Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada masa moderenisasi, banyak kebudayaan asing yang masuk ke

Indonesia, masuknya kebudayaan tersebut banyak menghasilkan kelompok

sosial didalam masyarakat sehingga memunculkan beberapa kelompok sosial

yang di kenal sebagai komonitas. Komunitas tersebut muncul adanya

persamaan tujuan dari masing-masing individu.

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London inggris. Pada awalnya,

kelompok punk selalu di kacawkan oleh golongan skinhead. Namun sejak

tahun 1980-an punk merajalela di amerika, golongan punk dan skinhead

seolah-olah menyatu karena mempunyai semangat yang sama.

Kelompok-kelompok sosial yang dibentuk oleh kelompok anak muda yang

pada mulanya hanya dari beberapa orang saja kemudian mulai berkembang

menjadisuatu komunitas karena mereka merasa mempunyai satu tujuan dan

pemikiran yangsama. Salah satu dari kelompok tersebut yang akan kita bahas

adalah kelompok“Punk”, yang terlintas dalam benak kita bagaimana

kelompok tersebut yaitudengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat dengan

potongan ke atas dengan anting-anting. Mereka biasa berkumpul di beberapa

titik keramaian pusat kota danmemiliki gaya dengan ciri khas sendiri.

Motto dari anak-anak “Punk” itu tersebut, Equality (persamaan hak) itulah

yang membuat banyak remaja tertarik bergabung di dalamnya. “Punk” sendiri

1
lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik “Punk” dan adanya

gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka

mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup “Punk”. “Punk” yang

berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan

tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis yang

membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya

hidup “Punk” ternyata membuat masyarakat resah dan sebagian lagi

menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan.

Sebenarnya, “Punk” juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda

yang berlandaskan dari keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri.

Jumlah anak “Punk” di Indonesia memang tidak banyak, tapi ketika

mereka turun ke jalanan, setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya

yang Mowhawk dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut

rantai yang tergantung di saku celana, sepatu boot, kaos hitam, jaket kulit

penuh badge atau peniti, serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku

yang terdapat di sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari busana mereka. Begitu juga dengan celana

jeans super ketat yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang

buruk terhadap anak “Punk” yang anti sosial. Anak “Punk”, mereka

kebanyakan di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah

masyarakat tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang

ingin mencari kebebasan.

2
Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tatacara hidup yang

dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan,

merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol. Gaya

“Punk” merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah

diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di

Indonesia, dan telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan

nilai-nilai yang negatif. Gaya hidup “Punk” mempunyai sisi negatif dari

masyarakat karena tampilan anak “Punk” yang cenderung ‘menyeramkan’

seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak

sesuai keinginannya sendiri mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak

“Punk” adalah perusak, karena mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh

dan seringnya berkumpul di malam hari menimbulkan dugaan bahwa mereka

mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pengguna narkoba.

Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan

aturan yang dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin

karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara

anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha menyamakan status yang ada

sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya anak “Punk”

adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani

bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena

aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh,

maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka.

3
Padahal banyak diantara “Punkers” banyak yang mempunyai kepedulian

sosial yang sangat tinggi.

Di Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak terdapat beberapa

komunitas yang terbentuk akibat masuknya beberapa kebudayaan asing,

komunitas-komunitas tersebut diantara lain cosplay, otomotif, sport, dan

punk. Dari beberapa contoh komunitas di atas satu yang menarik perhatian

masyarakat adalah komunitas punk. Pada tahun 1999 komunitas punk mulai

masuk di kota Pontianak, masuknya komunitas punk di Kota Pontianak

berawal dari pendatang yang secara tidak sengaja memperkenalkan musik dan

gaya hidup yang jauh berbeda dengan gaya hidup remaja di Kota Pontianak.

Pada tahun 2008-2009 komunnitas punk mulai banyak di ikuti oleh remaja

Kota Pontianak, dengan segala aktivitas dan kegiatan yang telah dibuat sesuai

dengan kesepakatan bersama dengan kegiatan-kegiatan sosial. Contohnya,

food not boom, parade musik, dan stret punk.

Permasalahannya saat ini adalah komunitas punk yang ada di Kota

Pontianak mulai keluar jalur dan tidak sesuai dengan tujuan utama dari punk

yang yang sebernarnya. Sehingga banyak remaja di Pontianak yang salah

mengartikan tentang kehidupan punk tersebut, maka dampak negativenya

punk dianggap buruk masyarakat tertentu.

Maka dari itu peneliti tertarik meneliti “Pengaruh Perilaku Remaja

Terhadap Komunitas Punk di Kota Pontianak Kalimantan Barat”.

4
1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat diidenfikasi masalah sebagai

berikut:

a. Pandangan negative masyarakat terhadap penampilan komunitas punk di

Kota Pontianak.

b. Pengaruh komunitas punk terhadap remaja dan kehidupan sosial.

c. Resahnya masyarakat terhadap kehadiran komunitas punk di Kota

Pontianak.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

a. Apa yang menyebabkan masyarakat memandang negative komunitas

punk di Pontianak ?

b. Bagaimana pengaruh komunitas punk terhadap perilaku remaja dan

kehidupan social remaja di kota Pontianak ?

c. Mengapa masyarakat Pontianak resah terhadap kehadiran komunitas

punk di kota Pontianak ?

1.4. Fokus Penelitian

5
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah maka penelitian

ini akan difokuskan kepada: “Bagaimana komunitas punk dan remaja bisa

saling mempengaruhi dari segi positif maupun negatif”.

1.5. Tujuan penelitian

Tujuan dilaksananya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1. Untuk mengetahui pengaruh perilaku komunitas anak punk di Kota

Pontianak terhadap remaja.

1.5.2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap gaya hidup

komunitas punk di Kota Pontianak.

1.5.3. Untuk mengetahui peran Pemerintah terkait tentang komunitas punk

di Kota Pontianak.

6
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi Konsep

2.1.1. Pengertian Komunitas Punk

Irby (dalam Christopher, 2011) “punk evolved as music that

expresses resistance to the dominant culture” punk berkembang sebagai

musik yang mengekspresikan perlawanan terhadap budaya dominan.

Punk merupakan ruang di mana ekspresi musik memenuhi politik

masyarakat dan norma-norma sosial, mereka menggunakan musik

sebagai ekspresi untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan

yang tidak memihak terhadap masyarakat kelas bawah.

Widya (2010) “Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat

melawan, tidak puas hati, marah dan benci pada sesuatu yang tidak pada

tempatnya (sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama) terutama

terhadap tindakan yang menindas. Para punker mewujudkan rasa itu

kedalam musik dan pakaian.“ dengan musik dan busana mereka

mengekspresikan perlawan terhadap penindasan, itu diwujudkan dalam

7
lirik-lirik yang terdapat pada lagu-lagu mereka, juga busana mereka

kenakan.

Berdasarkan rumusan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

punk merupakan perilaku yang lahir untuk melakukan perlawanan atas

ketidak puasan hati, marah dan benci pada sesuatu yang tidak pada

tempatnya (sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama) terutama

terhadap tindakan yang menindas. Dimana punker menggunakan musik

serta busana sebagai ekspersi untuk melakukan perlawanan.

Hebdige (1999) mengatakan bahwa “tidak semua punk memiliki

kadar kesadaran yang sama tentang keterbelahan pengalaman dan

pemaknaan yang menjadi dasar dari seluruh gaya mereka (punk), gaya ini

memang dipahami di tingkat yang tak akan mungkin dimasuki oleh

mereka yang menjadi punk setelah subkultur ini naik ke permukaan dan

memperoleh publikasi. Jelaskan tentang punk sekaang yang ga tahu dasar

punk, beda dengan punklung yang tahu meski pakaian biasa.

Di Indonesia, persepsi tentang menjadi punk itu sendiri juga

banyak di salah pahami oleh sebagian generasi muda yang mengaku

sebagai punker. Sebagian remaja mengartikan punk sebagai hidup bebas

tanpa aturan dan tidak memahami estetika yang terkandung di dalamnya.

Pemahaman yang salah dan setengah-setengah itu mengakibatkan banyak

dari mereka melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat. seperti

mabuk-mabukan di tempat umum secara bergerombol atau meminta uang

8
secara paksa. Masyarakat umum melihat anak-anak punk hanya sebagai

sampah masyarakat, generasi yang termarjinalkan.

Berdasarkan uraian di atas, gaya hidup punk merupakan suatu pola

hidup punker mengekspresikan atau menampilkan diri dalam hidupnya,

terutama berkaitan dengan bagaimana menggunakan waktunya

(aktivitas), lingkungan mana yang mereka anggap penting (minat), dan

apa yang mereka pikirkan tentang diri dan dunia sekitar (pendapat), yang

mana biasanya mereka menggunakan media musik dan busana untuk

melakukan perlawanan.

2.1.2. Pengertian Remaja

Periode masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang

membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Monks

(2001), menyatakan masa remaja merupakan periode peralihan, peralihan

ini lebih dirasakan pada masa awal remaja. Masa awal remaja juga

dirasakan sebagai masa perubahan, Hurlock (1980), mengemukakan

perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini antara lain meningginya

emosi yang pada masa awal remaja biasanya terjadi lebih cepat.  

Masa remaja merupakan masa yang tumpang tindih dengan masa

pubertas, dimana remaja mengalami ketidakstabilan sebagai dampak dari

perubahan-perubahan biologis yang dialaminya (Hurlock, 1999). Remaja

usia empat belas tahun seringkali mudah marah, mudah  dirangsang dan

emosinya cenderung meledak-ledak, serta tidak berusaha untuk

mengendalikan perasaannya. Sementara remaja usia enam belas tahun,

9
yang merupakan masa remaja madya, sudah mulai stabil dalam

menghadapi perubahan serta tekanan sosial yang dihadapinya (Monks,

dkk., 2001). Hal yang sama dikemukakan oleh Gessel (dalam Monks,

dkk., 2001), bahwa masa  usia sebelas tahun lebih tegang dibandingkan

dengan usia enam belas tahunan, dimana pada usia enam belas ini remaja

sudah mulai lebih bebas dari rasa keprihatinan.  

Usia enam belasan, remaja sudah memasuki tahap berpikir

operasional formal, dimana remaja sudah mampu berpikir secara

sistematis mengenai hal-hal yang abstrak serta sudah mampu

menganalisis secara lebih mendalam mengenai sesuatu hal (Hurlock,

1999). Pada usiaawal remaja, remaja masih berada dalam tahap peralihan

dimana remaja lebih menunjukkan ketidakstabilannya. Namun, pada

remaja usia lima belasan, ketidakstabilan tersebut mulai menurun,

sehingga kemampuan berpikirnya sudah lebih matang dibandingkan usia

sebelumnya (Sarwono, 2006). 

Piaget (dalam Satrock, 2003), menyatakan bahwa tahap

operasional formal  muncul sekitar usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran

operasional formal ini tumbuh pada tahun-tahun remaja madya. Pada usia

ini akomodasi terhadap pemikiran operasional formal sudah mulai

ditandai  adanya pemantapan yang lebih lanjut. Pemikiran operasional

formal bersifat  lebih abstrak dan idealitis, serta lebih berpikir logis.

Remaja usia ini mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun rencana

10
pemecahan masalah dan secara sistematis menguji cara-cara pemecahan

yang dipikirkannya.  

Perkembangan moral pada masa remaja madya sudah memasuki

tahap konvensional, yaitu berorientasi untuk menjaga sistem. Remaja

mengikuti sistem moral tertentu karena memang itulah yang ada di

lingkungan ia tinggal, tingkah laku yang ditunjukkan untuk

mempertahankan norma-norma tertentu. Masa strom  dan stres pada

remaja usia lima belasan sudah mulai mereda, sehingga sikap dan

perilakunya sudah kurang dipengaruhi akibat masa  peralihan dan

kematangan organ-organ seksual. Namun, bila remaja gagal melewati

tugas-tugas pada masa pubertas maka hal tersebut akan menghambat

perkembangan selanjutnya yang akan mempengaruhi penyesuaian

dirinya (Hurlock, 1999). 

Remaja yang tidak membentuk dasar konsep diri yang baik selama

masa kanak-kanak dan masa awal remaja tidak dapat memenuhi tugas-

tugas perkembangan masa remaja. Pada masa remaja, pola kepribadian

yang sudah terbentuk dari konsep diri selama masa sebelumnya sudah

mulai stabil dan cenderung menetap sepanjang hidupnya dengan hanya

sedikit perbaikan (Hurlock, 1999). Remaja yang penyesuaiannya buruk,

terutama yang sudah terbiasa akan tumbuh rasa tidak puas pada diri

sendiri dan memunculkan sikap-sikap yang buruk.  

11
Perkembangan konsep diri yang buruk dapat mengakibatkan

munculnya sikap penolakan diri serta egosentrisme yang cenderung

menetap, yang akan mempengaruhi penentuan pola sikap dan

perilakunya dalam hubungannya dengan orang lain. Egosentrisme remaja

menggambarkan meningkatnya kesadaran diri remaja yang terwujud

pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat

besar, sebesar perhatian mereka terhadap diri mereka, dan terhadap

perasaan keunikan pribadi mereka.

Sebagian remaja, pada usia remaja madya sudah mulai tidak

mengalami kebingungan yang cukup signifikan, ia sudah mulai berusaha

menentukan mana yang harus dipilih dan mana yang  tidak, melakukan

keinginannya dengan mempertimbangkan segala hal. Namun, tidak

jarang remaja yang dalam usaha mencapai kestabilan tersebut tidak

berada pada jalur yang benar. Remaja berusaha mencari sesuatu hal yang

memang sesuai dengan dirinya dan keinginannya (Sarwono, 2006). 

Berdasarkan ciri-ciri perkembangan  remaja yang dikemukakan

diatas, dapat disimpulkan pada masa awal remaja madya bukanlah masa

yang mudah untuk dilewati, sebagian besar remaja usia remaja madya

sudah mulai lepas dari kebingungan dan stres, sehingga dalam membuat

keputusan dan berperilaku sudah lebih mempertimbangkan dengan

menggunakan kemampuan analisis yang sistematis untuk mencapai

kestabilan. Namun, tidak semua remaja melewati masa ini di jalur yang

12
sesuai, remaja yang tidak mampu menyesuaikan perubahan dirinya

dengan baik akan mengikuti jalur yang menyimpang. 

2.1.3. PengertianPerilaku Komunitas Punk

Komunitas yang satu ini memang sangat berbeda sendiri

dibandingkan dengan komunitas pada umumnya. Banyak orang yang

menilai bahwa komunitas yang satu ini termasuk salah satu komuitas

yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun jika dicermati lebih

dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas

ini. Komunitas ini bukan hanya sekedar nongkrong di pinggir jalan,

berpakaian aneh, gak pernah mandi, dan seterusnya, tetapi komunitas ini

banyak melahirkan karya-karya yang bisa mereka banggakan. Di bidang

musik misalnya, banyak band punk yang mampu mendapat tempat di hati

remaja Indonesia, mereka tidak kalah dengan band-band cengeng yang

selalu merengek-rengek, bahkan sampai nangis kayak cewek untuk

mendapatkan tempat di hati remaja Indonesia.

Band punk sendiri sangat identik dengan indie label, dengan

modal yang minim band-band punk bisa terus exis di belantika musik

tanah air tercinta, bahkan sampai ke level yang lebih tinggi, yaitu go

international. Selain di bidang musik, komunitas punk juga bergerak di

bidang fashion, awalnya mereka hnya membuat pakaian untuk mereka

pakai sehari-hari, seiring dengan berjalannya waktu, mereka membuat

dengan jumlah yang lebih banyak dan juga desain yang lebih variatif.

Wadah untuk pakaian yang diproduksi sendiri oleh anak-anak punk

13
sendiri biasa disebut distro, di industri ini pun komunitas punk mampu

bersaing dengan produk-produk terkenal yang sudah akrab dengan

remaja Indonesia.

Di distro sendiri juga tidak hanya menjual pakaian, banyak

aksesoris-aksesoris buatan anak-anak punk juga yang dijual di distro.

Tidak hanya itu, distro sendiri juga dijadikan senjata untuk publikasi

band-band punk yang sudah menpunyai album, pokoknya apa yang

dilakukan komunitas punk tidak main-main, semuanya tertata rapi, yang

aku tau sih itu namanya simbiosismutualisme. Jadi, jangan heran kalau

remaja Indonesia dibilang gak keren karena belum belanja di distro.

Tidak berhenti di situ, dengan gaya yang seperti itu, jangan sampai Anda

bilang komunitas punk itu gaptek (gagap teknologi), dunia maya juga

menjadi salah satu jalur perkembangan komunitas punk.

Perkembangan scene punk, komunitas, gerakan, musik, dan

lainnya, yang paling optimal adalah di Bandung, disusul Malang,

Yogyakarta, Jabotabek, Semarang, Surabaya, dan Bali. Parameternya

adalah kuantitas dan kualitas aktivitas, bermusik, pembuatan fanzine

(publikasi internal), movement (gerakan), distro kolektif, hingga

pembuatan situs.Meski demikian, secara keseluruhan, punk di Indonesia

termasuk marak. Profane Existence, sebuah fanzine asal Amerika

menulis negara dengan perkembangan punk yang menempati peringkat

teratas di muka Bumi adalah Indonesia dan Bulgaria. Bahwa `Himsa`,

band punk asal Amerika sampai dibuat berdecak kagum menyaksikan

14
antusiasme konser punk di Bandung. Di Inggris dan Amerika, dua negara

yang disebut sebagai asal wabah punk, konser punk yang sering diadakan

disana hanya dihadiri tak lebih seratus orang. Sedangkan di sini, konser

punk bisa dihadiri ribuan orang. Mereka kadang reaktif terhadap

publikasi pers karena khawatir diekploitasi. Pers sebagai industri, mereka

anggap merupakan salah satu mesin kapitalis. Mereka memilih publikasi

kegiatan, konser, hingga diskusi ide-ide lewat fanzine.

Sebagaimana telah difahami, bahwa dalam perkembangannya

manusia akan melewati masa remaja. Remaja adalah anak manusia yang

sedang tumbuh selepas masa anak-anak menjelang dewasa. Dalam masa

ini tubuhnya berkembang sedemikian pesat dan terjadi perubahan-

perubahan dalam wujud fisik dan psikis. Badannya tumbuh berkembang

menunjukkan tanda-tanda orang dewasa, perilaku sosialnya berubah

semakin menyadari keberadaan dirinya, ingin diakui, dan berkembang

pemikiran maupun wawasannya secara lebih luas. Mungkin kalau kita

perkirakan umur remaja berkisar antara 13 tahun sampai dengan 25

tahun. Pembatasan umur ini tidak mutlak, dan masih bisa diperdebatkan.

Masa remaja adalah saat-saat pembentukan pribadi, dimana

lingkungan sangat berperan. Kalau kita perhatikan ada empat faktor

lingkungan yang mempengaruhi remaja:

2.1.3.1. Lingkungan Keluarga

Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja.

Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi

15
dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan

contoh tauladan dalam keluarga khususnya orang tua akan sangat

memberi bekasan yang luar biasa.

Seorang remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan

orang tua, karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-

keluhannya. Dalam masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat

bersikap tegas, namun akrab (friendly). Mereka harus bisa bersikap

sebagai orang tua, guru dan sekaligus kawan. Dalam mendidik anak

dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu menjelaskan

mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif

dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena

remaja sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat

akibat arus informasi dan globalisasi.

2.1.3.2. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh

pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan

inilah remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya

pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak

sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya.

Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka

juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu

argument.

Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab

16
guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif

bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan

maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat

dijadikan tauladan.

Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian

besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan

remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam

luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang

diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai

contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka

bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti

berfikirnya guru-guru mereka.

2.1.3.3. Lingkungan Teman Dan Pergaulan

Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya bagi

remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain.

Dalam kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, kelompok sebaya

(peer groups) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri

remaja, dan bagi persiapan diri di masa mendatang. Serta berpengaruh

pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya adalah, karena

remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga dan

tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia

takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa

kanak-kanaknya.

17
2.1.3.4. Lingkungan Dunia Luar

Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan teman

pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global.

Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara

langsung maupun tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu

islami maupun tidak. Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya

disebabkan oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, transportasi, informasi

maupun globalisasi.

Pada masa remaja, emosi masih labil, pencarian jati diri terus

menuntut untuk mencari apa potensi yang ada di dalam diri masing-

masing. Pada masa inilah seseorang sangat rapuh, mudah terpengaruh

oleh lingkungan sekitar. Seiring dengan pesatnya perkembangan scane

punk yang ada di Indonesia, komunitas punk mampu menyihir remaja

Indonesia untuk masuk ke dalam komunitas punk. Tetapi tidak semua

remaja Indonesia tertarik dengan apa yang ada di dalam punk itu sendiri.

Sebagian remaja di Indonesia hanya mengkonsumsi sedikit yang

ada di dalam punk. Contoh kecil, seorang remaja berpakaian ala punk,

tetapi dia tidak idealis, dia tidak menganut paham ideologi punk, dia juga

suka musik cengeng yamg lembut bak seorang bayi yang baru keluar dari

rahim ibunya. Dari contoh kecil tersebut, komunitas punk masih bisa

dibilang sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja Indonesia, bahkan

bisa dibilang mempunyai andil dan bertanggung jawab terhadap

kebebasan berekspresi remaja Indonesia.

18
2.1.4. Pengertian Perilaku

2.1.4.1. Konsep dan pengertian perilaku

Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia

itu sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara

lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan

bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan dalam

pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan

yang dilakukan oleh makhluk hidup.

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk

berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan

refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non

fisik.Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang

terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi

dua, yakni :

 bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), 

 dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit), 

Tentunya banyak juga  para ahli memiliki pandangan masing-

masing tentang Pengertian perilaku ini, berikut daftar pengertian

menurut para ahli di bidangnya:

19
1. Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi

dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa

perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk

menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian

maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu

pula. Robert Y. Kwick (1972)

2. menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

3. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini

terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini

disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

4. Menurut Heri Purwanto, perilaku adalah pandangan-pandangan atau

perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap

objek tadi.

5. Menurut Petty Cocopio, perilaku adalah evaluasi umum yang dibuat

manusia terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue. 

6. Menurut Chief, Bogardus, Lapierre, Mead dan Gordon Allport,

menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat

dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan

20
kecendrungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya respon.

7. Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood, menurut

mereka perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

8. Menurut Elton Mayo Studi Hawthorne di Western Electric Company,

Chicago pada tahun 1927-1932 merupakan awal munculnya studi

perilaku dalam organisasi Mayo seorang psikolog bersama Fritz

Roetthlisberger dari Harvard University memandu penelitian tentang

rancang ulang pekerjaan, perubahan panjang hari kerja dan waktu

kerja dalam seminggu, pengenalan waktu istirahat, dan rencana upah

individu dibandingkan dengan upah kelompok.

9. Menurut Reward dan Reinforcement, menurut pendapat mereka

tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kondisi, yaitu

tindakan mengenal atau memikirkan seseorang terlibat langsung

dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.

10. Menurut Chester Barnard, Barnard dalam karyanya The Functions of

The Executive menekankan agar organisasi dan individu dapat

berhasil, organisasi atau individu tersebut harus mengembangkan

kerja sama. Barnard menekankan pentingnya pengakuan terhadap

21
adanya organisasi formal, Barnard merupakan orang pertama yang

memperlakukan organisasi sebagai suatu system.

11. Menurut Parker Follet, keduanya memfokuskan studinya pada

hubungan antara atasan dan bawahan, Follet meletakkan kelompok

diatas individu. Melalui kelompok kemampuan individu dapat

dimaksimalkan, organisasi ditentukan oleh kerjasama atasan dengan

bawahan dengan meningkatkan partisipasi, komunikasi, kooordinasi,

dan pembagian wewenang.

12. Menurut Frederick Herzberg, sama halnya seperti Maslow, Herzbeg

dalam studinya juga mengembangkan konsep-konsep motivasi yang

mana merupakan penentu utama munculnya motivasi yaitu kondisi

tempat kerja, upah kualitas pengawasan dan pengakuan, promosi dan

peningkatan profesionalisme.

2.1.4.2. Bentuk Perilaku

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan

tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya

dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula

bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan

persepsi.

Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku,

yakni Coqnitive, Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara,

menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.

22
Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus,

maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek (practice).

2.1.4.3. Proses Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal

dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain : 

1. Persepsi, Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. 

2. Motivasi, Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk

mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan

ini diwujudkan dalam bentuk perilaku 

3. Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis

yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani,

23
sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan),

Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan

dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum

perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi

merupakan perilaku bawaan. 

4. Belajar, Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku

dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson

(1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku

yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

24
positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat

langgeng (Notoatmodjo: 2003).

3.1. Teori Kontruksi Sosial

Penelitian menggunakan teori kontruksi sosial atas realitas Peter

Lidwing Barger. Peneliti menganggap teori kontruksi sosial Peter L. Berger

relevan untuk digunakan sebagai pisau analisis dalam mengkaji penelitian ini.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai teori yang akan peneliti jadikan pisau

analisis dalam penelitian ini.

Paloma, (2010) menjelaskan bahwa teori yang dikembangkan oleh

Berger berangkat dari paradikma Konstruktivis yang memandang realitas

sebagai kontruksi sosial yang diciptakan oleh individu.istilah kontruksi sosial

atas realitas diidentifikasi sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi

dimana individu menciptakan secara terus sosial melalui tindakan dan

interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas

yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Individu menjadi penentu

dalam dunia sosial yang dikontruksi berdasarkan kehendaknya. Manusia

dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas control

struktur dan pranata soaialnya dimana individu melalui respon-respon

terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu

manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relative bebas di

dalam dunia sosialnya.

3.2. Penelitian Yang Relevan

25
Adapun dari hasil penelusuran penelitian di dapat hanya satu penelitian

relevan yang mendekati yang akan di lakukan oleh peneliti, yaitu penelitian

oleh Firmansyah. Penelitian yang dilakukan oleh firmansyah dengan judul

Persepsi Masyarakat Terhadap Musik Punk Yogyakarta.

Penelitian dari Firmansyah menilai perspektif masyarakat melalui

perspektif ekstetika dilihat dari konsep karya seni sebagai sebagai media

aspirasi untuk perasaan insane, bahwa kebenaran yang diungkapkan adalah

hal nyata dari seluruh kejadian sosial yang terjadi, tidak ada unsure hegemoni

dalam setiap individu yang di respentasikan dalam karya seni berupa music

punk. Akan tetapi, dalam masyarakat, konsep estetika yang disimpulkan tidak

selamanya dimengerti begitu saja. Menurut mereka,music punk adalah salah

satu genre music yang dinilang cukup keras dan berbeda dengan mainstream

music. Dengan demikian, kebanyakan masyarakat mempunyai interpretasi

terhadap music ini. Terlebih lagi ditambah oleh ulah dari orang-orang seperti

inilah yang biasa membuat keonaran meresahkan masyarakat.adanya

komunitas membuat kreatifitas dan mengontrol supaya tidak terjadi keonaran

yang meresahkan masyarakat.

3.3. Alur Pikir Penelitian

Alur pikir penelitian adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala

yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berpikir iini disusun dengan

berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait.

Kerangka berpikir ini merupakan suatu argumentasi kita dalam merumuskan

hipotesis. Dalam merumuskan suatu hipotesis, argumentasi kerangka berpikir

26
menggunakan logika deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan memakai

pengetahuan ilmiah sebagai premis premis dasarnya.

Kerangka berpikir ini merupakan buatan kita sendiri, bukan dari buatan

orang lain. Dalam hal ini, bagaimana cara kita berargumentasi dalam merumuskan

hipotesis. Argumentasi itu harus membangun kerangka berpikir sering timbul

kecenderungan bahwa pernyataan-pernyataan yang disusun tidak merujuk kepada

sumber keputusan, hal ini disebabkan karena sudah habis dipakai dalam

menyusun kerangka teoritis. Dalam hal menyusun suatu kerangka berpikir, sangat

diperlukan argumentasi ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang relevan atau

saling terkait. Agar argumentasi kita diterima oleh sesama ilmuwan, kerangka

berpikir harus disusun secara logis dan sistematis.

Gambaran Alur Pikir:

Teori Kontruksi Sosial (Peter Ludwing Berger)

KomunitasPunk Tindakan Dan Interaksi Remaja

PENGARUH KOMUNITAS PUNK TERHADAP PERILAKU REMAJA DI

KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

27
Pengaruh

Hasil Akhir

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

memperoleh gambaran secara sistematis, nyata dan akurat mengenai Kinerja

Bappeda provinsi Kalbar, penelitian kualitatif merupakan suatu prasyarat

untuk dapat menerapkan kegiatan penelitian kualitatif yang baik. Kemampuan

28
untuk memilih dan menerapkan praktek membutuhkan masa “jeda”, guna

mempelajari dan mengkritisi setiap metode pendekatan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moelong (2002) yang menyatakan

bahwa “metode kualitatif” adalah prosedur penelitian, yang menghasilkan data

deskriprif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat

diamati. Dengan kata lain, peneliti ini disebut penelitian kualitatif karena

penelitian ini merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

3.2.1.1. Penentuan Subjek Penelitian

Sugiyono (2010) mengatakan subjek penelitian adalah narasumber,

partisipan, informan yang dianggap dapat memberikan informasi yang

diperlukan selama proses penelitian. Selain dari pernyataan Sugiyono,

subjek penelitian ditunjuk atau dipilih langsung oleh peneliti dengan

pertimbangan dan tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan menurut

Koentjaraningrat (1997) informan penelitian tersebut meliputi:

1) Informan pangkal;

2) Informan pokok;

3) Informan kunci.

Pengertian informan pangkal adalah mereka yang mempunyai

pengetahuan luas mengenai berbagai sektor dalam masyarakat serta

mempunyai kemampuan untuk menghubungi informan lain; Informan

pokok adalah mereka yang ahli tentang kebiasaan-kebiasaan

29
masyarakat atau unsur-unsur yang ingin peneliti ketahui dan; Informan

kunci adalah mereka yang dapat memberikan informasi kepada peneliti

secara tidak langsung.

Pengertian informan menurut Koentjaraningrat diatas kurang tepat

menurut peneliti karena memang benar informan pangkal adalah

mereka yang mempunyai kemampuan untuk menghubungi informan

lain, tetapi ia memiliki hak sebagai pengambil kebijakan mengenai

sektor dalam masyarakat; Informan pokok adalah ia yang mengetahui

lebih mendalam tentang hal-hal yang ingin peneliti ketahui; Informan

kunci adalah orang yang mendalami atau memahami secara langsung

tentang obyek yang ingin diteliti.

Informan-informan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Informan Pangkal : Komunitas Punk.

b. Informan Pokok : Remaja.

c. Informan Kunci : Tokoh masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat (1997), beberapa informan telah

ditentukan baik oleh peneliti maupun arahan atau petunjuk dari

informan yang tertinggi. Informan pangkal dan informan pokok

ditunjuk secara sengaja (purposive), sedangkan penunjukan informan

kunci dapat dilakukan secara sengaja maupun melalui arahan dan

petunjuk dari informan pangkal atau dengan teknik bola salju

(snowball). Apabila dalam penelitian dilapangan data yang diperlukan

melalui wawancara masih dianggap belum cukup, penulis akan

30
meminta arahan kepada informan pangkal untuk menunjuk informan

lain yang dianggap mengetahui atau menguasai data yang diperlukan

oleh penulis (snowball) (Koentjaraningrat, 1997). Dalam penelitian

masih juga terdapat kekurangan informasi sehingga peneliti turun

kelapangan dan tidak sengaja bertemu dengan orang yang dapat

memberikan sumber atau jawaban dari masalah yang diteliti, orang

tersebut dapat ditunjuk sebagai informan yang ditunjuk secara tidak

sengaja (accidental informan).

Menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa penentuan sumber

data pada usulan penelitian masih bersifat sementara, dan akan

berkembang setelah peneliti di lapangan. Pendapat ini dirasa benar

karena dalam melakukan peneliti mendatang akan ada informan-

informan yang dianggap tepat menggantikan informan sebelumnya.

3.2.2. Menentukan Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal pokok pembicaraan yang dijadikan

sasaran untuk diteliti. Dalam penelitian ini penulis menentukan objek

penelitian agar pada saat penulis melaksanakan penelitian tidak menyimpang

dari fokus penelitian. Berdasarkan rumusan permasalahan, objek dalam

penelitian ini adalah pengaruh perilaku komunitas anak punk di Kota

Pontianak terhadap remaja.

31
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam buku Sugiyono (2005) merupakan

langkah yang penting dalam penelitian, karena dalam penelitian memiliki

tujuan untuk mendapatkan data, baik dengan wawancara mendalam, observasi

serta dokumentasi. Berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

oleh peneliti:

1) Wawancara Mendalam

Moleong (2011) wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan mewawancarai informan

yang telah ditentukan dalam penelitian ini yaitu keterangan lisan atau

wawancara kepada informan-informan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini

peneliti bisa mengajukan pertanyaan secara berulang-ulang guna

mendapatkan penjelasan yang lebih lanjut tentang keterangan informan

yang dianggap penting oleh peneliti.

2) Observasi atau Pengamatan Langsung

Pengamatan menurut Sanafiah Faisal (1990) (dalam Sugiyono, 2014)

mengklarifikasikan observasi menjadi observasi partisipatif (participant

observation), observasi secara terang-terangan atau tersamar (overt

observation and covert observation, dan observasi yang tak berstruktur

(unstructured observation).

32
Susan Stainback dalam Sugiyono (2012) menyatakan dalam observasi

partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan

apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Pengamatan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

secara langsung dilapangan, dimana pada penelitian ini peneliti melakukan

pengamatan terhadap lokasi kantor Bappeda serta mengamati fasilitas yang

ada di kantor tersebut.

Dalam hal ini menurut Sugiyono (2014) peneliti dalam melakukan

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada narasumber bahwa

peneliti akan melakukan penelitian tetapi suatu waktu peneliti juga tidak

terus terang atau tersamar melakukan pengamatan untuk menghindari data

yang dianggap narasumber dirahasiakan. Pengamatan tersebut dinamakan

pengamatan secara terang-terangan dan tersamar.

Pengamatan tidak terstruktur menurut Sugiyono (2014) adalah

pengamatan yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan

diamati karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati

yang berupa rambu-rambu pengamatan. Hal tersebut akan dialami oleh

peneliti ketika ada hal baru yang akan ditemukan dalam pengamatan

tersebut.

3) Dokumentasi

Sugiyono (2010) mengatakan bahwa dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlaku. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi adalah sumber

33
data yang memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif, terutama jika

sasaran kajian mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa masa

kini yang sedang diteliti.

Menurut Moleong (2013) dokumen digunakan karena merupakan

sumber data yang stabil, kaya, dan mendorong yang berguna untuk bukti

dalam suatu pengujian. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu

berusaha memperoleh data atau informasi yang diperlukan dengan cara

mengumpulkan dokumen atau rekaman yang dapat berupa dokumen pribadi

atau dokumen resmi, foto-foto atau gambar.

3.2.4. Alat Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, orang yang menjadi alat pengumpul data

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber

data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas penemuannya.

Menurut Moleong (2013) ciri-ciri umum manusia sebagai alat

pengumpul data mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri,

menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memprosesan

mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak

lazim atau idiosinkratik. Ciri-ciri diatas dianggap benar oleh peneliti karena

dalam penelitian hal-hal tersebut dirasakan oleh peneliti yang baru pertama

kali terjun dalam sebuah penelitian.

34
Selain peneliti sebagai alat pengumpul data, peneliti dibantu juga oleh

alat pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

1) Panduan Wawancara

Untuk mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

masalah peneliti yang ditujukan kepada informan kunci guna mendapatkan

keterangan atau data yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

Menurut Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2014) mengemukakan bahwa

dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang partisipan dalam situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini

tidak dapat ditemukan melalui observasi.

2) Panduan Pengamatan

untuk mengadakan pengamatan terhadap subjek dan objek penelitian

secara langsung oleh peneliti, onservasi ini berguna untuk memperoleh

data yang tidak terungkap sebelumnya dari wawancara kepada responden.

Observasi dapat menggunakan alat tulis, buku dan Check List. Benda

tersebut berfungsi untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk

memperoleh data yang diharapkan, sehingga peneliti mendapatkan

gambaran yang lebih mendalam yang akan diteliti.

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen atau rekaman yang dapat berupa dokumen pribadi atau

dokumen resmi, foto-foto atau gambar.

Adapun alat (instrumen) pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

35
a. Alat untuk teknik wawancara secara mendalam (terbuka) adalah

sebagai berikut: Panduan wawancara (terlampir), tape recorder,

kamera dan buku catatan.

b. Alat untuk teknik observasi adalah sebagai berikut: panduan

pengamatan (terlampir), kamera, dan handy cam.

c. Alat untuk dokumentasi adalah sebagai berikut: kamera, handy cam,

tape recorder, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

3.2.5. Teknik Analisis Data

Dalam rangka memberikan gambaran yang jelas, logis dan akurat

mengenai hasil pengumpulan data, teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik analisis data Deskriptif-Kualitatif. Moleong (1991),

menyatakan “analisis data kualitatif adalah proses pengorganisasian dan

pengurutan data kedalam pola dan kategori serta satuan uraian dasar,

sehingga dapat dikemukakan tema seperti yang disarankan oleh data”.

Sebaliknya langkah-langkah analisa yang dilakukan adalah: menelaah

semua data yang tersedia dari berbagai sumber, reduksi data yang

dilakukan dengan membuat abstraksi, menyusun kedalam satuan-satuan,

pengkategorian data sambil membuat koding, mengadakan pemeriksaaan

keabsahan data dan penafsiran data secara deskriptif.

Untuk itu data yang terkumpul baik itu data primer maupun data

sekunder yang diperoleh dari wawancara, akan diorganisasikan dan

disusun. Setelah tersusun kemudian dilakukan penafsiran dan pembahasan

terhadap data yang dikemukakan itu. Jadi teknis analisis kualitatif pada

36
penelitian ini adalah teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh perilaku komunitas anak punk di Kota Pontianak terhadap remaja.

Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan pada saat

pengambilan data berlangsung. Pada saat melakukan wawancara

sebelumnya penulis sudah melakukan analisis terhadap jawaban atas

pertanyaan bila jawaban dari narasumber dirasa belum memuaskan, penulis

akan melanjutkan pertanyaan hingga diperoleh data yang dianggap kredibel.

Apabila telah selesai proses pengumpulan data, pada penelitian ini penulis

melakukan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction)

Sugiyono (2012) reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting, sehingga dengan demikian data

yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data (data display)

Sugiyono (2012) Langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan

sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah difahami.

3. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing)

37
Sugiyono (2013) menyatakan kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam

melakukan analisis data yaitu melakukan penarikan kesimpulan, dalam hal

ini penarikan kesimpulan bertujuan untuk mengambil pokok-pokok dari

hasil penelitian.

3.2.6. Teknik Keabsahan Data (Uji Validitas)

Validitas menurut Sugiyono (2005) merupakan derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat

dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “

yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data

yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada

perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya

terjadi pada obyek yang diteliti Sugiyono (2009).

Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini

dilakukan dengan triangulasi data. Sugiono, (2009) Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian

38
terdapat tiga jenis triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan triangulasi waktu Sugiyono (2009).

Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan jenis

triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk

menguji kredibilitas data dalam penelitian ini, maka diperlukan data dari

Kepala Bappeda serta informasi dari informan tentang kinerja Bappeda.

Setelah memperoleh data dari beberapa pihak tersebut selanjutnya data di

deskripsikan dan dianalisis. Dari data yang telah dianalisis oleh peneliti

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan

kesepakatan dari sumber-sumber data yang terkait tersebut.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Komunitas Punk sudah menjadi salah satu komunitas yang hidup di Kota

Pontianak, walaupun dari mereka banyak yang dari luar kota Pontianak, tapi

39
membawa sebuah dampak yang cukup berpengaruh bagi remaja – remaja di kota

Pontianak. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan tindak criminal dan berasal

dari keluarga broken home

4.2 Saran

Sebagai masyarakat kita harus bisa melihat dan mengawasi pergaulan orang

terdekat terutama yang masih dalam usia remaja. Awasi dan perhatikan pergaulan

anak – anak dan orang terdekat yang kita sayangi . Walaupun punk sebenarnya

Komunitas yang bertujuan baik , namun Komunitas Punk yang ada di Kota

Pontianak bukanlah Komunitas yang sehat dan baik untuk di ikuti oleh remaja –

remaja di kota Pontianak

DAFTAR PUSTAKA

Berger, L. P. (1990). Tafsir Sosial Atas Kenyataan Lembaga penelitian,


pendidikan, dan penerangan ekonomi dan sosial. Jakarta.

Benstein, W. (2006). Isme-Isme Yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta: Narasi.

Kaplan, H. I. S.,B. J. & Grebb, J. A. (1997). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan


Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

40
Monks, F. J. & Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2001). Psikologi
Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.

Santrock,J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa


Hidup (5thed.). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono,S. W. (2000). Psikologi Remaja. Cetakan kelima. Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada.

Psikologi, Remaja. (2006). Ed. Revisi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Santoso, S. (2010). Teori-teori psikologi. Bandung: PT. Reflika Aditama.

Santoso,S. (2010). Penerapan Psikologi sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Sirait, M. B. T. (2010). Deskripsi Musik dan Gaya Hidup Komunita Street


Punk. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara.

41

Anda mungkin juga menyukai