Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PELAJAR YANG MENJADI PUNK DI INDONESIA”

Dibuat oleh :
Nama : Febryando Dwi Arrijal
Kelas : Sosiologi 3 – XI.F3
Guru Pembimbing : Eka Oktavia,S.Pd

SEKOLAH MENENGAH NEGERI ATAS 2 PADANG


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul " Pelajar yang
menajadi punk di Indonesia".
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Oktavia,S.Pd yang
telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari beliau dan pihak-pihak lainnya.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Padang, 19 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
1. Pembahasan..............................................................................................................................3
A. Definisi Punk..........................................................................................................................3
B. Faktor Mempengaruhi Pelajar Menjadi Punk.........................................................................5
C. Dampak Keberagaman dalam Budaya Punk...........................................................................6
D. Upaya Pemerintah Untuk Mentidaklanjuti Anak Punk...........................................................7
E. Anak Punk Merupakan Eklusivisme.....................................................................................11
2. METODE PENELITIAN...............................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pergaulan adalah interaksi sosial dan komunikasi antara individu dalam
masyarakat, Pergaulan memberikan pengaruh sangat besar terhadap perkembangan
diri seseorang. Apalagi mereka yang berada pada masa kanak- kanak dan remaja. Jika
tidak mampu mengatur dan mengontrol pergaulan mereka akan masuk dalam
pergaulan yang menyimpang dan merusak diri mereka sendiri.
Salah satunya adalah tindakan remaja yang bergabung dengan komunitas anak
punk. Mereka bergaul dengan anak punk ini karena beberapa faktor yang faktor
utamanya adalah pertemanan, fomo semata, kondisi ekonomi dan sosial. Subkultur
punk adalah gerakan sosial yang bermula pada akhir 1970-an, faktor penyebabnya
juga sesuai dengan faktor penyebab pergaulan tadi yaitu pertemanan, fomo semata,
dan kondisi ekonomi sosial. konsep anak punk di Indonesia mirip dengan struktur
punk secara global, tetapi memiliki karakteristik dan konteks lokal yang berbeda.
tingkatan anak punk di masyarakat tergantung dengan sudut pandang
masyarakat itu sendiri, jika segelintir masyarakat menganggap punk adalah sumber
masalah begitu juga ada segelintir lain masyarakat yang menganggap punk itu
adalah budaya, tingkatan di masyarakat tidak bisa kita nilai hanya dengan garis besar
kelompoknya saja, semua balik lagi tergantung individu masing-masing Karena set
memiliki sifat dan tingkah laku yang berbeda
dalam kasus subkultur punk ini termasuk dalam sudut pandang eksklusivisme,
Eklusivisme adalah individu yang memisahkan dirinya dari masyarakat lalu mereka
menganggap dirinya tinggi dan spesial, ini terlihat dari kasus subkultur punk ini yaitu
anak punk menganggap dirinya sendiri berbeda dan terpilih lalu mereka membuat
sebuah perkumpulan atau komunitas
Para pelajar yang bergabung dalam komunitas dan perkumpulan punk ini
bisanya mereka putus sekolah ,Hal ini yang menyebabkan masyarakat semakin
menganggap punk ini aliran sesat dikarenakan anak mereka yang tergabung dalam
komunitas ini tidak mau bersekolah, juga anak punk ini cenderung keluar dari rumah
atau kabur dan berkumpul dengan komunitas mereka disuatu tempat, sebenarnya tidak
ada masalah serius berpenampilan punk dan membuat komunitas tersebut , namun
beberapa masalah diatas yang menyebabkan punk ini sendiri sangat tidak dianjurkan

1
dan selaku masyarakat sangat prihatin terhadapan kondisi fisik anak punk yang
bertato banyak, makan yang tidak teratur, tempat tinggal yang tidak jelas , serta
anggapan tentang penggunaan narkoba dikarenakan tidak ada pengawasan orang tua
disekitar anak punk. Dalam makalah ini penulis akan menyampaikan atau menelesuri
secara dalam tentang seputar punk kususnya di Indonesia.
Padahal seharusnya para remaja yang masih berusia sekolah tersebut mahsih
duduk di bangkus skolah untuk mendapatkan pendidikan. Bukan nya bergabung
dalam komunitas seperti anak punk yang memisahkan diri dari kehidupan masyarakat
banyak..
Berdasarkan kasus diatas peneliti tertarik meneliti kasus “Anak Pelajar Yang
Menajadi Punk di Indonesia”

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari punk?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi anak menjadi punk?
3. Bagaimana dampak dari keberadaan anak punk pada masyarakat ?
4. Apa upaya tindak lanjuti dari pemerintah terhadap anak menjadi punk?
5. Termasuk dalam konsep masalah sosial manakah anak punk tersebut?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari punk
2. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi anak menjadi punk
3. Menganalisa dampak dari keberadaan anak punk di masyarakat
4. Mengkaji upaya tindak lanjuti dari pemerintah terhadap anak yang menjadi
punk
5. Mengetahui jenis konsep Masalah sosial mana termasuk anak punk

D. Manfaat
1. Kita dapat mengetahui definisi dari punk
2. Kita dapat mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi anak menjadi punk
3. Kita dapat menganalisa dampak dari keberadaan anak punk di masyarakat
4. Kita dapat mengkaji upaya yang di tindak lanjuti terhadap anak yang menjadi
punk
5. Kita dapat mengetahui konsep masalah sosial termasuk jenis mana

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pembahasan

A. Definisi Punk
Punk adalah sebuah subkultur yang bermula dalam dunia musik pada akhir
1970-an. Ini mencakup musik rock yang kasar, gaya berpakaian tidak
konvensional, dan sikap anti-establishment yang kuat. Gaya berpakaian punk
menonjol dengan pakaian hitam, jaket kulit, dan aksesori yang mencolok. Sikap
anti-establishment adalah inti dari gerakan ini, dengan pengutukan terhadap norma
sosial dan politik yang menjadi umum. Punk juga mencirikan pendekatan
"lakukan sendiri" yang mengutamakan kreativitas dan independensi. Banyak
orang punk terlibat dalam aktivisme sosial dan politik, menggunakan musik dan
platform mereka untuk menyuarakan perubahan sosial. Seiring berjalannya waktu,
punk terus berevolusi dengan munculnya subgenre baru, tetapi tetap
mempertahankan semangatnya yang revolusioner, punk juga adalah lebih dari
sekadar subkultur musik; ini adalah pernyataan budaya yang melibatkan sikap
hidup yang tegas dan sering kali kontroversial. Ini mencerminkan ketidakpatuhan
terhadap norma sosial, konformitas, dan otoritas. Gerakan punk menekankan
kebebasan ekspresi dan keberanian untuk menghadapi ketidakadilan. Subkultur ini
juga sering terkait dengan sikap individualisme, anti-komersialisme, dan semangat
pemberontakan yang mendalam. Meskipun terkadang terlihat sebagai gaya hidup
yang eksentrik, punk telah memainkan peran penting dalam membawa perubahan
sosial, terutama dalam membangkitkan kesadaran tentang isu-isu seperti
ketidaksetaraan, hak-hak asasi manusia, dan lingkungan. Sebagai sebuah gerakan
yang terus berkembang, punk tetap menjadi ekspresi budaya yang kuat dan
berdampak besar. Punk memiliki beragam definisi dan penafsiran dari berbagai
ahli dan pengamat. Berikut adalah beberapa pandangan mengenai definisi punk
dari beberapa ahli:
 Dick Hebdige:
Dick Hebdige adalah seorang teoretikus budaya yang menggambarkan punk
sebagai subkultur yang mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap struktur

3
kekuasaan sosial dan budaya. Dia menekankan pentingnya gaya berpakaian,
tindakan subversif, dan bahasa simbolik dalam budaya punk
 Jon Savage:
Seorang penulis dan sejarawan musik, Jon Savage, menganggap punk sebagai
"kembalinya insting rock 'n' roll" yang menciptakan ruang bagi kebebasan
ekspresi dan ketidakpatuhan dalam musik.
 Vivienne Westwood:
Sebagai desainer busana yang terlibat dalam gerakan punk, Vivienne
Westwood melihatnya sebagai perlawanan terhadap monotoninya masyarakat
konsumerisme. Dia berpendapat bahwa punk adalah "semangat yang
memberdayakan seseorang untuk menjadi dirinya sendiri."
 Simon Reynolds:
Simon Reynolds, seorang penulis musik, mencirikan punk sebagai gerakan
yang mengusung "independensi, konfrontasi, kekasaran, dan energi yang
keras."
 Subkultur:
Banyak sosiolog dan peneliti subkultur telah mendefinisikan punk sebagai
subkultur yang mencirikan dirinya dengan musik yang keras, tindakan-
tindakan yang berani, dan gaya berpakaian yang provokatif yang
mengartikulasikan sikap anti-establishment.
 Lester Bangs:
Lester Bangs, seorang kritikus musik terkenal, melihat punk sebagai "musik
yang datang langsung dari hati" dan merasa bahwa gerakan ini mencerminkan
ketulusan dan keberanian.
 Greil Marcus:
Greil Marcus, seorang jurnalis musik dan penulis buku, menganggap punk
sebagai "sebuah teriakan murni dan sederhana yang menentang semua klise
dan korupsi dalam budaya musik."
 Tricia Henry:
Tricia Henry, seorang peneliti budaya, mengemukakan bahwa punk adalah
sebuah "reaksi terhadap pendominasian budaya kelas menengah" dan
merupakan bentuk perlawanan terhadap konsumerisme.

4
 John Lydon (Johnny Rotten):
John Lydon, vokalis The Sex Pistols, yang sangat terlibat dalam gerakan punk,
.menganggapnya sebagai "suara pikiran bebas" dan sebagai perlawanan
terhadap ketidakadilan sosial dan politik.
 Dee Dee Ramone:
Salah satu anggota The Ramones, Dee Dee Ramone, melihat punk sebagai
"musik sederhana yang bisa dimainkan oleh siapa saja" dan sebagai cara untuk
menghadirkan kembali esensi rock 'n' roll.

B. Faktor Mempengaruhi Pelajar Menjadi Punk


Faktor yang mungkin memengaruhi seorang pelajar menjadi punk :
Identitas dan Ekspresi Pribadi: Punk seringkali merupakan wadah bagi
individu untuk mengekspresikan diri dengan cara yang berlawanan dengan norma
sosial. Mereka mungkin mencari jalan alternatif untuk mengartikan diri mereka
yang tidak terikat oleh ekspektasi konvensional.
1) Musik: Musik punk, seperti punk rock, hardcore, dan subgenre lainnya, adalah
elemen sentral dalam budaya punk. Musik ini sering memasukkan lirik yang
mencerminkan perasaan perlawanan dan protes terhadap sistem.
2) Nilai Anti-Otoritas: Budaya punk seringkali mengejek dan menolak otoritas,
apakah itu dalam bentuk pemerintah, polisi, atau norma sosial. Ini bisa
menjadi daya tarik bagi mereka yang merasa frustasi dengan otoritas yang ada.
3) Penolakan Terhadap Komersialisasi: Punk seringkali menolak komersialisasi
dan konsumerisme yang berlebihan. Mereka mungkin mencari alternatif untuk
gaya hidup yang tidak terkait dengan perusahaan besar atau tren konsumen.
4) Pakaian dan Gaya: Pakaian, rambut, dan penampilan fisik lainnya dalam
budaya punk seringkali mengekspresikan sikap anti-konformitas dan
pembebasan diri dari norma sosial dalam hal berpakaian.
5) Solidaritas dan Komunitas: Banyak punk menemukan komunitas yang kuat di
antara sesama punk. Solidaritas dan dukungan sosial di antara individu-
individu dalam komunitas ini dapat menjadi faktor penting dalam keputusan
seseorang untuk menjadi punk.

5
6) Lirik dan Pesan dalam Musik: Lirik dalam lagu punk seringkali mencerminkan
nilai-nilai sosial dan politik yang radikal. Pesan-pesan ini bisa memengaruhi
pemikiran seseorang dan memotivasi mereka untuk beraksi.
7) Aktivisme Sosial: Banyak punk terlibat dalam aksi sosial dan protes terhadap
berbagai isu, termasuk hak asasi manusia, lingkungan, dan ketidaksetaraan. Ini
dapat mendorong seseorang untuk menjadi punk sebagai cara untuk terlibat
dalam perubahan sosial
8) Latar Belakang dan Pengaruh Teman: Latar belakang keluarga, lingkungan,
dan pengaruh teman-teman bisa memainkan peran penting. Misalnya,
memiliki teman-teman yang sudah menjadi punk dapat mempengaruhi
seseorang untuk ikut bergabung dalam budaya ini.
9) Pengalaman Pribadi: Pengalaman hidup individu, seperti kesulitan,
ketidakpuasan dengan keadaan, atau perjuangan dalam kehidupan, dapat
mendorong seseorang untuk mencari identitas baru atau cara alternatif untuk
mengekspresikan diri.

C. Dampak Keberagaman dalam Budaya Punk


Kebudayaan memiliki dampak positif dan negatif.
1) Positif
 Toleransi dan Penerimaan: Budaya punk mendorong toleransi dan
penerimaan terhadap perbedaan individu, seperti orientasi seksual,
identitas gender, dan latar belakang.
 Kekuatan Solidaritas: Keberagaman memperkuat solidaritas di antara
anggota komunitas punk, menciptakan lingkungan yang mendukung
individu yang merasa terpinggirkan.
 Pemberdayaan: Keberagaman memungkinkan individu untuk
mengekspresikan diri tanpa rasa takut atau diskriminasi, memberikan
perasaan pemberdayaan dan kebebasan.
 Kreativitas dan Inovasi: Keberagaman dalam budaya punk merangsang
kreativitas dan inovasi dalam musik, seni, dan mode. Individu dari
berbagai latar belakang membawa perspektif unik ke dalam karya seni
mereka, menciptakan keragaman dalam eskpresi dan gaya

6
 Aksi Sosial: Komunitas punk sering digunakan sebagai platform untuk
aksi sosial yang kuat. Mereka terlibat dalam penggalangan dana,
penyuluhan, dan advokasi untuk berbagai isu sosial dan politik.
Keberagaman dalam komunitas ini memungkinkan penggalangan
dukungan untuk berbagai penyebab yang penting.

2) Negatif
 Stereotip dan Klise: Budaya punk kadang-kadang terjebak dalam
stereotip dan klise tertentu, seperti tampilan fisik yang ekstrim atau
sikap anti-otoritas yang terlalu agresif. Stereotip semacam ini dapat
membatasi individu dalam komunitas untuk mengekspresikan identitas
mereka sesuai dengan keinginan mereka.
 Konflik Internal: Keberagaman dalam komunitas punk dapat
menciptakan konflik internal. Anggota mungkin memiliki pandangan
yang berbeda tentang apa yang mewakili punk secara sejati, sehingga
perbedaan pendapat ini bisa menghasilkan ketegangan dalam
komunitas
 Diskriminasi Internal: Meskipun sebagian besar komunitas punk
menolak diskriminasi, masih ada kasus ketidak berlanjutan terhadap
individu berdasarkan ras, gender, atau orientasi seksual. Hal ini
merupakan ironi dalam sebuah komunitas yang menekankan toleransi.
 Tekanan Konformitas: Beberapa anggota mungkin merasa tekanan
untuk mematuhi norma yang ada dalam budaya punk. Mereka dapat
merasa perlu untuk memenuhi ekspektasi yang sudah ada dalam hal
penampilan atau tindakan, yang dapat menghambat kreativitas dan
ekspresi diri yang bebas.

D. Upaya Pemerintah Untuk Mentidaklanjuti Anak Punk


1) Pendidikan dan Kesadaran: Program pendidikan dan kesadaran dapat
mencakup penyuluhan dalam sekolah dan komunitas untuk membantu anak-
anak memahami risiko potensial dari keterlibatan dalam budaya punk.
Pemerintah harus memberikan dukungan finansial dan sumber daya untuk
kampanye penyuluhan yang efektif, yang mencakup diskusi tentang masalah

7
seperti kesehatan, penyalahgunaan zat, dan konsekuensi hukum dari perilaku
tertentu.
2) Program Rehabilitasi: Program rehabilitasi harus mencakup akses mudah ke
layanan kesehatan mental dan penyalahgunaan zat. Pemerintah harus
berinvestasi dalam fasilitas dan tenaga ahli untuk membantu anak-anak yang
mungkin memiliki masalah kesehatan mental atau ketergantungan. Program-
program ini juga harus dirancang untuk memberikan dukungan psikososial
dan konseling yang dapat membantu anak-anak mengatasi masalah yang
mungkin mendorong mereka ke dalam budaya punk.
3) Kerja Sama dengan Lembaga Non-Pemerintah: Pemerintah harus
menggandeng organisasi non-pemerintah yang memiliki pengalaman dalam
bekerja dengan anak-anak muda yang terlibat dalam budaya punk. Kerja sama
ini akan memungkinkan berbagai perspektif dan sumber daya yang diperlukan
untuk menangani masalah ini dengan lebih efektif. Lembaga-lembaga ini juga
dapat membantu dalam mengembangkan program-program dan layanan yang
relevan.
4) Hukum dan Peraturan: Pemerintah harus memastikan bahwa hukum dan
peraturan yang ada melindungi hak dan kesejahteraan anak-anak. Ini
mencakup upaya untuk mencegah eksploitasi anak-anak dan memberikan
perlindungan hukum yang cukup bagi mereka. Pemerintah juga harus
memberlakukan regulasi yang mempromosikan pendidikan yang berkualitas,
terutama yang dapat memberikan alternatif positif bagi anak-anak.
5) Konsultasi dengan Anak-Anak: Pemerintah harus mendengarkan pandangan
anak-anak dalam proses pengambilan keputusan. Ini mencakup membentuk
forum konsultasi di mana anak-anak dapat berbicara tentang masalah dan
perasaan mereka. Mempertimbangkan perspektif anak-anak adalah langkah
penting dalam mengembangkan solusi yang efektif dan relevan.
6) Reintegrasi Sosial: Program reintegrasi sosial harus menawarkan berbagai
peluang, seperti pelatihan keterampilan, pendidikan lanjutan, atau peluang
pekerjaan. Pemerintah harus bermitra dengan perusahaan dan lembaga
pelatihan untuk memfasilitasi peluang ini. Proses reintegrasi juga harus
menekankan peran komunitas dalam mendukung anak-anak yang ingin
meninggalkan budaya punk dan membangun masa depan yang lebih positif.

8
7) Kolaborasi dengan Keluarga: Pemerintah harus memberikan dukungan aktif
kepada keluarga anak-anak, termasuk pendampingan dan sumber daya yang
berkaitan dengan masalah yang mungkin mendorong anak-anak terlibat dalam
budaya punk. Kolaborasi yang erat dengan keluarga akan membantu
memahami akar masalah yang lebih dalam dan memberikan dukungan yang
diperlukan untuk mengatasinya.
8) Perlindungan Hak Asasi Manusia: Pemerintah harus selalu memastikan bahwa
tindakan yang diambil tidak melanggar hak asasi manusia anak-anak. Ini
mencakup hak untuk pendidikan yang berkualitas, akses layanan kesehatan
yang sesuai, perlindungan dari diskriminasi, dan hak untuk dilindungi dari
eksploitasi.
9) Keseimbangan antara Represi dan Pendekatan Preventif: Pemerintah harus
mencari keseimbangan yang tepat antara pendekatan preventif yang mencegah
anak-anak terlibat dalam budaya punk dan tindakan represif jika diperlukan
dalam kasus pelanggaran hukum. Ini berarti bahwa pemerintah harus
mengedepankan pendekatan yang lebih proaktif dalam mencegah anak-anak
terlibat dalam perilaku berisiko dan memberikan peluang positif bagi mereka.
10) Pendanaan dan Sumber Daya: Agar seluruh upaya ini berhasil, pemerintah
harus mengalokasikan dana yang memadai dan sumber daya untuk
mendukung program-program rehabilitasi, pendidikan, konseling, dan
dukungan keluarga. Pendanaan yang cukup akan membantu menjaga
kelangsungan program-program ini dan memastikan bahwa anak-anak
menerima dukungan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan mereka.
11) Setiap negara harus mengadaptasi pendekatan ini sesuai dengan kebutuhan
dan konteks setempat untuk memastikan bahwa upaya tindak lanjut terhadap
anak-anak yang terlibat dalam budaya punk memberikan hasil yang positif dan
berkelanjutan. Dalam setiap langkah yang diambil, hak dan kesejahteraan
anak-anak harus selalu menjadi prioritas utama.
12) Pendidikan dan Kesadaran: Program pendidikan dan kesadaran dapat
mencakup penyuluhan dalam sekolah dan komunitas untuk membantu anak-
anak memahami risiko potensial dari keterlibatan dalam budaya punk.
Pemerintah harus memberikan dukungan finansial dan sumber daya untuk
kampanye penyuluhan yang efektif, yang mencakup diskusi tentang masalah

9
seperti kesehatan, penyalahgunaan zat, dan konsekuensi hukum dari perilaku
tertentu.
13) Program Rehabilitasi: Program rehabilitasi harus mencakup akses mudah ke
layanan kesehatan mental dan penyalahgunaan zat. Pemerintah harus
berinvestasi dalam fasilitas dan tenaga ahli untuk membantu anak-anak yang
mungkin memiliki masalah kesehatan mental atau ketergantungan. Program-
program ini juga harus dirancang untuk memberikan dukungan psikososial
dan konseling yang dapat membantu anak-anak mengatasi masalah yang
mungkin mendorong mereka ke dalam budaya punk.
14) Kerja Sama dengan Lembaga Non-Pemerintah: Pemerintah harus
menggandeng organisasi non-pemerintah yang memiliki pengalaman dalam
bekerja dengan anak-anak muda yang terlibat dalam budaya punk. Kerja sama
ini akan memungkinkan berbagai perspektif dan sumber daya yang diperlukan
untuk menangani masalah ini dengan lebih efektif. Lembaga-lembaga ini juga
dapat membantu dalam mengembangkan program-program dan layanan yang
relevan.
15) Hukum dan Peraturan: Pemerintah harus memastikan bahwa hukum dan
peraturan yang ada melindungi hak dan kesejahteraan anak-anak. Ini
mencakup upaya untuk mencegah eksploitasi anak-anak dan memberikan
perlindungan hukum yang cukup bagi mereka. Pemerintah juga harus
memberlakukan regulasi yang mempromosikan pendidikan yang berkualitas,
terutama yang dapat memberikan alternatif positif bagi anak-anak.
16) Konsultasi dengan Anak-Anak: Pemerintah harus mendengarkan pandangan
anak-anak dalam proses pengambilan keputusan. Ini mencakup membentuk
forum konsultasi di mana anak-anak dapat berbicara tentang masalah dan
perasaan mereka. Mempertimbangkan perspektif anak-anak adalah langkah
penting dalam mengembangkan solusi yang efektif dan relevan.
17) Reintegrasi Sosial: Program reintegrasi sosial harus menawarkan berbagai
peluang, seperti pelatihan keterampilan, pendidikan lanjutan, atau peluang
pekerjaan. Pemerintah harus bermitra dengan perusahaan dan lembaga
pelatihan untuk memfasilitasi peluang ini. Proses reintegrasi juga harus
menekankan peran komunitas dalam mendukung anak-anak yang ingin
meninggalkan budaya punk dan membangun masa depan yang lebih positif.

10
18) Kolaborasi dengan Keluarga: Pemerintah harus memberikan dukungan aktif
kepada keluarga anak-anak, termasuk pendampingan dan sumber daya yang
berkaitan dengan masalah yang mungkin mendorong anak-anak terlibat dalam
budaya punk. Kolaborasi yang erat dengan keluarga akan membantu
memahami akar masalah yang lebih dalam dan memberikan dukungan yang
diperlukan untuk mengatasinya.
19) Perlindungan Hak Asasi Manusia: Pemerintah harus selalu memastikan bahwa
tindakan yang diambil tidak melanggar hak asasi manusia anak-anak. Ini
mencakup hak untuk pendidikan yang berkualitas, akses layanan kesehatan
yang sesuai, perlindungan dari diskriminasi, dan hak untuk dilindungi dari
eksploitasi.
20) Keseimbangan antara Represi dan Pendekatan Preventif: Pemerintah harus
mencari keseimbangan yang tepat antara pendekatan preventif yang mencegah
anak-anak terlibat dalam budaya punk dan tindakan represif jika diperlukan
dalam kasus pelanggaran hukum. Ini berarti bahwa pemerintah harus
mengedepanka. pendekatan yang lebih proaktif dalam mencegah anak-anak
terlibat dalam perilaku berisiko dan memberikan peluang positif bagi mereka.
21) Pendanaan dan Sumber Daya: Agar seluruh upaya ini berhasil, pemerintah
harus mengalokasikan dana yang memadai dan sumber daya untuk
mendukung program-program rehabilitasi, pendidikan, konseling, dan
dukungan keluarga. Pendanaan yang cukup akan membantu menjaga
kelangsungan program-program ini dan memastikan bahwa anak-anak
menerima dukungan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan mereka.
22) Setiap negara harus mengadaptasi pendekatan ini sesuai dengan kebutuhan
dan konteks setempat untuk memastikan bahwa upaya tindak lanjut terhadap
anak-anak yang terlibat dalam budaya punk memberikan hasil yang positif dan
berkelanjutan. Dalam setiap langkah yang diambil, hak dan kesejahteraan
anak-anak harus selalu menjadi prioritas utama.

E. Anak Punk Merupakan Eklusivisme


Anak punk merupakan Eklusivisme dikarenakan mereka sengaja memisahkan
diri mereka sendiri dan menganggap mereka istimewa serta pilihan, yang
mengakibatkan terbentuknya suatu komunitas punk yang berisi orang orang yang

11
merasa spesial dengan dirinya tersebut, biasanya mereka memiliki sikap skeptis
dan merasa mengikuti prinsip prinsip punk sejati adalah benar

2. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu sebuah


metode yang berubah mendeskripsikan kasus secara mendalam. dengan teknik
pengumpulan data studi dokumen yaitu data data yang di peroleh dalam kasus ini
diambil dari literatur- literatur yang ada di perpustakaan, berupa buku, jurnal, karya
tulis ilmiah, serta website resmi.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu bahwa fenomena anak punk di Indonesia
mencerminkan dinamika kompleks di dalam masyarakat. Anak-anak yang memilih
jalur ini seringkali mencari identitas alternatif dan ruang ekspresi diri di luar norma-
norma sosial yang ada. Budaya punk di Indonesia memiliki sejarah dan
perkembangan yang unik, dan sementara ada elemen eksklusivisme dalam subkultur
ini, banyak anggota komunitas punk juga mempromosikan nilai-nilai inklusivitas,
solidaritas, dan perubahan sosial. Peran pendidikan, kesadaran, dan pemahaman
masyarakat tentang anak-anak punk sangat penting. Pemerintah, lembaga non-
pemerintah, dan keluarga harus bekerja sama untuk menyediakan alternatif positif
bagi anak-anak yang terlibat dalam budaya punk, seperti program rehabilitasi,
pelatihan keterampilan, dan dukungan kesehatan mental. Dalam upaya menghadapi
masalah ini, harus ditekankan bahwa hak dan kesejahteraan anak harus selalu menjadi
prioritas utama. Dengan pendekatan holistik dan inklusif, kita dapat membantu anak-
anak yang terlibat dalam budaya punk untuk membentuk masa depan yang lebih
positif dan terhubung dengan masyarakat lebih luas.

B. Saran
1. Cari informasi terkait
2. Pelajari lebih lanjut
3. Tanyakan pada instruktur

DAFTAR PUSTAKA

13
Admin. 2022. “Berikut Faktor Penyebabnya Melatarbelakangi Anak Punk”,
https://www.japos.co/2022/12/05/berikut-faktor-penyebabnya-melatarbelakangi-anak-
punk/, diakses pada 19 September 2023 pukul 21:05
Akbar, Deki. 2020. “FAKTOR FAKTOR PENYEBAB REMAJA MEMILIH BERGABUNG
MENJADI ANAK PUNK”,
https://digilib.iainptk.ac.id/xmlui/handle/123456789/1136, diakses pada 19 September
2023 pukul 21:17
Annisa, Anna Rizky. 2016. “FENOMENA REMAJA PUNK DITINJAU DARI KONSEP
PERSON IN ENVIRONMENT (STUDI DESKRIPTIF DI KOMUNITAS HEAVEN
HOLIC KOTA BANDUNG)”,
https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/13601/0, diakses pada 19 September
2023 pukul 21:11
Azmi, Wifaqul. 2022. “Pengaruh Komunitas Anak Punk terhadap Komentar Publik”,
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/12866-35412-1-SM.pdf , diakses pada 19
September 2023 pukul 21:22
Mukhlis. 2013. “KETERTARIKAN REMAJA TERHADAP KOMUNITAS PUNK”,
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/download/2203/1533 diakses pada
19 September 2023 pukul 21:15

14

Anda mungkin juga menyukai