Anda di halaman 1dari 6

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN NARASUMBER

Hari/Tanggal : Kamis, 5 Maret 2021

Tempat : Rumah Narasumber

Waktu : 20.00 – 20.30

Narasumber : Sufi Ma’sum (Kolektif Ampskp)

Peneliti : Bisakah Saudara memperkenalkan diri terlebih dahulu?

Narasumber : Saya Sufi Ma’sum yang biasa disapa dengan panggilan burik

atau masbur dan saya seorang bapak rumah tangga.

Peneliti : Apakah saudara merupakan bagian dari Komunitas Musik

tertentu atau sebagai Individu?

Narasumber : Saya memiliki grup musik atau band yaitu kolektif ampskp

Peneliti : Apakah saudara mengetahui Komunitas Perpustakaan Musik?

Jika tahu, darimanakah saudara mengetahuinya?

Narasumber : Kurang lebih saya mengetahuinya, karna kolektif ampskp

juga terjaring dan terhubung dengan beberapakali mengadakan kegiatan bersama

Komunitas Perustakaan Musik.

Peneliti : Apakah saudara mengetahui tentang gerakan literasi?

Narasumber : Ya, sedikit banyak tentang gerakan literasi di purwokerto

pertamakali muncul adalah beberapa perpustakaan mainstream seperti yang ada di

sekolah, kampus hingga perpustakaaan daerah. Kemudian beberapa tahun belakangan

kurang lebih sekitar 5 tahun yang lalu fenomena gerakan literasi seperti perpustakaan
jalanan yang sangat masif mulai bermunculan bahkan tidak hanya di purwokerto saja,

bahkan merebak hingga tingkat nasional.

Peneliti : Bagaimanakah pandangan saudara terhadap gerakan literasi?

Narasumber : Menurut pandangan saya Gerakan literasi ini muncul sebagai

alternatif untuk teman-teman yang mungkin bisa digambarkan seperti adanya

keinginan untuk membunuh kebodohan dari budaya literasi itu sendiri. Gerakan ini

juga merupakan gerakan yang berjejaring dari satu kota ke kota lainnya yang

berisikan pemuda didalamnya.

Peneliti : Apakah saudara mengetahui tentang gerakan literasi yang

dilakukan oleh Komunitas Perpustakaan musik?

Narasumber : Fenomena yang menarik dalam Gerakan Literasi adalah

munculnya Komunitas Perpustakaan Musik di purwokerto dengan melakukan

Gerakan Literasi dengan model yang berbeda. Jika Gerakan Literasi secara umum

menawarkan buku bacaan, Perpustakaan Musik ini secara penglihatan saya mereka

atau memiliki fokus bagaimana caranya menawarkan pengetahuan melalui musik.

Selain itu mereka juga mungkin memiliki keinginan untuk menawarkan pengetahuan

yang lebih luas dari sekedar mendengarkan musik dari grup musik atau band yang

sudah dikenal luas dan besar melainkan lebih menawarkan karya musik lebih kearah

skena lokal terutama purwokerto. Seperti halnya ketika saya menempatkan diri

sebagai masyarakat umum yang tertarik dengan musik, saya mungkin akan sedikit

memiliki kebingungan pada titik untuk menikmati musik dan mencari tahu apa saja

dan berapa banyak grup musik yang ada dalam lingkup purwokerto hingga banyumas
yang secara pandangan saya Komunitas Perpustakaan Musik menghadirkan hal itu.

Pada awal kemunculannya yang saya tahu, Komunitas Perpustakaan Musik

melakukan kegiatan ngelapak seperti di alun-alun purwokerto, di kampus, event

musik, hingga terjejaring dalam gerakan sosial lainnya dengan menawarkan

lapakannya untuk di kunjungi.

Penelitaan : Apakah saudara mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan

oleh Komunitas Perpustakaan Musik dalam menjalankan gerakan literasinya? Jika

iya, apakah saudara pernah mengikuti kegiatan tersebut?

Narasumber : Ya, beberapakali saya pernah hadir pada saat mereka

ngelapak atau mengikuti kegiatan lapakannya dengan beberapa peralatan sederhana

seperti membawa alat putar walkman, atau membawa laptop untuk memutar CD yang

digunakan sebagai alat mendengarkan musik untuk masyarakat yang ingin

mendengarkan koleksi rilisan fisik Komunitas Perpustakaan Musik. Selain itu, dalam

bebera kesempatan saya juga melihat mereka juga membuat produk tulisan-tulisan.

Saya fikir ini adalah hal yang menarik dan menjadi sumbangan yang besar untuk

dunia permusikan khususnya di purwokerto. Beberapa kegiatan yang lain yang

pernah saya ikuti adalah ketika teman-teman Komunitas Perpustakaan Musik

mencoba menawarkan hal lain diluar bacaan dan rilisan seperti diskusi publik dengan

berisikan bahasan tentang rilisan fisik. Pada waktu itu mengahadirkan beberapa dosen

seperti pak Manunggal yang juga sebagai praktisi musik dan juga sebagai kolektor

rilisan fisik. Pada diskusi tersebut ada banyak hal yang disampaikan oleh beliau

seperti bagaimana cara merawat produk rilisan fisik hingga bagaimana menikmati
karya musik melalui rilisan fisik. Selain beliau, pengisi diskusi juga diisi oleh bapak

Arsita Pinandita yang saya tahu sebagai dosen di ITT Telkom yang pernah menulis

buku Punk, Fashion dan subculture. Pada diskusi tersebut dia banyak bicara soal

desain/visual dari rilisan fisik seperti sampul album, zine dan lain lain. Kurang lebih

itu yang pernah sasa tahu dan ikuti dari kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas

Perpustakaan Musik.

Peneliti : Bagaimanakah penilaian saudara terhadap kegiatan yang

dilakukan oleh Komunitas Perpustakaan Musik?

Narasumber : Saya tidak ingin berbicara pada titik penilaian secara kualitas

secara gerakan, tapi yang pasti menurut saya Komunitas Perpustakaan Musik ini

menjadi bagian yang bisa dibilang baru dan bisa menjadi satu ruang yang di cita-

citakan, diinginkan atau diharapkan oleh teman-teman musisi terutama di purwokerto.

Jika saya melihat tradisi untuk merawat arsip dari teman-teman musisi sangatlah

kurang atau lumayan lemah atau dorongan untuk membuat arsip seperti rekaman atau

rilisan yang membuat hal ini menjadi sangat penting.

Peneliti : Bagaimanakah tanggapan saudara terhadap issue yang

dibawakan oleh Komunitas Perpustakaan Musik yaitu apresiasi karya musik melalui

rilisan fisik?

Narasumber : Mungkin seperti ini, band-band lokal khususnya yang ada di

purwokerto melakukan produksi musik secara mandiri dari mulai produksi hingga

distribusi dan sangat terbatas jika melihat pada titik distribusinya. Apresiasi yang
saya fikir jika saya gambarkan mungkin biasanya ada grup musik atau band yang

melakukan rilisan fisik seperti album atau merchandise untuk dijual dan di

distribusikan. Mungkin bisa di bandingan pada titik keinginan untuk memiliki rilisan

fisik lebih sedikit jika di bandingkan dengan keinginan untuk memiliki merchandise-

nya. Saya mungkin berfikir apakah ini menjadi suatu penghargaan yang lemah namun

saya fikir yang paling penting adalah bagaimana Komunitas Perpustakaan Musik ini

memiliki nilai tawar untuk mengenalkan produk kebudayaan tema-teman musik

seperti rilisan fisik kepada masyarakat atau publik. Apresiasi karya musik melalui

rilisan fisik ini menjadi penting karna pada dasarnya produk kebudayaan dari musik

seperti rilisan fisik menjadi satu sumbangan yang tidak pentingnya dengan buku.

Karna untuk membuat karya musik teman-teman musisi juga melalui beberapa proses

seperti melakukan beberapa analisa atau observasi dalam penulisan liriknya.

Peneliti : Adakah saran atau kritik dan masukan untuk Komunitas

perpustakaan Musik? Jika ada, mungkin saudara berkenan untuk memberikan

masukannya terhadap Komunitas Perpustakaan musik.

Narasumber : Ada, yang pertama mungkin karena ini merupakan

perpustakaan yang biasanya berhubungan dengan perbendaharaan koleksinya

minimal Komunitas Perpustakaan Musik memiliki rilisan fisik band terdekat terutama

band purwokerto dan sekitarnya. Yang kedua, yang tidak kalah penting Komunitas

Perpustakaan Musik harus dapat memajukan atau menjadi pendorong bagi musisi,

grup musik atau band terutama purwkerto dan sekitarnya dengan menjadi wadah

untuk sharing, diskusi dan berbagi pengalaman bagi musisi dan band purwokerto atau
dapat menjadi wadah untuk mempertemukan musisi atau band dengan masyarakat

luas. Kemudian karna ini merupakan Gerakan Literasi yang tidak hanya sebatas

menawarkan musik ke masyarakat, saya fikir teman-teman Komunitas Perpustakaan

Musik juga perlu membuat produk kebudayan melalui tulisan atau mengangkat sisi

lain dari temen temen musisi atau band khususnya purwokerto dan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai