Anda di halaman 1dari 2

Anak Punk Dalam Patologi Sosial

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang definisi “punk” itu sendiri, mari kita pahami dulu latar belakang
“punk” ini.

Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara Inggris, pada awal mulanya, sekelompok punk
selalu saling berselisih paham dengan golongan skin head. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk mulai
merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah bersatu, karena mempunyai semangat dan
visi yang sama. Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal 1970-an. Punk juga
bisa berarti ideologi kehidupan yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan sekelompok anak muda yang
diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan cepat berkembang di Amerika yang mengalami masalah
ekonomi dan keuangan yang diawali oleh kemerosotan moral olah para tokoh politik yang memicu tingkat
penggerakan dan dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusahan menyindir para penguasa dengan cara-cara
mereka sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar dan
menghentak-hentak.

Punk bicara tentang kebebasan, kontrol diri tanpa norma yang menjerat, banyak masyarakat yang
menganggap anak punk itu tidak lain sama preman, tukang mabuk, sampah bagi masyarakat dan lain
sebagainya, tetapi mereka juga punya komunitas tersendiri yang anti penindasan, anti di kekang, dan anti
kemapanan tetapi juga banyak anak-anak yang mengaku sok punk tanpa tau arti punk itu sebenarnya. Punk
bukan hanya musik, bukan fashion semata tapi punk adalah gaya hidup yang mempunyai idealisme sendiri.
Perjalanan punk bukanlah tanpa tujuan, dengan keberadaanya yang terbukti kecil namun tetap berarti.

Kenapa anak punk bisa dikategorikan sebagai patologi sosial ?

Menurut kami, kenapa anak punk bisa dikategorikan sebagai patologi sosial karena kebanyakan masyarakat
cenderung berfikir bahwa anak punk itu merupakan sekumpulan anak muda yang mengganggu ketertiban
dan ketentraman masyarakat sekitar. Mereka berfikir demkian dikarenakan penampilan mereka yang
cenderung bertentangan dengan norma-norma yang ada dan berkembang dimasyarakat seperti badan bertato,
rambut tidak tertata dengan rapi dan pakaiannya kurang sopan dimata masyarakat. Masyarakat cenderung
mengaggap kalau apapun yang bertentangan deangan stereotipe yang sudah diyakini sebagai kebenaran
adalah sesuatu yang salah oleh sebab itu punk dianggap sebagai penyakit sosial di masyarakat, karena punk
ini sendiri yang berdiri dengan ideologinya yang mengutamakan kebebasan ekspresi tanpa batasan seolah
keluar dari “lingkar normal masyarakat” atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat itu.

Kami sendiri memakai teori konflik dalam penelitian akan masalah yang kami bahas di artikel ini.
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa Perubahan Sosial tidak terjadi melalui proses
penyesuaian nilai -nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan
kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Kami berhasil mendapatkan narasumber untuk
di wawancarai untuk mengetahui apa itu punk dari perspektif orang yang pernah hidup di jalan mengalami
semua hal bersama perkumpulan punk.

Mantan anak punk ini berasal dari Kediri, dia bernama Hendrawan. Ketika kami mewawancarai dia via
telepon dan bertanya tentang apa itu punk menurutnya, dia menjawab bahwa anak punk bukanlah
sampah masyarakat seperti yang masyarakat anggap, anak punk itu memiliki alasan yang berbeda untuk
menjalani kehidupan di jalan. Ada yang menjadikan punk sebagai jalan pelarian, ada yang menjadikan punk
sebagai tempat menimba ilmu hidup yang tidak bisa didapat dari sekolah, dan bahkan katanyadia pernah
menemui seorang anak yang turun ke jalan dan menjadi punk karena itu sudah menjadi cita-citanya.
Hendrawan mengatakan bahwa anak punk menganggap jalanan adalah sekolah dan semua pengalaman
yang didapat dijalanan adalah pelajaran, dia juga menuturkan bahwa punk yang sebenarnya itu bukanlah
punk yang mencopet, begal, menggangu ketertiban umum, dan hal hal buruk lainnya, punk yang
sebenarnya adalah mereka yang mencari jalan hidup dan punk adalah sebuah proses yang membentuk
pribadi yang siap akan jalan hidup yang akan diterima oleh masing masing orang. “punk enggak maling,
karena kami tau segalanya yang gak berkah enggak bakal di ridhoi Tuhan, iya kami punk tapi kami tau
mana hak orang lain dan mana hak kami.” Hendrawan sendiri mengaku dia turun kejalan karena mencari
tempat pelarian untuknya. Dimana dia bisa mendapatkan kasih sayang dan solidaritas dari kawan kawan
punk di jalan.

Yang dapat kami simpulkan dari hasil penelitian lapangan kami yang berupa wawancara adalah
ternyata anak punk tidak seburuk seperti apa yang ada di opini masyarakat, mereka bukan hanya sekedar
sekelompok anak muda dengan busana yang ekstrim, hidup dijalanan dan musik yang keras, mereka
memiliki solidaritas yang kuat, mereka berbekal etika DIY (Do It Yourself : kita dapat melakukannya
sendiri), faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi adanya komunitas anak punk, sebagai berikut :

- Lingkungan keluarga
Kurangnya kasih sayang orang tua dan anggota keluarga akan memberi dampak bagi kehidupan
mereka

- Lingkungan sekolah
Dalam pandangan remaja guru adalah cerminan dari alam luar, remaja percaya bahwa guru
merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil
guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan

- Lingkungan teman sebaya


Remaja cenderung berusaha untuk bebas dari keluarga dan tidak bergantung pada keluarga,
disisi lain ia takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa kanak
kanaknya

- Lingkungan dunia luar


Lingkungan luar baik secara langsung tidak langsung, baik itu benar maupun salah, akan
berpengaruh bagi remaja yang masih dalam tahap pencarian jati diri, lingkungan dunia luar
semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor faktor kemajuan teknologi, transportasi,
informasi dan globalisasi.

Sumber:

Anda mungkin juga menyukai