Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REVIEW JURNAL

Mata Kuliah Psikologi Islam

Dosen Pengampu:

Drs. Zaenal Abidin, M.Si.

Disusun oleh :

Andreyzal Helansusanda Pratama 15000118130160

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Psycho-Sufistic Therapy of Underground Sufism Movement:
A Healing Method Against Punk Community in Jakarta
Nama penulis : Abdul Muaz, Adang Darmawan Ahmad
Tahun : 2019
Nama Jurnal : Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism
Vol, issue, no. halaman : 8, 2, 131-144
DOI :

PENDAHULUAN
Latar Belakang:
ABC Australia melaporkan bahwasannya komunitas punk di Indonesia merupakan
komunitas punk terbesar di dunia. Biasanya komunitas ini tersebar di beberapa kota
besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Pekanbaru, dan kota lainnya.
Hingga saat ini, pandangan masyarakat mengenai punk masih terbilang negatif.
Masyarakat masih menganggap bahwa orang-orang yang tergabung dalam komunitas
punk merupakan orang-orang yang nakal, bertato, kotor dan menjijikan, tidak
berpendidikan, dan mengalami broken home.
Pada umumnya, komunitas punk lahir dari hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan
dari pemerintah yang merugikan. Suara dan kritikan dari komunitas punk benar-benar
tidak bisa dibungkam karena ideologi mereka yang kuat. Biasanya mereka
berekspresi dalam menyuarakan aspirasinya melalui musik yang lagunya berisi lirik
yang mengkritik. Lirik-lirik tersebut benar-benar membangkitkan gairah dari para
pendengarnya, terutama kaum yang merasa tertindas.
Di Indonesia, komunitas punk sangatlah besar. Mereka mempunyai ideologi masing-
masing yang sulit untuk diidentifikasi. Beberapa komunitas punk yang terbentuk
murni karena mempunyai motivasi yang revolusioner dalam hal sosio-politik,
sedangkan beberapa terbentuk hanya untuk bersenang-senang atau sekadar ikut-
ikutan. Di Jakarta sendiri juga terbilang besar komunitas punknya. Mereka biasanya
tinggal di daerah pemukiman padat, di bawah jembatan, terminal, stasiun kereta,
pasar, maupun di pinggir trotoar. Mereka mengaku tidak ingin terekspos oleh media,
karena memang itulah ideologi mereka.
Antara komunitas punk dengan agama memang mempunyai cerita tersendiri.
Berbagai pemuka agama menolak keras adanya komunitas punk. Padahal jika
dipahami, orang-orang dalam komunitas punk adalah orang-orang yang mempunyai
kebutuhan dan keinginan seperti orang pada umumnya. Mereka sama-sama
membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan aktualisasi diri. Berdasarkan hubungan
komunitas punk dengan agama, ada cerita menarik dari salah satu pemuka agama dan
sekaligus dosen UIN Syarif Hidayatullah, yaitu Halim Ambiya. Ia seorang editor
buku-buku Islam sejak 2012 sekaligus pendiri “Tasawauf Underground” yang
didirikan tahun 2016. Pendirian Tasawauf Underground dilandasi oleh dakwah
tasawuf di dunia maya yang akan sia-sia dan tak ada gunanya secara langsung
menjangkau komunitas. Maka dari itu, ia memilih untuk melakukan pendekatan dan
pemberdayaan komunitas punk dan anak jalanan saat melihat kondisi mereka
memprihatinkan. Melalui metode “Peta Jalan Pulang atau Home Road Map”, ia dan
rekannya mendirikan Tasawuf Undergroud yang kemudian mengundang komunitas
punk dan anak jalanan untuk mengenali diri dan identitas mereka.
Tinjauan Teori:
 Variabel penelitian:
Psycho-Sufistic Therapy
 Hipotesis penelitian:
Metode Peta Jalan Pulang yang digagas Tasawuf Underground mampu
membantu komunitas punk dan anak jalanan dalam mengenali dirinya

METODE
Subjek:
Subjek merupakan komunitas punk dan anak jalanan di Jakarta.

Prosedur:
Penelitian ini menggunakan deskripsi kualitatif dengan melakukan observasi dan
wawancara

Instrumen:
Panduan observasi dan wawancara

Analisis Data:
Analisis data menggunakan pendekatan suluk dalam tasawuf dan teori aktualisasi diri
dalam psikologi humanistik
HASIL DAN DISKUSI
Hasil penelitian didapatakan melalui wawancara kepada pendiri Tasawuf
Underground, Halim Ambiya, yang dirangkum menggunakan tema-tema berikut ini.

1. Metode pendekatan kepada komunitas punk


Metode yang dilakukan oleh Tasawuf Underground menggunakan pendekatan
personal dimana orang-orang di komunitas punk dianggap sebagai teman.
2. Konsep dasar metode Peta Jalan Pulang
Konsep dasar Peta Jalan Pulang merupakan pengantar maqam tawba dalam tasawuf,
yaitu pertaubatan untuk kembali ke jalan yang benar, mengakui kesalahan dan dosa,
juga kembali ke perjanjian primordial sebagai hamba yang tunduk pada tuhan.
3. Terinspirasi dari pemikiran Syekh Abdul Qodir Al Jailani
Konsep Peta Jalan Pulang diambil dari pemikiran Syekh Abdul Qodir Al Jailani yang
tertuang dalam kitab Sirrul Asrar.
4. Metode lain Peta Jalan Pulang
Metode Peta Jalan Pulang juga mengacu pada model Tariqa Al-Qadiriah
Naqsabandiah (TQN). Halim Ambiya (pendiri Tasawuf Underground) juga
merupakan praktisi Tariqa Al-Qadiriah Naqsabandiah (TQN)
5. Aspek non agama
Selain aspek agama, aspek lain yang juga diberdayakan yaitu aspek sosial-ekonomi
untuk membantu orang-orang punk dapat mempunyai keterampilan untuk berinteraksi
dengan masyarakat maupun dalam pekerjaan.
6. Tahap aktualisasi diri dalam “Peta Jalan Pulang”
Fase ini merupakan bagian dari bimbingan dan perwujudan pemberdayaan
kemampuan khusus masing-masing orang di dalam komunitas punk untuk
mewujudkan aktualisasi diri.
Output dari metode Peta Jalan Pulang yaitu orang-orang komunitas punk akan
memiliki tingkat spiritual yang lebih baik dan siap untuk kembali ke keluarga mereka
masing-masing. Mereka juga diharapkan mendapat respon yang positif oleh
masyarakat dan tidak akan lagi mendapat stigma yang negatif.
KESIMPULAN
Tasawuf Underground memperkenalkan metode Peta Jalan Pulang yang menjadi
alternatif terapi Psikosufistik untuk menangani orang-orang yang tergabung dalam
komunitas punk dan anak jalanan yang sering dipinggirkan oleh masyarakat. Metode
tersebut memadukan antara tasawuf dari tarekat Qadiriyy ah-Naqsabandiyyah dan
psikologi humanistik. Metode tersebut bisa digunakan secara luas untuk menangani
orang-orang yang dicap sebagai “penyakit masyarakat” yang tergabung dalam
komunitas tertentu. Intervensi dengan metode tersebut membantu orang-orang
komunitas untuk dapat mengenal dirinya lebih jauh, sehingga perilaku yang tidak
sesuai nilai dan norma dapat teratasi.
CRITICAL APPRAISAL
Kritikan dan Saran :
Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data
berupa observasi dan wawancara. Di jurnal hanya hasil wawancara yang dijelaskan,
sedangkan tidak ada penjelasan dari hasil observasi. Bahkan tidak dijelaskan
observasi digunakan untuk siapa.

Saran kepada peneliti bisa menjelaskan metode observasi digunakan kepada siapa dan
bagaiamana hasil observasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai