Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Khadafi

NIM : 11211110000063

Musik dan Budaya

Keyword: Musik, Identitas, Kelas Sosial, dan film D’Bijis

1. Apa yang menjadi fokus dalam kajian budaya dalam melihat musik?

Sosiologi membahas tentang musik karena musik memiliki sebuah makna yang arbitrer, tidak pasti, yang
dikonstruksikan secara sosial dan spesifik secara historis tidak membuatnya menjadi kurang nyata. Karena
pada kenyataannya sebuah musik tertentu dapat dipuja oleh kelompok A dan musik tertentu dapat
menjadikan kelompok B bersatu, ini yang disebutkan oleh Hennion sebagai ‘mediasi’ yang mana fokus seorang
sosiolog bukan menjadikan musik sebagai gagasan yang abstrak, melainkan konten praktik pada musik
tertentu karena musik bukanlah sesuatu yang abstrak dengan banyak bentuk, melainkan hanya bentuk-bentuk
itu sendiri (Hennion 2001:11). Selain itu juga sosiologi musik materialis bukan hanya tentang mendengarkan,
tetapi juga membutuhkan analisis tentang apa yang didengar orang serta bagaimana mereka
mendengarkannya.

Pada musik populer, budaya dalam musik berfokus pada produksi, mediasi, dan pertunjukkan karena
pada pembahasan sebelumnya tentang budaya populer salah satu inti utama dari budaya populer adalah
media sosial dan industri media sebagai wahana utamanya.

2. Apa hubungan di antara musik, struktur masyarakat, dan makna individu?

Dalam karya seminarnya yang berjudul La Passion Musicale (1993) seorang sosiolog Prancis Antonine Hennion
berpendapat bahwa, alih-alih menganggap teks musik sebagai ‘cermin’ makna sosial dan budaya, tindakan
interpretasi musik dan makna konsekuen dari musik tidak terlepas dari konsumsi teks oleh khalayak.
Menurutnya konstruksi makna musik adalah proses intertekstual dan sangat subjektif di mana penonton
diposisikan tak terpisahkan sebagai agen reflektik dan kreatif.

Pandangan serupa juga muncul dari Peter Martin (1995) dalam karyanya yang dipengaruhi Becker,
Sound and Society. Ia terpengaruh determinisme sosial dari Marx dan Durkheim, ia memberikan pandangan
konstruksionis sosial tentang makna musik dengan mengatakan bahwa musik mencerminkan dengan cara apa
pun secara langsung keadaan sosial di mana musik itu diproduksi.

Selain itu juga mengapa musik berhubungan dengan makna individu, seperti yang saya jelaskan di
atas bahwa musik memiliki maknanya tersendiri bagi para pendengarnya yang bahkan bisa disukai oleh
pendengarnya sampai membuat sebuah kelompok menjadi bersatu. Mungkin ketika kita mendengarkan musik
tertentu entah mengapa kita merasa bahwa musik tersebut sesuai dengan perasaan kita saat
mendengarkannya sedangkan jika orang lain yang mendengarkan belum tentu merasakan hal yang sama, nah
di sinilah letak pemaknaan individu dari musik tersebut.

3. Bagaimana hubungan dan dinamika di antara musik, globalisasi, dan lokalitas dalam suatu masyarakat

Saya ambil contoh aliran musik metal yang awalnya berkembang pada tahun 1970an yang identik dengan
distorsi gitar yang sangat kuat, ketukan cepat, dan performa gitar solo yang panjang, serta suara ketukan drum
yang khas. Awaknya aliran ini dipengaruhi oleh elemen Blues yang kenal hingga pada akhirnya dikembangkan
oleh Judast Priest dengan menghilangkan unsur Bluesnya. Dengan adanya globalisasi maka tersebar luasnya
genre musik ini bahkan sampai Indonesia yang ditandai dengan adanya band-band dengan aliran metal seperti
Burgerkill dan Deadsquad yang namanya sudah berada di atas pucuk dalam permusikan Indonesia. Selain itu
juga adanya usaha untuk menyesuaikan produk globalisasi tersebut dengan kondisi budaya yang ada di
masyarakat Indonesia misalnya dengan tidak menggunakan perkataan kasar dalam penulisan lirik, bahkan ada
usaha untuk mengkreolisasikan genre metal ala Indonesia sendiri misalnya yang baru-baru terkenal seperti
grup metal perempuan desa berhijab asal Garut Voice of Baceprot. Ini merupakan bagaimana globalisasi yang
menyatu dengan lokalitas masyarakat Indonesia.
4. Apa yang dimaksud dengan musik menjadi narasi mengenai tempat/ruang

Tadi saya menuliskan bahwasanya musik bisa jadi cerminan dari sebuah masyarakat tertentu, karena menurut
Lewis salah satu dimensi utama yang menopang formasi budaya rasa adalah demografi. Demografis mencakup
faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, ras, dan juga lokalitas, yang mana masing-masing faktor ini dapat
secara dramatis melintasi kelas dalam memberikan dasar untuk keterikatan pada gaya musik tertentu. selain
itu juga tempat dan ruang musik mempunyai latar belakangnya tersendiri yang nantinya menjadi pusat tempat
lahirnya musik tersebut.

misalnya musik punk diasumsikan sebagai soundtrack dari orang yang sedang marah, direbut, dan
pemuda kelas pekerja kulit putih. Contoh lainnya adalah genre musik rap yang direpresentasikan sebagai suara
orang Afrika-Amerika yang marah juga. Nah kita tidak dapat memisahkan musik dengan tempat dan ruangnya
tersebut seperti rap yang akhirnya tolok ukur rap ya seperti di mana musik rap itu muncul dan juga gaya
berpakaiannya mengikuti orang keturunan Afrika-Amerika yang menjadi ciri khasnya.

5. Dinamika hubungan musik dengan identitas dan kelas sosial

Andy Bennet dalam karyanya yang berjudul Toward a Cultural Sociology of Popular Music, mengatakan bahwa
musik mencerminkan dengan cara apa pun langsung keadaan sosial di mana ia diproduksi hal ini digambarkan
para perbedaan kelas antara dua kelompok budaya ‘bikers’ dan ‘hippies’ yang menjadi awal adanya perbedaan
identitas dan kelas sosial melalui pemilihan musik.

Bagi para bikers, kesederhanaan rock and roll dengan jelas menggemakan dan mengembangkan
minat dan kualitas tertentu dari gaya hidup mereka yang memiliki integritas bentuk dan suasana serta
kepercayaan informal yang langsung. Sebaliknya, kaum hippie kelas menengah yang lebih berpendidikan
menuntut musik yang menantang pendengarnya dan menawarkan pengalaman mendengarkan yang lebih
beragam. Yang pada akhirnya secara terus menerus perbedaan ini menghasilkan gaya, makna, isi, dan bentuk
kesadaran tertentu bagi kelompok tertentu.

Contoh lainnya seperti genre musik dangdut diindonesia yang dapat dikategorikan sebagai selera
musik rendahan karena aksesnya yang mudah digapai masyarakat yang tentu hampir dalam setiap kegiatan
besar masyarakat Indonesia di ujungnya tidak lupa diselipkan acara ‘dangdutan’. Sedangkan musik jazz
dianggap sebagai musik kelas atas karena alunan musiknya yang dianggap lebih elegan dan ‘easy listening’
serta tidak semua masyarakat dapat mengaksesnya karena biasanya disajikan salah satunya pada restoran-
restoran mewah atau pada performa di dalam kapal pesiar mewah menggambarkan bagaimana identitas sosial
dan perbedaan kelas sosial.

Musik berhubungan dengan kelas sosial tertentu juga tergambar dari studi tentang heavy metal oleh
ahli teori studi budaya Australia, Marcus Breen (1991) yang menggambarkan heavy metal sebagai ekspresi dari
sifat patriarhal dan misoginis yang mengalir melalui komunitas kelas pekerja, di mana band-band heavy metal
dan penonton yang dominan adalah laki-laki. Ikatan dan persahabatan yang meresapi konser heavy metal juga
dianggap sebagai sarana di mana laki-laki, kelas pekerja berat, penonton metal secara simbolis menegosiasikan
status dan perasaan sosial mereka yang rendah dari represi dan ketidakberdayaan.

6. Apa yang dimaksud dengan musik mainstream dan sub-stream dan bagaimana hubungan keduanya
dengan kekuasaan

Simpelnya kita dapat mengatakan bahwa musik yang mainstream adalah musik yang mengikuti pasar industri,
sedangkan musik yang substream adalah musik yang melawan batasan-batasan yang ada di industri dan
biasanya band-band substream memiliki idealis yang tinggi sehingga menjadikannya sebagai grup band indie.
Mereka yang membawakan musik-musik mainstream mengikuti permintaan yang ada di industri
musik dan lebih memilik untuk mencari keuntungan/komersialisasi musik yang mereka ciptakan, namun
biasanya jika mengikuti pasar/tren yang sedang berkembang terdapat batasan-batasan tertentu, misalnya jika
musiknya terdapat lirik yang kontroversi seperti Jason Ranti, tentu sangat sulit untuk bisa tampil di media
industri karena adanya batasan tersebut. sedangkan band atau pemusik yang beraliran substream memiliki
idealis yang tinggi untuk mempertahankan bahwa mereka bermusik karena ingin berkarya dan dalam karyanya
yang diciptakan tidak perlu adanya batasan-batasan dari media, sehingga musik substream sedikit sulit untuk
dapat dikonsumsi secara massal oleh masyarakat karena tingginya batasan dari media, namun tidak jarang
juga band-band indie yang mempertahankan idealisnya laku di pasaran seperti payung teduh dan fourtwnty.

Dalam musik mainstream tergambar bagaimana kekuasaan media atau aktor di baliknya mengontrol
musik agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum, sedangkan dalam musik substream bisa dikatakan
sebagai perlawanan terhadap batasan-batasan yang diciptakan media tersebut.

7. Bagaimana hubungan musik, tempat (ruang), dan identitas yang digambarkan dalam film D’Bijis

Dalam film D’Bijis, band The Bandits memiliki identitas yang kuat dengan sang vokalis Bonie yang menjadi ikon
utama dari band The Bandits sehingga pada awal band The Bandits ingin dibangkitkan kembali oleh adik dari
Bonie yaitu Asti, produser musik aga ragu dengan The Bandits yang mau dibangkitkan lagi ini karena
menganggap core dari band The Bandits terdapat pada sang almarhum, Bonie. Pada awal film juga
digambarkan bagaimana kuatnya identitas band The Bandits sampai penonton rela menunggu The Bandits
manggung bahkan walaupun tertunda 1 jam lamanya.

Gudang pemberian pacar ibunya Asti menjadi tempat bernaung bagi band The Bandits. Mulai dari
awal terbentuknya kembali, merintis dari awal lagi, sehingga semuanya berkumpul kembali hingga kembali
manggung terjadi di lokasi gudang tersebut. Gudang tersebut menjadi identik bagi band The Bandits karena
semuanya terjadi dalam gudang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai