Anda di halaman 1dari 4

FANATIKNYA SEKELOMPOK FANS TERHADAP SEBUAH BAND

Oleh: MUHAMMAD IRFAN


NIM: 1510210044 / Kelas: PBA-B

PENDAHULUAN
Kamtis merupakan sub-budaya yang lahir di indonesia, yang menjadi wadah
untuk mencurahkan kritik dan protes atas penguasa pada waktu itu. kamtis memiliki
ideologi sosialis yang bersifat bebas. kamtis lebih dikenal melalui nama kelompok dan
bandnya dan hidup di jalan-jalan. Proses modernisasi di Indonesia menyebabkan
kehadiran kamtis sebagai gaya hidup baru, yang umumnya dianut oleh sebagian kaum
muda.
kamtis kemudian lebih dikenal sebagai tata cara hidup sehari-hari, dengan
ekspresi diri yang menjurus pada gaya hidup bebas seperti: nongkrong di jalan,
ngamen, mengkonsumsi alkohol, main musik dengan Pogo, dan gaya busana yang
nyleneh. Orang-orang yang mengikuti gaya hidup kamtis disebut anak kamtis.
Persebaran gaya hidup kamtis sangat marak di kota-kota di Indonesia, salah satunya di
pati. Anak kamtis yang ingin hidup bebas, tanpa ada aturan yang mengatur segala
aktivitas serta perilaku mereka, menjadi sebuah masalah yang perlu dikaji dalam
penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi individu kamtis,
berkaitan dengan alasan mengapa ia masuk komunitas kamtis, bagaimana ia
mengekspresikan gaya hidup kamtis dalam kehidupannya, bagaimana relasi individu
dalam komunitas tersebut, dan bagaimana pandangan mereka terhadap agama.
Penelitian ini memfokuskan pada permasalahan itu semua yang kasusnya penulis ambil
dari komunitas kamtis yang berada di wilayah trangkil rejoagung
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi di lapangan, wawancara
dengan informan, dokumentasi, dan mencermati pengalaman pribadi yang dialami
oleh informan (life history). Metode analisis data menggunakan deskripsi kualitatif,
yaitu menggambarkan dan menjelaskan kasus yang dikaji dalam rumusan masalah
penelitian ini.
Peneliti menemukan bahwa kamtis merupakan komunitas yang memiliki
ideologi sosialisme, yang meneriakkan kepentingan kelompok, anti kapitalisme, bebas
tanpa ada aturan yang mengatur segala aktivitas mereka, yang berpegang pada prinsip
‘asal tidak merugikan orang lain’. Relasi antar individu di dalam komunitas kamtis
adalah berbeda dengan relasi yang terjadi dalam kehidupan sosial sehari-hari,
sebagaimana umumnya yang mengakui adanya stratifikasi atau kelas sosial tertentu.
Komunitas kamtis menjalankan hubungan antar individu di dalamnya berdasarkan
keyakinan akan persamaan, ketidakberbedaan, eksistensi diri, dan anti-struktur.
2|MUHAMMAD IRFAN . 15102100 44. PBA-B

Penelitian ini juga melihat bagaimana gaya hidup anak kamtis yang bebas
berpengaruh terhadap aktivitas keagamaan mereka. Sebagian anak kamtis mengaku
kalau mereka jarang melakukan ritual keagamaan yang diwajibkan di dalam agama
mereka. Akan tetapi, ada juga yang tetap menjalankan hal tersebut meskipun dalam
keadaan apapun. Bagi anak kamtis, agama merupakan urusan pribadi masing-masing
orang dengan Tuhan. Tidak ada kaitannya dengan komunitas atau gaya hidup kamtis.
Komunitas yang satu ini memang sangat berbeda sendiri dibandingkan dengan
komunitas pada umumnya. Banyak orang yang menilai bahwa komunitas yang satu ini
termasuk salah satu komuitas yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun jika
dicermati lebih dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas
ini. Komunitas ini bukan hanya sekedar nongkrong di pinggir jalan, berpakaian aneh,
gak pernah mandi, dan seterusnya, tetapi komunitas ini banyak melahirkan karya-
karya yang bisa mereka banggakan. Di bidang musik misalnya, banyak band punk yang
mampu mendapat tempat di hati remaja Indonesia, mereka tidak kalah dengan band-
band cengeng yang selalu merengek-rengek, bahkan sampai nangis kayak cewek untuk
mendapatkan tempat di hati remaja Indonesia. Band endank soekamti sendiri sangat
identik dengan indie label, dengan modal yang minim band endank soekamti bisa terus
exis di belantika musik tanah air tercinta, bahkan sampai ke level yang lebih tinggi,
yaitu go international. Selain di bidang musik, komunitas kamtis juga bergerak di
bidang fashion, awalnya mereka hnya membuat pakaian untuk mereka pakai sehari-
hari, seiring dengan berjalannya waktu, mereka membuat dengan jumlah yang lebih
banyak dan juga desain yang lebih variatif. Wadah untuk pakaian yang diproduksi
sendiri oleh anak-anak kamtis sendiri biasa disebut distro, di industri ini pun komunitas
kamtis mampu bersaing dengan produk-produk terkenal yang sudah akrab dengan
remaja Indonesia. Di distro sendiri juga tidak hanya menjual pakaian, banyak aksesoris-
aksesoris buatan anak-anak kamtis juga yang dijual di distro. Tidak hanya itu, distro
sendiri juga dijadikan senjata untuk publikasi band-band seperti endank soekamti yang
sudah menpunyai album, pokoknya apa yang dilakukan komunitas kamtis tidak main-
main, semuanya tertata rapi, yang aku tau sih itu namanya simbiosismutualisme. Jadi,
jangan heran kalau remaja Indonesia dibilang gak keren karena belum belanja di distro.
Tidak berhenti di situ, dengan gaya yang seperti itu, jangan sampai Anda bilang
komunitas kamtis itu “gaptek” (gagap teknologi), dunia maya juga menjadi salah satu
jalur perkembangan komunitas kamtis.
Perkembangan scene kamtis, komunitas, gerakan, musik, dan lainnya, yang
paling optimal adalah di Bandung, disusul Malang, Yogyakarta, Jabotabek, Semarang,
Surabaya, dan Bali. Parameternya adalah kuantitas dan kualitas aktivitas, bermusik,
pembuatan fanzine (publikasi internal), movement (gerakan), distro kolektif, hingga
pembuatan situs.Meski demikian, secara keseluruhan, kamtis di Indonesia termasuk
marak. Profane Existence, sebuah fanzine asal Amerika menulis negara dengan
perkembangan kamtisyang menempati peringkat teratas di muka Bumi adalah
Indonesia dan Bulgaria. Bahwa `Himsa`, band endank soekamti asal Amerika sampai
3|MUHAMMAD IRFAN . 15102100 44. PBA-B

dibuat berdecak kagum menyaksikan antusiasme konser endank soekamti di Bandung.


Di Inggris dan Amerika, dua negara yang disebut sebagai asal wabah kamtis, konser
endank soekamti yang sering diadakan disana hanya dihadiri tak lebih seratus orang.
Sedangkan di sini, konser kamtis bisa dihadiri ribuan orang. Mereka kadang reaktif
terhadap publikasi pers karena khawatir diekploitasi. Pers sebagai industri, mereka
anggap merupakan salah satu mesin kapitalis. Mereka memilih publikasi kegiatan,
konser, hingga diskusi ide-ide lewat fanz.

WAWANCARA
Penulis : kenapa kamu bisa tertarik dengan komunitas kamtis?
Narasumber : ya akrena saya ngefans dengan yang namanya endank soekamti
Penulis : endank soekamti itu tokoh atau musisi?
Narasumber : endank soekamti itu nama band
Penulis : kalau kamtis nama apa?
Narasumber : nama fansnya endank soekamti
penulis: kamtis itu ada struktur organisasinya nggak? Seperti ketua, sekretasi ,
bendahata?
Narasumber : kamtis yang saya ikuti tidak seperti itu, tidak tahu kalau yang
lainnya
Penulis : biasanya ada pertemuan nggak, selain ada konser?
Narasumber : iya ada
Penulis : biasanya kumpulnya berapa minggu sekali?
Narasumber : tidak tentu, jarang malah sekarang
Penulis : kalau bertemu Cuma ngumpul – ngumpul apa bahas kamtis
kedepannya?
Narasumber : iya ngumpul juga bahas kedepan
Penulis : kenapa kamu nggak ikut kamtis local (dalam desa)?
Narasumber : nggak, aku Cuma beli kaosnya
Penulis : biasanya kalau mendatangi konser naik sepeda motor atau bonek (ikut
truck)?
Narasumber : kalau saya naik sepeda motor, juga ada yang bonek, minjam
mobil travel
4|MUHAMMAD IRFAN . 15102100 44. PBA-B

Penulis : dimana kamu pernah mendangi konser yang paling jauh?


Narasumbe : di jogya

Anda mungkin juga menyukai