Anda di halaman 1dari 3

Ustadz Aditya Abdurrahman

Geluti Dakwah di Jalur Underground


Perasaan Ustadz Aditya Abdurrahman mulai bimbang dan ragu-ragu saat
murobbinya menyarankan dia untuk berdakwah ke komunitas punk, komunitas yang
sudah hampir lima tahun ia tinggalkan dan totalitas hijrah memperdalam islam.
Betapa tidak, kala itu ia telah berjanji kepada dirinya untuk tidak lagi menyentuh
dunia punk lagi dan sejak itu pula ia tak pernah lagi bertemu dengan teman-teman
punk-nya.
Namun hatinya telah yakin, bahwa tidak kembali untuk mendakwahi komunitas
yang punya ciri khas rambut seperti landak itu adalah dosa. “Karena yang akan saya
sampikan adalah kebaikan. Jika ini tidak disampikan, maka saya berdosa.”
Lalu tahun 2010, Aik, demikian sapaan akrabnya, mengumpulkan beberapa
teman punk-nya yang sudah hijrah untuk membuat komunitas yang diberi nama
Underground Tauhid. Dalam komunitas ini, ia mulai menggencarkan dakwahnya. Dia
mulai melacak keberadaan kelompok-kelompok underground di Surabaya.
“Mendakwahi mereka itu agak berbeda. Awalnya saya mendatangi mereka secara
personal satu per satu, mengajak mereka ngobrol santai tanpa membahas Islam.
Sebisa mungkin saya membuat mereka akrab dan menerima keberedaan saya,” terang
pria kelahiran Madiun itu saat ditemui Suara Hidayatullah beberapa waktu lalu.
Ketika mereka mulai mencurahkan isi hatinya, lanjutnya, maka mereka mulai
percaya dengan kita, “di situlah baru kita menyampaikan nila-nilai Islam.”
Ia juga menambahkan, untuk bisa lebih dipercaya, seorang dai harus menjadi
barometer seorang muslim yang baik, “jangan sampai kita terlihat susah dihadapan
mereka.”
Tahun 2011 ia mendirikan Punk Muslim di Surabaya, yang sudah pernah ada di
Jakarta. Di kominitas ini membuat beberapa halaqoh anak-anak punk untuk dibina.
“Dengan format kajian mereka ogah akan datang, maka saya mengubahnya
menjadi kongkow dan sharing. Mereka pun banyak yang datang, bahkan banyak yang
bertato,” terang alumnus Istitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Materi yang kerap kali disampikan Ustadz Aik adalah tentang ghazwul fikri
(perang pemikiran). Kenapa langsung pemikiran, bukan dasar-dasar tauhid atau rukun
Islam? Menurutnya, mereka sangat suka mengenai isu tersebut.
“Anak punk itu berbeda, mereka memiliki idealisme. Mereka pernah berjuang
mati-matian melawan ketidakadilan, hanya saja ketidakadialan tanpa batas versi
marxisme. Saya hanya tinggal mengubah patokan mereka dan sumber mereka
menjadi Islam, beres,” pungkas ayah dua anak tersebut.
Penulis buku Melawan Arus itu juga menegaskan bahwa mendakwahi mereka
harus membicarakan logika, “Qur’an dan Hadits disimpan dulu, karena mereka belum
beriman.”
“Selanjutnya, saya akan menampilkan kepada mereka bahwa berislam itu gak
harus seperti anak-anak pesantren, karena bagi mereka itu nggak keren dan tidak
menarik. Mereka kerap kali berkumpul sambil memakai style anak punk. Islam nggak
harus membuat mereka meninggalkan atribut dan gaya mereka, itu pemahaman
mereka di awal. Biarkan mereka tetap pakai kaos metal dan rambut mohawk,” terang
Pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jawa Timur itu.
Setelah beberapa kali dibina, lanjutnya, dengan sendirinya mereka akan
meninggalkan hal itu.

Hijrah
,Aditya Abdurrahman dilahirkan pada 29 September 1981silam, ia memang lahir
dan dibesarkan dari keluarga berbakat musik. Hal itu membuat dia keciprat bakat
musik. Awal dia mengenal musik underground ketika masih duduk di bangku kelas 2
SMP pada tahun 1995. Saat mengenal musik punk itulah kehidupanya berubah drastis.
Ia mulai merasa memiliki hasrat pemberontkan.
“Musik punk itu gabungan antara Rock and Roll dan spirit pemberontakan,”
terangnya.
Saat dibangku SMA, hasratnya kian parah dan akhirnya masuk komunitas punk di
ranah yang cukup berbahaya. Tak hanya bermain musik dan membuat grup band,
tetapi juga merasuk ideologinya yang sangat melekat seperti liberalisme, marxisme
dan anarkisme. Bahkan ia sempat ikut gerakan-gerakan demonstrasi kepada
pemerintah pada tahun 1997.
“Pada tahun 2005 saya punya cita-cita manggung dengan band favorit saya dari
luar negeri. Suatu ketika, band itu menggelar konser di Surabaya, dan panitia
acaranya menelpon saya untuk ikut manggung sebagai band pembuka, ketika itu hati
saya sangat senang luar biasa. Setelah itu, selesai manggung saya sudah tidak punya
cita-cita lagi,” ujar Aik menceritakan masa lalunya.
Setelah lulus kuliah, dia sudah merasa tak nyaman lagi di dunia punk karena telah
mencapai cita-citanya konser satu panggung dengan grup band favoritnya. Lalu
muncul dalam benaknya untuk membenahi hidup dan memikirkan calaon pasangan
hidup. "Saat itu saya hanya menggunakan logika sederhana saya saja. Kalau saya
masih nakal, maka akan mendapat istri yang tidak baik.”
“Saya sudah punya niat untuk menjadi baik, tapi ketika itu saya sempat mangung
lagi. Kala itu di Balai Pemuda, Surabaya,” lanjutnya.
Saat itulah ia mulai merasa tertekan. Hatinya sudah tak ada di situ lagi. Di
depannya asap rokok mengepul dan bau alkohol menyerbak dari para penonton.
“Hari itu saya memutuskan, setelah turun panggung, saya sampaikan kepada
semua teman-teman band bahwa saya ingin keluar dari band,” kisahnya yang ketika
itu dia bersama bandnya telah mengeluarkan lebih dari lima album.
Sejak itulah ia totalitas meninggalkan punk dan totalitas memperdalam Islam dari
satu masjid ke masjid lainnya.

Sinergi Dakwah
Saat ini, Ustadz Aditya membuat yayassan Better Youth Foundation, sebuah
gerakan dakwah yang tak hanya merangkul anak-anak punk, tetapi juga merangkul
anak-anak muda yang belum tersentuh dakwah.
“Targetnya, kami membagi menjadi 4 golongan. Pertama, anak muda aktifis
Islam. Kedua, mereka yang tertarik dengan kajian tapi belum terbina. Ketiga,
kalangan anak main, masih fifty-fifty, ikut kajian tapi masih pacaran. Yang keempat,
anak muda yang kontra dengan Islam,” jelas dosen Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Veteran, Surabaya ini.
Terakhir, dia berpesan kepada pegiat dakwah yang masuk di segmen anak muda,
bahwa seorang dai harus mempelajari tentang anak muda masa kini, jangan hanya
menghakimi mereka karena tak dekat dengan agama.
“Pahami mereka dan cari letak klik mereka. Jangan datang sebagai hakim, tapi
datanglah untuk merangkul mereka,” pesannya.*/Sirajuddin Muslim

Anda mungkin juga menyukai