLIC SPEAKING .................................................. 12
a. Piramida Etika .............................................................................12
b. Etika Public Speaking dalam agama Islam .....................15
c. Etika Public Speaking menurut NCA Credo ...................22
BAB III KEKUATAN PUBLIC SPEAKING....................................... 29
a. Kekuatan Public Speaking ......................................................29
b. Keutamaan Public Speaking ..................................................33
c. Hukum Public Speaking ..........................................................40
BAB IV BERPIKIR KRITIS DAN PUBLIC SPEAKING ................. 44
a. Pengertian Berpikir Kritis ……......................................... 47
b. Berpikir Kritis dalam Islam ...................................................50
c. Hubungan berpikir kritis dan Public Speaking……. .. 52
BAB V MENYIAPKAN PUBLIC SPEAKING .................................. 55
a. Memperjelas tujuan dan jenis public speaking ......... 55
b. Menganalisis Audiens ........................................................ 56
c. Menentukan Topik.....................................................................64
BAB VI PRESENTASI DENGAN ALAT PERAGA VISUAL ........... 67
a. Jenis Alat Peraga Visual ...........................................................67
b. Panduan Menggunakan alat peraga visual ....................80
BAB VII MENYAMPAIKAN PRESENTASI .................................... 83
a. Pengertian Presentasi yang Baik ...................................... 83
b. Metode dalam menyampaikan Presentasi…….. .......... 85
c. Teknik Vokal, Verbal dan Visual dalam Presentasi ....90
d. Praktek Public Speaking…….. ........................................... 94
BAB VIII BENTUK - BENTUK PUBLIC SPEAKING ..................... 96
a. Public Speaking Informatif ...................................................96
b. Public Speaking Persuasif .................................................. 104
c. Public Speaking untuk tujuan tertentu ........................115
d. Public Speaking untuk Komunikasi kelompok ........ 119
vii
e. Public speaking dengan mengguakan media .............125
BAB IX KONSEP DAN PRAKTEK PUBLIC SPEAKING DALAM
ISLAM ................................................................................................ 131
a. Metode Public Speaking dalam Islam ...........................139
b. Praktek Public Speaking ala Nabi Muhammad saw.
..........................................................................................................143
BAB X FORMAT PUBLIC SPEAKING….. ..................................... 144
a. Menentukan ide .............................................................................144
b. Menentukan ide Pendukung ....................................................149

DAFTAR PUSTAKA…… ................................................................... 154

viii
BAB I
PENGANTAR PUBLIC SPEAKING
a. Filosofi Public Speaking dari berbagai Agama

P
ublic Speaking telah lama dikenal dalam sejarah
peradaban manusia, ratusan tahun sebelum masehi di
peradaban Yunani Public Speaking dikenal dengan
istilah” retorika”. Para filosof terkemuka dunia seperti
Socrates, Plato, dan Aristoteles adalah deretan tokoh – tokoh
yang terkenal dengan tehnik retorikanya. Aristoteles
merupakan salah satu tokoh yang paling dikenal dalam
kajian retorika karena bukunya yang berjudul” De Arte
Rhetorica” dia menemukan bahwa dibutuhkan retorika untuk
membujuk dan menggerakkan masyarakat agar mau
melakukan sesuatu. Seiring perkembangan zaman, istilah
retorika saat ini menjadi kajian tersendiri dengan nama
public speaking atau public communication atau public
speech sebagai bagian dari ilmu komunikasi yang dipelajari
dan diteliti secara ilmiah. Namun dikalangan masyarakat
umum lebih dikenal dengan pidato.

1
Public speaking juga turut mewarnai sejarah peradaban
Islam salah satu metode yang di pakai oleh para Nabi dalam
mengajak ummatnya adalah metode ceramah atau pidato.
Nabi Muhammad saw. adalah figure yang tidak tertandingi
dalam sejarah Islamic public speaking. Salah satu alasan
mengapa Nabi Muhammad saw. menduduki urutan pertama
dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia dalam
buku “100 orang paling berpengaruh di dunia” yang ditulis
oleh Michael H. Hart disebabkan karena kepiawaiannya
dalam mengajak dan memengaruhi pemikiran manusia untuk
berubah dalam waktu yang sangat cepat salah satunya
dengan metode ceramah/pidato. Muhamad saw. adalah sosok
yang tangguh, berkarakter dan sangat luar biasa. Setiap kali
berpidato, memotivasi, berkomunikasi dan berinteraksi,
beliau mampu memukau audiennya.1
Dalam Islam public speaking adalah salah satu metode
dakwah yang dipakai oleh banyak juru dakwah dalam
menyampaikan ajaran – ajaran Islam. Hal ini juga terdapat al-
Qur’an Surat an–Nahl Ayat 125.
َ َّ ْ ٰ ْ َ َْ ْ ْ َ
‫ْٱد ُع ِإل ٰى َس ِب ِيل َرِب َك ِبٱل ِحك َم ِة َوٱْل ْو ِعظ ِة ٱل َح َس َن ِة ۖ َو َج ِدل ُهم ِبٱل ِتى ِه َى أ ْح َس ُن ۚ ِإ َّن‬
‫ين‬َ ‫ض َّل َعن َسبيلهۦ ۖ َو ُه َو َأ ْع َل ُم ب ْٱْلُ ْه َتد‬
َ ‫َ َّب َك ُه َو َأ ْع َل ُم ب َمن‬
‫ر‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.2
Ayat ini menjelaskan bagaimana etika seorang muslim
ketika menyampaikan atau menyerukan sesuatu yakni
disampaikan dengan cara yang baik. Cara yang baik tentunya
mencakup beberapa hal yakni, apa yang disampaikan adalah

1Ilahi, Wahyu, Review Buku: Islamic Public Speaking; a Powerful Secret for

Powerful Muslim Public Speaker. Jurnal Komunikasi Islam | Volume 3, Nomor 01,
Juni 2013.
2Tafsir Web, https://tafsirweb.com/4473-quran-surat-an-nahl-ayat-
125.html. Diakses 28 juni, 2020

2
baik dan dengan metode yang dapat diterima oleh pendengar.
Dalam hal ini menjadi tehnik dasar dalam ilmu retorika yang
hari ini dikenal dengan istilah Public Speaking.
Sama halnya dengan deretan tokoh – tokoh agama lain dalam
sejarah peradaban manusia di berbagai belahan dunia.
Kepiawaian public speaking adalah salah satu hal yang
membuat mereka mampu menciptakan sejarah dalam
mempengaruhi orang lain. Pada agama Nasrani kita
mengenal Yesus dalam Islam dikenal dengan sebutan Nabi Isa
yang sudah tidak diragukan lagi dan juga termasuk dalam
deretan orang berpengaruh di dunia, kepaiwaianya dalam
ilmu retorika serta menjadi teladan yang baik menjadikan
para pengikutnya memiliki loyalitas yang tinggi. Gautama
Buddha berhasil mengajak pengikutnya dengan
menyebarkan ajaran – ajaran dasar kehidupan dari India
hingga China, tentu dalam mengajarkan agamanya Budhha
menyampaikan dengan retorika yang baik sehingga berhasil
mendapatkan pengikut yang tidak sedikit jumlahnya. Kong
Hu Cu yang hidup pada masa yang sama dengan Buddha juga
sangat terkenal dengan ajaran filosofi hidup menyangkut
moralitas dan konsepsi suatu pemerintahan tentang cara-
cara melayani rakyat dan memerintahnya lewat tingkah laku
teladantelah menjadi acuan sebagian besar penduduk dunia
hingga saat ini.
b. Definisi Public Speaking
Secara Bahasa, kata public berasal dari bahasa Inggris
yang berarti“masyarakat umum” sedangkan speaking adalah
berbicara atau berpidato.3 Jika merujuk pada akar sejarahnya
public speaking lebih dikenal dengan sebutan retorika atau
dalam bahasa Inggris rhetoric yang bersumber dari bahasa
Yunani rhet yang berarti orang terampil dan tangkas dalam
berbicara. Seiring perkembangannya pengetian retorika
berkembang meliputi kemahiran, melahirkan suatu gagasan,
ide, serta kelancaran berbicara dan kepaiawaian

3Jhon M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT

Gramedia).

3
memengaruhi orang lain dengan susunan kata – kata yang
menarik, ataupun kreasi dan improvisasi. Emm Griffin
seorang penulis buku mengenai public speaking
menguraikan bahwa retorika adalah suatu kemampuan
seseorang dalam setiap kondisi yang digunakan untuk
mempengaruhi. Dalam praktiknya Retorika sering
digunakan untuk mengambil keputusan dalam argumen,
debat legislatif, rapat politik, khotbah agama dan sambutan
dalam perayaan spesial.4
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa dalam
konteks hari ini, retorika lebih dikenal dengan istilah public
speaking istilah ini terkait dengan kemajuan ilmu
komunikasi yang cepat dan dinamis. Public speaking
merupakan pola komunikasi lisan seperti presentasi,
ceramah, pidato atau jenis bicara di depan umum lainnya
untuk menyampaikan sebuah ide, gagasan, pikiran, dan
perasaan secara runtut, sistematis, dan logis dengan tujuan
memberikan sebuah informasi, memengaruhi bahkan
menghibur para audiens.5Sumber lain menjelaskan bahwa
Public speaking adalah pengetahuan atau ilmu berbicara di
depan umum, berani berbicara di depan publik atau
sejumlah orang merupakan kegiatan yang pada dasarnya
dilakukan dalam rangka komunikasi. Sedangkan tujuannya
adalah menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang
lain agar mereka mengikuti kehendak kita.6
Public Speaking juga di definisikan oleh Jason S. Wrenc,
dalam uraiannya dia menjelaskan bahwa Public speaking
adalah proses dari penyampaian dan pengiriman sebuah
pesan kepada audien. Agar hal ini menjadi efektif m a k a

4Em Griffin, Communication A First Lokk at Communication Theory,

(New York: McGraw Hill, 2012), h. 288.


St. Public Speaking dan kontribusinya terhadap kompetensi da’i .
5Aisyah,

Jurnal Imu Dakwah, Vol 37, No 2 (2017) Universitas Islam Negeri (UIN)
Walisongo Semarang
6Aan Mohamad Burhanudin, Kemampuan Public Speaking Mahasiswa

Jurusan KPI IAIN Syekh Nurjati: Problematika Dan Solusinya. Orasi, Jurnal
Dakwah dan Komunikasi. Vol 7, No 2 (2016). IAIN Syeck Nurjati.Cirebon

4
s e o r a n g p e m b i c a r a h a r u s melibatkan diri dengan
pemahaman audien dan tujuan pembicaraan, memilih topik
dasar yang sesuai dengan latar belakang audiens, serta
mampu mengirimkan pesan dengan improvisasi yang baik.7.
Memberanikan berbicara di depan umum artinya siap
menyampaikan pesan kepada orang-orang yang latar
belakangnya berbeda. Seorang pembicara publik harus
pandai melakukan berbagai tugas sekaligus. Ia harus bisa
menyampaikan informasi, menghibur, dan meyakinkan
pendengarnya. Tanpa ilmu pengetahuan, informasi yang
disampaikan bisa salah. Tanpa kemampuan mengingat
cerita lucu dalam urutan yang betul, maka pembicara tidak
akan bisa menghibur pendengar.
Dari beberapa uraian diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa Public speaking adalah proses
penyampaian informasi atau pesan tertentu kepada
kelompok atau perorangan dengan tujuan untuk
menstimulasi mereka untuk melakukan atau mengikuti
sesuatu. Public speaker yang baik memahami bahawa
mereka harus merencanakan, mengatur serta
menformulasikan materinya agar dapat diterima dengan
baik oleh pendengar. Keterampilan public speaking tidak
hanya diperuntukkan untuk orang terteentu tetapi secara
general akan sangat bermanfaat dalam berbagai disiplin ilmu
dan pekerjaan.
“Public speaking is universally applicable to all types
of majors and occupations and is seen by U.S.
employers as a critical employability skill for job
seekers (Rockler-Gladen, 2009)”8
Jadi, apapun profesi, ambisi dan ketertarikan
seseorang, meningkatkan kemampuan berbicara di depan

7Jason S. Wrenc, Public speaking Practice and Ethics, (New York: Unnamed
Publisher, 2012), h. 8.
8Rockler-Gladen, N. Job skills that every college student needs: Writing,

speaking, professionalism, and other important knowledge. Suite 101.com.


Retrievedfrom.http://studyskills.suite101.com/article.cfm/job_skills_that_every
_college student_needs. (1 Agustus 2020)

5
umum akan sangat bermanfaat secara personal maupun
secara umum dalam kehidupan sehari – hari.
c. Elemen Dasar Public Speaking
Elemen dasar public speaking merujuk pada konsep
dasar komunikasi secara umum yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Menurut Laswell ada 5 konsep dasar
komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message),
medium, pendengar atau khalayak (audiens), dan efek9.
Elemen dasar ini bisa di ilustrasikan sebagai berikut.
Gambar 1.1. Elemen dasar komunikasi Lasswell

Lasswell’s Model
Speaker Message Medium Audiens Effect
(who) (what) (channe) (whom) (result)

Who: elemen ini merujuk kepada seseorang yang


memainkan peran sebagai speaker/source/sender dalam
proses komunikasi. Pihak inilah yang memiliki kepentingan
tertentu dalam menyampaikan sebuah pesan atau informasi
kepada pendengar yang bisa berupa perorangan, kelompok
atau organisasi yang bertindak sebagai komunikator. What:
dalam model komunikasi Lasswell, elemen kedua adalah
what, hal ini terkait dengan isi pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada pendengar atau komunikan. Pesan
yang disampaikan bisa berupa bentuk verbal maupun
nonverbal yang mewakili ide, gagasan, perasaan dan
keinginan dari komunikator tadi. In which/channel: element
ini adalah elemen penentu sampainya sebuah
informasi/pesan kepada komunikan. Channel adalah media
yang dipakai untuk menyampaikan pesan baik secara tatap
muka (face to face) maupun melalui media elektronik atau

9Aisyah, St. op.cit.Public Speaking dan kontribusinya terhadap kompetensi

da’i.Jurnal Imu Dakwah, Vol 37, No 2 (2017) Universitas Islam Negeri (UIN)
Walisongo Semarang

6
cetak seperti radio atau koran. Dalam public speaking
kesalahan memilih media dapat memengaruhi hasil
komunikasi yang diharapkan. Whom/Audien: elemen ini
adalah siapa yang menerima pesan dari yang disampaikan.
Sama halnya dengan komunikator, whom juga bisa merujuk
kepada perorangan, kelompok atau organisasi bahkan
negara. Effect/Result: dalam menyampaikan pesan atau
informasi pasti ada tujuan dan hasil yang ingin dicapai inilah
yang dsebut element effect dalam kajian komunikasi. Hasil
itu bisa berupa perubahan sikap dan pengetahuan
pendengar setelah mendapatkan informasi yang
disampaikan.
Pemahaman terhadap Elemen dasar public speaking
berkaitan erat dengan proses transaksional dalam
komunikasi yang secara lebih luas juga dikemukakan oleh
Barnlund’s (2008) dalam bukunya a transactional of
communication. Dijelaskan bahwa salah satu cara yang
paling ampuh untuk memahami public speaking adalah
dengan memahami proses transaksional dalam komunikasi
yang dibagi dalam beberapa bagian yakni proses menyandi
pesan dan menguarai mengurai sandi (coding and decoding),
komunikator (pembicara dan pendengar), pesan, media
(channel). Dan secara tidak langsung Barlund juga
menambahkan beberapa elemen lain sebagai bagian dari
proses transaksional dalam berkomunikasi yang juga
berlaku dalam public speaking, hal lai tersebut adalah
kebisingan (noise) dan konteks.10

10Barnlund, D. C. (2008). A transactional model of communication. In. C.

D. Mortensen (Eds.) Communication theory (2nd Ed), pp. 47-57. New Brunswick,
New Jersey: Transaction.

7
Gambar 1.2. Proses terjadinya komunikasi

Pada saat pembicara merancang dan mengorganisir


apa yang akan disampaikan itu disebut dengan coding, lalu
ketika pendengar memproses dan memahami apa yang di
dengar itu disebut dengan decoding. Apa yang disampaikan
oleh pembicara disebut dengan pesan (message) dan Pada
saat pendengar menerima pesan (message) mereka akan
mengelola apa yang didengar dan mengkonstekstualisasikan
dengan pengalaman mereka lalu memberikan respon
(feedback) baik secara verbal maupun nonverbal. Media
(channel) merujuk kepada media yang dipakai oleh
pembicara pada saat menyampaikan pesan, bisa secara
langsung, melalui telepon atau televisi dan media lainnya.
Elemen lain yang juga menjadi bagian dari proses
komunikasi adalah kebisingan (Noise) hal ini mengacu pada
gangguan yang kemungkinan terjadi pada saat proses
pengiriman pesan dari pembicara kepada. Ada beberapa
jenis kebisingan. Jenis kebisingan pertama adalah kebisingan
fisiologis, dan ini mengacu pada proses dan keadaan tubuh
yang mengganggu. Misalnya, jika pembicara menderita sakit
kepala atau flu, atau jika ada anggota audiens panas atau
lapar kondisi ini dapat mengganggu akurasi pesan. Jenis
kebisingan kedua adalah kebisingan psikologis. Suara
psikologis mengacu pada kondisi mental atau keadaan
emosional yang menghambat pengiriman atau penerimaan
pesan. Elemen terakhir dari proses komunikasi adalah

8
konteks (context) di mana pidato atau interaksi terjadi.
Dalam konteks tahun 1980 adalah diajarkan sebagai
pengaturan fisik aktual di mana komunikasi terjadi, seperti
di tempat ibadah, apartemen, tempat kerja, berisik restoran,
atau toko kelontong. Orang berkomunikasi berbeda di
masing-masing tempat seperti yang ada aturan komunikasi
tidak tertulis (disebut norma) yang mengatur pengaturan
ini. Baru-baru ini konsep konteks telah berkembang dan
diperluas untuk mencakup jenis hubungan yang kita miliki
dengan orang lain dan aturan komunikatif yang mengatur
hubungan itu. Jadi Anda tidak berbicara dengan cara yang
sama kepada sahabat Anda seperti yang Anda lakukan pada
anak kecil, orang tua Anda, bos Anda, dokter Anda, atau
polisi. Dan Anda dapat berbicara dengan teman terbaik Anda
secara berbeda di apartemen Anda daripada Anda
melakukannya di rumah orang tua Anda, dan komunikasi
Anda juga dapat berubah ketika Andaberada keduanya
keluar bersama teman di akhir pekan. Singkatnya,
konteksnya merujuk pada norma-norma yang mengatur
komunikasi dalam berbagai situasi dan hubungan.

d. Public Speaking dalam pluralitas agama dan budaya


Komunikasi adalah jembatan penghubung dalam
interaksi masyarakat. Dinamika komunikasi sangat
menentukan keberlansungan hidup mereka yang selain bisa
berimplikasi positif tentu juga bisa berdampak negatif. Hal ini
disebabkan karena kecenderungan dasar masyarakat dalam
lingkungannya selain hidup damai dan harmonis juga sangat
rentang terhadap konflik. Tidak bisa dipungkiri bahwa salah
satu pemicu adanya konflik baik itu agama dan budaya di
masyarakat adalah cara berkomunikasi satu sama lain. Dalam
realitasnya komunikasi yang dibangun oleh individu maupun
kelompok cenderung memaksakan kehendak dan
memaksakan orang lain untuk ikut dengan budaya dan agama
tertentu. Hal ini cenderung terjadi pada mereka yang hidup
mayoritas terhadap mereka yang minoritas. Dalam konteks
hari ini public speaking sudah menjadi model vital
komunikasi dalam budaya dan agama diseluruh dunia, oleh

9
karena itu sangat penting untuk mendiskusikan bagaimana
konsep moderasi atau jalan tengah dalam public speaking
baik itu dalam konteks agama maupun budaya.
Dewasa ini, Pluralitas masih dianggap sebagai ancaman.
Berdasarkan fakta dilapangan, akar penyebab konflik antara
satu dengan yang lain memang tidaklah sama. Namun
kebanyakan konflik yang terjadi disebabkan karena
kesalahpahaman komunikasi dalam berbagai isu misalnya,
kesenjangan ekonomi, perseteruan politik, atau kontestasi
pemeluk agama. Untuk bisa melanggengkan perdamaian, Luc
Reychler mengemukakan teori Arsitektur Perdamaian yang
menyebutkan, dalam pengelolaan perbedaan agama
dibutuhkan sejumlah syarat yaitu salah satunya adalah
adanya saluran komunikasi yang efektif dan harmoni
sehingga memungkinkan terjadi proses diskusi, klarifikasi,
dan koreksi terhadap penyebaran informasi atau rumor yang
berpotensi menimbulkan ketegangan antar kelompok
sosial.11 Public speaking adalah salah satu bentuk komunikasi
yang sangat popular hari ini, maka penting kiranya untuk
mempertimbangkan pluralitas agama dalam menyiapkan
konsep public speaking.
Dalam konteks multikultural, pembuatan bahan public
speaking menjadi lebih kompleks dengan meningkatnya
keanekaragaman budaya. Bagian dari kompleksitas bermula
dari perbedaan bahasa dari budaya ke budaya. Tidak ada
yang memisahkan satu budaya dari yang lain lebih dari
bahasa. Makna yang melekat pada gerakan, ekspresi wajah,
dan sinyal nonverbal lainnya juga bervariasi dari satu budaya
ke budaya lain. Bahkan gerakan untuk pesan dasar seperti
"halo" dan "selamat tinggal" pun berbasis budaya. Namun
yang harus dihindari oleh seorang public speaker dalam
kaitanya dengan konteks multikultural adalah sikap
etnosentrisme.
Etnosentrisme adalah kepercayaan bahwa kelompok
atau budaya kita sendiri apa pun itu lebih unggul daripada
semua kelompok atau budaya lain. Etnosentrisme adalah

11Reychler, Luc. 2006. Ch. Lenges of Peace Research. International Journal


of Peace Studies, Vol 11, N. 1, Spring/Sumer, 2006.

10
bagia n dari setiap budaya, dan dapat memainkan peran
positif dalam menciptakan kebanggaan dan loyalitas
kelompok. Tetapi itu juga dapat menyebabkan prasangka dan
permusuhan terhadap berbagai kelompok ras, etnis, agama,
atau budaya. Untuk menjadi pembicara publik yang efektif di
dunia multikultural, Anda harus ingat bahwa semua orang
memiliki kepercayaan dan kebiasaan khusus mereka.
Menghindari etnosentrisme tidak berarti Anda harus setuju
dengan nilai-nilai dan praktik semua kelompok dan budaya.
Saat Anda melakukan public speaking, waspadai
bagaimana faktor budaya dapat memengaruhi respons
pendengar. Cobalah untuk menempatkan diri Anda di tempat
mereka dan mendengarkan pesan Anda melalui telinga
mereka. Jika ada perbedaan bahasa, hindari kata-kata atau
frasa yang dapat menyebabkan kesalahpahaman. Saat
meneliti pidato, awasi alat bantu visual dan materi lain yang
akan berhubungan dengan berbagai pendengar. Saat
menyampaikan pidato, waspadai umpan balik yang mungkin
mengindikasikan bahwa audiens kesulitan memahami ide-
ide Anda. Bukan hanya pembicara, bagi pendengar, juga
penting untuk menghindari etnosentrisme ketika
mendengarkan pidato. Ketika Anda mendengarkan
pembicara dari latar belakang budaya yang berbeda, waspada
terhadap godaan untuk menilai pembicara berdasarkan
penampilan atau cara penyampaiannya. Tidak peduli apa
latar belakang budaya pembicara, Anda harus
mendengarkannya dengan penuh perhatian seperti Anda
ingin audiens mendengarkan Anda.

11
BAB II
ETIKA PUBLIC SPEAKING
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani
yang terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan ethikos. Ethos
berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos
berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang
baik.12Istilah moral berasal dari kata Latin yaitu mores, yang
merupakanbentuk jama‟ dari mos, yang berarti adat istiadat
atau kebiasaan watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup,13
sedangkan dalam bahasa Arab kata etika dikenal dengan
istilah akhlak, artinya budi pekerti. Adapun dalam bahasa
Indonesia disebut tata susila.14
a. Piramida Etika

12Bagus Lorens. Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia pustaka, 2000),


h.217
13 Ibid, h. 672.
14 Hasbullah Bakry. Sistematika Filsafat, (Jakarta: Wijaya, 1978), h. 9.

12
Realitasnya, meski memiliki definisi yang jelas,
interpretasi terhadap etika tertentu bisa berbeda-beda, hal
ini juga berlaku dalam hal komunikasi, kompleksitas latar
belakang yang berbeda baik itu agama, budaya, usia, maupun
pekerjaan bisa membuat penafsiran setiap orang berbeda hal
ini disut dengan dilema etika. Elspeth Tilley, seorang ahli
etika komunikasi publik dari Massey University,
mengusulkan pendekatan terstruktur untuk berpikir tentang
etika. Piramida etika adalah hal yang tidak terhindarkan
dalam proses hubungan masyarakat. Struktur piramida etika
Tilley melibatkan tiga konsep dasar: niat, sarana, dan
tujuan.15

Gambar 2.1 "Piramida Etika"

Intent (Niat), Menurut Tilley, hal pertama yang harus


dipertimbangkan ketika akan melakukan sesuatu adalah
masalah niat. Untuk menjadi pembicara atau pendengar yang
etis, penting untuk memulai dengan niat yang baik. Misalnya,
jika seorang public speaker memahami bahwa kejujuran

15 Tilley, E. The ethics pyramid: Making ethics unavoidable in the public

relations process. Journal of Mass Media Ethics, 2005. p. 305–320. (2 Agustus


2020)

13
adalah etika yang penting, maka anda akan mempersiapkan
pernyataan yang benar untuk pendengar. Secara spesifik ada
beberapa kondisi yang memang sudah memiliki kode etik
tersendiri dalam hal komunikasi, misalnya sekolah,
perusahaan, dan tempat lainnya, jika kondisi demikian maka
anda cukup menyelaraskan niat dengan kode etik yang sudah
ada. Namun ada beberapa kondisi yang tidak memiliki kode
etik sendiri, maka anda dapat menerapkan prinsip-prinsip
etika umum, seperti apakah suatu perilaku bermanfaat bagi
mayoritas atau apakah Anda akan menyetujui perilaku yang
sama jika Anda mendengarkan pidato alih-alih
menyampaikannya. Means (sarana) sarana disini berarti alat
atau perilaku yang kami terapkan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.16 Sebagai contoh, Anda ingin teman Anda
menghabiskan satu jam untuk meninjau naskah pidato anda
sesuai dengan kriteria, seperti kesesuaian audiens, penelitian
yang memadai, dukungan kuat terhadap pernyataan,
pengenalan dan kesimpulan yang dinamis. End (hasil) Bagian
terakhir dari piramida etika adalah tujuanatau hasil yang
ingin Anda capai. Contoh tujuan mungkin termasuk
membujuk audiens Anda untuk membuat untuk partisipasi
dalam kegiatan tertentu.
b. Etika Komunikasi (Public Speaking) dalam Islam
Komunikasi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia
agar bisa berinteraksi dengan lingkungannya. Perihal
komunikasi, Islam adalah agama yang sangat menjunjung
tinggi etika agar tidak menyebabkan kesalahpahaman antar
sesama manusia. Hal ini jelas terdapat dalam kita suci al-
Qur’an maupun hadist yang menjadi landasar dasar umat
muslim dalam menjalani kehidupan. Ada beberapa etika
komunikasi yang terdapat dalam al-Qur’an yang tentu scara
lebih spesifik harus diterapkan dalam public speaking.
1. Qawlan Sadidan (perkataan benar, lurus, jujur)
Seorang pakar Bahasa Arab kuno, Ibn Faris
menguraikan bahwa Qawlan Sadidan menunjukkan makna

16McCroskey). Principles of public speaking. Indianapolis, IN: The College

Network. (2003) p. 112

14
meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya atau dapat
pula bermakna istiqamah (konsisten). Selain makna diatas
kata dapat pula merujuk pada makna kepasa sasaran. Apabila
Seorang mengungkapkan sesuatu yang benar dan tepat
mengenai pada sasarannya, dapat digmabarkan dengan kata
Qawlan sadidan.17 Dalam al-Qur’an kata dapat ditemukan 2
kali salah satunya terdapat dalam surah QS. Al-Ahzab/33: 70
‫َ َ ُّ َ َّ َ َ َ ُ ۟ َّ ُ ۟ َّ َ ُ ُ ۟ َ ا‬
‫ٱَّلل َوقولوا ق ْوًل َس ِد ايد‬ ‫يآ أيها ٱل ِذين ءامنوا ٱتقوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan perkataan yang benar.”18
Makna kata qaulan sadidan dalam ayat ini adalah
dengan ucapan yang tepat dan bertanggung jawab, yakni
ucapan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Selanjutnya ada dua perintah Allah dalam surah ini: Pertama,
perintah agar melakukan ketaatan dan ketaqwaan serta
menjauhi larangan-Nya. Kedua, Allah memerintahkan kepada
orang-orang yang beriman untuk berbicara dengan
perkataan yang sopan tidak kurang ajar, perkataan yang
benar bukan yang batil.19 Qawlan sadidan juga dijabarkan
oleh Jalaluddin Rahmat bahwa kata ini mengandung makna
perkataan yang jujur, lurus, tidak berbelit - belit, tidak
berbohong apalagi mengandung fakta direkayasa atau
dimanipulasi, dan yang paling penting adalah ketegasan dan
keberanian dalam menyampaikan kebenaran. 20
2. Qawlan Baligan (perkataan yang membekas pada jiwa)
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif
serta dapat meninggalkan kesan yang baik bagi yang
mendengarnya. Demikian halnya, Islam juga sangat
menganjurkan agar dalam berkomunikasi

17M. Quraish Shihab. Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasianal-

Quran, Vol. 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 155-356


18Tafsir web. https://tafsirweb.com/7682-quran-surat-al-ahzab-ayat-
70.html. Diakses 28 juni 2020
19Wahbah Zuhaily.Tafsir Munir (Beirut: Dar al-Fikr 1991), h. 260.
20Jalaluddin Rahmat. Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut al-Quran, dalam

Audentia. Bandung: Pustaka Pelajar, 1993.

15
mempertimbangkan efisiensi dan tepat sasaran.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa
Rasulullah saw. dalam menyampaikan ajaran Islam beliau
mengunakan bahasa yang singkat tetapi padat, jelas serta
mengena dalam hati dan pikiran sekaligus, bahkan Rasul juga
terkenal pandai dalam memilik kata – kata yang baik ketika
berkhutbah maupun dalam komunikasi sehari-hari.21 Kata
Qawlan Balighan terdapat pada dalam al-Qur’an surat An-
Nisa’ ayat 63:
َٰٓ
َ َّ ُ ْ ْ ‫ٱَّلل َما فى ُق ُلوبه ْم َف َأ ْعر‬
‫ض َع ْن ُه ْم َو ِعظ ُه ْم َوقل ل ُه ْم ِف َٰٓى أ ُنف ِس ِه ْم‬ َ ‫ُأ ۟و َٰلئ َك َّٱلذ‬
ُ َّ ‫ين َي ْع َل ُم‬
ِ ِِ ِ ِ ِ
‫َ ْا َ ا‬
‫قوًل ب ِليغا‬
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah swt. mengetahui
apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.”22

Kata baligan dalam bahasa Arab diartikan mengenai


sasaran atau mencapai tujuan, serta bermakna fasih dan jelas
maknanya, terang dan tepat mengungkapkannya. Jadi dapat
diuraikan kembali bahwa dalam kata qawlan baligan
terkandung makna agar supaya berbicara secara efektif dan
efesien sesuai dengan situasi dan kondisinya, agar pesan yang
dikomunikasikan sampai dan dapat diterima dengan baik
oleh pendengar.23
Dlam kajian elemen dasar public speaking kata qaulan
Baligha ini merujuk kepada konteks pendengar. Seorang
public speaker harus berbicara sesuai dengan pemahaman
pendengarnya dengan menggunakan kata yang efektif,

21Nurasima. Etika berkomunikasi dalam islam (kajia surat an nisa ayat

148-149). Skripsi. (Univeristas islam negeri Ar Raniry. 2018)


22Tafsir web. https://tafsirweb.com/7682-quran-surat-al-ahzab-ayat-
70.html. Diakses 28 juni 2020
23Syamsul Rijal. Melihat Syariat Islam dari Berbagai Dimentasi (Banda

Aceh: Perpustaka Nasional: Katalog dalamTerbitan (KDT) MelihatSyari’at Islam


dari Berbagai Dimensi Nanggroe Aceh Darussalam, 2011), h. 26-27

16
komunikatif serta muda dipahami. Sesorang yang ingin
menyampaikan sesuatu harus melihat situasi dan kondisi
yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat,
bila pendengarnya adalah anak-anak maka harus berkata
sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja maka
harus mengerti dunia remaja dan pilihlah kata dalam
berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan
dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan.
Begitupun ketika menyampaikan sesuatu menggunakan
media cetak seperti koran atau majalah maka bahasa yang
digunakan harus sesuai dengan kaidah jurnalistik dalam
media tersebut.
3. Qawlan Maysuran (perkataan yang pantas dan ringan)
Seorang public speaker yang baik adalah mampu
membahasakan apa yang ingin disampaikan dengan kata –
kata yang ringan agar mudah dimengerti oleh pendengarnya.
kita bisa menemukan istilah qaulan maisuran dalam al-
Qur’an yang merupakan salah satu tuntunan untuk
melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa
yang mudah dimengerti dan melegakan perasaan. 24
Perkataan qawlan masyuran terdapat dalam surah Al Isra
ayat 28.
‫َ َّ َ ا‬ َ َۤ َ ‫َوا َّما ُت ْعر‬
‫ض َّن َع ْن ُه ُم ْاب ِتغا َء َر ْح َم ٍة ِم ْن َّرِب َك ت ْر ُج ْو َها ف ُق ْل ل ُه ْم ق ْوًل َّم ْي ُس ْو ارا‬ ِ ِ
“Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka
katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut.”25
Maysuran secara etimologi bersalah dari kata yasara
yang berarti berarti mudah atau pantas. Sedangkan qaulan
maisuran menurut Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya lebih
tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan,” lawannya
adalah ucapan yang menyulitkan. Qawlan maysuran merujuk

24Syaiful Djamarah. Pola Komunikasi Keluarga Orang Tua dan Anak dalam

Keluarga (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 110.


25Kementrian Agama https://quran.kemenag.go.id/sura/17. Diakses 28

juni 2020

17
pada kata – kata yang menyenangkan dengan menggunakan
kata – kata yang mudah dan pantas. 26 Public speaker yang
menggunakan etika qawlan maysuran yang berarti pesan
yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan
dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali.
4. Qawlan layyinan (perkataan yang lembut)
Perkataan yang lemah lembut digambarkan dalam al
Qur’an pada surah Tha Ha, ayat: 44
َ ْ َ َّ َ َّ َّ َّ ‫َ َ َ َ ا‬
‫ف ُقوًل ل ُ ۥه ق ْوًل ل ِي انا ل َعل ُ ۥه َي َتذك ُر أ ْو َيخش ٰى‬
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau
takut.”27
Sebagaimana yang diperintahkan kepada Nabi Musa
dan Harun dalam ayat diatas untuk berkata lemah lembut
kepada Fir’aun agar apa yang disampaikan dapat diterima
dengan baik. Maka dalam konteks kekinian ketika seorang
public speaker maka harus menunjukkan ketulusan dan
kelembutan serta keramahan kepada audienya. Hal ini
diaharapkan agar siapapun yang mendengarkan apa yang
disampaikan bisa menerima dengan baik sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam bertutur kata selalu
dengan penuh kelembutan, tidak kasar apalagi membentak
karena hal demikian dapat menyebabkan reaksi penolakan
dari komunikan.
5. Qawlan Kariman (perkataan yang mulia)
Adab atau tata krama seseorang dapat dinilai dari kata–
kata yang dipakai dalam berkomunikasi, orang yang memiliki
adab yang baik adalah mereka yang menggunakan perkataan
yang mulia, sopan serta santun ketika hendak menyampaikan

26Jalaluddin Rahmat. Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2001) h. 83.


27Tafsir web. https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-
44.html. Diakses 28 juni 2020

18
sesuatu. Kata qawlan kariman terdapat dalam al-Qur’an
surah al-Isra ayat 23.
َٰٓ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َّ ‫َ َ َ ٰ َ ُّ َ َ َّ َ ْ ُ ُ َٰٓ ۟ َّ َٰٓ َّ ُ َ ْ َٰ َ ْ ْ َٰ ا‬
‫ند َك ٱل ِك َب َر أ َح ُد ُه َما‬‫َوقض ى ربك أًل تعبدوا ِإًل ِإياه و ِبٱلوِلدي ِن ِإحسنا ۚ ِإما يبلغن ِع‬
َ ‫ُ َّ َ ا‬ َ َ ُ َٰٓ َّ َ َ َ َ
‫أ ْو ِكَل ُه َما فَل ت ُقل ل ُه َما أ ٍف َوًل ت ْن َه ْر ُه َما َوقل ل ُه َما ق ْوًل ك ِر ايما‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.”28
Merujuk pada penjelasan ayat ini maka perkataan yang
mulia secara umum diperuntukkan kepada orang yang lebih
tua. Perkataan yang mulai merupakan gambaran
penghormatan seseorang, sikap yang baik tentu akan
mendapatkan balasan yang sama sehingga proses
komunikasi bisa berjalan lebih baik.
6. Qawlan Ma’rufan (Perkataan yang baik)
Qauwlan ma’rufa digunakan untuk mengilustrasikan
bagaimana interaksi orang kaya terhadap orang miskin yang
terdapat dalam surah Al Baqarah, ayat 263.
‫يم‬ ُ َّ ‫ص َد َقة َي ْت َب ُع َه َٰٓا َأ اذى ۗ َو‬
ٌ ‫ٱَّلل َغن ٌّى َح ِل‬ ٌ ُ ْ َّ ‫َ ْ ٌل‬
َ ‫وف َو َم ْغف َر ٌة َخ ْي ٌر من‬‫قو معر‬
ِ ٍ ِ ِ
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi maha
Penyantun.”29
Seorang public speaker muslim tidak mengeluarkan
perkataan yang sia – sia hendaklah ia memperhatikan
ucapannya, apa yang dikatakan harus mengandung kebaikan,

28Tafsir web. https://tafsirweb.com/4627-quran-surat-al-isra-

ayat-23.html. Diakses 28 juni 2020


29 Ibid

19
memberi pemahaman, menambah pengetahuan serta
menyejukkan hati orang – orang yang mendengarnya. Dalam
bukunya Jalaluddin Rahmat juga menguraikan bahwa qawlan
ma’rufan adalah perkataan yang baik sesuai dengan konteks
masyarakat yang diajak berkomunikasi.30Adapun yang dikuti
oleh Nursima menurut Abd. Rahman, kata ini bermakna baik
dan pantas. Kata “baik” merujuk kepada norma, nilai, dan
etika, sedangkan kata “pantas” merujuk kepada status dan
latar belakang orang yang mengucapkannya. 31
Secara spesifik dalam Islam juga diatur bagaimana etika
seorang pendengar. Mendengar berarti memberi kesempatan
bagi orang lain untuk berpendapat dalam sebuah komunikasi.
Menjadi pendengar yang baik berarti menyimak dengan
seksama pembicaraan yang dilakukan oleh orang lain.
Perhatian dan konsentrasi keseluruhan harus diberikan
kepada komunikator atau orang yang sedang berucap.
Seorang publik speaker tentu menginginkan pesan
atau informasi yang disampaikannya ingin didengar oleh
audeinsnya. Apalagi jika pesan atau informasi yang
disampaikan itu dalam bentuk pesan agama atau dakwah,
begitu juga dengan pesan yang lainnya. Sebuah pepatah
mengatakan bahwa jika ingin menjadi pembicara yang baik
maka jadilah pendengar yang baik. Manusia diberikan
fasilitas satu lisan dan dua telinga agar lebih banyak
mendengar daripada berbicara. Mendengar dengan baik
merupakan suatu usaha untuk memahami kebenaran dan
perasaan yang tersembunyi dalam sebuah ucapan lisan.
Nabi Muhammad saw. adalah teladan yang paling baik
dalam mendengar. Dikisahkan ketika datang seorang wanita
tua kepada beliau, beliau mendengarkannya dengan penuh
perhatian, dan ketika datang pula kepadanya seorang anak
perempuan, memegang tangan beliau dan mengajaknya

30Jalaluddin Rahmat, Etika Komunikasi Perspektif Religi , cet. 2 (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 168-169


31Abd. Rohman, Komunikasi dalam al-Quran: Relasi Ilahiyah dan Insaniyah

(Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 100-101.

20
berbicara, beliau pun mendengarkannya dengan seksama.
Bahkan beliau selalu menghadapkan badannya kepada lawan
bicaranya sehingga mereka merasa diperhatikan.
Diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa Atabah bin al-
Walid, ketika duduk di samping Rasulullah saw. beliau
berkata, “wahai Abil walid, katakan apa yang hendak engkau
ucapkan”. Kemudian Atabah berkata, “Dia tidak
mengucapkan apapun hingga ketika aku selesai dari
ucapanku”. Kemudian Rasulullah saw. bertanya, “Apakah
engkau sudah selesai?”. Ia menjawab, “sudah”. Rasulullah
saw. pun melajutkan, “Maka dengarkanlah apa yang aku
ucapkan”32.
Kisah di atas mengajarkan untuk saling menghargai
dalam berbicara, bukan hanya menjadi pendengar yang baik,
tetapi juga tidak memotong pembicaraan orang lain.
Rasulullah saw. memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk menuntaskan pembicaraannya lalu kemudian beliau
menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Dengan menjadi
pendengar yang baik, akan dihargai oleh orang lain, karena
orang lain atau pembicara tersebut merasa bahwa dirinya
juga sangat dihargai. Jadi antara pembicara dan pendengar
timbul rasa saling menghargai. Hal ini sesuai dengan firman
Allah swt. dalam QS An-Nisa’/4: 86
‫ا‬ َ ٰ ْ َ َٰٓ َ َّ َ َ ‫ٱلر ُسو َل َف َق ْد َأ َط‬
َ َّ ‫اع‬
‫ٱَّلل ۖ َو َمن ت َول ٰى ف َما أ ْر َسل َن َك َعل ْي ِه ْم َح ِفيظا‬ َّ ‫َّمن ُي ِطع‬
ِ
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.”33
Perintah untuk mendengar adalah perintah terpenting
untuk menemukan sebuah kebenaran, apalagi disaat ayat al-

32Muslimah zone. http://www.muslimahzone.id/jadilah-pendengar-yang-

baik-seperti-Rasulullah. Diakses pada tanggal 8 agustus 2020


33 https://tafsirweb.com/1612-quran-surat-an-nisa-ayat-80.html. diakses

tanggal 8 agustus 2020

21
Qur’an dibacakan, sebagaimana firman Allah swt. dalam QS
al-A’raf/7:204
َّ َ ۟ ََ ُ َ ۟ ُ َ ْ َ ُ َ ُْ َ ُ َ َ
‫نص ُتوا ل َعل ُك ْم ُت ْر َح ُمو َن‬
ِ ‫و ِإذا ق ِرئ ٱلق ْرءان فٱست ِمعوا ل ۥه وأ‬
“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-
baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat.”34
c. Etika Public Speaking sesuai standar NCA Credo
Seorang public speaker harus mempertimbangkan
standar etika dalam komunikasi ketika menyiapkan sebuah
konsep. Bagaimana aturan berbicara di depan orang banyak,
siapa pendengarnya, bagaimana topiknya adalah hal – hal
yang menjadi pertimbangan utama dalam standar etika
komunikasi public. Secara umum, National Communication
Association credo telah menetapkan kode etik komunukasi
manusia termasuk didalamnya public speaking.
National Communication Association Credo for Ethical
Communication
Questions of right and wrong arise whenever people
communicate. Ethical communication is fundamental to
responsible thinking, decision making, and the development of
relationships and communities within and across contexts,
cultures, channels, and media. Moreover, ethical communication
enhances human worth and dignity by fostering truthfulness,
fairness, responsibility, personal integrity, and respect for self and
others. We believe that unethical communication threatens the
quality of all communication and consequently the well-being of
individuals and the society in which we live. Therefore, we, the
members of the National Communication Association, endorse and
are committed to practicing the following principles of ethical
communication:
• We advocate truthfulness, accuracy, honesty, and reason
asessential to the integrity of communication.

34https://tafsirweb.com/2658-quran-surat-al-araf-ayat-204.html diakses

tanggal 8 agustus 2020

22
• We endorse freedom of expression, diversity of perspective, and
tolerance of dissent to achieve the informed and responsible
decision making fundamental to a civil society.
• We strive to understand and respect other communicators
before evaluating and responding to their messages.
• We promote access to communication resources and
opportunities as necessary to fulfill human potential and
contribute to the wellbeing of families, communities, and
society.
• We promote communication climates of caring and mutual
understanding that respect the unique needs and characteristics
of individual communicators.
• We condemn communication that degrades individuals and
humanity through distortion, intimidation, coercion, and
violence, and through the expression of intolerance and hatred.
• We are committed to the courageous expression of personal
convictions in pursuit of fairness and justice.
• We advocate sharing information, opinions, and feelings when
facing significant choices while also respecting privacy and
confidentiality.
• We accept responsibility for the short- and long-term
consequences of our own communication and expect the same
of others.35

Khusus untuk etika public speaking sesuai dengan NCA


Credo bisa dijabarkan dalam 2 bagian yakni etika bagi
pembicara (speaker) dan etika bagi pendengar
(listener/audies).
a) Etika Pembicara (speaker)
Seorang public speaker tidak hanya bertanggungjawab
terhadap apa yang dikatakannya pada saat dia berbicara,

35National communication Association.


http://www.natcom.org/uploadedFiles/About_NCA/Leadership_and_Governanc
e/Public_Policy_Platform/PDFPolicyPlatformnNCA_Credo_for_Ethical_Communic
ation.pdf. 199 (2 Agustus 2020)

23
namun semua hal yang disampaikan kepada orang lain harus
terimplementasi dalam kehidupannya dimana pun berada
baik dilingkungan keluarga, masyarakat atau tempat kerja.
Ada 2 etika utama yang harus dimiliki seorang public speaker.
1. Jujur dan menghindari plagiasi
Sangat penting bagi seorang public speaker untuk jujur
dalam segala aspek public speaking yang dilakukan. Jujur
mengenai informasi yang disampaikan. Harus berani
mengungkapkan sumber iformasi yang disampaikan baik
lisan maupun tulisan karan jika tidak dilakukan maka
seorang public speaker telah melakukan plagiarisme, tentu
hal ini bisa memberikan dampak besar terutama terkait
kredibilitas seorang public speaker. Ada 3 jenis plagiarisme
yang biasa terjadi dalam public speaking yaitu global
(umum), patchwork (tambal sulam), dan incremental
(tambahan).36
Bentuk plagiasi Global adalah yang paling umum
digunakan dan sangat mudah ditemui. contoh sederhana
adalah ketika seseorang mengambil bahan pidato di internet
dan ketika menyampaikannya sama sekali tidak merubah
sedikitpun dan tidak menyampaikan sumber utamanya.
Plagiasi pactwork, ketika menulis sebuah konsep kadang –
kadang seseorang lupa untuk mengutip dari mana
sumbernya karena lupa dari mana sumber awal yang dia
sampaikan.
“Students engage in “‘patchwriting’” by copying from a
source text and then deleting or changing a few words
and altering the sentence structures “37
Jenis plagiarisme ketiga adalah plagiarisme
incremental, atau ketika sebagian besar pidatonya adalah
karya asli pembicara, tetapi kutipan atau informasi lain telah
digunakan tanpa dikutip. Plagiarisme tambahan dapat terjadi

36Lucas, S. E. The art of public speaking (7th ed.). New York: McGraw-Hill.
2001.
37Jaffe, C. Public speaking: Concepts & skills for a diverse and society (6

Ed.). Boston, MA: Wadsworth Cengage Learning. 2010

24
jika, misalnya, Anda memberikan databerupa statistik untuk
mendukung informasi yang anda sampaikan, tetapi anda
memberikan keterangan bahwa itu adalah kutipan.
Memahami berbagai jenis plagiarisme adalah langkah
pertama untuk memastikan Anda siapkan pidato yang jujur.
2. Bertanggung Jawab dan Memiliki Tujuan yang Jelas.
Seorang public speaker harus mampu memastikan
bahwa Anda memiliki tujuan yang yang jelas terhadap apa
yang disampaikan serta bertanggungjawab terhadap seluruh
informasi dan pernyataan yang disampaikan, dengan kata
lain, anda harus berusaha ssemaksimal mungkin untuk
memberikan dampak sosial dengan tetap mengedepankan
nilai kesetaraan dan penghargaan kepada orang atau
kelompok tertentu, karena hal demikian adalah salah satu
cara untuk mencapai komunikasi etis dalam berbicara di
depan umum. Ada beberapa tujuan public speaking yang
mendukung misi ini. Bagian ini akan fokus pada lima tujuan:
1) mempromosikan keragaman, 2) menggunakan bahasa
inklusif, 3) menghindari ucapan kebencian, 4) meningkatkan
kesadaran sosial, dan 5) menggunakan kebebasan berbicara
dengan penuh hormat.
• Mempromosikan perbendaan
Salah satu tanggung jawab penting yang harus dimiliki
seorang pembicara adalah dapat menumbuhkan kesadaran
akan adanya keragaman atau perbedaan dalam interaksi
sosial, atau penghargaan untuk perbedaan di antara individu
dan kelompok. Keragaman dalam berbicara di depan umum
penting ketika mempertimbangkan audiens Anda dan konten
pidato Anda. Mempromosikan keberagaman memungkinkan
audiens yang mungkin berbeda dari pembicara merasa
termasuk dan dapat memberikan perspektif yang
sebelumnya anggota audiens tidak diekspos.
Pembicara dapat memilih topik pembicaraan yang
memperkenalkan masalah multikultural atau dapat
mempromosikan keragaman dengan memilih bahasa dan alat
bantu visual yang berhubungan dengan dan mendukung
pendengar dari latar belakang yang berbeda. Sebagai contoh

25
seorang pembicara harus selalu menyeimbangkan atau
menyetarakan antara laki – laki dan perempuan sebagai
objek informasi, serta dapat juga mendorong keragaman
dalam ras, status sosial ekonomi, dan demografi lainnya.
• Menggunakan Bahasa yang inkusif
Kata Inklusif berasal dari Bahasa Inggris “inclusive”
yang artinya “termasuk di dalamnya”. Secara istilah berarti
menempatkan dirinya ke dalam cara pandang orang lain/
kelompok lain dalam melihat dunia, dengan kata lain
berusaha menggunakan sudut pandang orang lain atau
kelompok lain dalam memahami masalah. Contoh yang
sangat sederhana dalam menyampaikan Sesutu dengan bahsa
yang inklusif adalah dengan menggunakan kata ganti yang
tepat seperti dari kata kamu atau kalian menjadi kita atau
kami. Misalnya, “marilah kita senantiasa menjaga kebersihan
dengan membuang sampah di tempat smapah yang telah
disediakan.” Hal ini lebih bisa diterima dibandingkan
menggunakan kalimat ini” kalian harus senantiasa menjaga
kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya
• Hindari ujaran kebencian (hate speech)
Etika lain yang harus menjadi perhatian seorang public
speaker adalah menghindari ujaran kebencia hal ini juga
menjadi sorotan dari asosiasi komunikasi The NCA Credo of
Ethical Communication yang menyatakan mengutuk
komunikasi yang merendahkan individu dan kemanusiaan
melalui distorsi, intimidasi, paksaan, dan kekerasan, dan
melalui ekspresi intoleransi dan kebencian. 38
Pemilihan kata yang baik akan membantu pembicara
dalam mencapai tujuan yang ingin disampaikan serta akan
mudah dalam memengaruhi audiensnya. Sebaliknya kata
yang mengadung kebenciaan akan mepersulit pembicara

38National Communication Association.NCA credo for ethical


communication. Retrieved from
http://www.natcom.org/uploadedFiles/About_NCA/Leadership_and_Governanc
e/Public_Policy_Platform/PDFPolicyPlatform-
NCA_Credo_for_Ethical_Communication.pdf. 1999

26
dalam menyampaikan maksudnya, olehnya itu sangat penting
menahan diri agar tidak melakukan ujaran kebencian saat
berbicara di depan umum. Sangat penting bahwa pembicara
publik menahan diri dari kebencian atau bahasa seksis.
Menurut Verdeber bahasa kebencian adalah penggunaan
kata-kata dan frasa tidak hanya untuk merendahkan orang
lain atau kelompok tetapi juga untuk mengekspresikan
kebencian dan prasangka.39
Menggunakan pidato kebencian dalam situasi berbicara
di depan umum dapat mengasingkan audiens Anda dan
menghilangkan kredibilitas Anda, yang mengarah pada
implikasi yang lebih serius bagi nilai Anda, pekerjaan Anda,
atau hasil serius lainnya. Jadi sudah menjadi tanggung jawab
seorang pembicara sebagai pembicara untuk menyadari
materi sensitif dan dapat menavigasi pilihan bahasa untuk
menghindari menyinggung audiensnya.
• Membangun kesadaran sosial pendengar
Menumbuhkan kesadaran pendengar adalah satu
tanggung jawab seorang pembicara bukan hanya n
memperkenalkan ide-ide tentang perbedaan ras, gender, atau
budaya, tetapi juga dengan meningkatkan kesadaran sosial,
atau pengakuan terhadap isu-isu penting yang memengaruhi
masyarakat. Mengedukasi pendengar terhadapa kesadaran
sosial akan memberikan dampak besar bagi lingkungan.
b) Etika Pendengar
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang bisa
memberikan manfaat antara pembicara dan pendengar.
Olehnya dalam hal etika, tidak hanya berlaku terhadap
pembicara tetapi juga kepada pendengar. Dalam realitas
kehidupan manusia, tidak semua orang bisa menjadi
pendengar yang baik dibutuhkan pengetahuan untuk
mengasah kemapuan ini. Seorang pendengar harus
menunjukkan etiknya dengan mendengarkan secara seksama

39Kathleen S. Verderber. nter-Act: Interpersonal Communication Concepts,


Skills, and Contexts. Oxford. 2012

27
dan meberikan respon yang baik, bukan berarti bahwa
pendegar harus selalu setuju, namun dalam menyampaikan
respon harus mengedepankan norma dan etika. Selanjutnya
pendengar tidak boleh menilai pembicara berdasarkan nama,
ras, gaya hidup, penampilan dan reputasinya, dalam The NCA
Credo of Ethical Communication, pendengar harus berusaha
keras untuk melakukannya memahami dan menghargai
pembicara sebelum mengevaluasi dan menanggapi mereka.40

40National Communication Association. The credo can be accessed at

http://www.natcom. org/Tertiary.aspx?id = 2119&terms= credo on ethical.

28
BAB III
Kekuatan Public Speaking
“If you can speak, you can influence, you can change lives”
Rob Brown

A. Kekuatan Public Speaking dalam Islam


Public Speaking selalu menjadi senjata yang ampuh
untuk perubahan. Selama berabad - abad banyak pemimpin –
pemimpin hebat, orator, dan para visioner telah
menyuarakan beberapa pidato yang paling abadi dan telah
menggerakkan audiens dengan cara yang tak terbayangkan,
dan berhasil menginspirasi negeri, memicu percakapan, dan
akhirnya pidato – pidato tersebut menjadi bagian dari buku –
buku sejarah kita. Diantara pemimpin – pemimpin dunia
tersebut adalah Ratu Elizabeth I dengan pidato Tilbury yang
ikonik dan bagaimana merubah peperangan antara tentara
Inggris dan Spanyol atau Pidato Martin Luther King, Jr “I have
a dream” yang menjadi katalisator perubahan dalam
hubungan rasial di Amerika Serikat.

29
Dalam sejarah peradaban Islam, seni orasi atau Public
Speaking memiliki akar yang kuat dimana dalam berorasi
senantiasa menyertakan ajakan pada risalah kenabian.
Hadirnya risalah Nabi Muhammad saw. (sekitar 620 Masehi)
menjadi figure penting di dunia retorik Arab karena beliau
saw. mementingkan kebenaran sebagai unsur penting dari
sebuah orasi atau dakwah. Bahkan, dalam setiap ceramah
Beliau, unsur non – literal misalnya gesture ketika berkata –
kata terucap secara seimbang, tidak terlalu lamban, pun tidak
terlalu cepat, sehingga mudah dihapal oleh pendengar. Hal ini
sejalan dengan tujuan retorika dalam Islam dimana
membujuk orang agar berbuat kebaikan dan mengenali
kebenaran. Semua itu dilakukan dengan menyertakan unsur
keindahan, sehingga memikat massa. Umar bin Khattab
berkata, “Yang membuatku masuk Islam adalah keindahan
bahasa al-Qur’an.” 41
A.H. Johns menuliskan dalam jurnalnya yang berjudul
“Syu’ayb, Orator of the Prophets: Reflections on Qur’anic
Narrative mengenai kisah Nabi Syu’aib dalam berdakwah.

“This reflection is based on the account of Shuʿayb in


Sūrat al-Aʿrāf (QS. 7: 1–157). Shuʿayb has an established
place in the Muslim tradition: al-Thaʿlabī refers to him
as the orator of the prophets, khaṭīb al-anbiyāʾ, because
of the debating skill he shows when confronting his
people,4 a quality that al-Nasafī also notes in his tafsīr 5
of this sura.42

Nabi Syu’aib telah memiliki tempat yang khusus dalam


tradisi Muslim dimana beliau dijuluki sebagai orator para

41Hazanatul Rizqa “Terungkap, Rasulullah saw. Sosok Orator Ulung”

https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/18/10/11/pgeu6v320-terungkap-rasulullah-saw-sosok-orator-
ulung, (diakses pada tanggal 15 Juli 2020).
42A.H. Johns. “Shu’ayb, Orator of the Prophets: Reflections on Qur’anic

Narrative”. Journal of Qur’anic Studies 13.2 (2011): 136–148 Edinburgh


University Press.

30
nabi dikarenakan keahlian dalam berdebat yang ditunjukkan
ketika menghadapi kaumnya.
Seperti yang disebutkan oleh Nabi Muhammad saw.
bahwa Nabi Syuaib adalah juru bicara dari para nabi. Hal itu
berdasarkan kisah Nabi Syu’aib yang dijelaskan kepada umat
Rasulullah dikarenakan tata bahasanya sangat baik, fasih adu
argument, dan menyerukan Islam dengan cara yang intelek.
Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Syuaib bukan hal yang
mudah dimana ia harus beradu argument dengan kaumnya
sendiri.
Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Syuaib bukan hal mudah,
dia harus beradu argumen dengan kaumnya sendiri.
Walaupun ada kaum berhasil disadarkannya, namun tetap
ada kubu penentang yang menjadikan dakwah benar-benar
penuh perjuangan. Kaum tersebut bersikukuh untuk
melakukan praktik yang dilarang oleh Allah swt. seperti
menipu pembeli agar dapat untung banyak. Kisah perjuangan
Nabi Syu’aib yaitu surat Al Ankabut ayat 36, dimana beliau
menyerukan secara tegas untuk beriman kepada Allah swt.
dan berhenti membuat kerusakan di bumi.

۟ َ َ َ ْ ‫ٱَّلل َو ْٱر ُج ۟وا ْٱل َي ْو َم‬


‫ٱل َء ِاخ َر َوًل ت ْعث ْوا‬ َ َّ ‫ٱع ُب ُد ۟وا‬ َ ‫َوإ َل ٰى َم ْد َي َن َأ َخ ُاه ْم ُش َع ْي ابا َف َق‬
ْ ‫ال َٰي َق ْوم‬
ِ َْ ِ
َ ‫ٱْل ْرض ُم ْفسد‬
‫ين‬ ‫ِفى‬
ِ ِ ِ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan,
saudara mereka Syu'aib, maka ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir,
dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat
kerusakan" 43.
Keahlian berbicara di depan umum tidak hanya milik
tokoh - tokoh besar seperti presiden, menteri, maupun
pejabat tinggi namun ketrampilan public speaking menurut

43https://kalam.sindonews.com/surah/29/al-ankabut “QS Al–‘Ankabut

(Laba- Laba)” (Diakses Tanggal 15 Juli 2020)

31
Sirait 44 adalah milik semua warga masyarakat tanpa
terkecuali.
Kegiatan public speaking memegang peranan yang
sangat penting terhadap perubahan seperti yang tertulis di
buku Mein Kampf dimana ia mengungkapkan bahwa
keberhasilan seorang Hitler disebabkan oleh kemampuannya
berbicara. Lebih lanjut Hitler mengungkapkan bahwa Jede
grosse bewegung auf dieser erde verdankt ihr wachsen den
grosseren rednern und nicht den grossen schreibern (setiap
gerakan besar di dunia ini dikembangkan oleh ahli-ahli pidato
dan bukan oleh jago-jago tulisan45.
Allah swt. telah menyediakan kita informasi yang
berlimpah mengenai pentingnya Public Speaking dan hal ini
telah tertulis dalam al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu, Allah
swt. mengajak kita untuk ikut serta belajar Public Speaking
dan memberikan penghargaan bagi mereka yang
melakukannya dengan hati dan niat tulus semata – mata
untuk memuliakan Allah swt. Dalam QS Fussilat/41: 33, Allah
berfirman
َ‫صال ًِحا َو َقا َل إِنَّنِي مِنَ المس ِلمِين‬
َ ‫ع ِم َل‬
َ ‫ّللا َو‬ َ ‫َو َمن أَح‬
ِ َّ ‫سن قَو ًل ِم َّمن َد َعا إِلَى‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?"
Di dalam afsir al-Maraghi dijelaskan bahwa, tidak ada seorang
pun yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
memiliki tiga sifat berikut ini.46

44Charles Bonar Sirait, The Power Of Public Speaking (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2007), h.


45Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern pendekatan praktis (Bandung:

Remaja rosdakarya, 2011), h. 1-2.


46Ahmad, Mustofa. Tafsir Al-Maraghi juz xxiv (Semarang: Cv. Toha Putra.

1992), h. 242.

32
- Menyeru manusia agar mengesakan dan mematuhi Allah
Ibnu Sirin as-suddi, ibnu zaid, dan Al-hasan berkata: orang
yang menyeru ialah Rasulullah saw.
- Amal saleh, yaitu dengan melaksanakan ketaatan-
ketaatan dan menghindari hal-hal yang diharamkan
- Mengambil Islam sebagai agamanya dan ikhlas kepada
Tuhannya, yakni, seperti kata orang; ini adalah qaul
si fulan, yang artinya madzhab dan keyakinan dia.
Dengan menerangkan perkataan yang paling baik itu,
seakan-akan Allah swt. menegaskan kepada Rasulullah
bahwa tugas yang diberikan kepada beliau itu adalah tugas
yang paling mulia. Oleh karena itu, beliau diminta untuk tetap
melaksanakan dakwah, dan sabar dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran dan rintangan-rintangan yang
dilakukan orang-orang kafir.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa keutamaan yang
paling penting adalah berbenah diri dengan cara
memperkuat iman, menaati segala perintah Allah swt., dan
menghentikan segala larangan-Nya. Karena ketika seorang
public speaker bersih jiwanya, kuat imannya, dan sering
mengerjakan amal yang saleh, seruannya akan diperhatikan
dan dilakukan oleh orang lain karena timbulnya trust.
B. Keutamaan Public Speaking
1. Sukses di Kampus
Memiliki keahlian dalam Public Speaking memberi
kesempatan bagi Anda sukses di bangku pendidikan atau
bangku kuliah karena Public Speaking meliputi topic – topic
diantaranya adalah keterampilan mendengar, berpikir kritis,
menulis poin – poin penting, dan organisasi ide maupun
informasi dimana seluruh elemen ini adalah keahlian yang
sangat penting untuk mencapai kesuksesan di kampus.
Bodie menyatakan bahwa memiliki kompetensi dalam
bidang Public Speaking merupakan hal terpenting untuk
kesuksesan mahasiswa baik di dalam maupun di luar kelas
dan ketika bekerja kelak. Docan – Morgan & Nelson secara
tersirat menyarankan agar mahasiswa memperdalam dan
melatih skill Public Speaking karena saat ini perkembangan
teknologi dan informasi semakin pesat sehingga Anda

33
kemungkinan akan menyampaikan dan menerima pesan
secara langsung maupun daring47.

“These skills have very high ‘transferability’ to all other


courses you will take in college as well as the demands
you will face later in entering and succeeding in the
workplace.”

2. Mendapatkan Pekerjaan
Mendapatkan pekerjaan ataupun sukses dalam karir
merupakan impian setiap orang terutama mahasiswa yang
baru menyelesaikan studi. Mahasiswa yang memiliki
ketrampilan komunikasi yang baik tidak mengalami kesulitan
untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan karena
perusahaan pada umumnya akan mencari kandidat
karyawan yang telah memiliki ketrampilan Public Speaking
dan kemampuan presentasi.

“A public speaking course or program of study will make


you a significantly marketable job candidate”48.

3. Pengembangan diri pribadi


Ketika kita melakukan Public Speaking, kita sebaiknya
tidak perlu khawatir ketika diundang berbicara di depan
umum dalam kondisi apapun.Kita juga dapat menyampaikan
ide kita kepada orang lain secara lebih efektif hingga memberi
kepuasan bahwa ide kita diterima atau diterapkan. Saat ini
banyak perusahaan yang meminta pelamar kerja untuk
membuat proposal program kerja yang akan dilakukan lalu
mempresentasikannya. Ide yang telah dituangkan dalam
sebuah proposal akan terdengar menarik atau tidak
tergantung dari bagaimana pembicara
mempresentasikannya. Dapat dipastikan pelamar yang dapat

47Bodie, G. D. (2010). A Racing Heart, Rattling Knees, and Ruminative

Thoughts: Defining, Explaining, and Treating Public Speaking Anxiety.


Communication Education, 59, 70-105.
48Docan – Morgan, T & L. Nelson. (2015). The Benefits and Necessity of
Public Speaking Education, h. 1-16.

34
mempresentasikan idenya dengan baik yang akan diterima
bekerja. Semakin banyak kita berlatih maka semakin baik kita
mempresentasikan ide di depan orang lain. Kita pun akan
semakin percaya diri karena ide kita lebih sering didengar
dan diterima orang.

4. Mengasah Ketrampilan Berpikir Kritis


Pada saat mendengar seseorang melakukan Public
Speaking menggunakan data yang akurat dan seseorang yang
bicara tanpa data, menurut Anda yang manakah di antara
mereka yang lebih Anda percaya? Saya yakin Anda akan
memilih pembicara yang menggunakan data dengan akurat.
Berbicara di depan umum merupakan cara terbaik untuk
membangun ketrampilan berpikir kritis
Mahasiswa yang belajar mengenai Public Speaking
belajar berpikir kritis dimana kita belajar mempertahankan
ide atau pendapat daripada menerima atau menolak yang hal
– hal yang dibaca atau yang di dengar secara instan.

“Students who study public speaking learns how to


think critically, which is the “ability to form and defend
your own judgments rather than blindly accepting or
instantly rejecting what you hear or read”49

Selain itu dengan mempersiapkan materi untuk


kepentingan Public Speaking memerlukan banyak pemikiran
dan mengeluarkan ide – ide yang cermat serta riset. Dengan
persiapan ini, kita akan ditantang untuk belajar dan
menyadari tentang pola pikiran manusia; belajar untuk
mengenal hubungan antaea sebab dan akibat, masalah dan
solusinya, dll. Bahkan denganbelajar Public Speaking, kita
dapat memahami bagaimana alasan induktif dan deduktif
bisa membantu kita berpikir lebih efektif dan sistimatis.
Sekali lagi, mempelajari ketrampilan – ketrampilan yang
disebutkan di atas sangat penting karena bisa diaplikasikan
untuk segala bidang ilmu dan pekerjaan apapun.

49D. Zarefsky (2005). Public speaking: Strategies for Success, 4th ed.

(Boston: Pearson), h. 6.

35
Allah swt. memberikan pesan kepada kita dalam Al –
Qur’an Surah Al Hujurat/49: 6.50

َ َ ۟ ُ َ ۟ َ َ ‫َ َٰٓ َ ُ ْ َ ا‬ ۟ َٰٓ ُ َ َ َ َّ َ ََٰٰٓ


‫اس ٌق ِبن َب ٍإ ف َت َب َّي ُن َٰٓوا أن ت ِص ُيبوا ق ْو اما ِب َج َٰهل ٍة‬
ِ ‫َيأ ُّي َها ٱل ِذ ۟ين َ ءامن َوا ِ ْإن ٰجاءكم ف‬
َ
‫ص ِب ُحوا َعل ٰى َما ف َعل ُت ْم ن ِد ِم َين‬
ْ ‫ف ُت‬
“Hai orang – orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
(kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ketika
berkomunikasi adakalanya ada informasi yang tidak benar.
Oleh karena itu sangat penting bagi kita sebagai Public
Speaker untuk melakukan filter sebelum menyampaikan
informasi kepada audiens.
5. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Banyak peneitian menyatakan bahwa mahasiswa S1
yang telah mengambil mata kuliah atau belajar Public
Speaking lebih percaya diri51. Anda mungkin pernah
mendengar bahwa “cara Anda mengatakan sesuatu sama
penting dengan apa yang Anda katakan.” Maka dari itu,
seorang Public Speaker yang baik akan mengekspresikan
idenya melalui teknik penyampaian yang efektif atau dengan
melibatkan suara dan bahasa tubuh. Untuk mendapatkan
ketrampilan penyampaian yang efektif, membutuhkan
banyak persiapan dan praktek misalnya bagaimana
menggunakan volume dan tinggi nada, jumlah kata per menit,
jeda, diksi, bunyi, facial ekspresi wajah, eye contact, dan
gesture tangan. Setiap elemen ini sangat berkontribusi dalam

50 Departemen Agama RI, 2010. Al – Qur’an dan Terjemahannya (Bandung:

MQS Publishing), h. 516.


51Finn, A. N., Sawyer, C. R., Schrodt, P. (2009). Examining the effect of

exposure therapy on public speaking state anxiety. Communication Education,


58(1), 92-109.

36
penyampaian informasi atau melakukan persuasi kepada
audiens.

“Those who understand the importance of nonverbal


communication know that receivers of messages trust
the nonverbal component of messages more than they
trust the verbal message.”52

Bagi mereka yang mengerti betapa pentingnya


komunikasi nonverbal mengetahui bahwa audiens atau
penerima informasi percaya bahwa elemen – elemen
komunikasi nonverbal lebih dari pesan verbal atau kata –
kata. Sehingga dengan banyak melakukan praktik dan latihan,
Public Speaker akan semakin percaya diri bukankah
kepercayaan diri itu seperti otot semakin banyak kita latih,
semakin kuat otot kita.
6. Memberikan respon positif kepada audiens
Dalam Public Speaking, kita dituntut untuk belajar
bagaimana memberika respon positif atau kritis konstruktif
kepada audiens yang akan menjadi ketrampilan jangka
pajang. Dalam hal ini kritik konstruktif merupakan respon
dimana komentar yang akan kita berikan lebih spesifik yang
disertao dengan opini yang rasional dan menggunakan kata
bantu orang pertama “Saya”. Ada beberapa cara untuk
memberikan respon atau feedback, yaitu: Mulai dengan
positive feedback, setelah itu Anda memperkenalkan
negative feedback dan menutup dengan specific feedback
yang akan membangun kepercayaan dan kenyamanan
audiens.53
7. Memengaruhi Dunia Sekitar Kita
Perubahan yang terjadi di masyarakat sering kali
berawal dari ide satu orang yang ditularkan kepada orang-
orang lain. Bila kita memiliki keterampilan Public Speaking

52Burgoon, J. K., Buller, D. B., & Woodall, W. G. (1996). Nonverbal

Communication: The Unspoken Dialogue (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.


53Matua, GE, Seshan, V, Akintola, AA & Thanka AN 2014, “Strategies for

Providing Effective Feedback during Preceptorship: Perspectives from an Omani


hospital”, Journal of Nursing Education and Practice , Vol. 4, No. 10, pp. 24 -31.

37
maka kita akan dapat lebih mudah memengaruhi orang-
orang lain supaya menerima dan melaksanakan ide kita, yang
selanjutnya menghasilkan perubahan pada komunitas yang
diinginkan. Dalam skala kecil perubahan tersebut dapat
berupa ide menggalang warga lingkungan untuk melakukan
kegiatan kebersihan bersama. Dalam skala lebih besar,
perubahan dapat terjadi pada komunitas yang lebih besar.
Beberapa komunitas di Yogyakarta, warga menentukan
adanya jam belajar bagi anak. Pada jam belajar tersebut
keluarga dilarang menyalakan televisi dan anak diwajibkan
untuk belajar. Keluarga yang melanggar akan ditegur
tetangganya sendiri sebagai bentuk kontrol sosial. Perubahan
tersebut berawal dari sebuah ide yang ditularkan kepada satu
komunitas, lalu menginspirasi komunitas-komunitas lain
yang menganggap ide ini baik untuk mereka.
Aristoteles menyebutkan bahwa ada tiga cara untuk
memengaruhi manusia. Pertama, Anda harus memiliki
pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan
status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus
mendapatkan hati khayalak, perasaan, emosi, harapan,
kebencian, dan kasih sayang (pathos). Ketiga, Anda
meyakinkan khalayak dengan memberikan bukti data dengan
melakukan pendekatan secara logis melalui pemikiran
audiens (logos)54. Dalam hal ini seorang pembicara dalam
melakukan persuasive, perlu melakukan analisis khalayak
sehingga informasi yang disampaikan mendapat respon dari
audiens, kedua pembicara yang efektif menggunkanan
beberapa bukti dalam presentasi mereka. Lebih jauh akan
dibahas dalam Bab selanjutnya, dan ketiga yakni mematuhi
prinsip – prinsip kanon retorika yang akan dibahas
selanjutnya yaitu discovery, arrangement, style, delivery, dan
memory.

8. Bekal untuk Menjadi Pemimpin


Public Speaking dan leadership pada dasarnya memiliki
persamaan yaitu sama – sama memengaruhi orang lain.

54Faizal Bayhaque Al Adhanie, Retorika Dakwah. (Universitas Pendidikan

Indonesia. 2017), h. 6.

38
Seperti yang dikemukaka sebelumnya bahwa Public Speaking
adalah seni berbicara di depan umum, baik itu skala kecil
seperti keluarga hingga skala besar seperti pada organisasi
dalam rangka menyampaikan informasi dan gagasan untuk
memperoleh kepercayaan dan dukungan orang lain 55. Ketika
kita mengaitkan dengan leadership, kita bisa mengingat
kembali bagaimana Rasulullah saw. seorang pemimpin yang
sangat dikagumi. Pada saat berkomunikasi. Tidak berlebihan
jika Michael Hart dalam laporan penelitiannya: The 100 A
Ranking of Most Influential in History, menempatkan beliau
sebagai tokoh peringkat pertama yang berpengaruh di dunia.
Dicontohkan komunikasi Nabi dalam hadits yang
diriwayatkan Al – Hasan Rahimahullah. Al Hasan
menceritakan bahwa ada nenek – nenek menemui Rasulullah
saw. lalu berkata:

“Wahai Rasulullah, doakan aku kepada Allah agar


memasukkan aku ke dalam Surga.”Maka Rasulullah
berkata: ”Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya surge itu
tidak dimasuki oleh nenek – nenek tua. “Ia (Al – Hasan)
berkata: ”Nenek itu pergi ke dalam keadaan menangis”.
Lalu Rasulullah saw.: “Beritahukan kepada nenek itu,
bahwa ia tidaklah masuk ke dalam surge dalam keadaan
tua (nenek-nenek). Sesungguhnya Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya Kami
menciptakan merka (bidadari-bidadari) dengan
langsung dan Kami jadikan mereka gadis – gadis
perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS al-
Waqiah/56: 35-37). (Diriwayatkan oleh At – Tirmidzi,
dan dinyatakan shahih dengan Syawahidnya (riwayat –
riwayat penguat lainnya) oleh syaikh Al Albani

55Public Speaking – Bekal Untuk Menjadi Seorang Pemimpin.Berita

DIrektorat Jenderal Kekayaan Negara Kementrian Keuangan. Diakses dari


https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/71/Public-Speaking-Bekal-
Untuk-Menjadi-Seorang-Pemimpin.html, tanggal 16 Juli 2020.

39
rahimahullah di dalam SIlsilatu Al- Hadits Ash –
Shohihah no. 2987)56

Dari hadist di atas, dapat memberikan pemahaman


bahwa sangatlah jelas bahwa dalam berkomunikasi
Rasulullah saw. selalu menggunkan perencanaan, walaupun
dalam perencanaan tersebut dan pengaturan pesan tidak
Nampak secara kasat mata. Seperti yang disampaikan
sebelumnya bahwa ketika kita belajar Public Speaking, secara
tidak langsung akan meningkatkan kapasitas berpikir kritis
yang sangat penting untuk kemampuan kognitif. Selain itu,
Public Speaking juga meningkatkan ketrampilan untuk
beradaptasi dan terbuka dengan feedback yang sejalan
dengan kemampuan untuk menyampaikan feedback yang
konstruktif kepada orang lain.
“motivating, influencing and inspiring others” as a key
component of leadership skills necessary in exhibiting
leadership potential57”

C. Hukum Public Speaking


Untuk memberikan kekuatan dalam membawakan
Public Speaking, maka seorang public speaker harus
mematuhi 5 aturan yang dikenal dengan “the five canons of
rhetoric”, yang oleh para ahli public communication sekarang
disebut dengan tahapan berpidato atau berbicara di depan
publik58. Kelima tahapan itu adalah:

1. Inventio / Discovery (Penemuan).


Pada tahap ini, menggali topik/ tema dan meneliti
khalayak agar dapat menentukan metode dan gaya
pembicaraan yang tepat. Pada tahap ini, seorang pembicara

56Mukayimah, “Strategi Komunikasi Rasulullah dalam Kitab Shahih

Bukhari – Muslim ( Bab Ahklak dan Ibadah), Skripsi. 2015), h. 5.


57Church, A., & Slizer, R. (2014). Going behind the corporate curtain with a

blueprint for leadership potential. People and Strategy, 36(4), h. 53


58Ali Fikri. Representasi Konsep Retorika Persuasif Aristoteles dalam

Pidato Ismail Haniyah untuk Umat Islam Indonesia. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri
HumanioraVol.5. No.3. Maret 2020. H. 140.

40
mengumpulkan bahan/materi serta merumuskan tujuan
pembicaraan yang sesuai dengan kebutuhan audiens. Pada
tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti udiens
untuk mengetahui metode persuasi yang paling cocok. Di
tahap ini pula, pembicara menentukan tujuan dan bahan
(argument) yang sesuai dengan audiens.
Untuk menciptakan sebuah penemuan, seseorang
pembicara harus memiliki cara berpikir yang dapat menyatu
dengan pendapat atau argumen yang ada dalam konten
informasi yang dibawakan. Sehingga logika dan bukti dapat
membuat Public Speaking menjadi kuat dan menarik bahkan
dapat meningkatkan kemungkinan pendengar dapat tergerak
dan mengikuti pesan yang disampaikan oleh pembicara.
Disebutkan pula bahwa topic atau bahan pebicaraan
adalah hal yang sangat fundamental dalam Public Speaking
karena membantu pembicara sebagai rujukan terhadap
argument yang mereka berikan. Untuk menghindari
pengulangan kata – kata yang sama, pembicara sebaiknya
mengikuti perintah di atas.
2. Dispositio/Arrangement (Penyusunan)
Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau
mengorganisasikan pesan dimana pesan akan dibagi dalam
beberapa bagian secara logis. Susuna ini akan mengikuti
kerangka berpikir manusia yang melingkupi; pengantar,
pernyataan, argument, dan epilog. Sebuah pengantar akan
menarik perhatian, mendirikan kredibiltas, dan menjelaskan
tujuan.
Naskah yang tersusun dengan tertib ( well organized)
akan menciptakan suasana yang favorable, membangkitkan
minat khalayak dan memudahkan pemahaman. Disamping
itu, naskah akan menghindarkan dari berbicara yang panjang,
melelahkan dan membosankan. Hal yang demikian biasanya
disebabkan pembicara mempunyai bahan dan materi yang
banyak, tetapi tidak mampu mengorganisasikannya. Ketika
penyampaian yang tidak teratur tidak hanya hanya
menjengkelkan pendengar, tapi juga akan membuat
pembicaranya kebingungan sendiri. Pesan seorang ahli: “Let
your speech march”. Jika dianalogikan dengan sebuah tubuh,
sistematika public speech terdiri dari:

41
a) Exordium (kepala), sebagai pengantar yang berfungsi
untuk membangkitkan perhatian audien.
b) Protesis (punggung), berisi latar belakang tema yang
dikaitkan dengan kepentingan audien.
c) Argumenta (perut), berupa alasan-alasan yang
mendukung pernyataan pembicara; dan.
d) Conclusio (ekor), berisi penutup.
3. Elocutio/Style (Gaya)
Dalam tahap ini, Aristoteles fokus pada kata kiasan
(metaphor). Menurut Aristoteles “to learn easily is naturally
pleasant to all people” dan “metaphor most brings about
learning” Dengan adanya bahasa kiasan dalam suatu Public
Speaking akan memberikan kebahagiaan tersendiri kepada
audiens dan memudahkan mereka untuk menerima
informasi yang disampaikan. Sebagai Public Speaker, tidak
hanya menggunakan bahasa kiasan, perlu memastikan bahwa
bahasa sudah tepat, benar, dan dapat diterima. Selain itu,
memilih kata – kata yang jelas dan langsung dan disampaikan
melalui kalimat indah, mulia, dan hidup yang disesuaikan
bahasa yang mudah dipahami oleh audiens adalah hal yang
perlu diperhatikan sebagaimana yang dinasihatkan oleh
Aristoteles.
4. Memoria/memory (Mengingat)
Tahap terakhir adalah Memoria/ Tahap ini bertujuan
untuk menemukan cara bagaimana audiens dapat mengingat
isi pesan yang disampaikan. Cara ini berguna untuk
mengingat ide atau frasa yang ada dalam pikiran. Kanon ini
merupakan sebuah tindakan dalam menyerap sebuah konten
dan bentuk dari informasi menjadi kesatuan yang membuat
informasi ini terasa tidak terpaksa atau gugup baik dalam
menunjukkan sebuah ekspresi, pemikiran, dan perasaan.
Mengingat konten informasi yang akan disampaikan
memberikan rasa kepercayaan diri bagi pembicara. Untuk
memudahkan mengingat isi dari presentasi yang akan
disampaikan, sebaiknya disarankan melibatkan gerak tubuh
ketika berlatih, merekam dan mendengarkan kembali,
membaginya dalam beberapa bagian, menggunakan alat
bantu, dan mengidentifikasi garis – garis besar konten
presentasi.

42
5. Pronuntiatio/Delivery (Penyampaian)
Delivery merupakan kanon retorika terakhir yang
berurusan dengan perilaku pembicara yang secara fisik
menampilkan Public Speaking melalui nada suara dan
gesture yang telah dibentuk sedemikian rupa agar
penyampaian pidato semaki menarik.
Ada beberapa komponen yang harus ada dalam
penyampaian yaitu penampilan pembicara, gesture tubuh,
posisi tubuh dalam menyampaikan pidato, kontak mata
kepada audiens, artikulasi bicara, pengucapan yang baik,
dialek atau logat yang digunakan sesuai dengan adat
setempat, nada bicara dalam penyampaian pidato, suara
pembicara yang lantang dan jelas, pause atau posisi diam. Inti
dari hukum terakhir ini adalah pembicara harus memiliki
kemampuan seni peran dan bergerak yang baik dan harus
memperhatikan suaranya.

43
BAB IV
BERPIKIR KRITIS DAN PUBLIC
SPEAKING
“There is nothing more Islamic than Critical Thinking”
-Tariq Ramadan
Berpikir Kritis merupakan hal mendasar yang mutlak
dimiliki oleh masyarakat. Proses berpikir kritis ini tidak
hanya berlaku bagi orang dewasa saja namun perlu dilatih
ketika anak –anak masih duduk di banghu sekolah. Istilah
berpikir kritis sering disandingkan dengan analitis dan
reflektif. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai berpikir
kritis, ada baiknya kita perlu mengetahui pengertian berpikir.
Secara umum berpikir berasal dari kata “pikir” dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah akal budi, ingatan,
angan – angan, “berpikir” artinya menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu 59.
Berpikir pula bisa diartikan mempunyai pikiran dan

59TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,


Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3 (Cetakan 2; Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
872.

44
mempunyai akal; Pikirannya hasil berpikir, dan pemikiran
merupakan proses, cara, perbuatan memikir. Senada dengan.
hal itu, Suryabrata (2012) mengungkapkan bahwa berpikir
adalah proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses
atau jalannya60. Santrock (2004) menambahkan bahwa
ketika seseorang berpikir berarti ada sebuah proses
pengolahan informasi yang terjadi61.
Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas adalah
berpikir merupakan aktifitas yang melibatkan psikis atas
suatu persoalan untuk memecahkan masalah dengan
melibatkan ilmu, pengalaman – pengalam terdahulu baik
yang berasal dari diri sendiri maupun pengalaman dari orang
lain untuk mencapai jalan keluar. Selama proses berpikir,
setiap orang akan melakukannya berbeda dengan individu
yang lain sesuai dengan persoalan dan yang sedang dihadapi.
Secara tidak sadar kita telah melewati proses ini. Ketika
berpikir, jiwa seseorang akan aktif untuk memecahkan
masalah, sehingga bisa dikatakan bahwa berpikir ini bersifat
dinamis sangat berbeda dengan yang dipersepsikan orang
yakni bersifat statis atau pasif. Proses berpikir merupakan
karunia dan rahmat dari Allah swt. karena dengan berpikir,
Allah bisa membedakan dan menaikkan kedudukan manusia
dari seluruh ciptaan – Nya62. Firman Allah tentang keutamaan
berpikir terdapat dalam surat Ar-Rum/30: 8:
ْ َّ َٰٓ َ ْ َ َٰ َٰ َّ ُ َّ َ َ َ َّ َ ۟ َّ َ َ َ
‫ض َو َما َب ْي َن ُه َما ِإًل ِبٱل َح ِق‬
َ ‫ٱْل ْر‬ ‫أ َول ْم َي َتفك ُروا ِف َٰٓى أ ُنف ِس ِهم ۗ ما خلق ٱَّلل ٱلسمو ِت و‬
َٰ َ َٰٓ َ
‫اس ِب ِلقا ِئ َ ِرب ِه ْم لك ِف ُرون‬ َّ َ ‫َ َ َ ُّ َ ًّ َ َّ َ ا‬
ِ ‫وأج ٍل مسمى ۗ و ِإن ك ِثيرا ِمن ٱلن‬
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian)
diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa
yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang

60Sumadi Suryabrata. Metodologi penelitian. (Jakarta: Rajawali Pers.


2012),
61J.W Santrock. Live – Span Development: Perkembangan masa hidup.

(Jakarta:Erlangga. 2004,)
62Zaleha Izhab Hassoubah, Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis, ( Bandung:
Nuansa, 2007), h. 20.

45
benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya
kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan
pertemuan dengan Tuhannya. Tafsir Quran Surat Ar-Rum
Ayat 8.63

Perintah berpikir sebagai perkara yang penting dalam


Islam seperti yang disebutkan sebelumnya. Al – Quran sendiri
memerintahkan berulang kali bahkan menegaskan agar
amalan ini diamalkan. Hal ini dapat dilihat dan telah diulang
– ulang dalam banyak ayat salah diantaranya dalam Surat Al
– Hasyr: 2 dan Surat Al – A’raf: 185 ٰ َ ُ َٰٰٓ َ ‫ٱع َتب ُروا ْ َيـأ ْولى ۡٱْل ۡب‬
ۡ َ
‫صـ ِر‬ ِ ِ ‫ف‬
“Maka berpikirlah, wahai orang – orang yang berakal budi”
َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ٰ َ َّ
ُ َّ ‫اخ َل َق‬ ََُ ْ ُُ َ ۡ َََ
‫ٱَّلل‬ ‫ض وم‬
ِ ‫ر‬‫ٱْل‬‫و‬ ‫ٲت‬
ِ ‫و‬‫ـ‬‫م‬‫ٱلس‬ ‫وت‬
ِ ‫ك‬ ‫أولم ينظروا ِفى مل‬
“Apakah mereka tidak memperhatikan segala kerajaan di
langit dan bumi dan segala sesuatu yang telah diciptakan
Allah”
Seorang filosof Muslim di Cordoba menuliskan dalam
bukunya” Fashl al – Maqal Bayna al Hikmah wa Asy – Syariah”
memaknai kedua ayat tersebut memperlihatkan bahwa
berpikir adalah perintah. Diterangkan pula bahwa proses
berpikir bukan saja logika akal semata yang harus dijalankan,
tetapi juga syariat secara beriringan, sehingga perintah ini
dapat menyempurnakan kekuatan dzikir dalam kehidupan
sehari – hari.
Dengan demikian, penulis dapat menarik kesimpulan
berpikir tidak hanya merupakan sebuah kewajiban bagi
manusia untuk mengolah informasi dan menggunakan
informasi tersebut, namun proses ini dapat meneguhkan
ketaqwaan dan pada saat yang sama menjauhi kesia – siaan
dan kebathilan.
Para ahli psikologi saat ini berpendapat bahwa proses
berpikir melalui beberapa tahap untuk mencapai taraf tinggi.
Proses berpikir ini diantaranya sebagai berikut:

63https://tafsirweb.com/7372-quran-surat-ar-rum-ayat-8.html/ “Quran

Surat Ar-Rum Ayat 8 (Diakses tanggal 17 Juli 2020)

46
1) Timbulnya masalah, kesulitan yang harus dipecahkan.
2) Mencari dan mengumpulkan fakta – fakta yang dianggap
ada sangkut pautnya dengan pemecahan masalah.
3) Taraf pengolahan atau pencernaan, fakta diolah dan
dicernakan.
4) Taraf penemuan atau pemahaman, menemukan cara
memecahkan masalah
5) Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil
pemecahan.
Ngalim Purwanto membagi tiga macam – macam cara
berpikir. Yang pertama adalah berpikir induktif, suatu proses
dalam berpikir yang berlangsung, dari khusus menuju kepada
yang umum. Cara berpikir seperti ini tergantung pada
representative atau tidaknya sampel yang diambil yang
mewakili fenomena keseluruhan. Untuk mengukur
kebenaran kesimpulan tersebut tergantung oleh obyektivitas
dari si pengamat dan homogenitias dan fenomena –
fenomena yang diselidiki. Kedua, berpikir deduktif, kebalikan
dari berpikir induktif dimana proses yang berlangsung dari
yang umum menuju ke khusus. Individu cenderung bertolak
dari suatu teori ataupun prinsip, kesimpulan yang
dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Terakhir,
berpikir analogis, persamaan dan perbandingan yang berarti
berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan
fenomena – fenomena yang bisa ataupun pernah dialami.
Individu yang berpikir dengan proses ini beranggapan bahwa
kebenaran dari fenomena – fenomena yang pernah
dialaminya berlaku bagi fenomna yang dihadapi sekarang.
Kesimpulan yang diambil dari berpikir analogis ini
kebenarannya kurang dapat dipercaya karena kebenarannya
ditentukan oleh factor kebetulan dan bukan berdasarkan
perhitungan yang tepat.

a. Pengertian Berpikir Kritis


Secara etimologis, kata ‘kritis’ berasal dari bahasa
Yunani, yakni “kritikos” (yang berarti mencerna penilaian)
dan “criterion” (yang berarti standar), sehingga kata kritis
mengandung arti mencerna penilaian berdasarkan standar.
Jika dipadukan dengan kata berpikir, maka kita dapat

47
mendefiniskan berpikir kritis sebagai berpikir yang secara
eksplitsit dilatari oleh penilaian yang beralasan dan
berdasarkan standar yang sesuai dalam rangka mencari
kebenaran, keuntungan, dan nilai sesuatu64.
Kondisi sosial saat ini yang semakin kompleks dan
didukung oleh kemajuan teknologi informasi, mendorong
derasnya pertukaran informasi yang belum terverifikasi
alhasil berdampak terhadap munculnya berbagai persoalan.
Masih teringat pada tahun 2015, masyarakat khawatir dan
resah oleh adanya informasi palsu yang menyebar luas bahwa
akan terjadi kiamat dikarenakan tabrakan antara bumi dan
astereoid besar. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
NASA tidak demikian. Peristiwa ini merupakan potret
masyarakat kita saat ini. Kritisisme sangat fundamental agar
masyarakat dapat objektif ketika menerima informasi. Selain
itu, berpikir kritis akan membantu mereka tidak tergesa
dalam menilai kebenaran data begitu saja bahkan memberi
ruang untuk memeriksan dan menolak adanya berita yang
simpang siur.
Pengertian Berpikir Kritis menurut para ahli:
a) Santrock menyatakan bahwa berpikir kritis adalah
memahami makna masalah secara lebih dalam,
mempertahankan agar pikiran tetap terbuka terhadap
segala pendekatan dan pandangan yang berbeda, dan
berpikir secara reflektif dan bukan hanya menerima
pertanyaan - pertanyaan dan melaksanakan prosedur-
prosedur tanpa pemahaman dan evaluasi yang
signifikan65. Misalnya, suatu masalah harus dipahami
akar dari permasalahannya agar tidak menimbulkan
banyak penafsiran. Kemudian penyelesaian bisa
dibandingkan dari beberapa sumber yang akurat.
b) Hassoubah beranggapan bahwa berpikir kritis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang

65Chresty Anggreani, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui

Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan, (Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9,


Edisi 2, November 2015),

48
harus dipercayai dan dilakukan.66 Dalam berpikir harus
mencari beberapa sumber untuk dibandingkan agar
alasan bisa dipertanggung jawabkan.
c) McPeck mendefinisikan berpikir kritis sebagai ketepatan
penggunaan skeptis reflektif dari suatu masalah, yang
dipertimbangkan sebagai wilayah permasalahan sesuai
disiplin materi67. Suatu permasalahan harus dicari akar
permaslahannya kemudian mencari penyelesaian dari
berbagai informasi yang tepat sebagai pembanding,
sehingga keraguan-keraguan yang timbul bisa
dituntaskan dengan baik.
d) Facione mengkonseptualisasi berpikir kritis sebagai
variabel yang terdiri dari dua aspek utama, yaitu aspek
(1) keterampilan berpikir kritis atau critical-thinking
skills dan (2) sikap kritis atau critical-thinking
dispositions. Bila aspek pertama merujuk pada
kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi dan
menyimpulkan, maka aspek yang kedua merujuk pada
tendensi seseorang untuk menggunakan atau berpikir
kritis68.
Dari beberapa definisi Berpikir Kritis di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa ketrampilan Berpikir Kritis
sangat perlu dimiliki oleh siapapun untuk bertindak dan
mengatasi konflik yang terjadi secara tepat karena adanya
penafsiran, analisis, dan evaluasi yang berasal dari
pemahaman makna masalah secara lebih dalam,
mempertahankan agar tetap terbuka dan mengaitkannya
dengan pengalaman – pengalaman baik dari diri sendiri
maupun dari orang lain. Seseorang yang tidak memiliki
ketrampilan Berpikir Kritis akan menghasilkan produk
pemikiran yang tidak berkualitas. Kemampuan berpikir kritis
ini mempunyai karakteristik tertentu yang dapat dilakukan

66P. Dwijananti, D. Yulianti , Pengembangan Kemampuan… H. 112


67Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi ….., h. 21.
68Ahmad Sulaiman dan Nandy Agustin Syakarofath. “Berpikir Kritis:

Mendorong Introduksi dan Reformulasi Konsep dalam Psikologi Islam ”. Buletin


Psikologi. Vol. 26, No. 2, h. 88

49
dan dipahami oleh setiap orang. Seifert dan Hoffnung
menyebutkan beberapa komponen berpikir kritis, yaitu 69:
a) Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara
kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk
menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan
deduktif dan merumuskan langkahlangkah logis lainnya
secara mental.
b) Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu
problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau
kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi,
seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person
dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
c) Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif
mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia
mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide,
menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan
mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah
mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
d) Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis
berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini
berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran
benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada
semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika
berpikir.
b. Berpikir Kritis dalam Islam
Is there room for Critical Thinking in Islam? 70
merupakan judul opini dari Ian Almond yang dimuat oleh
Ajazeera.Com yang akan menanyakan apakah proses berpikir
kritis mendapatkan tempat dalam ajaran Islam. Merujuk dari
judul opini tersebut, penulis ingin menunjukkan bahwa
dalam Islam dikenal dengan konsep”Tabayyun” yang berarti
sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencari kejelasan

69Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2010), h. 154-155.
70Ian Almond, “Is there Room for Critical Thinking in Islam: To be Muslim

is not to be politically asleep, but rather to be in a permanent state of critique”


dalam https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/room-critical-thinking-
islam-180406080925909.html, (Diakses tanggal 9 Juli 2020)

50
hakekat atau kebenara suatu fakta dengan teliti, seksama dan
hati – hati. Maksudnya adalah dalam ajaran Islam setiap
manusia dituntut dan didorong untuk senantiasa bersikap
hati – hati, tidak mudah mencerna dan mengambil
kesimpulan dari setiap informasi yang diperoleh tanpa
terlebih dahulu berusaha membuktikan kebenarannya71.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
betapa berpikir kritis menjadi perhatian khusus yang perlu
senantiasa dilakukan sejak awal kemunculannya bahkan hal
ini telah tercantum di dalam kitab suci al-Qur’an.
Ditambahkan pula oleh Jafar72perintah untuk memiliki sikap
tabayyun bertujuan menjaga kemungkinan dampak
timbulnya negative dari penerimaan berita yang tidak
selektif, khususnya berita yang terkait dengan kehidupan
bermasyarakat jika tidak berhati – hati akan menimbulkan
ketidakstabilan dan tidak adanya keharmonisan dalam
interaksi di masyarakat. Kemungkinan terburuk yang akan
terjadi yaitu adanya kekacauan sehingga sangat perlu
menghadirkan sikap tabayyun dalam berpir maupun dalam
setiap tindakan.
Menurut Ahmad Sulaiman dan Nandy Agustin Syakafath
(2018) dalam hasil penelitiannya “Berpikir Kritis:
Mendorong Introduksi dan Reformulasi Konsep dalam
Psikologi Islam, walaupun belum banyak penelitian mengenai
jejak sejarah berpikir kritis dalam Islam, namun hal itu dapat
terlacak hingga masa – masa terdahulu bahkan sebelum
munculnya Socrates. Banyak kisah – kisah kenabian yang bisa
menjadi tauladan misalnya kisah Nabi Ibrahim dalam upaya
perjalanannya menemukan Tuhan atau kita bisa melihat
kisah – kisah para sahabat dan terkhusus Umar Bin Khatab
yang beradu argument karena perbedaan pendapat dengan
Rasul. Kisah – kisah tersebut menunjukkan betapa Islam
hadir untuk mengajak muslim memahami betul mengenai
agamanya dan menekankan dialog dalam proses keagamaan.

71E. Efendi. “Tabayyun dalam Jurnalistik. Jurnal Komunikasi Islamika :

Jurnal Komunikasi dan Kajian Islam”. 2016., h. 3.


72I. Jafar”Konsep Berita dalam Al-Qur’an (implikasinya dalam Sistem

Pemberitaan di Media Sosial. Jurnalisa 3(1). 2007, h. 1-15l.

51
Sejarah para nabi dan rasul yang dikisahkan adalah
ketika Nabi Nuh a.s. membuat kapal atas perintah Allah swt.
proses psikologi berpikir untuk memecahkan masalah
tentang bentuk dan konstruksi kapal terjadi. Prose serupa
terjadi bagaimana menemukan besi ketika Nabi Hud a.s.
menemukan peradaban besi ketika menerima perintah dan
Ilham. Ketika raja Fir’aun sama-sama diberi kekuasaan dan
kekayaan di kisah yang berbeda juga ada nabi Sulaiman a.s.
yang merupakan nabi dan mempunyai kekuasaan dan
kekayaan, akan tetapi proses psikologis dalam menerima
keadaan ini yang prespektifnya berbeda, ini tidak lepas dari
psikologi yang berpikir akan sessuatu itu dalam kehidupan
ini. Kisah nabi Ibrahim a.s. dalam mencari Tuhannya yang
layak disembah, juga tidak lepas dari proses psikologis
berpikir dalam jiwanya sehingga proses psikologis yang
panjang, menemukan wahyu tentang Tuhannya.
Berpikir kritis tidak hanya menitikkan akan keyakinan
dalam beragama saja tetapi berpikir kritis juda dapat kita
saksiskan dalam berbagai aspek kehidupan dan
pengembangan keilmuan Muslim. McCarthy mengungkapkan
dalam autobiografinya yang berjudul Ál – Munqidh Min Al-
Dalal” Al-Munqidz Min ad-Dlalal (Penyelamat Kesesatan),
berisi tentang pengalaman dan perjalanan pribadi al-Ghazali
dalam menempuh jalur sufi. Dalam autobiografi tersebut, Al-
Ghazali sangat menekankan berungkali akan pentingnya
pemeriksaan baik berita, pendapat maupun teri- teori ilmu.
Al-Farabi yang diungkapkan oleh Fazlur Rahman
(Fazlur Rahman, 2003: 5) menyatakan dalam mengaktual-
kan berpikir manusia ada 5 tahap: pada diri manusia ketika
berpikir kritis meliputi: pertama; akal potensial, kedua; akal
aktual-, ketiga; akal perolehan. Sedangkan pada berpikir
kritis nabi meliputi tahap selanjutnya: keempat; ruh Kudus,
kelima; akal kenabian.

C. Hubungan Berpikir Kritis dan Publik Speaking


Jika ada yang bertanya apakah hubungan berpikir kritis
dan Public Speaking, Stephen. A Lucas dalam bukunya Art of
Public Speaking menjawab is a quite a lot. Lucas
menambahkan juga bahwa selama kelas berproses, Anda

52
akan menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkan
pidato Anda. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan
berpikir kritis yaitu fokus, pemikiran yang terorganisir
tentang hal – hal seperti hubungan logis antara ide – ide, bukti
yang nyata, dan perbedaan antara fakta dan pendapat.
As the class proceeds, you will probably spend a good
deal of time organizing your speeches. While this may
seem like a purely mechanical exercise, it is closely
interwoven with critical critical thinking focused,
organized thinking about such things as the logical
relationships among ideas, the soundness of evidence,
and the differences between fact and opinion73.

Ketika Anda berusaha mengekspresikan ide – ide Anda


dalam bahasa yang jelas dan akurat, secara tidak langsung
kemampuan brpikir kritis Anda pun akan meningkat dan
lebih akurat. Mempelajari bukti – bukti yang ada dan
mengaitkannya dengan proses penalaran, maka Anda akan
bisa merasakan bagaimana mereka dapat digunakan dalam
berkomunikasi dalam berbagai situasi
Mohammad Noer mengungkapkan bahwa kemampuan
Public Speaking akan membuat seseorang berpikir lebih
kritis Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan otak
untuk mencari cara untuk memecahkan atau mengatasi
permasalahan dengan cepat dan tepat. Hal ini karena public
speaking akan menuntut seseorang untuk berbicara dengan
menarik. Jadi harus memilih kata-kata dan cara penyampaian
yang tepat. Secara tidak langsung, hal ini akan merangsang
otak untuk berlatih berpikir kritis. Ketika berbicara di depan
umum, individu dituntut untuk dengan cepat berpikir, kata-
kata apa yang sebaiknya digunakan. Hal ini akan membantu
berpikir kritis ketika dibutuhkan74.

73S. E. Lucas. The art of public speaking, 7th ed. (New York: McGraw-Hill,

2015), h. 17.
74Muhammad Noer “Pentingnya Kemampuan Public Speaking”. 27 Maret

2018. https://www.presentasi.net/pentingnya-publicspeaking/ (diakses pada 15


Juli 2020, pukul 19.33)

53
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Wrench, J.S.,
(2012: 12) bahwa salah satu manfaat public speaking yaitu
developing critical thinking skills, fine – tuning verbal and
non verbal skills, overcoming fear of public speaking”. Public
Speaking dan berpikir kritis sangat erat kaitannya
dikarenakan dengan mengembangkan ketrampilan berpikir
kritis, dapat menyempurnakan ketrampilan verbal dan
nonverbal, dan mengatasi ketakutan berbicara di depan
umum. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir secara
kritis maka akan dapat mengidentifikasi masalah,
memberikan solusi terhadap suatu masalah, memikirkan
konsekuensi posititf dan negative dari solusi, dan
mengkomunikasikan ide kepada orang lain.

54
BAB V
MENYIAPKAN PUBLIC SPEAKING
Saat mempersiapkan public speaking, sangat penting
untuk menentukan rencana topik yang akan dibahas secara
spesifik, meski tidak menutup kemungkinan pada beberapa
kondisi anda diundang untuk memberikan public speaking
pada tema yang sudah ditentukan oleh penyelenggara. Dalam
menyiapkan konsep yang detail ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, misalnya, dimana anda akan
menyampaikan public speaking, siapa audiensnya, lalu
menganalisis sejauh mana pengetahuan anda tentang topik
tersebut.
a. Memperjelas tujuan dan jenis public speaking yang akan
disampaikan
Penting untuk mengetahui jenis pidato apa yang Anda
berikan dan mengapa audiens Anda berkumpul untuk

55
mendengarnya. Pahami bagaimana jenis pun speaking yang
akan disampaikan, apakah jenisnya termasuk narasi pribadi,
informatif, persuasif, atau seremonial, dengan demikian kita
bisa mengetahui secara detail apa saja yang harus
dipersiapkan.
• Narasi pribadi. Narasi hanyalah kata lain untuk cerita. Jika
Anda diminta untuk bercerita tentang diri Anda, cari tahu
apakah tujuannya adalah untuk mengajarkan pelajaran
tertentu dari kisah hidup anda, menyampaikan moral,
menawarkan inspirasi atau hanya untuk menghibur.
• Public speaking yang informatif. Ada dua jenis naskah
informatif yaitu proses dan ekspositori. Jika Anda akan
melakukan puclic speaking yang sifatnya proses , maka
yang harus ada perjelas adalah bagaimana sesuatu dibuat
atau bagaimana sesuatu bekerja. Anda membawa audiens
Anda langkah demi langkah melalui proses. Jika pidato
Anda dimaksudkan sebagai ekspositori, tugas Anda adalah
mengambil apa yang mungkin menjadi subjek yang
kompleks dan memecahnya menjadi beberapa bagian
sebagai cara mendidik audiens Anda tentang topik
tersebut.
• Public Speaking yang persuasif. Jika Anda bermaksud
membujuk, maka pekerjaan Anda adalah meyakinkan
audiens Anda untuk mengadopsi cara berpikir tertentu,
keyakinan atau perilaku yang Anda dukung.
• Public Speaking yang bersifat seremonial. Pidato upacara
pidato kelulusan. Banyak dari pidato ini dimaksudkan
dalam bentuk singkat dan fokusnya sering untuk
menghibur, menginspirasi atau meningkatkan apresiasi
audiens untuk seseorang atau sesuatu.
b. Menganalisis audiens /pendengar
Apakah audiens Anda peduli dengan apa yang Anda
pikirkan sebagai pembicara? Apakah yang anda sampaikan
berpengaruh terhadap kehidupan mereka? Hal – hal seperti
ini sangat penting untuk diperhatikan seorang public speaker
karena public speaking adalah Tindakan berbicara di depan
umum yang melibatkan interaksi antara pembicara dan
audiens. Agar apa yang disampaikan mendapatkan tempat di

56
hati pendengar, Anda perlu menciptakan hubungan dengan
pendengar Anda. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Sprague soerang pakar public speaking bahwa soerang public
speaker tidak memberikan pidato kepada audiesn tetapi
mereka bersama – sama menciptakan makna dengan
audiensnya.75Keberhasilan pidato Anda sebagian besar
terletak pada bagaimana audiens Anda menerima dan
memahaminya.
Kurangnya pertimbangan pada audiens dapat
mengakibatkan malu, misalnya anda menceritakan lelucon
yang tidak mereka hargai, atau menggunakan bahasa yang
mereka anggap menyinggung. Cara terbaik untuk
mengurangi risiko situasi seperti itu adalah dengan
melakukan analisis audiens saat Anda mempersiapkan pidato
Anda. Menganalisis audiens adalah proses pengumpulan
informasi tentang orang-orang yang akan menjadi audeins
anda, sehingga Anda dapat memahami kebutuhan, harapan,
kepercayaan, nilai-nilai, sikap, dan kemungkinan pendapat
mereka.
Hal lain yang akan anda dapatkan ketika k=melakukan
proses analisis terhadap audiens adalah membantu Anda
membuat pilihan yang baik dalam topik, bahasa, gaya
presentasi, dan aspek lain dari pidato Anda. Semakin banyak
yang Anda ketahui tentang audiens Anda, semakin Anda
dapat melayani minat dan kebutuhan mereka, menggunakan
informasi melalui analisis audiens adalah keterampilan
penting bagi pembicara yang sukses. Seoarang pakar public
speaking, Jason Wrench menjelaskan ada tiga bentuk analisis
terhadap audiens yaitu analisis demograpi (democraphic
analysis), analisis psikografis (psycograhic analysis), analisis
situasional (situational analysis).76
a) Analisis Demographi

75Sprague at al. The speaker’s handbook (9th ed.) . Boston, MA: Wadsworth

Cengage.2010. p 124
76Jason F wrench. Public Speaking (practice and ethics v.1.0.) unknown

publisher. 2012. H. 116

57
Informasi demografis mencakup faktor-faktor seperti
jenis kelamin, rentang usia, status perkawinan, ras dan etnis,
dan status sosial ekonomi. Ketika melakukan public speaking
dikelas kemungkinan besar kita sudah mengetahui semua
latar belakang siswa, berapa banyak laki – laki dan
perempuan, dari mana mereka berasal dan hal lainnya, tetapi
bagaimana Anda bisa menilai demografi audiens sebelumnya
jika Anda tidak memiliki kontak sebelumnya dengan mereka?
Dalam banyak kasus, Anda dapat meminta orang atau
organisasi yang mengundang Anda untuk berbicara, untuk
memberikan informasi awal, kemungkinan mereka dapat
memberi tahu Anda banyak tentang demografi orang-orang
yang diharapkan datang untuk mendengarkan Anda. berikut
akan kita bahasa setiap bagian dari analisis demograpi.
• Usia
Ada hal-hal tertentu yang dapat Anda pelajari tentang
audiens berdasarkan usia. Misalnya, jika anggota audiens
Anda adalah mahasiswa tahun pertama, Anda dapat
mengasumsikan bahwa mereka telah tumbuh di era pasca
orde baru dan memiliki memori yang terbatas tentang seperti
apa kehidupan sebelum reformasi. Jika audiens Anda
termasuk orang-orang berusia empat puluhan dan lima
puluhan, kemungkinan mereka ingat bagaimana krisis
moneter perna melanda Indonesia, serta beberapa informasi
pendukung lainnya yang akan memberikan anda banyak
pandangan mengenai topik dan seperti apa anda akan
menyampaikannya.
• Jenis kelamin
Gender dapat mendefinisikan pengalaman manusia.
Jelas, sebagian besar wanita memiliki pengalaman budaya
yang berbeda dari pria dalam budaya yang sama. Beberapa
wanita mendapati diri mereka dikeluarkan dari karier
tertentu. Beberapa pria mendapati diri mereka disalahkan
atas batasan yang dikenakan pada wanita. Dalam buku
seperti You Just Don't Understand dan Talking from 9 to 5,
ahli bahasa Deborah Tannen telah menulis secara luas
tentang perbedaan antara gaya komunikasi pria dan wanita.
Tannen menjelaskan, “Ini bukan untuk mengatakan bahwa

58
semua wanita dan pria, atau pria dan wanita, berperilaku
dengan satu cara. Banyak faktor yang memengaruhi gaya kita,
termasuk latar belakang regional dan etnis, pengalaman
keluarga dan kepribadian individu. Tetapi gender adalah
faktor kunci, dan memahami pengaruhnya dapat membantu
memperjelas apa yang terjadi ketika kita berbicara. 77
• Budaya
Dewasa ini, budaya sudah menjadi sumber identitas
seseorang. Indonesia adalah negara multikultural yang
sangat rawan dengan konflik karena budaya, setiap budaya
memiliki kode etik, norma dan aturan yang berbeda. Salah
satu hal yang paling dasar yang memisahkan antar budaya
dalah Bahasa, sangat penting bagi seorang public speaker
untuk berhati – hati dalam menggunakanakan Bahasa
nasional yang baik dan benar ketika berbicara di depan
umum, untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam
penggunaan Bahasa.
• Agama
Indonesia adalah agama multiagama, ada 6 agama resmi
yang diakui dan public speaking adalah salah satu model
komunikasi yang popular diantara agama – agama ini. dalam
Islam public speaking sudah menjadi metode dakwah, umat
nasrani pun sama public speaking sudah menjadi model
penyampaian informasi dan ajaran agama mereka. hal ini juga
berlaku bagi agama lainnya. ada beberapa konflik yang terjadi
karena kesalahpahaman pemaknaan terhadap pidato atau
orasi tokoh agama atau tokoh masyarakat bahkan apparat
pemerintah. contoh sederhana yang terjadi kepada Ahok
yang beberapa waktu yang lalu menjadi sorotan sejumlah
umat muslim di Indonesia karena pidatonya yang
menyinggung orang muslim, meski jelas hal itu buka sesuatu
yang di sengaja dan Ahok pun sudah mendapatkan hukuman
atas kelalaiannya tersebut. hal ini menjadi bukti mengetahui
bahwa latarbelakang agama audiesn menjadi sangat penting

77Deborah Tannen,D. The talk of the sandbox: How Johnny and Suzy’s

playground chatter prepares them for life at the office . The Washington Post.
Retrieved from http://www9.georgetown.edu/faculty/tannend/sandbox.htm.
(1994)

59
agar kita bisa menempatkan diri secara moderat saat
menyampaikan sesuatu.

• Keanggotaan Grup/ organisasi tertentu


Audiens anda bisa saja berasal dari latar belakang
organisasi yang berbeda, apakah organisasi keagamaan,
sosial atau anggota group lain yang turut memengaruhi
pandangan mereka terhadap dunia, yang jelas perbedaan
organisasi dan komunitas tertentu memiliki nilai, tujuan,
prinsip, dan kode etik masing-masing.Karena khalayak yang
berbicara di depan umum sering kali merupakan anggota dari
satu kelompok atau yang lain, keanggotaan kelompok adalah
aspek analisis audiensi yang berguna dan sering kali mudah
diakses. Semakin banyak Anda tahu tentang asosiasi anggota
audiens Anda, semakin siap Anda untuk menyesuaikan pidato
Anda dengan minat, harapan,dan kebutuhan mereka.
• Pendidikan
Pendidikan itu mahal, dan orang mengejar pendidikan
karena berbagai alasan. Beberapa orang berusaha untuk
menjadi berpendidikan, sementara yang lain berusaha untuk
mendapatkan predikat profesional. Jenis pendidikan juga
penting untuk diketahui oleh sseorang public speaker.
Misalnya, mekanik pesawat terbang menjalani jenis
pendidikan dan pelatihan yang sangat berbeda dari seorang
akuntan atau insinyur perangkat lunak. Ini berarti bahwa
tidak hanya tingkat pendidikan yang dicapai tetapi juga
bidang tertentu adalah penting dalam pemahaman Anda
mengenai audiens.
• Pekerjaan
Orang memilih pekerjaan karena alasan motivasi dan
minat, tetapi pekerjaan mereka juga memengaruhi persepsi
dan minat mereka. Ada banyak kesalahpahaman tentang
sebagian besar pekerjaan oleh karena itu hal ini sangat
penting untuk menghindari adanya pernyataan yang
menimbulkan stereotip pada pekerjaan tertentu.
b) Analisis Psikografis
Informasi psikografis, mencakup hal-hal seperti nilai,
pendapat, sikap, dan kepercayaan. dalam buku grice and

60
skinner mengungkapkan bahwa nilai adalah dasar dari
kepercayaan, sikap, dan perilaku manusia.
“A value expresses a judgment of what is desirable and
undesirable, right and wrong, or good and evil. Values
are usually stated in the form of a word or phrase. For
example, most of us probably share the values of
equality, freedom, honesty, fairness, justice, good
health, and family. These values compose the principles
or standards we use to judge and develop our beliefs,
attitudes, and behaviors.” 78
Secara singkat analisis psikografis adalah analisis
terhadapa pengetahuan dan nilai dasar yang dipahami
audiens mengenai isu tertentu. Nilai dan pemahaman awal itu
bisa berasal dari pengasuhan keluarga, pengaruh budaya, dan
pengalaman hidup mereka. Analisis psikografis dapat
mengungkapkan gagasan yang sudah ada sebelumnya yang
membatasi kerangka referensi audiens Anda. Dengan
mengetahui tentang gagasan awal mereka Anda dapat akan
lebih siap untuk mengolah bahan yang akan anda sampaikan
kepada audiesn Audiens cenderung memiliki dua jenis
konsep dasar yang sudah ada yakni pengetahuan mengenai
topik dan pengetahuan mengenai pembicara.79
• Pengetahuan Dasar mengenai topik (Preexisting Notions
about Your Topic)
Banyak hal yang jauh lebih kompleks daripada yang kita
sadari. Stereotip media sering berkontribusi lebih dari apa
yang kita bayangkan. Hal yang biasanya sederhana menjadi
sangat kompleks karena dipoles oleh media dan dipahamai
secara sepihak oleh masyarakat. misalnya mengenai topik
“Gender” banyak perempuan muslim yang menghindari
membahasa gender karena mereka mengira topik gender
adalah hal yang mendombrak keyakinan mereka tentang
Islam, karena banyaknya propaganda yang selalu

78Grice, G. L., & Skinner, J. F. Mastering public speaking: The handbook (7th

ed.). Boston, MA: Pearson. (2009)p. 115


79Jason F wrench. Public Speaking (practice and ethics v.1.0.) unknown

publisher. 2012.p.121

61
memperhadapkan Islam dan gener itu sendiri. Maka sangat
peting untuk memahami konsep dasar audiesn mengenai
topik tertentu agar kita bisa membuat penilaian yang rasional
dan terukur kepada mereka. Dalam berbicara kepada audiens
yang mungkin memiliki definisi berbeda, Anda harus berhati-
hati mendefinisikan istilah dengan cara yang jelas dan jujur.
pada saat anda menganalisis audiens sangat penting untuk
mengawalinya dengan pernyataan – pernyataan sederhana
seperti, berapa banyak audeisn anda, apakah mereka sudah
tahu topk yang akan anda bahas. Dengan demikian anda akan
lebih mudah mempersiapkannya.
• Pengetahuan dasar mengenai pembicara (Preexisting
Notions about You)
Orang-orang membentuk opini dengan mudah. Saya
berikan contoh sederhana, siswa di sekolah membentuk
kesan terhadap guru saat mereka masuk ke ruang kelas
pertama kali. Anda mendapatkan kesan langsung tentang
usia, kompetensi, dan sikap anda hanya dari penampilan dan
perilaku nonverbal anda atau ari informasi yang mereka
dapatkan dari orang lain. Berdasarkan kesan awal mereka,
audiens anda mungkin sudah bisa membayangkan
bagaimana jika anda memberikan public speaking, apakah
akan menarik, membosankan, mengharukan dan sebagainya.
c) Analisis Situational
Jenis analisis selanjutnya disebut analisis situasional
karena berfokus pada karakteristik yang berkaitan dengan
situasi pada saat anda berbicara. Analisis situasional dapat
dibagi menjadi dua pertanyaan utama:
1. Berapa banyak orang yang datang untuk mendengarkan
pidato anda dan mengapa mereka ada dating? Peristiwa,
kekhawatiran, dan kebutuhan apa yang memotivasi
mereka untuk datang? apa yang tingkat minat mereka,
2. Bagaimana lingkungan fisik pada saat anda berbicara?
Berapa banyak audiens, tata letak ruangan, keberadaan
podium atau mikrofon, dan ketersediaan media digital

62
untuk alat bantu visual? Adakah gangguan, seperti
kebisingan lalu lintas dan lain - lain?

• Jumlah Audiens/Pendengar
Mengetahui jumlah pendengar anda akan sangat
membantu dalam mempersiapkan beberapa hal, jumlah
pedengar akan menentukan seberapa dekat anda dengan
mereka. Jika jumlahnya sedikit maka tidak terlalu sulit untuk
membiarkan setiap audiens merasa seolah-olah Anda
berbicara dengannya. Dengan audiens yang lebih besar, lebih
sulit untuk menjangkau setiap pendengar, dan pidato Anda
akan cenderung lebih formal. Anda harus bekerja lebih keras
untuk menyiapkan materi visual dan audio yang menjangkau
orang-orang yang duduk di belakang ruangan, termasuk
kemungkinan menggunakan amplifikasi.
• Kondisi/Kesempatan
Situasi lain yang harus dianalisis adalah pada kondisi
atau kesempatan apa Anda menyampaikan public speaking
karena ada banyak kesempatan untuk pidato. Sebagai contoh,
upacara penghargaan, konvensi dan konferensi, liburan, dan
perayaan. Namun, ada juga kondisi yang kurang
menyenangkan yang mengaharuskan untuk pidato, seperti
pemakaman, bencana, dan pengiriman berita buruk lainnya.
• Pendengar Sukarela
Audiens yang dating dengan sukarela untuk
berkumpul karena mereka ingin mendengarkan pidato,
menghadiri acara, atau berpartisipasi dalam suatu acara.
mereka patut mendapatkan penghargaa dengan
menyaksikan public speaking yang menarik dari anda.
sebaliknya pendengar yang datang karena keterpaksaan
mungkin tidak akan fokus dengan apa yang anda sampaikan.
Namun yang datang dengan sukarela perlu anda ketahui.
• Kondisi Fisik (sarana dan prasarana)
Kondisi ruangan, sarana dan prasarana yang tidak
mendapat kontrol dengan baik akan sangat mengganggu
proses jalannya suatu acara terutama untuk pembicara inti.
Jika memungkinkan sedapat mungkin anda mendapatkan

63
informasi mengenai hal ini agar anda dapat terhindar dari hal
– hal tehnis yang bisa menganggu jalannya acara.

c. Memilih Topik
Memilih topik dibatasi oleh beberapa hal yang bisa
dijadikan tolak ukur untuk. Ketika anda menyampakaikan
public speaking di tempat tertentu, biasanya ada instruksi
yang harus diikuti, atau ada batasan tertentu yang tidak bisa
dilanggar.Misalnya, dalam dunia profesional berbicara di
depan umum, pembicara sering kali disewa untuk berbicara
tentang topik tertentu (mis., Manajemen waktu, kepuasan
pelanggan, kewirausahaan). Dalam situasi seperti ini, ketika
seorang pembicara disewa atau ditugaskan untuk berbicara
tentang topik tertentu, dia tidak dapat memutuskan untuk
berbicara tentang sesuatu yang lain. ada beberapa poin yang
menjadi batasan ketika akan memilih topik yang harus
diketahui oleh seorang public speaker.
• Tujuan
Batasan pertama adalah tujuan dari pidato yang akan
disampaikan. Apakah tujuannya untuk informative,
persuasive atau untuk menghibur. Jika Anda diberi tahu
bahwa Anda akan menyampaikan pidato yang informatif,
Anda secara otomatis akan terhambat untuk menyampaikan
pidato dengan tujuan membujuk atau menghibur, begitupun
sebaliknya.
• Audiens
Batasan kedua yang perlu Anda pertimbangkan sebagai
pembicara adalah jenis audiens yang akan mendengarkan
pidato anda. Sebagaimana dibahas dalam bab tentang analisis
audiens, audiens yang berbeda memiliki kecenderungan
politik, agama, dan ideologis yang berbeda. Dengan demikian,
memilih topik pembicaraan untuk audiens yang memiliki
pola pikir tertentu bisa sangat rumit. Sayangnya, memilih
topik apa yang mungkin atau mungkin tidak sesuai untuk
audiens tertentu didasarkan pada generalisasi tentang
audiens tertentu. Misalnya, anda diminta berbicara di
kampus Islam, anda mungkin berpikir bahwa semua audiens

64
anda memiliki pemahaman Islam yang setara karena berada
di wilayah kampus, padahal bisa saja pemahaman awal
mereka berbeda – beda.
• Konteks
Batasan ketiga terkait dengan konteks. Untuk tujuan
berbicara, konteks pidato adalah seperangkat keadaan di
sekitar pidato tersebut. Ada banyak konteks berbeda yang
bisa kita temui pada saat akan menyampaikan public
speaking, ruang kelas di perguruan tinggi, jemaat agama,
ruang rapat perusahaan, pensiun desa, atau konvensi politik.
Dalam setiap konteks yang berbeda ini, harapan untuk
pembicara akan menjadi unik dan berbeda. Topik-topik yang
mungkin sesuai di depan kelompok agama mungkin tidak
sesuai di ruang rapat perusahaan. Topik yang sesuai untuk
ruang rapat perusahaan mungkin tidak sesuai di konvensi
politik.
• Jangka waktu
Kendala terakhir adalah jangka waktu pidato Anda.
Dalam pidato yang panjangnya kurang dari sepuluh menit,
Anda harus memfokuskan topik secara sempit ke satu
gagasan utama.
Batasan – batasan yang digambarkan diatas bisa
mempermudah anda dalam memp yang akan anda
sampaikan. Secara keseluruhan, ketika mempersempit topik,
Anda harus mulai dengan bertanya pada diri sendiri empat
dasar pertanyaan berdasarkan batasan yang dibahas
sebelumnya di bagian ini:
1. Apakah topik tersebut sesuai dengan tujuan umum yang
saya maksudkan.
2. Apakah topiknya sesuai untuk audiens saya?
3. Apakah topik tersebut sesuai dengan konteks yang
diberikan?
4. Bisakah saya berharap untuk memberi tahu atau
meyakinkan audiens saya dengan jangka waktu yang
saya miliki.
Dalam beberapa kondisi pada saat menentukan topik
dan membuat naskah pidato,anda hanya mengumpulkan
pikiran dan meletakkan semua ide Anda di atas kertas. Di lain

65
waktu, mungkin anda ditawari topik yang baru anda dengar
sehingga Anda harus melakukan penelitian dan
mendiskusikannya dengan orang yang lebih profesioanal.
Internet bisa menjadi sumber yang bagus untuk mencari tahu
lebih banyak tentang topik tertentu, berdiskusi dengan teman
atau membaca beberapa buku referensi agar lebih
memperkuat konsep dasar dari topik yang Anda pilih.

66
BAB VI
PRESENTASI DENGAN ALAT PERAGA
VISUAL
“The act of creation a visual language so impactful, it carries and conveys
the perfect message”
-Anonimous

67
Gambar 7.180

Apakah Anda pernah menghadiri suatu forum dimana


pembicara pertama menyampaikan idenya dengan sangat
jelas dan menarik tanpa menggunakan alat bantu visual
sedangkan pembicara kedua tampil sama baik dan menarik
dengan pembicara pertama, namun menggunakan alat bantu
visual. Say yakin Anda akan lebih menikmati dan memahami
presentasi dari pembicara kedua.
Ketika kita berkomunikasi langsung, audiens akan
menerima informasi melalui tiga bagian, yaitu dari kata – kata
yang kita ujarkan, bagaimana bunyi suara yang kita produksi
dan apa yang dilihat oleh audiens kita. Berdasarkan
penelitian Dr. Albert Mehrabian, pelopor pemahaman
komunikasi sejak tahun 1960-an sekaligus pengajar dan
peneliti di Univesity of California, Los Angeles menemukan
istilah 3 V yang merujuk kepada vocal,verbal, dan visual,
Secara sederhana, hasil penelitiannya mengenai 3V
umumnya disampaikan sebagai berikut yakni 7% makna dari
pesan yang disampaikan ditangkap lewat verbal/ kata – kata,
38% makna dari pesan yang disampaikan ditangkap lewat
vocal/ intonasi dan 55% makna dari pesan yang disampaikan
ditangkap lewat visual/bahasa tubuh81.
Stephen A. Lucas menceritakan bagaimana Devin
Marshall menggunakan alat bantu visual dalam bukunya Art
of Speaking, Terdiagnosa dengan tekanan darah tinggi ketika
masih sekolah, Devin Marshall memutuskan untuk
memberikan pidato persuasive mengenai jumlah garam yang
berlebihan dalam diet orang Amerika. Ketika waktunya
pidatonya tiba, dia membawa sebuah kotak yang besar ke
dalam kelas dan menaruh kotak besar itu persis
disampingnya. Gelak dari Devin menimbulkan rasa ingin tahu
dari audiens yang hadir pada saat itu. Dari dalam kotak yang
besar tadi, Devin mengeluarkan paket garam Morton Salt,

80https://www.consultpivotal.com/visual_aids_presentation.htm “Use
visuals aids in your next presentation” (Diakses tanggal 15 Juli 2020).
81Ibrahim Elfiki. Terapi Komunikasi Efektif. The Canadian Training Centre

of NLP.2000. H. 119 - 121

68
gelas ukur, dan dua buah piring. Kemudian diapun memulai
pidatonya. Pertama ia menjelaskan konsumsi garam tiap
bulan yang direkomendasikan oleh Assosiasi Kesehatan
Amerika. Sebagai illustrasi, Devin mulai mengukur garam ke
dalam gelas ukur dan memindahkan ke dalam piring dan
menunjukkan kepada audiens. Kemudian, dia
memperlihatkan melalui statistic berapa banyak garam rata –
rata orang Amerika konsumsi dalam sebulan. Sambil
menjelaskan, dia mengukur jumlah garam yang dikonsumsi
oleh orang Amerika dan akhirnya setelah selesai melakukan
pengukuran, piring kedua sudah terisi dua ponds garam.
“Sekarang mari kita ukur berapa jumlah garam yang kita
konsumsi dalam setahun dengan mengalikan 12” ujarnya.
Akhirnya, Devin mulai mengeluarkan satu persatu kontainer
garam Morton Salt dari kotak yang besar tadi dan
menumpunya membentuk piramida. Terhitung ada kurang
lebih 14 kontainer garam atau setara dengan 24 pound garam
(10, 896 kg)
Kira – kira apa yang Anda rasakan ketika Anda menjadi
salah satu audiens Devin. Kemungkinan Anda akan
mengurangi konsumsi garam dalam makanan Anda. Masih
teringat dengan ungkapan yang sangat popular one picture is
worth a thousand words. Apabila kita simak kembali
presentasi dari Devin, sangat jelas menggambarkan bahwa
alat peraga yang digunakannya dalam presentasi sangat
powerful untuk memengaruhi audiensnya. Hal ini akan
berbeda ketika Devin hanya berpidato tanpa menggunakan
alat peraga.
Pembicara yang hebat yang menggunakan alat peraga
visual akan membuat audiensnya lebih mudah memahami,
tertarik, dan pesan yang disampaikan akan bertahan lebih
lama asalkan alat peraga dapat dimaksimalkan dengan baik.
Maka dari itu, saya akan membahas lebih jauh mengenai alat
peraga visual ini82.

82Stephen E. Lucas. The Art of Public Speaking. Mc Graw. Hill education,

New York. 2015. H. 18

69
a. Jenis – Jenis Alat Peraga Visual
Alat peraga bisa dikatakan sebagai media, media berasal
dari bahasa Latin bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar, dalam bahasa
Inggris media dikenal dengan istilah medium yang berarti
perantara, demikian pula dalam bahasa Arab disebut wasa’il
yang berarti perantara83.
Menurut Heinich, dkk dalam Sri Anitah, dkk media
merupakan alat bantu saluran komunikasi. Media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara”, yaitu
perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan
(a receIer). Heinich mencontohkan media ini seperti film,
televisi, diagram, bahan tercetak (printer materials) 84
Dapat disimpulkan alat peraga visual adalah suatu alat
pendukung yang ditunjukkan sebagai pengantar ide, gagasan,
atau pendapat dari speaker sehingga ide, gagasan, atau
pendapat bisa sampai ke hearer yang dituju. Alat peraga
visual digunakan untuk mendapatkan efek pembicaraan yang
lebih efektif, namun seperti yang saya sampaikan memilih
alat peraga yang cocok untuk mendukung ketika melakukan
Public Speaking sangat fundamental. Alat peraga visual
seharusnya berwarna dan unik namun hindari menggunakan
alat peraga yang menyilaukan yang dapat mengganggu
kehadiran si pembicara. Hal penting lainnya yang perlu
diperhatikan yakni jangan sampai alat perga yang digunakan
mengurangi eye contact atau interaksi kita dengan audiens,
misalnya membaca slide pada saat presentasi.
Visual aids and props should be colorful and unique, but
not so dazzling that they detract from the speaker's
presence. Never use visual aids and props as a way of

83 Ibid. h. 19.
84Sri Anita dkk. Strategi Pembelajaran di SD (Jakarta, Universitas Terbuka
2008), h.

70
avoiding eye contact or interaction with an audience,
such as reading directly from slides85.
Dari penjelasan di atas sangat perlu mengetahui jenis –
jenis peraga visual yang cocok/ sesuai dengan presentasi
yang akan kita bawakan. Jenis – jenis visual aid yang bisa
dipertimbangkan untuk digunakan dalam Public Speaking
diantaranya diagram, graphs, charts, maps, powerpoint
slides, handouts, photographs or sketches, physical objects
and props86.
Lucas (2015) menyebutkan ada 5 jenis alat peraga yang bisa
digunakan dalam Public Speaking, diantaranya

1. Benda Nyata dan Model

Gambar 7.287

Menampilkan benda nyata ataupun model dalam


presentasi atau ketika Pulic Speaking adalah cara terbaik
untuk mengklarifikasi suatu ide atau ketika kita ingin
memberikan dampak yang dramatis kepada audiens. Saya

85Visual Aids and Props. Diakses dari


https://www.toastmasters.org/resources/public-speaking-tips/visual-aids-and-
props. Pada tanggal 15 Juli 2020
86 Ibid.
87Enhancing Its Hits, Apple Adds Movie Rentals, Ultralight Laptop. Diakses

dari https://www.nytimes.com/2008/01/16/technology/16apple.html. Pada


tanggal 16 Juli 2020. Pada pukul 13.00

71
masih teringat ketika membawa menjadi trainer Active
Citizens British Council di depan Bapak/Ibu dosen dan
mahasiswa, pada saat itu saya menunjukkan tanah dan daun
yang saya ambil disekitar kampus sebagai alat bantu visual
menjelaskan hummingbird. Ketika saya menanyakan alasan
saya membawa benda itu, para audiens memberikan jawaban
yang bervariasi, menarik bahkan ada jawaban yang lucu
mengundang gelak tawa dari audiens yang lain. Setelah
melakukan konfirmasi dan penjelasan, akhirnya sesi tersebut
terlaksana dengan sangat baik dan menyenangkan.
Secara teori, peggunaan media realita ini memiliki
banyak kelebihan, misalnya memberikan pengalaman nyata
kepada audiens. Kadangkala seorang Public Speaker tidak
dapat menunjukkan benda tersebut di dalam kelas ataupun
forum karena ukurannya yang terlalu besar, terlalu kecil.
Atau tidak bisa dihadirkan dalam bentuk yang sebenarnya
yang disebabkan oleh keterbatasan – keterbatasan tertentu.
Oleh karena itu, perlu ada jenis media lain sebagai
penggantinya, seperti media model.
Media model diartikan sebagai benda tiruan dalam
wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau
pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model
sebagai media dalam Public Speaking dimaksudkan untuk
mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realita. Model
suatu benda dapat dibuat dengan ukuran yang lebih besar,
lebih kecil atau sama dengan benda sesungguhnya. Model
juga bisa dibuat dalam wujud yang lengkap seperti aslinya,
bisa juga lebih disederhanakan hanya menampilkan
bagian/ciri yang penting. Contoh model adalah: Candi
Borobudur, pesawat terbang atau Tugu Monas yang dibuat
dalam bentuk mini.

72
2. Foto/Gambar

Gambar 7.388

Foto/Gambar merupakan salah satu pilihan ketika


benda/model tidak tersedia. Media ini seringkali digunakan
oleh Public Speaker karena sifatnya universal, mudah
dimengerti, dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa.
Banyak kelebihan yang ditawarkan oleh media foto/gambar,
a.l: sifatnya konkret, dapat mengatasi batasan ruang, waktu,
dan indera, biaya yang dikeluarkan relative murah, serta
mudah dibuat dan digunakan pada saat berbicara di depan
umum.
Meskipun demikian, ada beberapa persyaratan yang
perlu diperhatikan ketika menggunakan media ini yakni
a. Otentik, foto/gambar yang otentik akan lebih menarik
ditampilkan pada saat presentasi karena foto/gambar
tersebut jujur memperlihatkan situasi yang sebenarnya
seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.
b. ukurannya proporsional, Foto/gambar akan lebih efektif
ketika ukurannya propersional.
c. Sederhana, komposisi foto/gambar hendaknya cukup jelas
menunjukkan hal – hal pokok dalam gambar.

88Walker sleep is your super power. Diakses dari


https://www.ted.com/talks/matt_walker_sleep_is_your_superpower.Pada
tanggal 16 Juli 2020. Pukul 15.30 WITA

73
d. Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau
perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan
obyek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan
aktivitas tertentu.
e. Tidak semua gambar/foto yang bagus merupakan media
yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah
bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan dari Public
Speaking.
Menurut Lucas (2015), cara yang terbaik untuk
memperlihatkan foto/gambar ke audiens dengan
memasukkannya dalam slide presentasi
PowerPoint/Keynote. Foto/Gambar yang diperlihatkan
selama presentasi akan memberikan dampak positif bagi
penderita dyslexia untuk memahami secara menyeluruh ide
atau pesan yang disampaikan oleh Public Speaker.
3. Grafik
Menampilkan deretan angka – angka dalam presentasi
sering membuat audiens kesulitan untuk menangkap
informasi yang disampaikan. Menurut Lucas (2015), hal ini
bisa ditaktisi dengan menunjukkan data – data statistik dan
pola melalui grafik. Grafik disusun berdasarkan prinsip –
prinsip matematik dan menggunakan data – data komparatif.
Alat bantu visual ini digunakan untuk menjelaskan
perkembangan atau perbandingan suatu obyek yang saling
berhubungan.
Adapun manfaat menggunakan grafik, sebagai berikut:
a) Memungkinkan audiens mengadakan analisis, penafsiran
dan perbandingan antar data-data yang disajikan, baik
dalam ukuran, jumlah, pertumbuhan, maupun arah
tertentu.
b) bermanfaat untuk mempelajari hubungan kuantitatif
dengan beberapa data.
c) penyajian pesannya cepat, jelas, menarik, ringkas, dan
logis.
Semakin rumit dan kompleks data Anda ditampilkan
akan lebih efektik ketika disajikan dalam bentuk grafik.
Ketika menyajikan data dalam bentuk grafik yang perlu
diperhatikan adalah grafik tersebut jelas terlihat dan terbaca

74
oleh audiens, menggunakan warna – warna yang kontras dan
harmonis, dibuat secara ringkas dan diberikan judul,
sederhana, menarik, teliti, dan mampu “berbicara sendiri”/
tidak memerlukan informasi tambahan, dan akurat.
Berikut ada beberapa jenis grafik yang Anda bisa
gunakan sesuai dengan tujuan presentasi diantaranya grafik
garis, grafik batang, dan grafik lingkaran.
a) Grafik garis.
Grafik garis atau line graphs termasuk dalam kelompok
grafik dua berskala, atau dua proses yang dinyatakan dalam
garis vertikal dan garis horizontal yang saling bertemu, yakni
sumbu X dan sumbu Y. Baik pada garis hortizontal maupun
vertikal dicantumkan angka-angka yang akan menyampaikan
informasi tertentu dari pesan yang akan disajikan. Grafik
garis dapat menunjukkan data informasi secara terus
menerus atau berkelanjutan selama periode tertentu. Grafik
ini sangat ideal untuk menampilkam tren data pada
Interval/rentang waktu yang sama. Penggambarannya
bisa menggunakan garis lurus, garis patah, dimulai dari kiri
ke kanan, naik, turun, atau mendatar. Berikut contoh
penyajian data grafik garis Kasus Corona di Indonesia dari
detik,com.89

Gambar 7.4

89Tim Detik.com-detikNews.Grafik Corona di RI 3 Juni: Kasus Baru,

Sembuh, Meninggal Naik, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-


5039260/grafik-corona-di-ri-3-juni-kasus-baru-sembuh-meninggal-naik tanggal
17 Juli 2020, Pukul 11.00 WITA

75
Grafik garis kasus Corona Indonesia masih fluktuatif.
Tercatat kasus baru, kasus sembuh, dan kasus meninggal
mengalami kenaikan. Total kasus Corona sebanyak 28.233
kasus yang tersebar di 34 provinsi. Angka ini lebih banyak
dari penambahan kasus baru kemarin (2/6) yang sebanyak
609 kasus. Angka kesembuhan dari Corona juga mengalami
kenaikan pada hari ini disbanding kemarin. Angka
kesembuhan dari Corona juga mengalami kenaikan pada hari
ini dibanding kemarin. Angka kesembuhan hari ini mencapai
471 kasus. Lebih tinggi disbanding kemarin yang mencapai
298 kasus. Begitu juga kasus kematian yang hari ini ada
penambahan sebanyak 35 kasus. Kasus meninggal lebih
banyak disbanding angka kemarin sebanyak 22 orang.

b) Grafik batang.
Sama halnya grafik garis, grafik batang juga
menggunakan proses vertikal dan horizontal. Grafik jenis ini
bermanfaat untuk membandingkan sesuatu obyek, atau
peristiwa yang sama dalam waktu yang berbeda tentang
sesuatu yang sama. Lucas (2015) berpendapat grafik batang
cara yang terbaik untuk menunjukkan perbandingan antara
dua atau lebih obyek. Keuntungan menggunakan grafik
batang dalam presentasi yakni memudahkan audiens untuk
mengerti walaupun mereka tidak memliki ketrampilan
membaca grafik.

“The bar graph is a particularly good way to show


comparisons among two or more items. It also has the
advantage of being easy to understand, even by people
who have no background in reading graphs”

76
Gambar 7.590

Dari tampilan grafik batang di atas, maka sangat jelas


terlihat perkembangan kasus Covid 19 di Indonesia dari
tanggal 24 Mei sampai 3 Juni 2020. Sebagai audiens akan
mudah membandingkan kasus

c) Grafik Lingkaran (circle atau pie graphs


Diagram ini digunakan untuk penyajian data statistik
yang dinyatakan dalam persen atau derajat untuk
menggambarkan bagian-bagian dari suatu keseluruhan serta
perbandingan bagian-bagian tersebut. Idealnya, grafik
lingkaran atau pie graph memiliki dua sampai lima bagian.
Banyak kelebihan dengan menggunakan grafik lingkaran atau
diagram diantaranya adalah tempat untuk membuat diagram
lingkaran tidak terlalu besar dan sangat berguna untuk
menunjukkan dan membandingkan proporsi dari data.
Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu,
diagram lingkaran tersebut tidak dapat menunjukkan
frekuensinya dan penggambaran bagian – bagian tersebut
dilakukan dengan pecahan atau persentase.

90 Ibid.

77
4. Chart

Gambar 7.6

Ketika mempersiapkan persentasi kadangkala kita


memiliki banyak data yang ingin dipresentasikan kepada
audiens. Dianjurkan untuk menggunakan bagan atau charts
seperti yang ada di atas91 karena sangat berguna untuk
menyimpulkan informasi yang berlimpah. Namun perlu
diperhatikan untuk menghindari kesalahan misalnya
menumpuk informasi ke dalam chart. Bagan atau chart
sebaiknya dapat dimengerti oleh pembacanya, sederhana
dan lugas, tidak rumit atau berbelit – belit, selalu
senantiasa mengikuti perkembangan jaman sehingga
penyajian data menggunakan alat bantu visual ini akan
selalu menjadi daya tarik para audiens.

5. Video
Video memberikan banyak manfaat dalam pengalaman
pembelajaran karena menyajikan pengalaman yang berbeda,
meningkatkan pemahaman lintas budaya, kreatifitas, dan

91Hilda Meilisa. 22 Pasien Positif Corona di Jatim Sembuh, Persentase

Kesembuhan Capai 21%. Diakses dari


https://www.google.com/search?q=persentase+kondisi+pasien+positif+covid
+19+jawa+timur&safe=strict&prmd=niv&sxsrf=ALeKk02Awntvx_LXKUPuI9x
bFxjUhhFCHQ:1597033192514&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKE
wiXiYmh5I_rAhXEZSsKHcN6DFUQ_AUoAnoECAoQAg&biw=360&bih=598#imgr
c=bDPRUL9N-yr4BM. Pada tanggal 18 Juli 220. Pukul 13.00 WITA

78
memberikan motivasi yang lebih ke audiens92. Senada dengan
hal tersebut, Lucas (2015) menganjurkan untuk
menggunakan video ketika berbicara mengenai dampak yang
disebabkan oleh suatu kejadian yang dramatis atau ketika
menjelaskan jenis – jenis roller coaster ditaman.

Suppose you are explaining the different kinds of roller


coasters found in amusement parks. Your best visual aid
would be a video showing those coasters in action93

Agar video yang ditampilkan lebih efektif, maka ada


beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan oleh Public
Speaker.
a) Pastikan videonya tidak terlalu panjang. Video yang
berdurasi 30 detik akan lebih diingat audiens dan apapun
yang lebih dari 30 detik akan menganggu dan
memengaruhi perhatian mereka.
b) Ketika memulai video, pastikan Anda mengetahui
dimana video akan disajikan sehingga akan
mendukung dari presentasi yang kita sampaikan.
c) Memastikan video yang diputar pada saat presentasi
seirama dengan hal yang kita sampaikan.
d) Selalu mencoba video di di projector terlebih dahulu
sebelum memulai presentasi. Karena kadangkala ada
beberapa video yang nampak jelas di layar komputer,
namun akan blur ketika terkoneksi di layar projector.
b. Panduan untuk Menggunakan Alat Peraga Visual
Alat peraga visual akan memberikan kekuatan dalam
penyampaian informasi kepada para audiens. Namun, ada
hal-hal yang perlu diketahui dan dilakukan seperti yang
dikemukakan oleh Lucas (2015), antara lain:

92Stephen E. Lucas. The Art of Public Speaking (Mc Graw. Hill education,

New York. 2015), h. 267.


93 Ibid., h. 268.

79
1. Mempersiapkan alat peraga dengan baik dari jauh – jauh
hari
Mempersiapkan alat peraga jauh – jauh hari
sebelumnya akan memberikan manfaat bagi Anda karena
memiliki Anda bisa berlatih untuk mempratekkan
menggunakan alat peraga secara kreatif. Carmine Gallo
mengungkapkan bahwa seorang Steve Jobs, pendiri Apple
yang dijuluki showman ketika melakukan presentasi terlihat
mudah karena Jobs melakukan banyak upaya sehingga
presentasinya luar biasa. Bahkan untuk mempersiapkan
presentasinya, Job mempersiapkannya jauh – jauh hari.

Steve Job made presentation look effortless because he


put a lot of effort into making great…The reporter
pointed out that Jobs had begun preparing the
presentation weeks in advance.

Berapa lamakah Anda mempersiapkan presentasi


Anda?

2. Memilih Alat Bantu Visual yang Sederhana, Jelas, dan To


The Point
Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa “ There is
beauty in simplicity” sama halnya pada saat menggunakan
alat bantu visual. Menurut Lucas (2015) alat bantu sebaiknya
sederhana, jelas, to the point.
3. Memastikan Alat Bantu Visual Cukup Besar untuk diakses
oleh Audiens
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa alat
bantu visual yang baik adalah ketika bisa disaksikan oleh
audiens dan memudahkan mereka untuk memahami lebih
mudah informasi yang disampaikan. Lucas (2015)
menyarankan untuk memastikan ukuran dan kondisi
ruangan yang akan digunakan untuk presentasi. Ketika Anda

80
menggunakan Power Point, perlu mengecek dari posisi
audiens yang paling jauh dari posisi Anda ketika presentasi,
untuk mengetahui apakah fonts atau gambar terlihat jelas.
4. Menggunakan Teks yang Singkat, Padat, dan Jelas
Ketika memasukkan teks ke dalam alat peraga, ada
peraturan umum yang harus dipatuhi, yaitu briefer is better
maksudnya adalah hanya memasukkan kata – kata kunci yang
penting saja agar pendengar bisa menangkap dan memproses
informasi yang kita berikan. Ketika Anda ingin memasukkan
teks, menurut Lucas ( 2015) dalam bukunya The Art of Public
Speaking menasihatkan untuk mematuhi peraturan umum
yaitu baris teks tidak disarankan lebih dari enam baris. Jika
ingin menggabungkan dengan foto/gambar, sebaiknya untuk
mengurangi baris teks sehingga ukuran dari teks tidak terlalu
kecil. Ketika ingin menyampaikan poin – poin penting,
alangkah baiknya untuk menambah beberapa slide untuk
menghindari penumpukan teks dalam satu slide
A general rule for slides that contain only text is to
include no more than a half-dozen lines of type. If you
are combining text with images, you may need to limit
yourself to fewer lines to keep the text from getting too
small. If you have a number of important points to cover,
spread them out over multiple slides.
5. Gunakan Fonts secara Efektif
Tidak semua fonts cocok digunakan untuk alat bantu.
Penggunaan fonts dengan efektif akan memberikan dampak
yang berbeda dalam slide kita. Silahkan memilih fonts yang
lebih jelas dan mudah untuk dibaca. Usahakan untuk tidak
menggunakan all CAPS karena akan membuat tulisan sulit
untuk dibaca.
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui untuk
membantu kita dalam mengaplikasikan fonts dalam slide,
diantaranya adalah:
a) Beberapa sumber merekomendasikan menggunakan
Font Arial, Tahoma, Verdana, Baskerville, Courier, Gill
Sans, Optima Times New Roman

81
b) Untuk ukuran font, direkomendasikan untuk judul
menggunkan 40 point (font size) Verdana 40 point.
Ukuran subtitle Verdana 32 point, dan konten slide lebih
baik tidak lebih kecil dari Verdana 24 point.
c) Tidak direkomendasikan menggabungkan bold dan italic
style.
d) Italic style hanya digunakan untuk “quotes” atau pokok
pikiran dan ide. Selain itu, judul dari buku, jurnal, dan
majalah menggunakan italics
e) Tidak direkomendasikan menggunakan All CAPS atau
huruf capital semuanya karena akan menyulitkan
pembaca untuk membacanya.
6. Memilih Warna yang Efektif untuk Slide Presentasi
Pemilihan warna dalam slide presentasi merupakan
slah satu keputusan yang penting dalam mendesain slide.
Memadupadankan warna dengan tepat akan membuat
tampilan slide presentasi Anda terlihat bagus, konsisten,
mudah diikuti sehingga membantu menguatkan pesan yang
anda sampaikan kepada audiens. Namun perlu memahami
warna apa saja yang bisa dikolaborasikan karena ada
beberapa warna yang tidak bisa dikombinasikan. Memilih
perpaduan warna yang cocok dan harmonis satu sama lain
sering menjadi tantangan tersendiri dalam mendesain slide
presentasi sehingga perlu mempelajari teori tentang warna
secara khusus.Salah satu cara yang termudah yaitu dengan
mencari paduan skema warna yang sudah dibuat orang lain
dan bisa kita aplikasikan dalam merancang slide presentasi 94.

94Mohammad Noer. Penggunaan Skema Warna yang Harmonis Dalam

Slide Presentasi. June 10 2015. Diakses dari https://www.presentasi.net/warna-


dalam-presentasi/ tanggal 20 Juli 2020.

82
BAB VII
MENYAMPAIKAN PRESENTASI
“During the first minutes of your presentation, your job is to
assure the audience members that you are not going to
waste their time and attention”
Dale Ludwig

a. Pengertian Presentasi yang Baik


Pernahkah suatu ketika saya menghadiri suatu
presentasi seorang kawan yang sedang bercerita mengenai
kehidupan anak – anak di pesisir, di Pangkep. Sayapun belum
pernah mengunjungi daerah tersebut. Tetapi, pada saat
kawan saya ini mempresentasikan mengenai kegiatan
pemberdayaan yang mereka lakukan, saya merasa sudah
diajak dan merasakan kehidupan disana. Presentasi yang
dibawakan sederhana namun dipresentasikan dengan baik.
Selain itu, Anda akan banyak belajar bagaimana
menggunakan komunikasi nonverbal untuk membawakan
presentasi secara efektik sehingga memberikan dampak
kepada audiens.

83
Apakah Anda pernah merasakan kejadian yang
samadengan apa saya rasakan? Pada bab ini, saya akan
mengajak Anda untuk mempersiapkan presentasi yang baik
sehingga audiens Anda tidak kabur pada saat Anda sedang
membawakan presentasi.
Berbicara mengenai presentasi erat kaitannya dengan
komunikasi nonverbal. Hal ini berdasarkan bagaimana Anda
menggunakan suara Anda dan bahasa tubuh untuk
menyampaikan pesan yang berupa kata – kata. Ada sebuah
penelitian yang hebat menyimpulkan bahwa pengaruh
ucapan dari seorang pembicara akan berdampak karena
ditunjang oleh komunikasi nonverbalnya. Banyak penulis
telah mengutip temuan seorang psikolog Albert Mehrabian,
menyatakan bahwa ketika audiens menerjemahkan makna
dari yang disampaikan dari pembicara, 55% informasi
mereka peroleh dari wajah pembicara, 38% dari vocal dan
hanya 7 % dari kata – kata yang disampaikan. Walaupun tidak
sedikit akademisi bahkan Mehrabian sendiri menyatakan
bahwa penemuan ini masih sering disalahterjemahkan,
namun ademisi dan para instruktur bicara setuju bahwa
komunikasi nonverbal dan penyampaian informasi sangat
penting untuk agar Public Speaking kita lebih efektif95.

Good delivery does not call attention to itself. It conveys


the speaker’s ideas clearly, interestingly, and without
distracting the audience. Most audiences prefer delivery
that combines a certain degree of formality with the
best attributes of good conversation—directness,
spontaneity, animation, vocal and facial expressiveness,
and a lively sense of communication. Speech delivery is
an art, not a science. What works for one speaker may

9514.4 Practicing for Successful Speech Delivery. Diakses dari


https://open.lib.umn.edu/publicspeaking/chapter/14-4-practicing-for-
successful-speech-delivery/. Tanggal 20 Juli 2020. Pukul 20.21 WITA

84
fail for another, and what succeeds with today’s
audience may not with tomorrow’s.96

Penyampaian yang baik akan bergantung bagaimana


pembicara menyampaikan idenya dengan jelas, menarik, dan
tanpa mengganggu audiens. Hampir semua audiens lebih
memilih penyampaian informasi atau presentasi
menggabungkan tingkat formalitas tertentu dengan atribut
terbaik dari percakapan yang baik, apa adanya, spontanitas,
melampirkan animasi, vokal, dan ekspresif wajah, dan rasa
komunikasi yang hidup. Penyampaian presentasi atau pidato
adalah seni dan bukan sains. Karena kadang – kadang apa
yang berjalan baik dengan pembicara yang satu mungkin
akan gagal apabila diaplikasikan oleh pembicara lainnya.
Kemungkinan presentasi Anda yang sukses di mata audiens
hari ini mungkin saja tidak berlaku lagi di hari esok.
Ada beberapa kunci penting untuk kesuksesan penyampaian
presentasi Anda97.
1. Bawakan presentasi Anda secara natural atau alami
2. Tunjukkan antusias Anda
3. Percaya Diri
4. Libatkan Audiens dalam presentasi Anda.

b. Metode dalam Penyampaian Presentasi


Metode dalam penyampaian presentasi terdiri dari
empat metode dimana kita dapat memilih salah satu
diantaranya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kita98.
1. Naskah
Berpidato dengan membaca naskah masih sering kita
saksikan dalam situasi formal, khususnya pidato yang
disiarkan melalui radio dan televise, atau pidato pejabat yang

96Stephen E. Lucas. The Art of Public Speaking (Mc Graw. Hill education,

New York. 2015), h. 269.


97Dan O’Hair, Hannah Rubenstein, and Robert Stewart. A Pocket Guide to

Public Speaking: Fifth Edition (A Mamillan Education Imprint. Boston. New York.
2016), h. 126.
98Asul Wiyanto. Berpidato yang Memukau (Jakarta. Balai Pustaka. 2001),
h. 5.

85
diwakili atau dibacakan oleh orang lain. Dalam hal ini,
pembaca mengucapkan kata – kata persis seperti yang
tertulis dalam naskah. Pembicara perlu membaca naskah
dengan alasan agar tidak ada yang salah ucap karena setiap
kata yang diucapkan oleh pejabat dalam suasana resmi
biasanya akan disebarluaskan dan akan dijadikan panutan
oleh banyak orang.

Although it looks easy, delivering a speech from


manuscript requires great skill. Some people do it well.
Their words “come alive as if coined on the spot.”99

Walaupun membaca naskah kelihatannya mudah,


namun dalam membawakannya memerlukan skill. Beberapa
orang melakukannya dengan baik dimana kata – katanya
kelihatan hidup. Namun bagi yang lain, mereka kehabisan
waktu. Mereka hanya sekedar membaca daripada berbicara
kepada audiensnya. Apabila suatu hari nanti Anda dalam
posisi tersebut dimana harus membacakan naskah, pastikan
suara dan intonasi Anda alami, bangun eye contact dengan
audiens Anda. Terakhir, perlakukan seluruh audiens Anda
ketika membaca naskah secara tulus dan apa adanya sama
halnya ketika Anda berbicara langsung kepada mereka.
2. Menghafal
Sebelum berpidato, pembicara menghafal naskah
seluruhnya, kata demi kata. Saat waktu presentasi tiba,
pembicara hanya menyuarakan saja naskah presentasi yang
telah dihafalkan. Metode ini lebih efektif digunakan untuk
presentasi pendek karena ketika membawakan presentasi
yang panjang dan memerlukan waktu yang lama, disarankan
tidak menggunkan metode ini.
Metode ini biasanya digunakan pada saat toast, ketika
memberikan selamat, atau pada saat perkenalan. Pastikan
Anda menghafal seluruh presentasi yang Anda bawakan
ketika mendapatkan kesempatan dan selalu berkonsentrasi
berbicara kepada audiens Anda untuk membawakan

99Stephen E. Lucas. The Art of Public Speaking (Mc Graw. Hill education,

New York. 2015), h. 270.

86
presentasi dengan metode ini. Hindari menghafal kata
perkata atau melihat kea rah langit – langit karena performa
Anda akan kelihatan tidak maksimal.
3. Spontanitas/Impromptu
Kadang – kadang ada saat Anda akan diundang untuk
menyampaikan sepatah kata mungkin di kelas, pada saat
rapat bisnis atau ketika memberikan respon kepada
pembicara sebelumnya. Pembicara yang menghadapi situasi
ini, tidak memerlukan persiapan terlebih dahulu. Pembicara
bahkan tidak menyiapkan naskah, tidak membaca naskah,
bahkan tidak menghafal naskah. Ketika menghadapi situasi
seperti di atas, Anda tidak perlu panic karena tak satupun
orang ingin Anda membawakan presentasi yang sempurna.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk membantu
Anda menyampaikan ide atau gagasan Anda ketika diminta
berbicara secara spontan, diantaranya adalah
1) Perhatikan apa yang disampaikan oleh pembicara
2) Tulis poin - poin yang penting dari diskusi, poin yang mana
Anda setuju dan tidak setuju
3) Ketika waktunya tiba, presentasikan ide Anda dengan
menjawab, sampaikan poin – poin yang telah Anda catat,
untuk mendukung poin – poin tersebut Anda bisa
menambahkan contoh – contoh, statistik, atau testimony,
dan terakhir berikan kesimpulan.
4) Senantiasa menjaga eye contact dengan audiens. Untuk
memudahkan mereka memahami apa yang disampaikan,
baiknya Anda menggunakan urutan misalnya pertama
adalah…., kedua,…. dan seterusnya.
Ketika Anda bisa mengaplikasikan langkah – langkah di
atas, ini akan membantu Anda lebih percaya diri dalam
menyampaikan ide atau gagasan ketika menghadapi situasi
ini. Tapi perlu diingat bahwa cara yang terbaik untuk menjadi
impromptu speaker adalah dengan berlatih. Anda bisa
melalukan ini sendiri. Silahkan pilih topik apapun yang Anda
telah kuasai. Setelah itu, gunakan satu sampai dua menit
untuk menyampaikan ide Anda mengenai topic tersebut.

87
As with other kinds of public speaking, the best way to
become a better impromptu speaker is to practice. You
can do this on your own. Simply choose a topic on which
you are already well informed, and give a one- or two-
minute impromptu talk on some aspect of that topic.100
4. Ekstemporen
Ada beberapa yang mengartikan “ekstemporen” sama
dengan “impromptu”, namun secara teknik persiapan
berbeda. Tidak seperti impromptu yang dilakukan secara
spontan, dalam metode ekstemporen pembicara menyiapkan
pokok – pokok isi pidato yang disusun menjadi kerangka
pidato. Dalam mengembangkan kerangka pidato ini
dilakukan langsung pada saat pidato dilaksanakan. Dengan
kata lain, kerangkanya sudah disiapkan, sedang “dagingnya”
ditambah secara spontan dalam pidato.
Berpidato dengan metode ini terasa lebih komunikatif.
Pembicara dapat melihat kerangka untuk menjaga
keruntutan bahkan keteraturan isi pidato, sementara ia juga
mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan
pidatonya sesuai situasi dan reaksi. Pidato yang paling baik
adalah metode menjabarkan kerangka atau ekstomporen
sedangkan metode yang paling lemah adalah menghafal
karena pembicara kurang memiliki ruang gerak yang bebas
ketika berpidto yang diakibatkan oleh banyaknya bagian –
bagian yang dihafal.
Most experienced speakers prefer the extemporaneous
method, and most teachers emphasize it 101.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan melalui table
dibawah ini mengenai kemungkinan dampak positif dan
negative ketika menggunakan metode – metode seperti yang
telah dijabarkan di atas.

100 Ibid, h. 270.


101 Ibid, h. 270.

88
N Metode Positif (+) Negatif (-)
o Presentasi
- Membosankan
1. Naskah - Persiapan
- Interaksi dengan
sangat matang
pendengar
- Materi Lengkap
sangat kurang
- Penyampaian
- Kaku dan
materi
sistematis monoton
- Menghindari
kekeliriuan
2. Hafalan - Persiapan - Memungkinkan
sangat matang terjadi lupa
- Melatih daya - Mudah
ingat kemungkinanny
- Penyampaian a untuk
materi terganggu
sistematis - Tidak mudah
menyesuaikan
kondisi dan
situasi
3. Impromptu - Bahasa yang - Materi kadang –
digunakan kadang tidak
singkat berurut
- Tidak - Penyampaian
membosankan sesuai dengan
- Pembicara yang diingat
lebih bebas - Ada
memilih topic kemungkinan
bahasan namun ada beberapa
harus bagian yang
disesuaikan akan terlupa
dengan
suasana dan
topic pada saat
acara
berlangsung

89
4. Ekstempora - Materi Urut - Seakan akan
n dan sistematis kurang
- Memungkinka persiapan
n tidak ada - Mengurangi
bagian yang interaksi
terlupa kepada audiens
- Lebih siap - Mengurangi
dalam fokus pada
menghadapi materi dan
pertanyaan keadaan

Tabel. 7.7

c. Teknik Vokal, Verbal dan Visual dalam Presentasi


1. Teknik Vokal
Ketika membawakan sebuah presentasi, teknik vokal
sangat penting. Suara Anda adalah alat yang sangat
fundamental untuk menunjukkan kepercayaan diri dan
control sehingga Anda bisa mengkomunikasikan apa yang
Anda maksudkan. Berikutnya akan diperkenalkan elemen –
elemen dari teknik vokal ini, di antaranya:
1) Volume, yaitu kebulatan suara dan nada suara. Tinggi
rendahnya volume pembicara ketika sedang presentasi
merupakan elemen yang paling penting. Sebagai
pendengar, kita menginginkan mendengar suara yang
nyaman. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan agar volume
suara sesuai dengan ruang dimana kita melakukan
presentasi, yakni ukuran ruangan, ada atau tidaknya
microphone dan level dari bisingnya ruangan. Sebagai
pembicara, kita sebaiknya waspada dengan tinggi
rendahnya volume suara kita.
2) Pitch dan Intonasi, Pitch adalah ketepatan dalam
menjangkau nada. Nada yang false biasanya disebabkan
oleh lemahnya “control pitch”. Sedangkan intonasi atau
nada bicara merupakan tinggi rendahnya nada suara,
irama bicara, atau alunan nada. Dalam Public Speaking,
intonasi suara yang baik adalah intonasi suara ketika kita
berbicara kepada orang lain. Penggunaan intonasi sangat

90
penting dikarenakan penggunaan intonasi yang monoton
dapat membuat audiens merasa bosan. Kita akan
mengetahui antusiasme dan mood seorang Public
Speaker dari intonasinya102.
3) Speech Rate, merupakan seberapa cepat Anda berbicara.

A good rate of speech ranges between 140 -160 words


per minute (wpm). A rate higher than 160 words per
minute can be difficult for the listener to absorb the
material. There may be some areas of the country that
speak at faster rates but a slower rate is preferable.103

Kecepatan yang baik pada saat berbicara antara


140 -160 kata per menit. Apabila jumlah kata diatas 160
kata per menit akan menyulitkan pendengar untuk
memahami maksud dari apa yang disampaikan. Namun
hal ini akan bergantung budaya dan kebiasaan berbicara
disetiap Negara. Cara terbaik untuk mengetahui apakah
kecepatan bicara kita sudah normal, bisa melihat dari
wajah audiens.
4) Pauses, dalam Public Speaking, pauses atau jeda bukan
semata – mata “diam” namun “diam” yang dimaksud
disini sengaja dilakukan agar memberikan kesan bagi
audiens. Sebagai Public Speaker, kita harus bisa
membedakan yang mana jeda dan yang mana terbata –
bata. Apabila jeda bisa dilakukan denga baik akan
membantu pembicara mempersiapkan pendengar untuk
menerima pesan. Bahkan, jeda bisa menghasilkan
ketegangan yang efektif. Selain itu, jeda akan

102Intonasi dan Artikulasi yang tepat dalam Melakukan Presentasi,

Perhatikanlah. Diakses dari https://esqtraining.com/intonasi-dan-artikulasi-


yang-tepat-dalam-melakukan-presentasi-
perhatikanlah/#:~:text=Intonasi%20merupakan%20tinggi%20rendahnya%20
nada,audience%20atau%20pendengar%20merasa%20bosan. Pada tanggal 20
Juli 2020. Pukul 21.00 WITA
103Lynda Stucky. What is the Ideal Rate of Speech. Diakses dari

https://clearly-speaking.com/what-is-the-ideal-rate-of-
speech/#:~:text=A%20good%20rate%20of%20speech,a%20slower%20rate%
20is%20preferable. Pada tanggal 20 Juli 2020, Pada tanggal 20 Juli 2020

91
menghindari dalam menggunakan vocal fillers apalagi
berulang – ulang misalnya “ya” “hmm” “seperti” “aa” dan
dalam bahasa Inggris bisa ditemukan “ah”, “you know”, “I
mean”, and “it’s like”.

Rather than vocal fillers, use silent pauses for strategic


effect.104
5) Dialect (Language Variation), Memastikan menggunakan
dialek atau ragam bahasa yang dapat dipahami oleh
audiens.
a. Teknik Verbal
Salah satu kekuatan seorang Public Speaker adalah
kekuatan bahasa/kata – kata. Ada beberapa hal yang perlu
diamalkan sehingga kata – kata yang disampaikan oleh
pembicara dapat menghipnotis dan mempertahankan
perhatian audiens.
1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah yang
berlaku dan dipahami dengan mudah oleh audiens.
2) Membaca sebanyak mungkin referensi baik yang
berhubungan dengan topik yang akan dibawakan ataupun
referensi yang berhubungan tidak langsung karena
membaca dan berbicara merupakan dua ketrampilan yang
sangat penting digunakan dalam berkomunikasi. Dengan
banyak membaca Anda akan memiliki banyak referensi
untuk menjahit atau merangkai kalimat.

Reading and speaking are two fundamental skills we


use to communicate, and they are deeply connected.
Explore the relationship between speaking and
reading, and discover how each impacts the other.105

104Dan O’Hair, Hannah Rubenstein, and Robert Stewart, A Pocket Guide to


Public Speaking, Fifth Edition (A Mamillan Education Imprint. Boston. New York.
2016), h. 120.
105Christopher Muscato. Connections between Reading & Speaking Skills.

Diakses dari https://study.com/academy/lesson/connections-between-reading-


speaking-skills.htm. Pada tanggal 23 Juli 2020

92
3) Menguasai istilah – istilah asing yang berhubunga
dengan materi yang akan disampaikan dan berlatih
untuk mengucapkannya.
4) Senantiasa berpikir positif

b. Teknik Visual
Visual merujuk kepada apa yang tampak oleh audiens
pada diri seorang pembicara. Seperti pakaian, ekspresi wajah,
bahasa tubuh, dll. Ketika kita membawakan materi presentasi
dengan baik, menggunakan bahasa tubuh dimana melibatkan
audiens misalnya menunduk, tidak berpangku tangan, dan
fokus kepada audiens, maka akan memudahkan kita untuk
melakukan persuasi kepada audiens.

When speakers talk about their feelings and attitudes,


one study suggests that the audience derives a mere 7
percent of the speakers’ meaning from the words they
utter. The balance comes from the speakers’ use of voice
(38 percent) and body language and appearance (55
percent).106

Hal ini dibuktikan oleh suatu penelitian yang


menyatakan bahwa audiens menerima sebesar 7% makna
dari kata – kata yang disampaikan oleh pembicara, 38% dari
suara pembicara dan sebanyak 55%, diperoleh dari bahasa
tubuh dan penampilannya. Untuk memaksimalkan teknik
visual pada saat berbicara, berikut bebeapa langkah yang
dapat dilakukan, diantaranya;
1) Latihan Cermin Diri,
Mungkin kita akan bertanya – tanya, mengapa cermin
diri perlu dilatih. Ternyata sebenarnya semakin lama waktu
yang dihabiskan dalam bercermin setiap hari maka semakin
terbukalah peluang untuk menemukan sisi positif dari diri
kita. Banyak diantara Public Speaker menghabiskan fokus

106Dan O’Hair, Hannah Rubenstein, and Robert Stewart. A Pocket Guide to

Public Speaking, Fifth Edition (A Mamillan Education Imprint. Boston. New York.
2016), h. 134.

93
dan energinya untuk meratapi dan berkeluh kesah mengenai
kekurangan diri. Namun satu hal yang terpenting adalah
dibalik kekurangan pasti ada kelebihan. Ketika bercermin,
fokus terhadap hal – hal yang positif dan selalu
mengembangkannya.
2) Merekam Aksi
Merekam latihan Public Speaking yang kita lakukan dan
minta seorang teman yang kita percayai untuk memberikan
masukan. Silakan mencatat hal – hal apa sajakah yang telah
berjalan dengan baik dan perlu diperbaiki.
3) Melatih Padu Padan Pakain
Pada saat penampilan, orang lebih memperhatikan
apa yang kita pakai terlebih dahulu daripada apa yang akan
kita katakan. Seorang Public Speaker perlu mengetahui
apakah acara yang akan dihadiri formal, semi formal, atau
Non- formal karena hal ini akan berkaitan erat dengan
pakaian yang akan digunakan. Disamping itu, menurut Dan
O’Hair dkk dalam bukunya A Pocket Guide to Public Speaking,
menyatakan bahwa Public Speaker sepatutnya
memerhatikan beberapa hal penting di bawah ini 107
1) Fokus terhadap bahasa tubuh
2) Menggunakan ekspresi wajah secara alami
3) Menggunakan gesture secara alami
4) Menjaga Eye Contact dengan audiens
5) Menciptakan suasana yang dekat dengan audiens
Praktek Membawakan Public Speaking
Di awal Bab ini, saya memperkenalkan bagaimana
seorang teman bisa memengaruhi audiensnya dalam
membawakan presentasi. Tentunya ia telah melakukan
banyak latihan – latihan sehingga dengan mudah dan sangat
alami melakukan presentasi. Sebagai seorang Public Speaker,
praktek sangatlah penting. Semakin banyak Anda melakukan
praktek, semakin nyaman Anda membawakan presentasi.

107 Ibid., h. 134-136.

94
Yang perlu Anda lakukan ketika praktek membawakan
presentasi, yakni108:
a) Fokus pada pesan yang ingin Anda sampaikan
Fokus akan membuat Anda lebih percaya diri dan lebih
alamai ketika presentasi.
b) Rencanakan dan Praktek lebih sering, diantaranya dengan
membuat jadwal latihan
1. Rekam suara Anda
2. Catat waktu yang Anda habiskan,
3. Rencanakan alat bantu yang Anda akan gunakan
4. Praktek di depan sahabat atau kawan Anda dan
dengarkan feedback mereka

108 Ibid. h. 137.

95
BAB VIII
BENTUK-BENTUK PUBLIC
SPEAKING
a. Public Speaking Informatif
Berbicara di depan umum dengan tujuan untuk
memberikan informasi terjadi hampir setiap hari dalam
lingkungan anda. Public Speaking yang sifatnya informatif
adalah sarana untuk menyampaikan pengetahuan bagi
pendengar. Salah satu cara untuk mengindentifikasi dengan
mudah jenis public speaking ini adalah dengan mengetahui
bahwa pembicara tidak menyampaikan pendapat pribadi
melainkan menyampaikan informasi dengan ketentuan yang
sudah ditetapkan. Contoh sederhana bisa kita lihat ketika
seorang dosen menyampaikan materi perkuliahan di kelas
dengan menyampaikan teori dari ilmu tertentu, kemudian
menambahkan sedikit pendapat pribadi namun harus jelas
pembeda antara pendapatnya dengan teori dasar yang ingin

96
disampaikan, dan hal lain yang harus diperhatikan dalam
menyampaikan suatu informasi tidak boleh kontroversial
dan menimbulkan perdebatan kecuali pertanyaan dengan
maksud memperjelas. Dalam konteks budaya dan agama
yang berbeda menyampaikan informasi tertentu harus
mempertimbangkan banyak hal terutama jika pembicara
ingin menambahkan opini pribadi, jika hal demikian terjadi
maka Anda tidak boleh memihak dan menyampaikan hal
tersebut dengan adil agar tidak terjadi provokasi yang bisa
menimbulkan perdebatan.
Public Speaking Informatif sejatinya selalu memberikan
informasi baru, wawasan baru, atau cara baru berpikir
tentang suatu topik. Isi dari Pidato Anda mungkin penjelasan
konsep atau praktik; deskripsi seseorang, tempat, atau acara;
atau demonstrasi fisik bagaimana sesuatu bekerja, tidak ada
batasan tertentu selama audeins belajar sesuatu yang baru.
Berikut ada beberapa tehnik untuk memberikan informasi
untuk memudahkan pendengar anda memahami apa yang
anda sampaikan.
a. Memberikan Definisi dan gambaran yang jelas kepada
pendengar
Definisi adalah suatu kalimat yang mengungkapkan
makna secara mendalam mengenai objek atau proses
tertentu. Dengan memberikan definisi maka anda akan
menjabarkan secara detail informasi yang akan anda
sampaikan, dengan sendirinya pendengar anda akan
memahami makna, esensi serta tujuannya. Misalnya anda
ingin memberikan informasi mengenai bahaya Virus Covid 19
tentu terlebih dahulu anda harus menjabarkan definisi dari
virus tersebut. Hal ini juga berlaku ketika anda ingin
menjelaskan sebuah proses, acara, maupun ide tertentu.
namun dalam meberikan definisi secara ilmiah tentu harus
mengikuti kaidah – kaidah Bahasa, dalam menjabarkan
sebuah definisi maka ada 4 tipe yang bisa digunakan dalam
Public Speaking yakni definisi menurut kamus, definisi
menurut ahli, definisi secara istilah, dan definisi berdasarkan

97
fungsinya.109Penjelasan berikut akan menjabarkan setiap
tipe dari definisi dengan ilustrasi penggunaanya dalam public
speaking. Misalnya, Anda sedang menyiapkan sebuah pidato
informatif tentang Kerajaan Persia, dan Anda ingin
menjelaskan bahwa orang Persia menganut agama yang
disebut Zoroastrianisme. Istilah ini mungkin baru bagi
pendengar anda, jadi Anda harus mendefinisikannya dengan
baik agar pendengar bisa memahaminya.
• Defini berdasarkan kamus artinya anda menjabarkan
sesuatu berdasarkan informasi yang tertulis dalam kamus
tertentu, anda bisa menggunakan kamus umum seperti
(KBBI, Webster, Wikipedia) atau kamus khusus yang
memuat tentang istilah yang sedang anda jelaskan. sebagai
contoh misalnya,
“According to Cambridge Dictionaries Online,
Zoroastrianism is ‘a religion which developed in ancient
Iran, and is based on the idea that there is a continuous
fight between a god who represents good and one who
represents evil.”110
• Definisi menurut Ahli adalah defini yang merujuk kepada
pendapat para ahli terkait dengan objek yang dibahas dalam
sebuah pidato, bentuknya bisa seperti,
“According to Mary Boyce, professor of Iranian studies
at the University of London, Zoroastrians believe that
‘there is a supreme God who is the creator; that an evil
power exists which is opposed to him, and not under his
control.”111
• Definisi secara Etimologi adalah adalah pengertian yang
menjelaskan suatu objek berdasarkan asal mula istila
tersebut. contohnya seperti,
“Zoroastrianism has been so named in the West because
its prophet, Zarathustra, was known to the ancient

109Douglash M.Fraleigh dan Joseph S.Tuman. Speak Up! an ilustared guide

to public Speaking fourt edition. Bedford/St. Martin’s. Boston, New York. 2017
110Cambridge Dictionaries Online, s.v. “Zoroastrianism,” accessed july 20,

2020, http://dictionary.cambridge.org.
111M. Boyce, Zoroastrians: Their Religious Beliefs and Practices (London:

Routledge, 1979), 2.

98
Greeks as Zoroaster. Zoroastrians believe that Ahura
Mazda (God) revealed the truth through
Zarathustra.”112
• Definisi sesuai dengan fungsinya adalah menjelaskan
bagaimana sesuatu digunakan. Misalnya, seorang pembicara
mungkin mendefinisikan Zoroastrianisme dalam hal
bagaimana hal itu dilakukan oleh para pengikutnya, sebagai
contoh
“According to the Ontario Consultants on Religious
Tolerance, Zoroastrian worship ‘includes prayers and
symbolic ceremonies.’ Rituals ‘are conducted before a
sacred fire. . . [Practitioners] regard fire as a symbol of
their God.”113
Selain definisi yang jelas hal lain yang sangat penting
dalam memperjelas informasi yang anda sampaikan adalah
memberikan penjelasan melalui demonstrasi ataupun dalam
bentuk narasi. Demostrasi biasanya digunakan jika anda ingin
memberikan informasi mengenai proses kerja sesuatu, dalam
prakteknya Demonstrasi sering kali menuntut pemodelan fisik
dan elemen verbal saat Anda mengarahkan penonton melalui
bagian atau langkah apa pun yang Anda peragakan. Pendengar
Anda belajar dengan menonton apa yang anda peragakan dan
pastikan jika anda menggunkana alat peraga agar menguasai
dengan baik apa yang akan anda demostrasikan.
Saat Anda menggunakan narasi dalam pidato yang
informatif, cerita ini memungkinkan Anda untuk berbagi
informasi sekaligus menarik perhatian pendengar dalam
waktu yang sama. Narasi yang diceritakan dapat berbentuk
kenangan pribadi, anekdot lucu, atau kisah serius tentang
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan orang lain, semua hal
yang diceritakan tidak boleh keluar dari konteks topik yang
disampaikan. Menggunakan narasi dalam public speaking
informatif adalah cara yang baik untuk menyampaikan

112 Ibid., h. 2.
113Ontario Consultants on Religious Tolerance, “Zoroastrianism,”
Religious-Tolerance.org, March 24, 2005,
http://www.religioustolerance.org/zoroastr.htm. (10 agustus 2020)

99
pendapat Anda dengan cara yang menarik dan mengesankan.
Misalnya, anda ingin menginformasikan mengenai bahaya
virus Corona, anda bia memulainya dari cerita sesorang yang
kehilangan seluruh keluarganya karn virus ini, cerita seperti
ini bisa memenangkan perhatian pendengar dan
membangkitkan semangat mereka.
b. Pertimbangkan Kompleksitas Pendengar
Informasi yang disampaikan oleh seorang pembicara
akan menjadi tidak menarik ketika terlalu kompleks ataupun
sebaliknya terlalu sederhana. Agar anda bisa menentukan
proporsionalitas informasi atau topik yang ingin anda
sampaikan, maka cara yang terbaik adalah dengan
menganalisis siapa pendengar anda Jika pidato Anda terlalu
kompleks atau terlalu sederhana, itu tidak akan menarik minat
pendengar Anda. Apakah pendengar Anda termasuk dalam
kelompok umur tertentu, atau apakah mereka lebih
beragam?Jawaban untuk ini dan pertanyaan analisis audiens
lainnya akan membantu Anda mengukur apa yang mereka
ketahui dan apa yang mereka ingin tahu. Jangan pernah
berasumsi bahwa hanya karena audiens Anda terdiri dari
siswa, anda bisa mengeneralisir pengetahuan mereka, bahkan
ketika berada pada level usia yang sama kesenjangan
pengetahuan dari pendegar mungkin tetap ada.
c. Hindari penggunaan kata yang tidak familiar dan fokuskan
topik anda
Jika Anda memutuskan untuk memberikan pidato
informatif tentang topik yang sangat terspesialisasi, batasi
penggunaan Bahasa yang tidak familiar dengan pendengar
anda. Memuat pidato dengan spesialisasi Bahasa memiliki
potensi untuk membebani pendengar. Hal ini akan
menjadikan infromasi yang anda sampaikan menjadi tidak
efektif. Bahkan jika Anda mendefinisikan banyak istilah teknis,
penonton mungkin merasa seolah-olah mereka dibombardir
dengan sekumpulan definisi alih-alih informasi yang berguna.
Jika Anda harus, perkenalkan satu istilah khusus dan dengan
hati-hati mendefinisikan dan menjelaskannya kepada hadirin.
Definisikan dengan kata-kata, kemudian gunakan contoh
konkret dan relevan untuk memperjelas artinya.
d. Buat Informasi yang Anda Buat Bermanfaat dan Relevan

100
Usahakan informasi yang anda buat Relevan dan
Bermanfaat bagi pendengar anda. Setelah melakukan analisis
terhadap pendengar, anda pasti bisa menentukan hal yang
relevan antara topik dan kondisi pendengar anda, serta hal –
hal apa saja yang akan memberikan manfaat yang besar bagi
pendengar anda. Misalnya, jika pidato Anda tentang polusi
udara, minta audiens Anda untuk membayangkan dan
merasakan mata dan paru-paru mereka terbakar disebabkan
oleh kabut asap. Ini adalah strategi untuk membuat topik lebih
nyata bagi mereka, karena itu mungkin terjadi pada mereka
pada sejumlah kesempatan. Dengan melakukan hal sederhana
seperto itu, Anda telah menghubungkan topik Anda dengan
kondisi sehari hari pendengar anda.
2. Jenis Public Speaking Informatif
Pidato informatif dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan kepada pendengar yang mungkin belum
diketahui sebelumnya. Olehnya, Pidato informatif sejatinya
berbagi informasi, penjelasan, atau bahkan ide dengan
pendengar. Pidato informatif bisa tentang berbagai topik
objek, individu atau grup, acara, proses, dan gagasan. Di
bagian ini, kita akan melihat lebih dekat masing-masing jenis
pidato informatif.
a. Informasi Mengenai Objeck
Jika anda di undang untuk berbicara pada suatu forum
dan anda tidak diberikan topik secara khusus, maka anda bisa
memiliki public speaking informative sebagai alternative
pilihan. Salah satu informasi yang bisa anda pilih adalah
informasi mengenai objek tertentu yang tentunya relevan
dengan kondisi pendengar anda. Objek yang selalu menarik
dan mampu menarik perhatian penegar adalah informasi
aktual seperti Tokoh Publik, makanan, lingkungan, agama,
dan budaya.
Dalam memberikan pidato informatif tentang objek
tertentu, Anda bisa gunakan sejumlah teknik. Misalnya,
anggap Anda sedang menyiapkan sebuah presentasi tentang
manfaat cokelat yang merupakan makanan. Dalam hal ini,
Anda dapat dengan mudah menggunakan deskripsi untuk
memberi tahu pendegar Anda. Anda bisa menggambarkan
tekstur halus, lembut dan rasa mewah dari cokelat

101
berkualitas tinggi dan perasaan sejahtera yang bisa didapat
dari memakannya. Anda bisa menjelasakan hal tersebut
dengan memakai alat peraga sederhana.
b. Informasi Mengenai Proses
Jika topik pembicaraan Anda adalah suatu proses,
tujuan Anda seharusnya adalah untuk membantu pendengar
Anda memahaminya, atau dapat melakukannya. Dalam kedua
contoh tersebut, proses melibatkan serangkaian perubahan,
fase, atau langkah yang dapat diprediksi. Untuk beberapa
proses , Anda akan memerlukan alat bantu presentasi untuk
membuat penjelasan anda mudah dipahami oleh pendengar
Anda. Menyusun fakta dengan baik akan sangat penting
ketika mendiskusikan suatu proses.
c. Informasi Mengenai Kegiatan atau Peristiwa Tertentu
Kegiatan atau Peristiwa yang dimaksud adalah yang
bisa memberikan infromasi dan pengetahuan baru bagi
pendengar anda baik kejadian yang akan datang maupun
yang telah terjadi di masa lampau. Misalnya hari – hari yang
diperingati setiap tahunnya, hari anak, hari ibu, dan lain
sebagainya. Hal – hal yang bisa dipertimbangkan untuk
memilih topik ini dalam kaitannya dengan penyampaian
informasi adalah seberapa menarik, bernilai berita, atau
seberapa penting secara historis dan seberapa mengejutkan.
Dalam menyampaikan pidato informatif tentang suatu acara,
Anda dapat dengan mudah gunakan narasi untuk
menceritakan kisah tentang bagaimana acara dibuka. Anda
juga bisa gunakan deskripsi untuk menjelaskan bagaimana
acara tersebut memengaruhi sekelompok orang. Atau Anda
bisa menggunakan campuran narasi dan deskripsi.
d. Informasi Mengenai Ide
Gagasan adalah teori, prinsip, kepercayaan, atau nilai.
Gagasan relatif abstrak dibandingkan dengan topik pidato
informatif lainnya, seperti objek, seseorang,
atau suatu proses. Ide ini terlepas dari apakah mereka
diamati atau dipraktikkan, seperti kesetaraan sosial atau
fenomena budaya yang terdiri hipotesis dan teori.

102
3. Mengoptimalkan Informasi dalam Public Speaking.
Salah satu hal peting yang harus diperhatikan dalam
menyiapkan konsep pidato informatif adalah cara agar pidato
tersebut bisa disampaikan dengan cara yang menarik dan
menambah informasi dan pengetahuan baru bagi pendengar.
Katherine Rowan seorang penlus buku mengenai komunikasi
menyarankan untuk fokus pada area di mana pendengar
Anda mungkin mengalami kebingungan dan kesulitan dalam
memahami apa yang anda sampaikan. Dalam bukunya Rowan
mengidentifikasi tiga sumber kebingungan pendengar:
konsep atau bahasa yang sulit, struktur atau proses yang sulit
dibayangkan, dan gagasan yang sulit untuk dibayangkan atau
dimengerti karena mereka sulit dipercaya114. berikut penulis
akan membahas masing-masing bagian dan bagaimana
strategi menanganinya.
a. Konsep atau Bahasa yang Sulit
Ada beberapa audiens yang mungkin mengalami
kesulitan memahami informasi karena konsep atau bahasa
yang digunakan. Misalnya, mereka mungkin tidak mengerti
apa istilahnya. "Makanan organik" berarti atau bagaimana
makanan ini berbeda dari makanan "alami". Jika pendegar
mengalami kebingungan atas konsep dasar atau istilah,
Rowan dalam bukunya menyarankan menggunakan
penjelasan yang jelas terdiri dari empat bagian. yakni,
memberikan contoh, definisi, deskripsi lalu ditutup dengan
kesimpulan yang jelas. Bagian pertama dari adalah untuk
memberikan contoh yang khas, atau contoh yang mencakup
semua fitur utama dari konsep. Jika Anda berbicara tentang
apa itu buah, apel atau jeruk akan menjadi contoh yang khas.
Langkah kedua yang disarankan Rowan adalah
menindaklanjuti contoh khas dengan sebuah definisi. Buah-
buahan dapat didefinisikan sebagai struktur tanaman yang
dapat dimakan yang mengandung biji dari tanaman. Setelah
memberikan definisi, Anda dapat beralih ke bagian ketiga

114Rowan, K. E. A new pedagogy for explanatory public speaking: Why

arrangement should not substitute for invention. Communication Education.


(1995). 44, 236–249.

103
yakni deskripsi, dengan memberikan berbagai contoh yang
lebih variatif dalam kontek “ Tanaman Organik” anda
mungkin bisa memberikan contoh dari tanaman organic dan
contoh dari tanaman non organik. Keempat, Rowan
menyarankan untuk menyimpulkan dengan membuat
pendengar berlatih membedakan contoh- contoh yang telah
dijelaskan tadi. Dengan cara ini, pendengar anak memiliki
sebuah pemahaman konsep yang jelas.
b. Proses atau Struktur yang Sulit untuk Dibayangkan
Hal kedua yang menjadi sumber kesulitan pendengar
dalam memahami informasi yang disampaikan adalah, proses
atau struktur yang rumit serta sulit untuk dibayangkan.
Bagaimana proses kerja virus covid 19 dalam merusak paru –
paru orang yang terjangkit. Mungkin akan sulit dibayangkan
bagi mereka yang tidak berasal dari latar belakang kesehatan.
Alat bantu presentasi atau analogi sederhana melalui alat
peraga visual akan sangat bermanfaat dalam memberikan
tinjauan umum tentang proses yang sedang anda jelaskan.
c. Sulit Dipahami karena Sulit Dipercaya
Sumber ketiga yang bisa menyebabkan kebingungan
pendengar , dan mungkin yang paling sulit untuk ditangani
sebagai pembicara, adalah ide yang sulit dipahami karena
sulit dipercaya. Hal seperti ini jarang terjadi dalam hal – hal
yang sifatnya umum, hal ini bisa terjadi dalam forum – forum
khusus yang membicarakan tentang sesuatu yang sifatnya
terbatas, namun jika anda menghadapi situasi seperti ini
maka hal yang bisa dilakukan adalah memberikan
pembuktian yang nyata mengenai hal – hal yang anda
sampaikan.
b. Public Speaking Persuasif
Dalam public speaking persuasif tujuan anda adalah
untuk memengaruhi kepercayaan, sikap dan tindakan
pendengar. Persuasif bisa diartikan sebagai usaha merubah
paradigma orang lain mengenai sesuatu. Merujuk kepada
tujuan dari public speaking persuasive maka anda bisa mulai
merubah kepercayaan, sikap dan tindakan pendengar anda
dengan berbagai cara dengan mempertimbangkan kondisi
objektif pendengar anda mulai dari memperkuat komitmen

104
pendengar atau justru melemahkan komitmen mereka, serta
memprovokasi mereka untuk melakukan sesuatu.115
Anda bisa memperkuat komitmen pendengar jika
kondisi awal mereka sudah setuju dengan perspektif anda.
Misalnya anda mencoba melakukan memengaruhi para ibu
untuk menyiapkan bekal bagi anak – anaknya untuk dibawa
kesekolah karena mereka sudah paham bahwa higienitas
makanan di kantin sekolah tidak bisa dijamin, maka anda
cukup meyakinkan mereka dengan mudah. sebaliknya, dalam
beberapa kesempatan anda harus melemahkan komitmen
pendengar ketika mereka tidak setuju dengan perspektif
anda, contoh sederhananya, anggaplah anda sepakat dengan
penghapusan semua gerai makanan cepat saji di kampus
tetapi survei pedengar Anda menunjukkan bahwa sebagian
besar dari mereka justru menyukainya. Anda bisa
melemahkan komitmen mereka dengan memberikan
penjelasan mengenai bahaya makanan cepat saji bagi
kesehatan mereka. dalam keadaan tertentu diluar dari
pikiran anda bisa meminta pendengar anda untuk melakukan
sesuatu misalnya meminta mereka untuk membuang sampah
pada tempatnya dengan menjelaskan bagaimana dampak
banyaknya sampah dilingkungan anda.
Mengapa public speaking persuasif menjadi sesuatu
yang penting? Pada bagian awal buku ini telah dijelaskan
bahwa public speaking telah menjadi tren komunikasi hampir
seluruh agama dan budaya di dunia. Oleh karena itu mampu
melakukan komunkasi persuasif pada public speaking adalah
hal yang sangat penting. secara umum, Frymier dan Nadler
dalam bukunya menyebutkan sedikitnya 3 alasan mengapa
hari ini penting untuk mempelajari tindakann persuasif, yang
pertama adalah ketika kamu belajar dan memahami persuasi,
Anda akan lebih berhasil membujuk orang lain. Jika kamu
ingin menjadi pembicara publik yang persuasif, maka Anda
harus memahami bagaimana melakukan persuasi dengan

115Douglash M.Fraleigh dan Joseph S.Tuman. Speak Up! an ilustared guide

to public Speaking fourt edition. Bedford/St. Martin’s. Boston, New York. 2017. p.
620.

105
baik. kedua, dalam perspektif pendengar orang yang
memahami persuasi akan menjadi pendengar yang mampu
memilah dan memnedakan mana informasi yang harus
mereka ambil dan mana informasi yang harusnya mereka
abaikan saja. karena dalam kehidupan sehari – hari,
masyarakat selalu diperhadapkan dengan berbagai informasi
yang disampaikan oleh orang lain dengan cara persuasif.
Terakhir, ketika anda memahami bagaimana fungsi persuasi,
anda akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
dunia yang ada di sekitar, anda akan mudah menganalisis
maksud dan tujuan orang – orang berbicara dan
menyampaikan pesan tertentu kepada anda, begitupun
sebaliknya.116
1. Teori Persuasi
Memahami pentingnya tindakan persuasif ketikan
berbicara didepan umum, sejumlah peneliti telah membuat
teori-teori untuk memperjelas mengapa seseorang perlu
untuk dibujuk. meskipun ada beberapa teori, berikut hanya
akan dijelaskan 3 teori persuasi dalam public speaking yang
ditulis oleh Sherif dan Hovlan, yang pertama adalah teori
penilaian social (social judgment theory), kedua teori
disonansi kognitif (cognitive dissonance theory), dan yang
terakhir adalah model elaborasi kemungkinan (the
elaboration likelihood model).
a. Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory)
Teori ini adalah upaya untukmenentukan jenis pesan
komunikatif apa dan dalam kondisi apa agar pesan yang di
komunikasikan bisa menyebabkan perubahan dalam
perilaku seseorang. Intinya, Sherif dan Hovland menemukan
bahwa persepsi orang tentang sikap, nilai, kepercayaan, dan
perilaku ada pada sebuah kontinum atau rangkaian yang
disebut dengan garis lintang penolakan atau tidak sepakat
dengan apa yang anda sampaikan (latitude of rejection), garis
lintang tanpa komitmen atau ada di bagian pertengahan atau

116Frymier, A. B., & Nadler, M. K. Persuasion: Integrating theory, research,

and practice. Dubuque, IA: Kendall/Hunt. (2007).

106
pendengar tidak memiliki opini yang kuat mengenai apa yang
anda sampaikan (latitude of noncomitment), dan garis
lintang penerimaan atau kondisi dimana pendengar setuju
dengan apa yang anda sampaikan (latitude of acceptance). 117
Gambaran sederhana mengenai teori ini akan saya
jelaskan dalam sebuah analogi, misalnya anda ingin
meyakinkan pendengar anda untuk memilih jurusan Bahasa
Inggris dengan menjelaskan manfaat memilih jurusan ini
maka sebagaimana teorinya, akan terjadi 3 kemungkinan.
Pendengar yang sudah merasakan langsung manfaat
Bahasa Inggris pasti akan setuju dengan apa yang Anda
sampaikan, sebagian yang lain mungkin sama sekali tidak
memiliki gambaran mengenai manfaat jurusan bahasa
Inggris maka mereka berada pada garis lintang tengah,
sedangkan pendengar yang lebih melihat bahwa
dibandingkan dengan manfaatnya, tingkat kesulitan belajar
bahasa Inggris juga sangat tinggi maka kemungkinan mereka
tidak akan setuju dengan apa yang Anda sampaikan dan
berada pada garis lintang penolakan. Jadi, pengetahuan awal
dan pengalaman hidup pendengar akan sangat menentukan
seberapa besar kemungkinan kita bisa memengaruhi pikiran,
sikap, dan tindakan pendengar, olehnya dalam hal public
speaking persuasif sangat penting untuk melakukan analisis
pendengar.
b. Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory)
Pada tahun Pada tahun 1957, Leon Festinger
mengajukan teori lain untuk memahami bagaimana teori
persuasi bisa berfungsi yaitu teori disonansi kognitif. 118
Disonansi kognitif adalah keadaan di mana motivasi sesorang
berada pada posisi berlawanan antara 2 pilihan di waktu
yang sama. Misalnya, mungkin Anda tahu Anda harus
mengerjakan sebuah tulisan yang sudah harus segera di

117Sherif, M., & Hovland, C. I. Social judgment: Assimilation and contrast

effects in communication and attitude change . New Haven, CT: Yale University
Press. (1961)
118Festinger, L. A theory of cognitive dissonance. Evanston, IL: Row,

Peterson, & Company. (1957)

107
kumpulkan tetapi di saat yang sama anda benar – benar ingin
pergi menonton sebuah film di biskop yang telah lama anda
tunggu. Dalam hal ini, menulis dan pergi ke bioskop adalah
dua kognisi yang tidak konsisten satu sama lain. Tujuan
persuasi adalah untuk menginduksi disonansi yang cukup
pada pendengar sehingga mereka akan mengubah sikap,
nilai, kepercayaan, atau perilaku mereka dan menentukan
satu plihan. menurut Frymer agar disonansi kognitif dapat
bekerja secara efektif ada tiga kondisi yang diperlukan:
konsekuensi berlawanan, kebebasan memilih, dan justifikasi
eksternal dan internal.119
Pertama, konsekwensi berlawanan maksudnya adalah
perlu ada atau efek yang akan terjadi sebagain gambaran
hukuman ketika seseorang tidak mengubah sikap, nilai,
kepercayaan, atau perilakunya pada satu keyakinan.
Misalnya, mungkin Anda memberikan pidato tentang
mengapa orang perlu makan lebih banyak apel. pada saat
anda melakukan persuasi anda bisa menyampaikan
konsekwensi berlawanan ketika tidak makan lebih banyak
apel adalah tidak akan mendapatkan cukup serat, dan mereka
berisiko lebih tinggi untuk penyakit jantung atau kanker usus
besar, mereka mungkin takut akan konsekuensi berlawanan
tersebut sehingga cukup ampuh untuk mengubah perilaku
mereka.
Kondisi kedua yang diperlukan agar disonansi kognitif
berfungsi adalah bahwa orang harus memiliki kebebasan
memilih. Jika pendengar merasa dipaksa untuk melakukan
sesuatu, maka disonansi tidak akan terangsang. Mereka
mungkin mengubah perilaku mereka dalam jangka pendek,
tetapi begitu paksaan hilang, perilaku asli akan muncul
kembali. Ini seperti orang yang mengemudi lebih lambat
ketika seorang polisi di dekatnya tetapi mengabaikan batas
kecepatan begitu petugas tidak lagi ada. Sebagai pembicara,
jika Anda ingin meningkatkan disonansi kognitif, Anda perlu
memastikan bahwa pendengar Anda tidak merasa dipaksa

119Frymier, A. B., & Nadler, M. K. Persuasion: Integrating theory, research,

and practice. Dubuque, IA: Kendall/Hunt. (2007)

108
atau dimanipulasi, tetapi mereka dapat dengan jelas melihat
bahwa mereka memiliki pilihan.
Kondisi terakhir yang diperlukan agar disonansi
kognitif bekerja terkait dengan justifikasi eksternal dan
internal. Pembenaran eksternal mengacu pada proses
mengidentifikasi alasan di luar kendali seseorang untuk
mendukung perilaku, kepercayaan, dan sikap seseorang.
Pembenaran internal terjadi ketika seseorang secara
sukarela mengubah perilaku, kepercayaan, atau sikap
mereka. Ketika sampai pada menciptakan perubahan melalui
persuasi, pembenaran eksternal lebih kecil kemungkinannya
terjadi dalam perubahan daripada pembenaran internal. 120
c. Model Elaborasi Kemungkinan (The Elaboration
Likelihood Model)
Teori terakhir tentang persuasi adalah teori elaborasi
kemungkinan, teori ini dibuat untuk menganalisis konten
pesan yang mengarah ke persuasi. Dengan demikian, ketika
orang benar - benar menganalisis suatu pesan, mereka
menggunakan energi kognitif untuk memeriksa pesan yang
sampai kepada mereka. Idealnya, semua orang akan
memproses informasi yang mereka terima. ada 2 hal yang
memengaruhi pemaknaan seseorang terhadap informasi
yang pertama adalah kemampuan menganalisis dan yang
kedua adalah motivasi.121
Kemampuan pendengar untuk mengelolah pesan
sangat bergantung pada kefektifan penyampaian pembicara,
semakin jelas dan semakin menarik cara anda
menyampaikan maka akan semakin mudah pendengar
menganalisis pesan yang anda sampaikan, selanjutnya
motivasi atau dorongan apa yang membuat pendengar untuk
menganalisis lebih jauh sangat tergantung pada seberapa
bermanfaat pesan yang anda sampaikan bagi kehidupan
mereka.

120Festinger, L., & Carlsmith, J. M. Cognitive consequences of forced

compliance. Journal of Abnormal and Social Psychology, (1959) 58, 203–210.


121Petty, R. E., & Cacioppo, J. T. The elaboration likelihood model of

persuasion. Advances in Experimental Social Psychology. (1986), pg. 19, 123–205

109
Berkaitan dengan motivasi setidaknya ada 5 hal yang
memengaruhi motivasi pendengar dalam mengelaborasi
sebuah pesan (Frymer and Nedler: 2007), yang pertama
adalah relevansi pribadi, hal ini mengacu pada apa yang
dirasakan pendengar saat mendengarkan sebuah pesan.
Misalnya, jika seseorang sedang mendengarkan pidato
tentang mengapa merokok itu berbahaya, dan pendengar itu
melakukannya tidak pernah merokok, dia mungkin berpikir
topik pembicaraan tidak relevan. Kedua, Akuntabilitas, hal ini
berkaitan dengan rasa tanggungjawab pendengar setelah
mendengarkan topik tertentu. Dengan akuntabilitas, ada
persepsi bahwa seseorang, atau sekelompok orang, akan
mengawasi untuk melihat apakah penerima ingat
informasinya nanti. Kita semua menyaksikan fenomena ini
ketika seorang siswa menanyakan pertanyaan “apakah ini
akan diuji?” Jika guru mengatakan "tidak," anda bisa melihat
ekspresi mereka akan segera mengabaikan apa yang anda
sampaikan, meskipun dalam konteks umum tidak smua
pembicara bisa meminta pertanggungjawaban
pendengarnya. Hal ketiga, informasi yang tidak sesuai,
seeorang pendengar ingin mengelaborasi informasi yang
anda sampaikan untuk mencari kekurangan atau
mencocokkan dengan informasi lain yang mereka anggap
tidak sesuai. Keempat, kognisi pribadi, beberapa orang
disekitar kita memiliki kognisi pribadi yang tinggi, memiliki
dorongan untuk terlibat dalam pemikiran kritis pada topik
tertentu, meskipun tidak relevan dengan kehidupan pribadi
mereka tetap ingin mengelaborasi lebih jauh karena adanya
kognisi pribadi.
2. Mengoptimalkan Pesan Persuasi
Apapun bentuk pesan yang ingin disampaikan oleh
seorang pembicara, salah satu hal yang menentukan adalah
seberapa efektif cara yang digunakan. Cara yang paling efektif
adalah kemampuan memilih wacana yang tepat serta
kempuan membangun argument yang sesuai dengan telinga
pendengar. Berikut hal – hal yang harus diperhatikan untuk
mengoptimalkan pesan persuasive yang anda ingin
sampaikan.
a. Menyesuasikan dengan Kondisi Pendengar

110
Mengetahui gambaran keberpihakan pendengar
sebelum menyampaikan sebuah pesan akan mempermudah
anda dalam mengoptimalkan pesan yang akan anda
sampaikan. Jika di kaitkan dengan teori penilaian social pada
pembahasan sebelumnya, paling tidak seorang pembicara
sudah mengetahuia apakah pendengar anda berada pada
latitude of rejection or latitude of acceptance, dengan
demikian anda akan tau argument apa yang harus di kuatkan
dan argument apa yang harus di lemahkan untuk bisa
merubah kepercayaan, sikap serta tindakan pendengar
b. Sesuaikan dengan Kebutuhan Pendengar
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan dan akan selalu
tertarik untuk mendengarkan informasi yang terkait dengan
kebutuhannya. Setelah menemukan apa yang menjadi fokus
mereka anda tinggal menenkankan hal – hal yang bisa
membuat mereka terbujuk dengan mudah. Misalnya anda
sedang membujuk pendengar anda untuk memmbeli sebuah
produk pelangsing maka anda cukup menekangkan pada
kelebihan – kelebihan yang akan mereka dapatkan dengan
memiliki badan lebih baik, kesehatan, kecantikan dan percaya
diri yang tinggi akan membuat mereka tidak berpikir lama
untuk mengikuti apa yang anda inginkan.
c. Hubungkan dengan Nilai – Nilai yang dianut oleh pendengar
Nilai adalah "konsepsi inti" dari apa yang diinginkan
untuk kehidupan kita dan masyarakat.122 Masing-masing dari
kita memiliki nilai-nilai yang menjadi acuan dalam
kehidupan, misalnya, suka membantu, jujur, logis, imajinatif,
atau bertanggung jawab. mungkin sebagain dari kita juga
memiliki nilai tertentu menngenai masyarakat seperti apa
yang ingin diinggali, seperti masyarakat yang menawarkan
kesetaraan, kebebasan, kebahagiaan, kedamaian, atau
keamanan. sebagian besar orang juga menganut nilai –nilai
umum yang dipahami secara bersama. Maka penting bagi
seorang public speaker untuk menekankan nilai – nilai
universal kehidupan dalam setiap pesan yang disampaikan
terutama dalam konteks persuasif.

122M. Rokeach, Understanding Human Values (New York: Free Press,

1979), h. 2.

111
3. Cara Melakukan Persuasi dalam Public Speaking

Pada bagian ini penulis akan mengulas kembali apa


yang sudah dituliskan pada bab 3 mengenai kekuatan public
speaking. Dalam buku Retorika Dakwah yang ditulis oleh
Faizal Bayhaque bahwa ada 3 cara untuk memengaruhi orang
lain yang disebutkan oleh filsuf Aristoteles. Pertama adalah
Ethos sebagai pembicara anda harus memiliki pengetahuan
yang luas, kredibilitas dan status yang terhormat. Kedua,
Phatos maksudnya adalah sebagai pembicara anda harus bisa
mendapatkan tempat di hati pendengar, harus ada
keterlibatan emosi dan perasaan pada saat anda
menyampaikan sebuah pesan. Ketiga, logos ketika anda
menyampaikan sesuatu harus disertai dengan pembuktian
yang bisa menguatkan kepercayaan pendegar terhadap anda.
Berikut akan dijelaskan secara lebih detail setiap komponen
yang ada dalam 3 kriteria ini.
a. Ethos (Kredibilitas Pembicara)
Seorang pembicara dengan etos (kredibilitas) memiliki
kekuatan yang jauh lebih persuasif daripada yang tidak.
Seorang pembicara yang kredibel dipandang
berpengetahuan, jujur, dan benar-benar tertarik untuk
melakukan hal yang benar untuk audiensnya. Memiliki Ethos
dapat membantu Anda memenangkan kepercayaan
pendengar dan membujuk mereka untuk sepakat dengan
sudut pandang anda.
Salah satu cara untuk melihat kredibilitas seseorang
adalah sejauh mana dia mampu mengaplikasikan apa yang
dia sampaikan kepada orang lain. Dalam konteks hari ini kita
menyebutnya dengan kompetensi. Ketika pendengar
menganggap pembicara sebagai orang yang kompeten
(berpengetahuan dan berpengalaman) tentang subjek
tertentu dan dapat dipercaya (jujur dan adil), mereka merasa
lebih mudah untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh
pembicara.123 Sebagaimana yang ditulis juga oleh Aristoles

123J. C. Reinard. Foundations of Argument (Dubuque, IA: William C. Brown,

1991), 353–54.

112
bahwa seorang pembicara harus menunjukkan niat baik
terhadap pendengarnya dan mendahulukan yang terbaik bagi
pendengar daripada mengedepankan kepentingan
pribadi.124Berdasarkan peneliti kontemporer, pembicara
yang menunjukkan niat yang baik akan selalu memahami
kebutuhan dan perasaan pedengar, berempati dengan
pandangan pendengar mereka (bahkan jika mereka tidak
membaginya), dan senantiasa menanggapi komunikasi orang
lain dengan cepat.125
Untuk pemula dalam public speaking ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk membangun kredibilitas di mata
pendengar. pertama adalah, membagikan kulifikasi keilmuan
anda kepada pendengar, atau paling tidak pengalaman anda
mengenai topik yang akan dibincangkan. kedua, anda harus
mengimbangi pernyataan anda dengan bukti dan sumber
yang terpercaya. mengutik sejumlah sumber yang kredibel
akan menunjukkan kehati – hatian anda di hadapan
pendengar. Selain itu anda perlu memperhatikan pemilihan
kata yang tepat saat menyampaikan informasi, sebisa
mungkin hindari kata – kata yang tidak peka dan
menyinggung perasaan pendengar. Hal ke empat adalah anda
harus menunjukan rasa hormat jika ada opini yang
bertentangan dengan apa yang anda sampaikan, gunakan
Bahasa yang sopan yang mengindikasikan penghormatan
anda terhadap audiens. Terakhir dan yang terpenting adalah
penyampaian yang menarik, sebelum tampil seringlah
berlatih untuk membuat anda lancar dalam menyampaikan
presentasi.
b. Logos (Bukti dan Penalaran yang dapat
dipertanggungjawabkan)
Fakta yang dapat dipercaya akan semakin memperkuat
kredibilitas Anda dihadapan pendengar. Alasan yang masuk
akal yang mendukung klaim Anda juga penting jika Anda

124Aristotle. On Rhetoric, trans. G. A. Kennedy (New York: Oxford

University Press, 1991), 1378a.


125J. C. McCroskey and J. J. Teven, “Goodwill: A Reexamination of the

Construct and Its Measurement,” Communication Monographs 66, no. 1 (1999):


92.

113
berharap untuk meyakinkan pendengar dan berniat
mengubah keyakinan atau perilaku mereka. Ketika Anda
menyajikan fakta yang dapat dipercaya untuk mendukung
klaim Anda dan dengan jelas menunjukkan bagaimana fakta-
fakta itu telah mengarahkan Anda ke klaim tersebut, inilah
yang disebut dengan logos.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
menyajikan fakta sebagai penguat pada pernyataan yang
anda sampaikan di public speaking. hal pertama adalah
identifikasi sumber dan kualifikasi dari data yang anda
sampaikan, jangan hanya sekedar menyajikan fakta yang
masih dipertanyakan otentifikasinya. Dokumentasi yang
konkrit dan dapat di pertanggungjawabkan akan menguatkan
kredibilitas anda sebagai pembicara. 126 Untuk memastikan
kredibilitas sumber Anda, gunakan fakta yang disediakan
oleh para ahli yang tidak memihak.127
Selai sumber yang dapat dipercaya, anda dapat
menggunakan analisis terhadap pendengar untuk
mengetahui apakah bukti yang akan anda sajikan baru dalam
perspektif mereka, hal ini juga akan membantu anda untuk
memberikan bukti yang tepat sesuai dengan kondisi
pendengar anda. Argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan adalah hal penting lainnya yang
harus anda perhatikan ketika menyampaikan pesan
persuasif.
c. Pathos (Mendapatkan tempat di hati pendengar)
Seorang pembicara dapat dengan mudah mendapatkan
tempat di hati pendengar ketika mereka menggunakan daya
tarik emosional yang tepat bagi pendengarnya. Emosi bisa
digunakan untuk meningkatkan kemungkinan pendengar
mengikuti apa yang disampaikan oleh pembicara. Meskipun

126H. Flesher, J. Ilardo, and J. Demoretcky, “The Influence of Field

Dependence, Speaker Credibility Set, and Message Documentation on Evaluations


of Speaker and Message Credibility,” Southern Communication Speech Journal 34
(Summer 1974): 400.
127J. C. McCroskey, “A Summary of Experimental Research on the Effects of

Evidence in Persuasive Communication,” Quarterly Journal of Speech 55 (April


1969): 172.

114
demikian pemilihan kata – kata yang tepat juga harus
diperhatikan. Untuk melibatkan emosi pendenar bukan
berarti bahwa anda bisa memanipulasi atau membesar –
bearkan bahkan mendramatisir sebuah cerita sedemikian
rupa. Hal yang terpenting adalah anda melibatkan emosi
secara etis dan di perkuat dengan bukti – bukti yang dapat
meningkatkan kepercayaan pendengar.
c. Public Speaking untuk acara tertentu
Pada acara tertentu akan terasa lebih berkesan jika
didalamnya terdapat pidato dengan pesan tertentu yang
memberikan pesan tersendiri bagi yang hadir. Pidato yang
memuji, merayakan, mengenang, atau memperingati acara-
acara khusus adalah hal yang sudah sering anda dapatkan
dalam kehidupan sehari – hari. Pidato acara khusus menandai
beberapa peristiwa paling penting dalam hidup anda.
Sekalipun Anda tidak perlu menyampaikan presentasi formal
dalam kapasitas resmi (seperti di tempat kerja), anda tetap
perlu menyampaikan pesan – pesan sederhana yang bisa
meninggalkan kesan baik bagi yang mendengarnya. Pidato
untuk kepentingan tertentu dapat dibagi menjadi beberapa
bentuk yang akan diuraikan secara detail berikut ini.
a). Pidato Perkenalan
Pidato pengantar biasanya dilakukan untuk
memperkenalkan pembicara lain yang akan berbicara secara
inti pada suatu acara. Sama seperti pidato lainnya, pidato
pengantar harus merupakan pidato yang lengkap dan
memiliki pengantar, badan, dan kesimpulan yang jelas dan
Anda harus melakukan semuanya dalam waktu yang singkat
sekitar 2-5 menit saja. Berbicara terlalu banyak akan
memberikan efek jenuh kepada pendengar, terlebih jika
pembicara lebih banyak menjelaskan hal – hal yang tidak
berkaitan dengan pembicara inti yang akan dipersilahkan.
Untuk pengantar, pikirkan pengait yang akan membuat
pendengar Anda tertarik dengan pembicara yang akan
datang. Anda perlu menemukan sesuatu yang dapat menarik
perhatian pendengar dan membuat mereka bersemangat
mendengar pembicara utama. Inti pidato pengantar Anda
harus ditujukan untuk memberi tahu pendegar tentang topik

115
pembicara, mengapa pembicara memenuhi syarat, dan
mengapa pendengar harus mendengarkan. Pertama, beri
tahu pedengar Anda secara umum tentang topik pidato yang
menyeluruh. Selanjutnya, Anda perlu menjelaskan secara
singkat kepada pedengar mengapa mereka harus peduli
dengan pidato yang akan disampaikan. Bagian terakhir dari
pengantar yang baik adalah kesimpulan, yang umumnya
dirancang untuk menyambut pembicara ke podium.
b). Pidato Presentasi
Pidato presentasi adalah pidato singkat yang diberikan
sebagai pengantar sebelum memberikan hadiah atau
kehormatan pada seseorang. Hal pertama, pidato presentasi
menjelaskan latar belakang dan pentingnya penghargaan dan
alasan mengapa penerima berhak menerimanya. Kedua,
Anda bisa menjelaskan apa yang telah dicapai penerima agar
penghargaan diberikan. Apakah orang itu memenangkan
perlombaan? Apakah orang itu menulis literatur penting?
Apakah orang tersebut menengahi konflik? Apa pun yang
telah dilakukan penerima, Anda perlu menyorotnya dengan
jelas. Terakhir, jika perlombaan atau kompetisi dilakukan di
forum publik dan banyak orang tidak menang, penting untuk
memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang
sudahberpartisipasi didalamnya.
c). Pidato Penerimaan
Pidato penerimaan adalah pelengkap dari pidato
presentasi yang dijelaskan sebeumnya. Pidato penerimaan
disampaiakan oleh orang yang menerima hadiah atau
penghargaan. Ada tiga komponen khas dari pidato
penerimaan: Pertama, Anda ingin mengucapkan terima kasih
kepada orang-orang yang telah memberi Anda penghargaan
atau kehormatan dan mungkin mereka yang memilih Anda.
Kedua, Anda ingin memberikan penghargaan kepada mereka
yang membantu Anda mencapai penghargaan atau
kehormatan. Tidak ada orang yang mencapai hal-hal dalam
hidupnya sendiri. Kita semua memiliki keluarga, teman, dan
kolega yang mendukung kita dan membantu kita mencapai
apa yang kita lakukan dalam hidup, dan pidato penerimaan
adalah waktu yang tepat untuk mengenali orang-orang itu

116
dengan anggun. Terakhir, sampaikan betapa bermaknanya
penghargaan /hadiah tersebut untuk anda.
d). Pidato Dedikasi (Pengabdian)
Pidato dedikasi biasanya disampaikan ketika anda
meresmikan sebuah tempat yang ditujukan untuk khalayak.
Pidato-pidato ini dirancang untuk menyoroti pentingnya
proyek dan mungkin mereka yang mendengarkan menjadi
sasaran proyek telah didedikasikan oeh seseorang. Saat
mempersiapkan pidato dedikasi, mulailah dengan
menjelaskan bagaimana Anda terlibat dalam didalamnya dan
bagaimana posisi anda dalam proyek pembangunan tersebut.
Penting juga untuk menjelaskan siapa saja yang terlibat
dalam proyek tersebut. Terakhir, jelaskan mengapa proyek
itu penting dan bagaimana hal itu akan memberi manfaat
kepada masayarakat.
e). Pidato Perayaan /Perjamuan
Pidato ini disampaikan untuk mengapresiasi sebuah
perayaan, pernikahan, atau keberhasilan dalam pekerjaan.
Pidato ini biasanya disampaikan dengan ringan dan santai
namun tetap memperhatikan kondisi dan latar belakang
pendengar untuk menghindari hal – hal yang bisa
menyebabkan ketesinggungan di tengah – tengah perayaan.
Pidato ini tentunya disampaikan oleh orang yang
mendapatkan atau mengadakan perayaan.
f). Pidato Eulogi
Pidato Eulogi adalah pidato yang diberikan untuk
menghormati seseorang yang telah meninggal. Pidato ini
biasanya disampaikan oleh kerabat terdekat untuk
mengenang kebaikan orang yang telah meninggal serta
memohonkan maaf untuk hal – hal tidak berkenang yang
pernah dilakukan. Saat menyiapkan pidato ini, pertama-tama
Anda perlu tahu sebanyak mungkin informasi tentang
almarhum. Semakin banyak informasi yang Anda miliki
tentang orang tersebut, semakin baik anda dalam
menyampaikan pidato. Kedua, meskipun pidato disampaikan
pada kesempatan yang serius dan sedih, akan sangat
membantu untuk mencari setidaknya satu poin yang bisa
menjadikan pidato anda lebih ringan atau sedikit menghibur.
Dalam beberapa budaya, pada kenyataannya, teman-teman

117
dan keluarga yang menghadiri pemakaman akan
mengharapkan pidato itu sedikit menghibur mereka.
g). Pidato Perpisahan
Pidato perpisahan memungkinkan seseorang untuk
mengucapkan selamat tinggal pada satu bagian dari hidupnya
ketika dia pindah ke bagian kehidupan selanjutnya. Mungkin
Anda telah menerima pekerjaan baru dan meninggalkan
pekerjaan Anda saat ini, atau Anda lulus dari perguruan tinggi
dan masuk tenaga kerja. Apa pun masalahnya, periode
transisi sering kali ditandai oleh pidato perpisahan.
Ketika mempersiapkan pidato perpisahan, tujuannya
adalah untuk berterima kasih kepada orang-orang di posisi
Anda saat ini dan biarkan mereka tahu betapa Anda
menghargai mereka ketika Anda pindah ke posisi berikutnya
dalam hidupKedua, Anda ingin mengungkapkan kepada
pedengar seberapa besar makna pengalaman itu bagi Anda.
Pidato perpisahan adalah waktu untuk memperingati dan
memikirkan masa-masa indah yang Anda alami. Dengan
demikian, Anda harus menghindari hal negatif selama pidato
ini.Terakhir, Anda ingin memastikan bahwa Anda mengakhiri
dengan nada tinggi dan melibatkan emosi pendengar agar
pidato perpisahan semakin berkesan.
Dalam prakteknya menyampaikan public speaking
dalam kondisi tertentu tidak semudah yang dibayangkan.
Salah satu hal yang menjadi kendala adalah konteks
pendengar yang memiliki latar belakang budaya dan agama
yang berbeda. Untuk itu sangat penting untuk pembicara
memahami secara umum etika dan strategi menyampaikan
pidato singkat pada beberapa kesempatan yang berbeda.
Pidato pada acara khusus yang sukses sering
membangkitkan respons emosional, seperti tawa, air mata,
kegembiraan, dan bahkan arogansi. Karena banyak acara
khusus Berhubungan erat dengan peristiwa penting dalam
kehidupan manusia, hal ini memungkinkan pendengar anda
untuk lebih emosional. Apakah gembira atau serius, sikap dan
kata-kata Anda harus sesuai dengan suasana keseluruhan
acara khusus di mana Anda memberikan pidato. Seperti kata

118
pepatah, ada waktu dan tempat untuk segalanya ada waktu
untuk menceritakan kisah lucu, ada waktu untuk
menunjukkan rasa hormat, dan ada waktu untuk berbagi
kesedihan Anda sendiri. Dengan memastikan bahwa apa yang
Anda katakan dan bagaimana Anda mengatakannya sesuai
untuk acara tersebut, Anda akan meningkatkan efektivitas
dari pidato anda.
Latar belakang budaya, agama, usia, nilai-nilai, dan
karakteristik budaya pendengar semuanya memengaruhi
bagaimana mereka memandang suatu peristiwa khusus dan
apa yang mereka harapkan dari sebuah pidato. Sebelum
memberikan pidato acara khusus, pastikan Anda kenal
dengan harapan pendengar anda agar anda tahuapa yang
harus dikatakan selama pidato dan bagaimana cara
menyampaikannya secara efektif.
d. Public Speaking untuk Komunikasi Kelompok
Mengetahui bagaimana menguasai dinamika kelompok,
bekerja dengan baik dengan orang lain demi kepentingan
bersam bersama, dan mengomunikasikan pencapaian grup
Anda kepada orang lain adalah keterampilan hidup yang
berharga. Pada kenyataanya tidak semua orang mampu
melakukan komunikasi yang baik dalam kelompoknya,
interaksi kelompok yang tidak dikelola dengan baik sangat
rentang terhadap konflik baik internal maupun eksternal.
Komunikasi kelompok pada lingkup professional
seperti pekerjaan adalah hal yang tak terhindarkan dalam
masyarakat. Olehnya, membangun komunikasi efektif dalam
sebuah kelompok akan meningkatkan produktifitas dan
kolaborasi akan semakin membaik. Sejatinya, Setiap anggota
kelompok pasti memiliki pengalaman dan perspektif yang
berbeda. Dengan berbagi ide, setiap anggota memiliki
peluang untuk menemukan potensi masalah atau perbaikan
dalam rencana yang mungkin dilewatkan oleh seorang
individu. Selain itu setiap orang dalam suatu kelompok
memiliki kekuatan dan minat yang berbeda. Keahlian
komunikasi dalam hal membagi tugas kelompok juga dalah
sesuatu yang penting. Lebih lanjut pada bagian ini Penulis

119
akan memberikan saran untuk mengelola elemen kunci
dalam dinamika dinamika kelompok dalam kaitannya dengan
public speaking termasuk bagaimana memimpin suatu
kelompok, cara berpartisipasi dalam suatu kelompok, cara
membuat keputusan sebagai suatu kelompok, dan bagaimana
mempresentasikan temuan atau keputusan Anda kepada
pendengar dalam suatu kelompok.
a. Public Speaking dalam Rapat
Seorang pemimpin kelompok harus bisa melakukan
pertemuan yang efektif pada setiap kesempatan, pertemuan
dengan cara yang memungkinkan anggota untuk bekerja
bersama secara produktif, menyumbangkan ide-ide mereka,
dan membuat keputusan dengan informasi yang baik. Jika
Anda pemimpin grup, pertimbangkan tips ini untuk
memfasilitasi pertemuan kelompok.
Pertama, perhatikan hal – hal yang bersifat
administratif dan tehnis, misalnya, di mana dan kapan
pertemuan akan berlangsung? Siapa yang akan memulai
rapat dan mencatat? Dan bagaimana catatannya harus di
buat. Selanjutnya, jadilah contoh yang baik dalam
berkomunukasi hindari menyela orang lain atau
mengabaikan pertanyaan atau komentar mereka. Buat
anggota kelompok merasa mereka dapat berinteraksi dengan
Anda dengan nyaman. Dan tahan dorongan untuk
mendominasi diskusi atau keputusan. Hal yang tidak kalajh
pentingnya adalah bagaimana menfasilitasi diskusi dengan
baik. Pastikan semua anggota grup Anda memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap diskusi. Jika
beberapa anggota kelompok tidak berbicara selama
pertemuan, berusahalah untuk membawa mereka ke dalam
diskusi, arahkanlah forum agar memberikan kesempatan
kepada mereka untuk menyampaikan pendapatnya.
Meskipun penting untuk berkontribusi ketika Anda memiliki
gagasan, cobalah untuk membiarkan anggota lain berbicara
terlebih dahulu, karena jika anda menyampaikan terlebih
dahulu mereka mungkin ragu untuk menentang Anda.

120
Lebih jauh tentang komunikasi dalam kelompok, jika
anda adalah seseorang yang memiliki peran penting dalam
kelompok tersebut, dalam hal komunikasi anda juga harus
berusaha menghindarkan anggota kelompok pada
groupthink. Groupthink adalah kecenderungan anggota
untuk menerima ide dan informasi tanpa kritik karena
perasaan yang kuat atau single-mindedness dalam
grup.128Groupthink mengikis pertukaran ide yang hidup dan
terbuka, bahkan nantinya akan menghilangkan kemandirian
secara individu karena merasa bergantung ada kelompok
begitu juga pemikiran kritis akan semakin berkurang.129 Jika
pada suatu rapat ada satu orang yang mengajukan pendapat
dan yang lainnya mengangguk setuju cobalah untuk
memperluas diskusi sebelum sampai pada keputusan akhir.
Misalnya, tanyakan kepada peserta yang sangat berwawasan
apakah dia dapat memikirkannya potensi risiko apa pun
terhadap tindakan yang diusulkan. Jika tidak ada yang mau
menawarkan ide apa pun, pertimbangkan untuk mengajukan
sendiri beberapa masalah sebagai alat analisis.
b. Mengelola Konflik dalam Kelompok melalui Public
Speaking
Konflik akan selalu ada sebagai sebuah dinamika dalam
kelompok. Meski beberapa konflik bisa membantu
membangun kebersamaan bahkan memberikan keuntungan
kelompok jika ditangani dengan baik. Misalnya, ketika
anggota menyatakan ketidaksetujuan secara jujur tentang
sebuah rencana yang sudah di tetapka, hal ini mungkin bisa
menjadi pertimbangan untuk meminimalisir resiko yang
akan terjadi. Tetapi konflik antarpribadi yang tidak ada
hubungannya dengan misi kelompok dapat menimbulkan
gangguan. Intinya, Kapan pun konflik muncul dalam
kelompok Anda, berusahalah untuk meminimalkannya atau

128I. Janis. Victims of Groupthink (Boston: Houghton Mifflin, 1972).


129See B. Kennedy, “The Hijacking of Foreign Policy Decision Making:

Groupthink and Presidential Power in the Post 9/11 World ,” Southern California
Interdisciplinary Law Journal 21 (2012): 637.

121
menyalurkannya ke arah yang produktif dengan membangun
komunikasi yang baik.
Beberapa hal yang bisa di lakukan untuk meminimalisir
konflik adalah melihat substansi ide dan menghindari
keberpihakan kepada individu tertentu. Selanjutnya,
selesaikan konflik dengan Cepat. Jika konflik di antara
anggota kelompok mengganggu, cobalah untuk
menyelesaikannya daripada membiarkannya berlanjut atau
menekannya. Beri anggota yang tidak setuju kesempatan
yang sama untuk menjelaskan perspektif mereka; biarkan
setiap orang berbicara tanpa interupsi, dan kemudian
tanyakan pendapat anggota lain. Sebagai pemimpin, Anda
pada akhirnya mungkin perlu menawarkan pendapat atau
suara Anda untuk memecahkan kebuntuan pada suatu
masalah, tetapi cobalah untuk memberi anggota kelompok
kesempatan untuk berbicara sebelum menyampaikan
pendapat Anda. hal lain yang harus diperhatikan dalam
mengelola konflik adalah bagaimana menganalisis emosi
yang dapat menganggu. Konflik dapat memicu emosi yang
intens dan mengganggu dalam suatu kelompok. Bahkan
setelah konflik diselesaikan, anggota mungkin masih merasa
marah, kesal, atau malu dan mungkin menarik diri dari
diskusi. Jika ini terjadi, bawalah kembali anggota yang enggan
berdiskusi dengan meminta masukan mereka tentang
masalah penting, dengan begitu mereka akan merasa lebih di
hargai.
c. Menyampaikan Presentasi Kelompok
Ada beberapa metode yang bisa dipakai untuk
melakukan presentasi kelompok, misalnya, simposium,
diskusi panel, atau presentasi oleh satu perwakilan
kelompok. berikut akan dibahas lebih detai l, mengenai setiap
bagian dari metode ini.
1. Simposium
Dalam simposium ada serangkaian pidato pendek yang
disampaikan di depan para peserta atau pengunjung yang
datang. Setiap anggota kelompok akan mendapatkan giliran

122
untuk berbicara dan bertanggungjawab untuk
menyampaikan bagian presentasi yang berbeda, tergantung
pada keahliannya atau minat atau kebutuhan kelompok
berdasarkan tema simposium. Misalnya, sebuah kelompok
akan mempresentasikan projek sosial baru, satu anggota
akan mempresentasikan latar belakangnya dan yang lain
mungkin akan menyampaikan proses dan analisis
dampaknya.
Terkait public speaking ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan simposium. Pastikan
semua orang dalam kelompok setuju dengan topik yang akan
dibicarakan oleh setiap pembicara begitu pun dengan
waktunya. Ketika Anda berperan serta dalam simposium,
hindari berbicara lebih lama dari waktu yang diberikan. Jika
tidak, pembicara berikutnya mungkin tidak memiliki cukup
waktu untuk menyampaikan bagian presentasi mereka.
Selain itu, hormatilah ide dari pembicara lain. Saat Anda
menutup bagian presentasi Anda, pastikan untuk
memperkenalkan pembicara berikutnya secara singkat dan
catat hubungan antara topik Anda sebagai transisi. Sebagai
rasa hormat kepada pembicara dan hadirin berikutnya,
perkenalkan nama pembicara berikutnya. Seperti halnya
pidato lain ,simposium yang efektif memiliki pengantar,
tubuh, dan kesimpulan. Selain mempresentasikannya ide,
pembicara pertama harus dimulai dengan pengantar yang
mendapatkan perhatian pendengar, mengungkapkan topik
presentasi, menetapkan kredibilitas, menghubungkan
dengan audiens, dan meninjau ide utama yang akan di
kembangkan oleh pembicara berikutnya. Pembicara terakhir
harus menyimpulkan dengan merangkum ide utama masing-
masing presenter dan memberikan kesan yang baik kepada
pendengar.
2. Diskusi Panel
Dalam diskusi panel, para panelis akan terlibat dalam
satu wacana yang sama. Anggota kelompok duduk di meja
dan berbicara seolah-olah bercakap-cakap di antara mereka
sendiri, sementara penonton menonton dan mendengarkan.

123
Mungkin ada waktu untuk pertanyaan audiens setelah
diskusi, tetapi peran utama anggota panel adalah berbicara,
dan peran utama penonton adalah mendengarkan. Diskusi
panel biasanya membutuhkan moderator yang
memperkenalkan masing-masing panelis (peserta) dan
memfasilitasi diskusi. Peran moderator adalah mirip dengan
pemimpin dalam diskusi kelompok. Dia memonitor waktu,
mengarahkan pertanyaan selama diskusi berjalan, dan
memastikannya setiap anggota panel memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi. Seorang moderator juga dapat
berpartisipasi dalam diskusi, namu dia tidak boleh
mendominasi presentasi.
Peserta panel, juga, harus berkontribusi dalam diskusi
tanpa memonopoli presentasi. Penting untuk berpartisipasi
jika Anda punya pengalaman atau keahlian khusus terkait
topik yang sedang dibicarakan. Juga, berhati-hatilah dan
profesional saat tidak setuju dengan ide anggota lain. Suasana
dalam diskusi panel biasanya lebih santai dari simposium,
dan panelis dapat berinteraksi dengan pembicara lain,
memberi komentar, atau mengajukan pertanyaan. Bicarakan
tentang diskusi panel sebelumnya dengan grup anda
sehingga anda semua tahu pertanyaan atau topik yang Anda
ingin bahas. Dengan begitu, kelompok akan dipersiapkan
dengan baik dan mampu memprioritaskan masalah
terpenting mana yang akan dibahas.
3. Persentasi melalui perwakilan kelompok
Untuk memilih perwakilan kelompok dalam melakukan
presentasi harus dipertimbangkan anggota mana yang paling
memenuhi syarat untuk mewakili? Siapa yaide group. Apakah
topik yang akan dibahas memerlukan etos atau otoritas
pemimpin kelompok atau seseorang dengan keahlian
tertentu? Pilihlah anggota yang paling memenuhi kriteria ini.
Kedua, jika Anda adalah orang yang dipilih untuk
memberikan presentasi, pastikan kelompok Anda telah
dengan cermat memikirkan semua aspek pidato. Ketiga, saat
Anda menyampaikan public speaking , berhati-hatilah untuk
membedakan apakah Anda mewakili pandangan Anda

124
sendiri, pandangan beberapa anggota grup, atau konsensus
dari semua anggota grup. Bersikaplah adil dan akurat saat
meringkas sudut pandang anggota lain. Akui ide anggota lain.
e. Public Speaking dengan Menggunakan Media
Sejak tahun 1990-an, teknologi komunikasi yang
berkembang pesat telah banyak merubah gaya hidup dan
pola interaksi dalam masyarakat. Sebelumnya, sebagian
orang cenderung menulis surat dan menggunakan telepon
rumah tetap berkomunikasi dengan kerabat lain di tempat
yang berbeda. Sekarang masyarakat cenderung
menggunakan teks pesan, email, dan media sosial sebagai
gantinya.
Bagaimana tren ini berhubungan dengan berbicara di
depan umum? Teknologi ini telah menciptakan lebih banyak
opsi bagi pembicara publik untuk menjangkau pendengarnya.
Meskipun teknologi tetap tidak dapat mereplikasi kealamian
komunikasi face to face dan ikatan yang dibuat ketika
pembicara dan pendegar bertemu dalam satu ruang.
Teknologi dalam kaitannya dengan komunikasi terutama
pada masa pandemic sangat berperang penting, olehnya
penggunaan media dalam menyampaikan public speaking
akan menawarkan beberapa manfaat khusus seperti
penghemantan biaya dan kemampuan untuk menjangkau
pendengar lebih luas.
Ada beberapa kondisi yang mewajibkan anda untuk
menyampaikan public speaking menggunakan media,
misalnya, presentasi disekolah, tempat kerja serta dalam
komunitas anda. dalam beberapa kondisi anda perlu
merekam penjelasan pelajaran yang akan anda kirimkan
kepada siswa, berpartisipasi dalam wawancara beasiswa dan
pekerjaan, membuat video untuk acara tertentu dan
menguploadnya di youtube, membuat program podcast
untuk radio dan berbagai presentasi lainnya melalui media.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentasi dengan
menggunakan media online semakin meluas dan semakin
diminati akhir – akhir ini. Sebuah survey menemukan bahwa
lebih dari tiga perempat institusi perguruan tinggi

125
melaksanakan pembelajaran melalui online.130Pembelanjaan
pada teknologi diseluruh dunia tumbuh dari $ 2 miliar pada
tahun 2011 menjadi $ 7 miliar pada 2014.131
Penyampaian Public Speaking melalui media bisa di
bagi menjadi 2 yaitu presentasi dengan rekaman
(prerecorded) atau siaran langsung (real time presentation).
Presentasi yang direkam sebelumnya oleh pembicara bisa
ditonton nanti oleh satu atau beberapa pendengar. Misalnya,
pembicara dapat membuat podcast atau video presentasi
YouTube. Presentasi dengan menggunakan siaran langsung
bisa dengan menggunakan beberapa media seperti skype,
zoom, streamyard atau live melalui sosial media (facebook
dan instagram). Pidato-pidato ini mirip dengan presentasi
tatap muka tetapi dengan satu perbedaan penting: audiens
dan pembicara tidak bersama.
Presentasi yang dimediasi menghadirkan peluang dan
tantangan, dan ini dapat bervariasi tergantung pada apakah
dalam format yang direkam sebelumnya atau secara live.
a. Peluang Menggunakan Media dalam Public Speaking
Beberapa peluang dan manfaat menggunakan media
dalam public speaking yang pertama adalah fleksibilitas,
Tidak seperti presentasi tatap muka, di mana Anda harus
berada di tempat tertentu pada waktu tertentu, penggunaan
media seperti video conference memungkinkan pendengar
berada di beberapa lokasi yang mungkin lebih nyaman.
Pidato yang direkam sebelumnya juga dapat dilihat di
berbagai lokasi dan waktu yang berbeda. Salah satu
ketertarikan pendengar terhadap public speaking tertentu
adalah fleksibilitas yang ditawarkan.

130K. Parker, A. Lenhart, and K. Moore, The Digital Revolution and Higher

Education: College Presidents, Public Differ on Value of Online Learning


(Washington, DC: Pew Research Center, August 28, 2011), 1.
131For more, see “Video Conferencing Market: Global Opportunity, Trends,

Forecast 2015–2019, Technavio Report,


http://www.technavio.com/report/video-conferencing-market-
globalopportunity-trends-forecast-2015-2019.

126
Kedua, efisiensi waktu dan uang, untuk membuat
sebuah acara yang mendatangkan pembicara handal tentu
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bahkan dalam
beberapa kesempatan penyelenggara harus membiayai
akomodasi dan trasnportasi untuk para pendengar. Selain itu
perjalanan untuk mendatangi sebuah acara juga
membutuhkan waktu dan tenaga, daripada membuat harus
mendatangkan pendengar, pengguaan media teknologi akan
lebih efisien dalam menyampaikan public speaking kepada
pendengar.
Ketiga, Jumlah Pendengar. Kehadiran Pendengar pada
presentasi tatap muka biasanya dibatasi tergantung daya
tampung di ruangan yang tersedia dan kesempatan peserta
untuk menghadiri acara. Namun presentasi yang
menggunakan media dapat dilihat oleh audiens di lokasi yang
berbeda dan bahkan pada waktu yang berbeda (untuk pidato
yang direkam sebelumnya), presentasi tersebut memberi
Anda kesempatan untuk menyampaikan pesan anda kepada
lebih banyak orang.
Secara khusus, kelebihan yang bisa di dapatkan dengan
melakukan public speaking melalui media recording, maka
dari pihak pendengar memungkinkan mereka untuk menjeda
dan memutar ulang. Rekaman informasi dapat memberikan
kesempatan tambahan kepada pendengar untuk memproses
dan merefleksikan pesan Anda. dari pembicara dapat kembali
dan meninjau bagian dari presentasi atau menonton kembali
keseluruhan pidato. Pendengar juga dapat menjeda video dan
mendiskusikan sebagian pidato sebelum melanjutkan ke ide
utama berikutnya. kelebihan lainya adalah anda bissa
menyimpan rekaman dengan kualitas yang baik dan
memutarnya sewaktu – waktu. Jika di bandingkan dengan
media siaran langsung, maka kelebihannya dalah pendengar
bisa langsung memberikan umpan balik kepada pembicara.
Keputusan untuk menggunakan media sirang langsung
mungkin bergantung pada tujuan presentasi. Jika pesannya

127
lugas dan tidak rumit, format ini kemungkinan besar akan
sesuai.132
b. Tantangan Melakukan Public Speaking melalui Media
Tantangan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari
dalam melakukan sesuatu, baik public speaking secara
langsung ataupun menggunakan perantara media akan
menghadapi tantanngannya masing – masing. Penggunaan
media cenderung lebih riskan karena segala sesuatunya
tergantung stabilitas jaringan. Beberapa tantangannya adalah
berkurangnya kealamian interaksi, berkurangya kedekatan
antara pembicara dan pendengar, berkurangnya komunikasi
nonverbal dan kurangnya umpan balik, dan berbagai
kesulitan mengatasi tehnis yang mungkin terjadi. 133
• Berkurangnya Kealamian Interaksi
Otak kita dirancang untuk interaksi tatap muka. Sejak
Zaman Batu, manusia telah menggunakan ekspresi wajah dan
suara sebagai alat komunikasi utama. Seiring waktu, evolusi
telah menghasilkan adaptasi biologis yang meningkatkan
efektivitas interaksi Face to Face. Demikian pula, adaptasi
otot pada wajah manusia memungkinkan beragam ekspresi
wajah digunakan untuk berkomunikasi.134
Kealamian interaksi dalam media komunikasi
ditentukan oleh sejauh mana media tersebut cocok dengan
fitur interaksi tatap muka.Faktor kunci yang menentukan
kealamian interaksi adalah berbagi ruang yang sama,

M. Denstadli, T. E. Julsrud, and R. J. Hjorthol, “Videoconferencing as a


132J.

Mode of Communication: A Comparative Study of the Use of Videoconferencing


and Face-to-Face Meetings,” Journal of Business and Technical Communication 26,
no. 1 (2012): 71.
133DouglashM.Fraleigh dan Joseph S.Tuman. Speak Up! an ilustared guide
to public Speaking fourt edition. Bedford/St. Martin’s. Boston, New York. 2017.
p.546
134N. Kock, “Information Systems Theorizing Based on
EvolutionaryPsychology: An Interdisciplinary Review and Theory Integration
Framework,” MIS Quarterly 33, no. 2 (2009): 406–407.

128
mengirim dan menerima pesan dengan cepat, dan mampu
mengirim dan menerima ekspresi verbal dan nonverbal.135
• Berkurangnya Kedekatan Psikologis
Ketika Anda dan pendengar Anda tidak berbagi ruang
yang sama, rasa keterkaitan itu berkurang. Saat Anda
menyampaikan pidato secara tatap muka, terutama dalam
suasana yang khusus, penonton secara fisik lebih dekat
dengan Anda. Mereka dapat mengamati kontak mata Anda
dan memaknai gerakan tubuh anda. Sebaliknya, ketika Anda
dan pendengar Anda berada di lokasi yang berbeda, Anda
akan merasa kurang memiliki hubungan psikologis. Anda
mungkin juga merasa kurang memiliki ikatan dengan
pendengar Anda saat melakukan presentasi di depan kamera,
tanpa feedback lansung akan merasakan kehampaan. 136
• Pemaknaan terhadap komunikasi non verbal
Dalam public speaking tatap muka, pendengar dapat
mengamatiberbagai macam perilaku nonverbal Anda, namun
Dalam presentasi yang menggunakan media hal ini kecil
kemungkinannya, terutama saat menggunakan kamera yang
tidak merekam seluruh tubuh. Presentasi dengan
menggunakan media akan merubah cara pendengar
menangkap dan menafsirkan pesan nonverbal yang anda
tunjukkan. Misalnya, gambar datar dari gerakan wajah yang
muncul di layar tidak sama dengan gambar yang terlihat
secara langsung dalam tiga dimensi.
• Berkurangnya Umpan Balik dari Pendengar
Public Speaking dengan tatap muka memberikan
kesempatan kepada pendengar untuk memberikan umpan
balik dan interaksi secara langsung, hal demikian juga
memang bisa di lakukan dengan media siran langsung namun
tentu kualitasnya berbeda. Bahkan Saat pidato anda direkam
sebelumnya, pendengar Anda tidak memiliki kesempatan

135N. Kock, “Media Richness or Media Naturalness? The Evolution of Our


Biological Communication Apparatus and Its Influence on Our Behavior toward E-
Communication Tools,” IEEE Transactions on Professional Communication 48, no.
2 (2005): 121.
136W. Turmel, Ten Steps to Successful Virtual Presentations (Alexandria,

VA: ASTD Press, 2011), 8.

129
untuk memberikan umpan balik secara langsung. Penurunan
respons audiens ini menyebabkan beberapa kerugian.
Biasanya, umpan balik memungkinkan Anda mengetahui
apakah Anda berbicara dengan jelas atau presentasi dengan
intonasi dan kecepatan yang tepat. Akan sulit bagi anda untuk
mengukur pemahaman pendengar, sehingga sulit untuk
memperjelas dan memperbaiki presentase anda di waktu
yang sama.
Dengan mengetahui berbagai tantangan yang mungkin
anda hadapi ketika menyampaikan public speaking melalui
media, maka anda akan berusaha untuk meminimalisir setiap
kemungkinan yang bisa mengganggu jalannya proses
penyampaian informasi.

130
BAB IX
KONSEP DAN PRAKTEK PUBLIC
SPEAKING DALAM ISLAM

Kegiatan public speaking ini dalam konteks Islam sering


disebut dengan ceramah. Metode ceramah ini merupakan
metode yang dilakukan generasi awal umat Islam dalam
proses menyampaikan dakwah Islam (Arifin, 2013: 125).
Metode ini menjadi salah satu karakteristik dakwah pada
masa nabi dalam periode makkah dimana periode ini
merupakan metode ceramah secara lisan, baik yang secara
sembunyi maupun terang-terangan. Ceramah adalah metode
yang dilakukan dengan cara atau maksud untuk
menyampaikan keterangan petunjuk, pengertian, penjelasan
tentang suatu masalah dihadapi orang banyak.137 Dalam
pengertian lain ceramah adalah metode yang digunakan oleh

137Abdul kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (surabaya: Al-

Ikhlas, 1981), h. 33.

131
penceramah atau da’i dalam menyampaikan pesan kepada
audiens atau mad’u serta mengajak audiens kepada jalan
yang benar, sesuai dengan ajaran agama guna untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. demi
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Da’i atau istilah lain adalah publik speaker merupakan
orang yang melaksanakan dakwah atau publik speaking yang
dilakukan baik secara individu, kelompok, maupun melalui
suatu organisasi atau lembaga tertentu. Secara umum kata
da’i ini lebih dikenal dengan sebutan mubaligh (orang yang
menyampaikan ajaran Islam)138. Mad’u atau audiens adalah
orang yang menjadi sasaran dakwah atau manusia yang
menerima pesan dakwah, baik individu maupun kelompok,
baik yang sudah Islam maupun yang belum, atau dengan kata
lain, manusia secara keseluruhan. Muhammad Abduh
sebagaimana yang ditulis oleh M. Munir dan Wahyu Ilahi
membagi mad’u menjadi tiga jenis, 139 yaitu:
a. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran.
Mereka adalah orang yang dapat berpikir secara kritis dan
cepat menangkap kebenaran.
b. Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum bisa
berpikir kritis dan mendalam, serta belum mampu
menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
c. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut.
Mereka adalah orang yang senang membaha sesuatu tetapi
hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu
membahasnya secara mendalam.
Dakwah sendiri mengandung arti Secara etimologis, kata
dakwah berasal dari bahasa Arab da’a-yad’u-da’watan yang
berarti ajakan, seruan, panggilan, atau undangan 140. Untuk
mengetahui makna dakwah, perlu merujuk kepada al-Qur’an

138Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 75


139M. Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Cet 3, Jakarta:

Kencana.2012). h. 23.
140Muliadi, Dakwah Efektif; Prinsip, Metode dan Aplikasinya (Makassar:

Alauddin University Press, 2012). h. 1.

132
ketika menggunakan istilah-istilah secara etimologi, dalam
berbagai ayat selalu sarat makna dan mengandung makna-
makna konseptual yang mendalam. Isyarat penggunaan kosa
kata, dakwah diekspresikan dalam bentuk kata kerja, dapat
dilihat dalam al-Qur’an sebagai berikut141:
a. Seruan, dalam QS Yunus/10: 25 berbunyi:
َ ۡ ُّ َ َ ُٓ ََ َ ََۡ َ ‫ه‬ َ َ ْٓ ُ ۡ َ ُ‫َ ه‬
ٖ ‫وٱَّلل يدعوا إ ِ َٰل دارِ ٱلسل ٰ ِم ويهدِي من يشاء إ ِ َٰل صِ ر ٰ ٖط مستق‬
‫ِيم‬
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
Lurus (Islam)”142.

َ ُ َ ۡ ۡ َ ‫َ َ َ ّ ّ ۡ ُ َ َ ُّ َ ه ه َ ۡ ُ َ ٓ َ ۡ ه‬
b. Ajakan, dalam QS Yusuf/12: 33,
‫ۡصف َع ِِّن ك ۡي َده هن أ ۡص ُب‬
ِ ‫ٱلسجن أحب إَِل مِما يدعون ِِن إَِلهِِۖ ِإَوَّل ت‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫قال ر‬
َ ‫جٰهل‬ َ
َ ۡ َ ّ ُ َ ‫َۡ ه‬
‫ِني‬ ِ ‫إَِل ِهن وأكن مِن ٱل‬
“Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai
daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak
Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku
akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan
tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh."(QS Yusuf
33)143

َ َ َ ‫ت إ هن أَِب يَ ۡد ُع‬
c. Undangan, dalam QS al-Qashas/28: 25.
ۡ َ‫ٱست ِۡح َيآءٖ قَال‬ ََ َ ۡ ٓ َ
‫وك َِلَ ۡج ِز َيك أ ۡج َر َما‬ ِ ِ
ۡ ‫لَع‬ ‫ف َجا َءت ُه إ ِ ۡح َدى ٰ ُه َما ت ۡم ِِش‬
َۡ َ ََۡ َ َ َ َۡ َ َ ٓ ََ َ َ َۡ َ
‫ت َلَا ۚ فل هما َجا َءهُۥ َوق هص َعل ۡيه ِ ٱلق َص َص قال َّل َتفۖۡ َنَ ۡو َت م َِن ٱلق ۡو ِم‬ ‫سقي‬
َ ‫ٱلظلِم‬ ٰ‫ه‬
‫ني‬ ِ
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua
wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata:
"Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia

141Muliati Amin, Teori-teori Imu Dakwah (Cet I ; Makassar: Alauddin

University Press, 2011), h. 2-3


142Departemen Agama R.I, al-Quran dan Terjemahannya. h. 310
143Departemen Agama R.I, al-Quran dan Terjemahannya. h. 353

133
memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi
minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi
bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita
(mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut.
Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."144.
d. Panggilan, do’a atau permohonan dalam QS al-Baqarah/2:

ُ ‫ك ع َِبادِي َع ِّن فَإ ّّن قَريبۖۡ أُج‬ َ ََ َ َ


186.
ْ ُ َ ۡ ََۡ َ َ َ ‫يب َد ۡع َوةَ ه‬
‫جيبوا‬ ِ ‫ٱدل‬
ِ ‫اع إِذا دَع ِنِۖ فليست‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِإَوذا سأل‬
َ ُ ‫ۡ ۡ ْ َ ه‬
‫َِل َوَلُؤم ُِنوا ِِب ل َعل ُه ۡم يَ ۡرش ُدون‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran ” (QS
Al-Baqarah 186)145.
Dari ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa kata
dakwah dari etimologi ada dua pendekatan makna yaitu ada
yang dikaitkan dengan jalan Allah swt., jalan kebaikan atau
jalan surga, sebaliknya ada pula disandarkan pada jalan setan,
jalan keburukan atau jalan ke api neraka bahkan dalam satu
ayat, terdapat pula penggunaan kata dakwah untuk arti
kedua-duanya yakni jalan kebaikan dan keburukan (api
neraka) sekaligus. Hal ini dapat dilihat dalam QS al-
Baqarah/2: 221.
ۡ َ ْ ٓ ُ ۡ َ ُ ‫ُ ْ َ َٰٓ َ َ ۡ ُ َ َ ه َ ه‬
ُ ّ ‫ٱۡل هنةِ َوٱل ۡ َم ۡغف َِرة ِ بإ ۡذنِهِۦ َو ُي َب‬
َ
‫ني‬ِ ۡۖ ِ ِ ‫أولئِك يدعون إَِل ٱَلارِِۖ وٱَّلل يدعوا إَِل‬...
َ ‫َ ه‬ ‫َ ه‬ ‫َء َايٰتهِۦ ل ه‬
‫اس ل َعل ُه ۡم َي َتذك ُرون‬
ِ ‫ِلن‬ ِ
“Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya” (QS al- Baqarah 221)146

144Departemen Agama R.I, al-Quran dan Terjemahannya. h. 613


145Departemen Agama R.I, al-Quran dan Terjemahannya. h. 45
146Departemen Agama R.I, al-Quran dan Terjemahannya. h. 53

134
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa dakwah
secara etimologi mencakup seluruh aktivitas manusia yakni
satu sumber istilah dipergunakan oleh dua objek yang
berbeda, yaitu satu mengajak kepada keselamatan atau ke
surga dan yang satu mengajak kesesatan atau neraka. Pada
kenyataannya dakwah ke jalan Allah swt. atau jalan
keselamatan bahkan ini tugas pokok seorang muslim.147
Dari segi terminologi, term dakwah lebih dipahami
sebagai usaha dan ajakan kepada jalan kebenaran. Dalam
perspektif terminologi ajakan dan seruan itu dinamai dakwah
bila tidak dimaksudkan untuk membawa manusia ke jalan
Allah.148 Berikut ini ada beberapa pandangan ulama tentang
pengertian dakwah:
a. Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A
Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di
akhirat.149
b. Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab
Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau
usaha megubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna,
baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan
dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman
dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga
menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang
ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan
ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek.150
c. Menurut HSM. Nasaruddin Latif
Dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan tulisan maupun
lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil lainnya

147Muliati Amin, Teori-teori Imu Dakwah. h. 4-5.


148Muliati Amin, Teori-teori Imu Dakwah. h. 6.
149Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1979), h. 1.
150M. Quraish Shihab, Membumikan Al-quran, Fungsi dan Peran Wahyu

Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), h. 194.

135
untuk beriman dan mentaati Allah swt. sesuai dengan garis-
garis aqidah dan syariat serta akhlak islami.151
d. Menurut Abdullah Ba’lawy al-Haddad
Dakwah adalah mengajak, membimbing dan memimpin
orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama
yang benar, untuk di alihkan ke jalan ketaatan kepada Allah,
beriman kepadanya serta mencegah dari apa yang menjadi
lawan kedua hal tersebut, kemaksiatan dan kekufuran.152
Dari berbagai perumusan definisi di atas, kiranya bisa
disimpulkan sebagai berikut:
a. Dakwah itu merupakan aktivitas dakwah atau suatu usaha
yang dilakukan dengan sengaja atau sadar
b. Usaha dakwah tersebut berupa ajakan kepada Allah
dengan al-amar bi al ma’ruf an-nahyu an al-mungkar
c. Usaha tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari
dakwah itu sendiri yaitu menuju kebahagiaan manusia di
dunia dan akhirat.153
a. Metode Publik speaking (Dakwah) dalam Islam
Dari segi bahasa “metode” berasal dari dua perkataan
yaitu “ meta “ (melalui) dan “ hodos “ (jalan, cara).154 Dengan
demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau
jalan yang harus di lalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari
bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode.
Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos
artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.155
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

151Lihat HSM. Nasaruddin Latif dalam Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 5.
B’lawiy al-Haddad, al-Nashihu al-Diniyah, diterjemahkan oleh
152Abdullah

Muhammad Abdai Rathomy, dengan judul Petuah-Petuah Agama Islam


(semarang: Toha Putra, 1980), h. 80.
153Muliadi, Dakwah Efektif; Prinsip, Metode dan Aplikasinya. h. 7.
154Tim Gama Press, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Gama Press,

2010), h. 448.
155Hasanudin, Hukum Dakwah (Cet I; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996),
h. 35.

136
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.156
Dari pengertian di atas, dapat diambil pengertian
bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang dai kepada mad’u (objek) untuk
mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih
sayang.157Sedangkan makna metode dakwah secara istilah,
menurut beberapa pendapat adalah: Menurut Albayanuni,
metode dakwah adalah cara-cara yang ditempuh oleh
pendakwah dalam berdakwah atau cara menerapkan strategi
dakwah.158 Sedangkan Menurut Said bin Ali al Qahthani,
metode dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-
kendalanya.
Dari beberapa definisi ini, ada beberapa karakter yang
melekat dalam metode dakwah, yaitu metode dakwah
merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah
strategi dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari strategi
dakwah, karena menjadi bagian dari strategi dakwah yang
masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih
konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan
mudah.
Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode
dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur’an, yang
disebutkan dalam QS Al-Nahl/16: 125.
َ
ُ َ ۡ َ ِ ‫ٱۡل َس َنةِِۖ َو َجٰدِل ۡ ُهم بٱلهِت‬
ۚ‫ِه أحسن‬ َ ۡ ِ‫ٱۡل ِۡك َمةِ َوٱل ۡ َم ۡوع َِظة‬
ۡ
‫ب‬ ‫ك‬
َ َّ
‫ب‬‫ر‬ ‫يل‬ِ ‫ب‬‫س‬َ ‫ع إ َ َٰل‬ُ ۡ
ِ ‫ٱد‬
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ِين‬َ ‫ك ُه َو أَ ۡعلَ ُم ب َمن َض هل َعن َسبيلِهِۦ َو ُه َو أَ ۡعلَ ُم بٱل ۡ ُم ۡه َتد‬ َ ‫ه َه‬
‫إِن رب‬
ِ ِ ِ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

156Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h


649
157Munzier Suparta, dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), hh 7-
8
158M Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h 357

137
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”159
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa
metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu.
a. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan
situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan
pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan
ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa
terpaksa atau keberatan 160. Dakwah bi al- hikmah adalah
ajakan atau seruan kepada jalan Allah dengan pertimbangan
ilmu pengetahuan seperti bijaksana, adil, sabar dan penuh
ketabahan, argumentatif, selalu memperhatikan keadaan
mad’u. Hal ini menunjukkan bahwa metode bi al- hikmah
mengisyaratkan bahwa seorang da’i harus memiliki wawasan
luas termasuk di dalamnya tidak hanya paham tentang ilmu-
ilmu agama tetapi juga tahu tentang ilmu - ilmu umum lainnya
seperti psikologi, sosiologi dan sebagainya. Oleh karena itu al-
hikma merupakan suatu term tentang karakterisitik metode
dakwah. Ayat tersebut mengisyaratkan pentingnya hikmah
untuk menjadi sifat dari metode dakwah dan betapa
pentingnya dakwah mengikuti langkah- langkah yang
mengandung hikmah. Ayat itu juga mengandung makna
bahwa mengajak manusia kepada hakikat yang murni dan
apa adanya tidak mungkin dilakukan tanpa memperhatikan
situasi dan kondisi atau tanpa mempertimbangkan iklim dan
medan kerja161.
b. Al-Mau’iza al-hasanah atau nasehat yang baik, maksudnya
adalah memberikan nasehat yang baik kepada orang lain
dengan cara yang baik. Yaitu petunjuk ke arah kebaikan
dengan bahasa yang baik. Menurut Ali Musthafa Yakub,

159Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, h. 421.


160M. Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah. h. 34.
161Nurhidayat Muh. Said, Metode Dakwah (Studi Al-Qur’an Surah An Nahl

Ayat 125), (Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 16, No 1. Juni 2015: 78- 89)

138
ucapan yang berisi nasehat-nasehat baik dan bermanfaat bagi
orang lain yang mendengarkannya, atau argumen-argumen
yang memuaskan sehingga pihak pendengar dapat
membenarkan apa yang disampaikan oleh subjek dakwah 162.
Dikutip oleh Husain Fadhullah bahwa al-mau`izah al-
hasanah mengandung pengertian pelajaran dan nasehat yang
baik, gaya bahasa, teladan dan pencegahan dengan cara yang
lembut. Peringatan dengan gaya bahasa yang mengesankan
atau menyentuh hati dengan mengajukan dalil -dalil yang
memuaskan melalui ucapan yang lembut dengan penuh kasih
sayang. Ucapan dengan kelembutan hati yang menyentuh
jiwa dan memperbaiki amal. Nasehat, bimbingan dan arahan
untuk kemaslahatan dilakukan dengan baik dan penuh
tanggung jawab, akrab, komunikatif dan terkesan di hati
masyarakat.
Ucapan yang penuh kelem butan, tidak mengejek,
melecehkan, menyudutkan atau menyalahkan sehingga
membuat seseorang merasa dihargai rasa kemanusiaannya.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode al -
mau`izah al- hasanah mengandung makna jauh dari sikap
kekerasan, permusuhan, egoisme dan tindakan-tindakan
emosional. Metode ini juga menunjukkan bahwa obyek
dakwah yang dihadapi tergolong kepada kebanyakan orang
awam yang tingkat pemahaman dan pengamalan agamanya
masih rendah. Konsekwensinya dibutuhkan da’i yang
memiliki sifat membimbing, penyayang, perhatian dan
bersahabat.163
c. Wajadilhum Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan
cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang
sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan
yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran
dakwah164. Da’i, harus mampu menjaga emosi agar lawan
dialog merasa dirinya dihormati meskipun argumentasinya

162Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al Ikhlas,

1986), h. 100.
163Nurhidayat Muh. Said, Metode Dakwah (Studi Al-Qur’an Surah An Nahl
Ayat 125), h.82
164M. Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah. h. 34

139
itu keliru. Bagi setiap da’i harus menyadari bahwa tujuan
dialog bukanlah memenangkan perdebatan, melainkan
memberikan kepuasan kepada lawan dialog dan mencapai
kebenaran. Dengan sikap yang santun dan menghargai maka
akan membawa kesadaran pada lawan bicara untuk
merenungkan isi dari yang didialogkan tadi.
Di era kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, pola pikir
masyarakat semakin kritis, terutama dari kalangan
terpelajar. Umumnya mereka tidak tertarik lagi dengan
ceramah yang sifatnya monolog, tidak rasional dan bersifat
indoktrinasi. Kenyataan ini menuntut setiap da’I untuk
membekali diri dengan ilmu pengetahuan kontemporer.
Terkadang mereka mengkritik atau menentang penjelasan
yang dalam pandangan mereka tidak masuk akal atau tidak
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Realitas
seperti itu menjadikan metode dakwah al-mujâdalah
merupakan alternatif untuk pengembangan dakwah saat
ini165
b. Praktek publik speaking Nabi Muhammad saw.
1. Berbicara dengan jelas dan mudah dipahami
“Rasulullah saw. berbicara dengan kata-kata yang jelas
dan tegas. Orang yang duduk bersamanya akan dapat
menghafal (kata-katanya). Diriwayatkan oleh Humaid
bin Mas’adah al-Bashriyyi, dari Humaid al-Aswad, dari
usamah, yang bersumber dari Aisyah r.a.166

“Rasulullah saw. juga suka mengulang-ulang perkataan


yang diucapkannya sebanyak tiga kali, agar dapat
dipahami”, Diriwayatkan oleh Muhammad bin yahya,
dari abu Qutaibah, dari Abdullah bin al Mutsani, dari
Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin malik r.a.

165 Nurhidayat Muh. Said, Metode Dakwah (Studi Al-Qur’an Surah An Nahl
Ayat 125), h.85
166 https:// kalam.sindonews.com/cara rasulullah berbicara. Diakses pada

tanggal 29 juli 2020

140
Dikutip oleh Ibnu Qayyim r.a. berkata, “seringkali beliau
sengaja mengulang perkataannya dengan tujuan agar bisa
dipahami, apabila memberi salam, beliau mengucapkan
sebanyak tiga kali.167
2. Menyisipkan sedikit unsur humor
Humor atau bercanda adalah bumbu dalam publik
speaking. Selain untuk menghibur, mencairkan suasana,
menghilangkan ketegangan, dan meredakan amarah. Tak
jarang di dalam kelakar muncul benih persahabatan dan
persaudaraan. Salah satu contoh humor Rasulullah saw. yang
terkenal adalah suatu ketika Rasulullah saw. didatangi
seseorang nenek tua, kemudian nenek tua itu tersebut
berkata “ Doakan aku kepada Allah swt. agar memasukkan
aku ke dalam surga” lalu Rasulullah saw. pun berkata kepada
nenek tua itu “ Wahai ummu fulan! Sesungguhnya surga itu
tidak untuk dimasuki oleh orang yang sudah tua”. Mendengar
perkataan tersebut si nenek tua pun bersedih menangis,
karena ia pikir seorang nenek tua sepertinya tidak bisa masuk
ke dalam surga Allah. Akan tetapi Rasulullah saw. kemudian
memberikan pemahaman ke nenek tua tersebut bahwa ketika
dia masuk surga, tidak akan masuk surga sebagai orang yang
sudah tua, tetapi semua berubah menjadi muda lagi dan
berparas cantik.168
3. Berpenampilan menarik
Islam sangat menyukai keindahan, maka dalam praktek
publik speaking nilai-nilai keindahan itu mesti harus menjadi
penampilan saat tampil dihadapan khalyak. Sabda Rasulullah
saw. “sesungguhnya Allah itu maha indah dan senang dengan
keindahan. Bila seorang hamba diantara kamu (bermkasud)
menemui kawan-kawannya hendaklah dia merapikan
dirinya. (HR. Muslim). Hadist yang lain menjelaskan bahwa “
datanglah seseorang untuk menemui Rasulullah saw. dengan
rambut ack-acakan dan jenggot yang semrawut tak teratur.
Lantas Rasul pun memberi isyarat kepada orang tersebut

167https://republika.co.id, diakses pada tanggal 30 juli 2020


168https://republika.co.id//humor-nabi –muhammad, diakses pada
tanggal 30 juli 2020

141
seolah-olah menyuruhnya untuk merapikan rambunya.
Lelaki tersebut lalu berpaling untuk merapikan rambutnya,
lantas sesaat kemudian datang lagi menemui Rasulullah saw.
Maka Rasulullah saw. berkata kepada seorang tersebut:
“bukankah berpenampilan menarik seperti ini lebih baik
daripada salah seorang di antaramu menghadap dengan
rambut acak-acakan seperti setan ?” (HR, Malik).
4. Selalu bersemangat
Dari jabir bin Abdullah meriwayatkan: “ Bahwasanya
Rasulullah saw. jika sedang berkhutbah, kedua mata beliau
memerah, suaranya meninggi, dan marahnya memuncak,
sehingga seakan-akan beliau adalah panglima perang yang
sedang memberi peringatan kepada bala tentaranya: (HR.
Muslim).169 Imam Nawawi Rahimahullah berkata:”hadist ini
dapat dijadikan dasar petunjuk bahwa seorang khatib
dianjurkan membaguskan arti penting khutbah,
mengeraskan suara, dan menegaskan perkataa, serta
berintonasi yang sesuai dengan karakter tema, baik yang
bersifat janji maupun ancaman. Dan mungkin seruan
semangat beliau muncul saat memperingatkan perkara yang
besar atau urusan yang penting.170
5. Ringkas namun penuh makna
Rasulullah saw. termasuk orang yang banyak diamnya,
tidak berbicara tanpa ada manfaatnya. Memulai dan menutup
pembicaraan dengan ungkapan yang fasih. Beliau berbicara
dengan ungkapan yang singkat tetapi luas maknanya. 171
“Nabi Muhammad saw. tidak memanjatkan nasihatnya pada
hari jumat. Beliau hanya memberikan amanah-amanah yang
cukup singkat dan ringkas” (HR. Abu Dawud).
6. Ceria dan menatap wajah audiens
Rasulullah menhadap atau menatap kepada wajah satu
persatu wajah sahabatnya. Bahkan ketika bercanda
dihadapan para sahabatnya juga masih menatap, dan sangat

169http://smpi.alhasanah/pengetahuan/publik-speaking-ala-rasulullah,

diakses pada tanggal 30 juli 2020


170https:// almanhaj.or.id//petunjuk-rasulullah-saw-dalam-berkhutbah-

jumat.html
171https://republika.co.id, diakses pada tanggal 30 juli 2020

142
menghargai orang lain atau lawan bicara. Ketika sahabatnya
berbicara beliau tidak memotong sama sekali. Ketika
sahabatnya berbicara belaiu tidak memotong sama sekali.
Ditunggu kata-kata yang keluar sudah berhenti, dan
Rasulullah menghadapkan telinga dan wajah dengan
sempurna. Sehingga lawan bicara merasa sangat dihormati
oleh Rasulullah.172

“Jangan pernah meremehkan sedikitpun (sehingga enggan


melakukan) perbuatan ma’ruf, meskipun hanya menjumpai
kawan wajah yang ceria” (HR muslim). Abu Hurairah r.a
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw. tidak pernah
berbicara dengan seseorang melainkan beliau
menghadapkan wajahnya pada lawan bicaranya dan tidak
akan berpaling sebelum ia selesai bicara” (HR Ath-
Thabrani).173

172https://suaramuslim.net/menghargai-orang-lain-dengan-menatap-

wajah
173http://smpi.alhasanah/pengetahuan/publik-speaking-ala-rasulullah,

diakses pada tanggal 30 juli 2020

143
BAB X

FORMAT PUBLIC SPEAKING


Good design is making something intelligible and memorable.
Great design is making something memorable and meaningful. ~
Dieter Rams

a. Menetukan Ide Utama


Membuat outline naskah untuk Public Speaking sangat
penting untuk mendukung kesuksesan pada saat presentasi.
Dalam membuat outline, sebaiknya menyusun naskah secara
berurutan. Penyusunan naskah dengan baik akan
memberikan dampak yang luar biasa kepada pendengar.
Dalam menyusun naskah Public Speaking sangat erat
kaitannya dengan proses berpikir kritis karena dalam proses
penyusunan tersebut Anda akan menggunakan metode yang
lebih spesifik dan jelas yang nantinya akan membantu Anda
tampil lebih percaya diri. Hal ini dikarenakan Anda telah
menguasai pesan yang akan disampaikan ke audiens karena
Anda telah menyusun naskah pidato, berlatih untuk

144
mengembangkan hubungan antar ide yang akan
disampaikan.
When you work to organize your speeches, you gain
practice in the general skill of establishing clear
relationships among your ideas. This skill will serve you
well throughout your college days and in almost any
career you may choose.174
Penulis meyakini ketika naskah Public Speaking
disusun secara struktur tidak hanya akan memudahkan
pembicara dan audiens karena isinya akan lebih persuasif
dan lebih kuat dalam memengaruhi audiens. Selain itu,
dengan penyusunan naskah Public Speaking yang baik, Anda
dapat memastikan bahwa pendengar dapat mengikuti,
mengingat, dan memahami presentasi yang Anda sampaikan.
You must organize your ideas in logical patterns to
ensure that your audience can follow, understand, and
remember what you say175.
Dalam Bab ini, Anda akan belajar bagaimana cara
mengatur naskah dengan cara menentukan topik utama serta
memilih ide pendukung seperti penjelasan dengan
mengidentifikasi langkah – langkahnya.
Dalam Bab sebelumnya yaitu Mempersiapkan Publik
Speaking, telah dibahas mengenai “pemilihan topik” sehingga
penulis akan melanjutkan pembahasan untuk menggali lebih
dalam lagi cara memilih topik utama atau ide utama, dan
topik pendukung serta bagaimana menyusunnya dengan
baik.

174Lucas, S. E. The art of public speaking, 7th ed. (New York: McGraw-Hill.

2001), h. 165-166.
175Steven. A. Beebe dan Susan, J Beebe, A Concise Public Speaking

Handbook, 4th Edition (Pearson Education, Inc. United States of America. 2015), h.
106.

145
Ada beberapa cara untuk menyusun topik utama176, di
antaranya adalah:

1. Mengatur ide utama berdasarkan topik


Jika dalam penyusunan ide nantinya ada beberapa
cabang topik yang muncul, Anda tidak perlu khawatir karena
Anda dapat mengatur ide utama Anda berdasarkan topik.
Tidak masalah cabang topik yang mana yang ingin
didiskusikan, bisa dipilih berdasarkan selera. Untuk
memudahkan dalam pemilihan tersebut, berikut
panduannya:
a. Recency, Menurut prinsip ini, audiens cenderung
mengingat dengan baik apa yang mereka dengar terakhir
kali atau dengan kata lain bahwa informasi yang
disampaikan terakhir kali dapat diingat oleh audiens lebih
baik daripada sebelumnya. Jadi, pada saat menyusun ide
utama, Anda bisa menaruh yang pesan yang paling penting
audiens Anda pahami dibagian akhir atau senantiasa
menekankan pesan tersebut pada kesimpulan terakhir.
b. Primacy, Jika Anda meyakini bahwa ide utama yang Anda
pilih akan memengaruhi atau kontroversial ke audiens,
menurut prinsip ini, sebaiknya Anda menyampaikan ide
tersebut pada saat pertama kali Anda memberikan
presentasi.
c. Complexity, Menurut prinsip ini, jika ide utama Anda mulai
dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.

2. Mengatur ide utanma secara kronologis


Mengatur ide secara kronologis, artinya ketika ide yang
akan disampaikan berupa runtutan peristiwa atau kejadian.
Misalnya Anda ingin menginformasikan mengenai “sejarah
dibangunnya Candi Borobudur” atau “proses penemuan

176 Ibid., h. 97.

146
vaksin”. Dalam hal ini, Anda bebas untuk memilih apakah
Anda akan fokus menggunakan prinsip recency atau primary,
dimana Anda bisa memilih menyusun ide utama di akhir atau
menekankannya di awal presentasi Anda. Namun, perlu
diingat ketika menyampaikannya perlu memperhatikan
urutan waktu dari awal sampai akhir.
3. Mengatur ide uatama secara spasial
Pembicara yang mengatur ide utamanya secara spasial
adalah mereka yang menyusun berdasarkan lokasi fisik
mereka. Naskah yang berkisah mengenai ekspedisi akan
disusun secara spasial untuk mendeskripsikan berbagai
lokasi camp tim.
“It does not usually matter whether the speaker chooses
to progress up or down, east or west, forward or back,
as long as ideas are developed in a logical order”.
Ketika pembicara memilih dengan cara ini, yang
terpenting adalah ide naskah dikembangkan dengan urutan
logis.

4. Mengatur Ide Utama dengan menunjukkan Sebab dan


Akibat
Ketika menuliskan naskah yang menunjukkan sebab
dan akibat, pertama Anda sebaiknya mengidentifikasi situasi
kemudian diskusikan akibat yang ditimbulkan oleh situasi
tersebut dengan kata lain Anda memulai dari sebab ke akibat.
Anda bisa juga menunjukkan situasinya dan kemudian
mencari penyebab dari situasi tersebut. Misalnya pada saat
presentasi Anda menceritakan sesuatu yang baru saja terjai
dan membicarakan faktor apa saja yang menyebabkan hal itu
terjadi.
5. Mengatur ide utama dengan pola pemecahan masalah
Jika Anda ingin menekankan cara terbaik untuk
pemecahan masalah, kemungkinan cara terbaik yang Anda

147
bisa lakukan adalah dengan menggunakan pola pemecahan
masalah. Seperti pola sebab dan akibat yang telah
diterangkan di atas, maka cara mengaplikasikan sebagai
berikut;
a. Jika audiens Anda telah mengetahui masalah namun belum
mengetahui cara mengatasinya, Anda kemungkinan bisa
mendiskusikan mengenai masalahnya pertama kali dan
kemudian dilanjutkan dengan solusi.
b. Jika audiens Anda telah mengetahui mengenai sebuah
program yang telah dilakukan namun tidak mengetahui
alasan pelaksanaan tersebut, maka Anda bisa memilih pola
pemecahan masalah.

6. Mengatur ide utama dengan menggabungkan beberapa pola


Anda bisa menggabungkan beberapa pola seperti yang
telah dijelaskan di atas. Misalnya Anda menggunakan pola
sebab – akibat secara keseluruhan dalam menceritakan
mengenai covid-19 dan akibatnya. Namun Anda bisa
mengurutkan akibatnya secara berurutan, pertama dampak
ke ekonomi, pariwisata, pendidikan dan yang lainnya atau
Anda lebih memilih pola spasial, yakni fokus pada akibat
dalam berbagai hal wilayah geografis.

7. Mempertimbangkan perbedaan budaya dalam menentukan


ide Utama
Dalam pemilihan pola, baiknya untuk
mempertimbangkan faktor perbedaan budaya karena latar
belakang audiens dan tempat dilaksanakannya presentasi
akan memengaruhi cara penyampaian atau penulisan naskah.

148
“Each culture teaches its members patterns of thought
and organization that are considered appropriate for
various occasions and audiences” 177.
Secara umum, penutur di Amerika Serikat cenderung to
the point atau langsung dibandingkan dengan pembicara dari
budaya lain. Sedangkan penutur di beberapa budaya Asia
kemungkinan tidak pernah terang – terangan nyatakan ide
utama mereka. Biasanya para pembicara di benua Asia
mengharapkan audiens yang akan menentukan ide utama
dengan menganalisi tema dan pesan presentasi yang
disampaikan.
Berbeda dengan Pembicara dari Roma dan Rusia yang
mungkin lebih cenderung memulai dari prinsip dasar dan
kemudian beralih dengan menceritakan fakta – fakta dan
ilustrasi yang dihubungkan ke ide utama. Memahami adanya
perbedaan budaya ketika mendengarkan sebuah presentasi
akan membantu Anda untuk menghargai dan mengerti
pengaturan pola dari pembicara yang memiliki budaya
berbeda dengan budaya Anda.
Recognizing the existence of cultural differences when
you are listening to a speech can help you appreciate
and understand the organizational pattern of a speaker
from a culture other than your own178.
b. Menetukan Ide Pendukung
Ide pendukung adalah materi – materi yang mendukung
ide – ide dari pembicara. Untuk menentukan ide pendukung
dalam menyusun naskah presentasi, ada beberapa strategi
yang Anda bisa menjadi panduan Anda diantaranya
1. Primary atau Recency,

177 Ibid., h. 100


178 Ibid., h. 101.

149
Strategi ini tidak hanya dapat digunakan untuk
menentukan ide utama di awal maupun diakhir presentasi
Anda, akan tetapi bisa digunakan untuk mennetukan ide
pendukung. Misalnya Anda memiliki beberapa statistik yang
ingin diperlihatkan kepada audiens sebagai pendukung ide
utama, maka Anda mungkin akan menyusun statistik secara
recency dimana akan menaruh statistik yang lebih memikat
atau menarik perhatian audiens di akhir presentasi.
2. Spesifik,
Kadang – kadang ide pendukung yang akan Anda
sampaikan mulai dari contoh – contoh yang spesifik ke lebih
umum. Anda bisa mencoba salah satunya dengan cara
menyampaikan informasi yang lebih spesifik pertama kali
dan menutupnya dengan pernyataan yang lebih umum atau
sebaliknya.
3. Complexity,
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bagaimana
menentukan ide utama, maka Anda bisa mengaplikasikan hal
yang serupa untuk mendukung materi – materi presentasi
Anda. Dalam banyak situasi Anda akan memulai
memperkenalkan ide pendukung yang lebih sedehana dan
mudah dipahami oleh audiens beruntuk ke ide pendukung
yang lebih kompleks. Misalnya Anda akan memperkenalkan
istilah yang mereka belum pernah dengar sebelum
memperkenalkan statistik yang berhubungan dengan istilah
tersebut.
4. Bukti “lemah” ke “kuat”
Ide pendukung dapat pula disusun dari menunjukkan
bukti “lemah” ke “kuat”. Bukti kuat berupa ilustrasi, deskripsi,
penjelasan, definisi, analogi atau opini. Sedangkan dikatakan
bukti “kuat” apabila melampirkan contoh – contoh factual dan
statistik.
Dalam menampilkan ide pendukung dengan strategi
seperti ini, Anda bisa menyajikannya dengan cara
menceritakan tentang pengalaman Anda. Misalnya Anda
ingin bercerita mengenai cara mengantisipasi penyebaran

150
covid 19, Anda bisa memulai dengan memakai masker
terlebih dahuludan menunjukkan dalam statistik ketika
setiap orang menjaga diri melalui mengikuti protocol
keselamatan melalui statistik. Dari penjelasan yang Anda
sampaikan, audiens Anda akan lebih memahami cara yang
ampuh yang dapat mereka lakukan untuk memutus rantai
penyebaran Covid 19.
Dari penjelasan beberapa strategi yang dapat
digunakan oleh Public Speaker dalam menentukan ide
pendukung, berikut kesimpulannya:
Tabel 1
Primacy Materi yang paling penting disampaikan
di awal presentasi
Recency Materi yang paling penting disampaikan
di akhir presentasi
Spesifik Materi yang lebih spesifik ditampilkan
lebih awal selanjutnya materi yang
lebih umum atau sebaliknya
Complexity Materi yang lebih mudah dimengerti dan
dipahami oleh audiens ditampilkan
lebih awal dan dilanjutkan materi yang
lebih komples
Bukti lemah ke Materi yang diwalai dengan berupa
bukti kuat pengalaman atau pendapat dan
dilanjutkan ke contoh – contoh factual
atau statistik

c. Menentukan Penghubung yang tepat


Antar ide utama dan ide pendukung sebaiknya
berhubungan secara baik, terjalin erat, dan kompak.
Kepaduan dan kesearasian dapat terwujud bila terdapat
kohesi atau penghubung antar keduanya. Untuk

151
menghubungkan antara ide utama dan ide pendukung,
memerlukan kepiawain dalam memilih frase yang tepat
sebagai penghubung sehingga pesan yang disampaikan lebih
kuat dan mampu memengaruhi audiens.
“Without connectives, a speech is disjointed and
uncoordinated—much as a person would be without
ligaments and tendons to join the bones and hold the
organs in place”179
Ada empat tipe penghubung yang digunakan dalam
Public Speaking yaitu
1. Signposting,
Signposting biasanya berupa pernyataan yang singkat
yang mengindikasikan fokus presentasi dari si pembicara.
Misalnya dengan menyatakan langkah pertama, kedua,
ketiga, dan selanjutnya. Salah satu cara untuk menggunakan
signposting adalah dengan menyebutkan poin utama dan
dapat pula dengan pertanyaan. Signposting dapat membantu
audiens Anda untuk mengikuti maksud yang akan kita
sampaikan.
2. Transisi
Transisi adalah kata atau frasa yang mengindikasikan
ketika pembicara telah melengkapi pertanyaan yang satu dan
akan berpindah ke pernyataan yang lainnya. Dengan kata
lain, pembicara akan melakukan tranisisi dari ide sebelumnya
ke ide yang lain.
3. Preview Internal
Preview internal biasanya adalah kata/frasa yang
membiarkan audiens mengetahui apa yang akan dilakukan
atau disampaikan oleh pembicara, namun lebih detail
daripada tranisisi.
4. Kesimpulan Internal

179Stephen E. Lucas. The Art of Public Speaking (Mc Graw. Hill education,

New York. 2015), h. 178.

152
Kesimpulan internal adalah kebalikan dari preview
internal. Apabila di preview internal, Anda mengizinkan
audiens Anda mengetahui apa yang akan disampaikan
selanjutnya, kesimpulan internal mengingatkan audiens apa
yang mereka baru saja dengarkan. Biasanya kesimpulan
internal ini akan diaplikasikan ketika baru saja menjelakan
hal – hal yang terlalu kompleks atau ide utama dari presentasi
Anda.Keempat tipe penghubung diatas akan membantu
naskah Public Speaking Anda lebih koheren dan apik
sehingga sangat bijak menggunakan keempatnya secara
efektif

153
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim.
Al Adhanie. FB. 2017. Retorika Dakwah. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Al-Haddad, Abdullah B’lawiy. 1980. al-Nashihu al-Diniyah,
diterjemahkan oleh Muhammad Abdai Rathomy,
dengan judul Petuah-Petuah Agama Islam. Semarang:
Toha Putra.
Anita, S. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta,
Universitas Terbuka
Almond, I. “Is there room for Critical Thinking in Islam: To be
Muslim is not to be politically asleep, but rather to be in
a permanent state of critique”, Aljazeera, diakses dari
https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/room-
critical-thinking-islam180406080925909.html, (9 Juli
2020)
Anggreani, C. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan ,
Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, Edisi 2, November.
Aisyah, St. 2017. Public Speaking dan kontribusinya terhadap
kompetensi da’i. Jurnal Imu Dakwah, Vol 37, No 2.
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
Aristotle. 1991. On Rhetoric, trans. G. A. Kennedy. New York:
Oxford University Press, 1378a
Aziz, Moh. A. 2019. Ilmu Dakwah, Jakarta. Prenada Media.
Barnlund, D. C. 2008. A transactional model of
communication. In. C. D. Mortensen (Eds.)
Communication theory (2nd Ed), pp. 47-57. New
Brunswick, New Jersey: Transaction.
Bagus Lorens. 2000. Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia
pustaka.

154
Bakry, Hasbullah. 1978. Sistematika Filsafat, Wijaya. Jakarta:
Wijaya
Bodie, G. D. 2010. A racing heart, rattling knees, and
ruminative thoughts: Defining, explaining, and treating
public speaking anxiety. Communication Education, 59,
70-105.
Boyce, M. 1979. Zoroastrians: Their Religious Beliefs and
Practices. London: Routledge.
Burhanudin, AM. 2016. Kemampuan Public Speaking
Mahasiswa Jurusan KPI IAIN Syekh Nurjati:
problematika dakwah. Orasi: Jurnal dakwah dan
komunikasi. Vol.7, No.2 (2016), IAIN syehk Nurjati
Cirebon.
Burgoon, J. K., Buller, D. B., & Woodall, W. G. 1996. Nonverbal
communication: The unspoken dialogue (2nd ed.) New
York: McGraw-Hill.
Cambridge Dictionaries Online, s.v. “Zoroastrianism,”
accessed Juuly 20, 2020,
http://dictionary.cambridge.org.
Church, A., & Slizer, R. 2014. Going behind the corporate
curtain with a blueprint for leadership potential. People
and Strategy, 36(4).
Departemen Agama RI, 2010. Al – Qur’an dan Terjemahannya.
Bandung: MQS Publishing,
Denstadli, D,M. T. E. Julsrud, and R. J. Hjorthol. 2012.
Videoconferencing as a Mode of Communication: A
Comparative Study of the Use of Videoconferencing and
Face-to-Face Meetings,” Journal of Business and
Technical Communication 26, no. 1.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djamarah, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Keluarga Orang
Tua dan Anak dalam Keluarga, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

155
Docan – Morgan, T & L. Nelson. 2015. The Benefits and
Necessity of Public Speaking Education.
D. Zarefsky. 2005. Public speaking: Strategies for success (4th
ed.). Boston: Pearson.
Dwijananti P dan D. Yulianti. 2010. “Pengembangan
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui
pembelajaran problem based instruction pada mata
kuliah fisika lingkungan”. Jurnal Pendidikan fisika
indonesia. Vol 6, No 2 (2010).
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/112
2
Echols, Jhon & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia)
Efendi, E. 2016. “Tabayyun dalam Jurnalistik. Jurnal
Komunikasi Islamika: Jurnal Komunikasi dan Kajian
Islam”.
Elfiki, I. 2000. Terapi Komunikasi Efektif. The Canadian
Training Centre of NLP
Em Griffin. 2012. Communication a First Look at
Communication Theory, New York: McGraw Hill,
Festinger, L. 1957. A theory of cognitive dissonance.
Evanston, IL: Row, Peterson, & Company.
Flesher, J. Ilardo, and J. Demoretcky, 1974. “The Influence of
Field Dependence, Speaker Credibility Set, and Message
Documentation on Evaluations of Speaker and Message
Credibility,” Southern Communication Speech Journal
34.
Frymier, A. B., & Nadler, M. K. 2007. Persuasion: Integrating
theory, research, and practice. Dubuque, IA:
Kendall/Hunt.
Hasanudin. 1996. Hukum Dakwah, Cet. I; Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.
Hassoubah. ZI. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis.
Bandung: Nuansa.

156
Hilda, Meilisa. 22 Pasien Positif Corona di Jatim Sembuh,
Persentase Kesembuhan Capai 21%. detikNews. 2 April
2020 Diakses dari
https://www.google.com/search?q=persentase+kond
isi+pasien+positif+covid+19+jawa+timur&safe=stri
ct&prmd=niv&sxsrf=ALeKk02Awntvx_LXKUPuI9xbFx
jUhhFCHQ:1597033192514&source=lnms&tbm=isch
&sa=X&ved=2ahUKEwiXiYmh5I_rAhXEZSsKHcN6DFU
Q_AUoAnoECAoQAg&biw=360&bih=598#imgrc=bDP
RUL9N-yr4BM. diakses pada 8 agustus 2020
Fikri. A. 2020.Representasi Konsep Retorika Persuasif
Aristoteles dalam Pidato Ismail Haniyah untuk Umat
Islam Indonesia. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri
HumanioraVol.5. No.3. Maret.
Finn, A. N., Sawyer, C. R., Schrodt, P. 2009. Examining the
effect of exposure therapy on public speaking state
anxiety. Communication Education, 58(1).
G. L. Grice, & Skinner, J. F. 2009. Mastering public speaking:
The handbook (7th ed.) Boston, MA: Pearson.
Gladen Rockler- N. Job skills that every college student needs:
Writing, speaking, professionalism, and other important
knowledge. Suite 101.com. Retrieved
from.http://studyskills.suite101.com/article.cfm/job_s
kills_that_every_college student_needs. (1 Agustus
2020)
Jafar, I. 2007. ”Konsep Berita dalam Alquran (implikasinya
dalam Sistem Pemberitaan di Media Sosial. Jurnalisa
3(1)
Janis, I. 1972. Victims of Groupthink. Boston: Houghton
Mifflin.
Jhons A.H. 2011. “Shu’ayb, Orator of the Prophets: Reflections
on Qur’anic Narrative”. Journal of Qur’anic Studies 13.2:
136–148 Edinburgh University Pres.

157
Jaffe, C. 2010. Public speaking: Concepts & skills for a diverse
and society (6 Ed.). Boston, MA: Wadsworth. Engage
Learning.
Kathleen S. Verderber. 2012. nter-Act: Interpersonal
Communication Concepts, Skills, and Contexts. Oxford.
Kennedy, SB. 2012. The Hijacking of Foreign Policy Decision
Making: Groupthink and Presidential Power in the Post
9/11 World,” Southern California Interdisciplinary Law
Journal 21
Kock. N., 2009. Information Systems Theorizing Based on
EvolutionaryPsychology: An Interdisciplinary Review
and Theory Integration Framework,MIS Quarterly 33,
no. 2.
……….. 2005. Media Richness or Media Naturalness? The
Evolution of Our Biological Communication Apparatus
and Its Influence on Our Behavior toward E-
Communication Tools,” IEEE Transactions on
Professional Communication 48, no.: 121.
Kuswana WS. 2012. Taksonomi Berpikir. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya.
Lucas, S. E. 2001. The art of public speaking (7th ed.). New
York: McGraw-Hill.
National Communication Association.NCA credo for ethical
communication. Retrieved from
http://www.natcom.org/uploadedFiles/About_NCA/L
eadership_and_Governance/Public_Policy_Platform/PD
FPolicyPlatform-
NCA_Credo_for_Ethical_Communication.pdf. 1999
Noer M. Penggunaan Skema Warna yang Harmonis Dalam
Slide Presentasi. 10 Juni 2015 Diakses dari
https://www.presentasi.net/warna-dalam-presentasi/
tanggal 20 Juli 2020, pukul 14.30
Nurasima. 2018. Etika berkomunikasi dalam Islam (kajia
surat an nisa ayat 148-149). Skripsi. Univeristas Islam
negeri Ar Raniry.

158
Matua, GE, Seshan, V, Akintola, AA & Thanka AN. 2014,
Strategies for providing effective feedback during
preceptorship: Perspectives from an Omani hospital’,
Journal of Nursing Education and Practice, Vol. 4, No. 10.
Mc Croskey, J. C. and J. J. Teven. 1999. “Goodwill: A
Reexamination of the Construct and Its Measurement,”
Communication Monographs 66, no. 1.
……….. 1969. A Summary of Experimental Research on the
Effects of Evidence in Persuasive Communication,”
Quarterly Journal of Speech 55: 172.
……….. 2003. Principles of public speaking. Indianapolis, IN:
The College Network.
M.Fraleigh, D and Joseph S.Tuman.2017. Speak Up! an
ilustared guide to public Speaking fourt edition.. Boston,
New York. Bedford/St. Martin’s
Muh. Said, N. 2015. Metode Dakwah (Studi Al-Qur’an Surah
An Nahl Ayat 125, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 16, No 1.
Juni.
Mukayimah. M. 2015. Strategi Komunikasi Rasulullah dalam
Kitab Shahih Bukhari – Muslim ( Bab Ahklak dan
Ibadah). Skripsi. UIN Walisongo.
Muliadi. 2012. Dakwah Efektif; Prinsip, Metode dan
Aplikasinya. Makassar: Alauddin University Press.
Muliati Amin. 2011. Teori-teori Imu Dakwah. Cet I; Makassar:
Alauddin University Press
Munsyi,AK. 1981. Metode Diskusi dalam Dakwah, surabaya:
Al-Ikhlas.
Munir, M. & Wahyu Ilaihi,2012. Manajemen Dakwah,. Cet 3,
Jakarta: Kencana.
Muscato, C. Connections between Reading & Speaking Skills.
Diakses dari
https://study.com/academy/lesson/connections-
between-reading-speaking-skills.htm. Pada tanggal 23
Juli 2020, Pukul 18.00 WITA

159
Mustofa. A. 1992. Tafsir Al-Maraghi juz xxiv. Semarang: Cv.
Toha Putra.
O’Hair D, Hannah Rubenstein, and Robert Stewart. 2016. A
Pocket Guide to Public Speaking: Fifth Edition.. Boston.
New York. A Mamillan Education Imprint.
Ontario Consultants on Religious Tolerance,
“Zoroastrianism,” Religious-Tolerance.org, March 24,
2005,
http://www.religioustolerance.org/zoroastr.htm. (10
agustus 2020)
Parker, K. A.Lenhart, and K. Moore. 2011. The Digital
Revolution and Higher Education: College Presidents,
Public Differ on Value of Online Learning (Washington,
DC: Pew Research Center, August 28, 1.)
Petty, R. E., & Cacioppo, J. T.1986. The elaboration likelihood
model of persuasion. Advances in Experimental Social
Psychology.
Rahmat, Jalaluddin. 2006. Etika Komunikasi Perspektif Religi,
cet. 2. Jakarta: Kencana.
……….. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
……….. 1993. Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut al-Quran,
dalam Audentia. Bandung: Pustaka Pelajar.
………., 2011. Retorika Modern pendekatan praktis, Bandung:
Remaja rosdakarya.
Rizqa, H “Terungkap, Rasulullah saw. Sosok Orator Ulung”.
Republika.co.id. 11 Oktober
2018.(https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/18/10/11/pgeu6v320-terungkap-
rasulullah-saw-sosok-orator-ulung, diakses pada
tanggal 15 Juli 2020)
Reychler, Luc. 2006. Challenges of Peace Research.
International Journal of Peace Studies, Volume 11,
number 1, Spring/Sumer.

160
Reinard, J. C. 1991. Foundations of Argument. Dubuque, IA:
William C. Brown.
Rijal. S. 2011. Melihat Syariat Islam dari Berbagai Dimentasi.
Banda Aceh: Perpustaka Nasional: Katalog
dalamTerbitan (KDT) MelihatSyari’at Islam dari
Berbagai Dimensi Nanggroe Aceh Darussalam.
Rokeach, M., 1979. Understanding Human Values. New York:
Free Press.
Rohman. A. 2007. Komunikasi dalam al-Quran: Relasi Ilahiyah
dan Insaniyah.Malang: UIN-Malang Press.
Rowan, K. E. 1995. A new pedagogy for explanatory public
speaking: Why arrangement should not substitute for
invention. Communication Education. unknown
publisher
Santrock J,W. 2004. Live – Span Development: Perkembangan
masa hidup. Jakarta: Erlangga.
Sherif, M., & Hovland, C. I. 1961. Social judgment: Assimilation
and contrast effects in communication and attitude
change. New Haven, CT: Yale University Press.
Shihab. MQ. 2002. Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan
Keserasianal-Quran, Vol. 2. Jakarta: Lentera Hati.
……….. 2001. Membumikan Al-quran, Fungsi dan Peran
Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.
Suparta, Munzier. dkk. 2003. Metode Dakwah. Jakarta:
Kencana.
Syukir, Asmuni. 1986. Dasar-dasar Strategi Dakwah,
Surabaya: Al Ikhlas
Sirait, CB. 2007. The Power of Public Speaking. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sprague at al. 2010. The speaker’s handbook (9th ed.).
Boston, MA: Wadsworth Cengage.
Stucky, L. What is the Ideal Rate of Speech. Diakses dari
https://clearly-speaking.com/what-is-the-ideal-rate-

161
of-
peech/#:~:text=A%20good%20rate%20of%20speech
,a%20slower%20rate%20is%20preferable. 30 Juli
2015. Diakses pada tanggal 20 Juli 2020. Pukul 21.40
WITA.
Sulaiman. A. dan Nandy Agustin Syakarofath. 2018 “Berpikir
Kritis: Mendorong Introduksi dan Reformulasi Konsep
dalam Psikologi Islam”. Univeristas Gajahmada. Buletin
Psikologi. Vol. 26, No. 2.
Suryabrata S. 2012. Metodologi penelitian. Jakarta: Rajawali
Pers.
Tannen, D. 1994. The talk of the sandbox: How Johnny and
Suzy’s playground chatter prepares them for life at the
office. The Washington Post. Retrieved from
http://www9.georgetown.edu/faculty/tannend/sandb
ox.htm.
Tilley, E. The ethics pyramid: Making ethics unavoidable in
the public relations process. Journal of Mass Media
Ethics, 2005. (2 Agustus 2020)
TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3
Cetakan 2 ( Jakarta: Balai Pustaka),.
Tim Gama Press. 2010. Kamus Ilmiah Populer,. Yogyakarta:
Gama Press.
Tim, 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Turmel, W. 2011. Ten Steps to Successful Virtual
Presentations. Alexandria, VA: ASTD Press.
Umar,Toha Y. 1979. Ilmu Dakwah,. Jakarta: Wijaya
Wiyanto, A. 2001. Berpidato yang Memukau. Jakarta. Balai
Pustaka
Wrenc. J. 2012. Public speaking Practice and Ethics, New
York: Unnamed Publisher.

162
Zuhaily. W. 1991. Tafsir Munir, Beirut: Dar al-Fikr 1991
Enhancing Its Hits, Apple Adds Movie Rentals, Ultralight
Laptop. Diakses dari
https://www.nytimes.com/2008/01/16/technology/1
6apple.html. (16 Juli 2020)
https://esqtraining.com/intonasi-dan-artikulasi-yang-tepat-dalam-
melakukan-presentasi-perhatikanlah/ “Intonasi dan
Artikulasi yang tepat dalam Melakukan Presentasi,
Perhatikanlah” (Diakses 20 Juli 2020)
https://tafsirweb.com/7372-quran-surat-ar-rum-ayat-
8.html/ (Diakses 17 Juli 2020)
Tim Detik.com-detikNews.Grafik Corona di RI 3 Juni: Kasus
Baru, Sembuh, Meninggal Naik. Detik News. 3 Juni 2020.
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-
5039260/grafik-corona-di-ri-3-juni-kasus-baru-
sembuh-meninggal-naik ( 17 Juli 2020)
National communication Association.
http://www.natcom.org/uploadedFiles/About_NCA/L
eadership_and_Governance/Public_Policy_Platform/PD
FPolicyPlatformnNCA_Credo_for_Ethical_Communicati
on.pdf. 199 (2 Agustus 2020)
https://kalam.sindonews.com/surah/29/al-ankabut.
(Diakses 15 Juli 2020)
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/71/Public-
Speaking-Bekal-Untuk-Menjadi-Seorang-
Pemimpin.html, (Diakses 16 Juli 2020)
https://www.consultpivotal.com/visual_aids_presentation.h
tm. (Diakses 15 Juli 2020)
https://www.toastmasters.org/resources/public-speaking-
tips/visual-aids-and-props. (Diakses 15 Juli 2020)
https://www.ted.com/talks/matt_walker_sleep_is_your_sup
erpower. (Diakses 16 Juli 2020)

163
https://open.lib.umn.edu/publicspeaking/chapter/14-4-
practicing-for-successful-speech-delivery/. (Diakses 20
Juli 2020)
http://www.technavio.com/report/video-conferencing-
market-globalopportunity-trends-forecast-2015-20
https:// kalam.sindonews.com/cara rasulullah berbicara. (29
Juli 2020)
https://republika.co.id, (Diakses 30 juli 2020)
https://republika.co.id//humor-nabi –muhammad, diakses
(1 Agustus 2020)
http://smpi.alhasanah/pengetahuan/publik-speaking-
ala-rasulullah, (30 Juli 2020)
https://almanhaj.or.id//petunjuk-rasulullah-saw-dalam-
berkhutbah-jumat.html
https://republika.co.id, (30 Juli 2020)
https://themuslimoptimist.wordpress.com/2015/12/28/us
eful-guidelines-on-public-speaking/. (1 Agustus 2020)
https://raggiungere.wordpress.com/2007/04/17/public-
speaking-from-an-islamic-standpoint-using-the-voice-
of-the-muslim-youth-for-allah/. (1 Agustus 2020)
https://slideplayer.com/slide/8480404/ (manfaat dari tiap
– tiap visual aid). (1 Agustus 2020)
https://www.slideshare.net/sjbians/creating-effectivve-
visual-aids-70845659 (creating effective visual aid. (1
Agustus 2020)
https://www.nytimes.com/2008/01/16/technology/16app
le.html. Enhancing Its Hits, Apple Adds Movie Rentals,
Ultralight Laptop. (15 Juli 2020)

164

Anda mungkin juga menyukai