Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Khadafi

NIM : 11211110000063

Proses Budaya; Produksi, Distribusi, dan Konsumsi Budaya

Keyword: Budaya, Kekuasaan, subculture, culture lag

1. Yang dimaksud dengan produksi, distribusi, dan konsumsi budaya

Jika dalam kehidupan sosial kita mengenal istilah produksi, distribusi, dan konsumsi dalam kegiatan
ekonomi yang masing-masing diartikan sebagai:

a. Produksi, merupakan proses kegiatan menciptakan atau menghasilkan suatu produk sehingga
bisa dimanfaatkan oleh konsumen
b. Distribusi, merupakan kegiatan penyaluran dan pengiriman produk dari produsen ke konsumen
c. Konsumsi, merupakan kegiatan ekonomi yang berupa menggunakan atau menghabiskan barang
hasil produksi atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

Dalam konteks budaya, kita juga dapat menggunakan konsep yang sama dalam produksi, distribusi,
dan konsumsi, namun bukan barang ekonomi yang digunakan, melainkan merupakan sebuah budaya yang
diproduksi, distribusi, dan konsumsi oleh masyarakat. Dalam hal ini produksi sebuah budaya dimaksudkan di
mana dan bagaimana awal terciptanya sebuah budaya yang ada pada suatu masyarakat yang tentu saja
disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah bagaimana lingkungan sosialnya. Distribusi budaya
dimaksud sebagai wadah atau saya lebih senang menyebutnya sebagai sebuah transportasi sebuah budaya
kepada masyarakat misalnya dalam sebuah simbol yang telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya atau
bisa juga melalui sebuah interaksi sosial yang secara tidak langsung menanamkan sebuah budaya. Dan yang
terakhir adalah konsumsi budaya, yaitu di mana budaya telah ada pada masyarakat dan diterapkan,
dipraktikkan, serta melekat pada diri sebuah masyarakat.

2. Bagaimana rangkaian ketiga unsur tersebut menghadirkan objek budaya dalam kehidupan sosial

Ini selaras dengan pernyataan Durkheim yang mengatakan bahwa sebuah budaya merupakan produk
kolektif masyarakat, yang artinya di dalamnya terdapat persetujuan komunal dari suatu masyarakat terkait
dengan sebuah produksi, distribusi, dan konsumsi sebuah budaya. Selain itu juga budaya dapat
merepresentasikan sebuah masyarakat tertentu yang di dalamnya juga terdapat pengalaman masyarakat
tersebut.

Misalnya dalam karya fenomenal Durkheim yang berjudul The Elementary Forms of Religious Life yang
membahas tentang asal muasal sebuah agama yang mana suku pedalaman Australia menjadi objek
penelitiannya. Dalam memproduksi sebuah budaya pada masyarakat suku aborigin Australia ia menjelaskan
bagaimana sebuah benda/hewan tertentu (yang disebut sebagai totem) menjadi sesuatu yang sakral. Awalnya
sebuah benda/hewan tertentu merupakan hal yang biasa saja, namun karena dianggap memiliki kekuatan
magis maka ia berubah menjadi sesuatu yang sakral.

Lalu kesakralan totem tersebut didistribusikan melalui pemuka atau pemimpin ritual/agama melalui
doktrin-doktrin tertentu misalnya pemuka agama membagikan totem yang dianggap sakral tersebut kepada
sebuah klan dalam masyarakat suku Australia melalui interaksi sosial dan simbol-simbol pada totem itu sendiri.

Dan yang terakhir totem tersebut melekat pada diri sebuah klan tertentu, misalnya klan A menjadikan
macan sebagai totemnya, maka terdapat ritual atau perlakuan khusus terhadap macan itu sendiri. Seperti
macan tersebut dilarang keras untuk dibunuh apalagi dikonsumsi karena merupakan hal yang sakral.
Sedangkan yang lainnya boleh-boleh saja seperti berburu ayam dan mengonsumsinya karena merupakan hal
yang profan.

Nah objek budaya tersebut lahir dari 3 rangkaian di atas yang awalnya merupakan sesuatu yang biasa
lalu berubah menjadi hal yang melekat pada masyarakat yang menjadi sebuah produk budaya yaitu totem
yang dilambangkan melalui hewan/benda-benda yang dianggap magis.

3. Yang dimaksud dengan subculture dan bagaimana pengaruhnya terhadap produksi budaya
Sebelumnya terlebih dahulu kita mengetahui tentang subculture itu sendiri, subculture diartikan
sebagai perkembangan sebuah kebudayaan khusus yang tidak bertentangan dengan budaya “induk” itu sendiri
dan dipengaruhi oleh kontak budaya eksternal.

Misalnya pada film atau gim yang berjudul the warriors menggambarkan bagaimana anak muda
membuat kelompok-kelompoknya sendiri dan berupaya untuk mempertahankan kelompoknya sendiri entah
dari kelompok gang lain ataupun dari aparat kepolisian dan mereka merupakan subkultur pada masyarakat
Amerika, mereka membuat tanda sebagai pembeda dengan kelompok lainnya seperti membuat logo gang dan
menggambarnya di banyak daerah sebagai tanda akan keberadaan mereka, dan juga seragam gang yang
digunakannya. Dan mereka dapat dikatakan sebagai subkultur apabila ketika mereka disatukan dapat melawan
pengaruh dari masyarakat.

Dalam pengaruhnya terhadap produksi sebuah budaya, subkultur ini biasanya dianut atau diikuti oleh
anak muda seperti yang tergambar dalam film The Warriors yang di dalamnya mereka lebih terbuka dalam
mengekspresikan dirinya seperti tidak ada campur tangan orang tua dalam gaya berpakaiannya, lebih bebas
mengonsumsi ganja dalam kelompoknya yang pada akhirnya membentuk atau mempengaruhi sebuah budaya
baru.

4. Bagaimana posisi konsep cultural lag dalam produksi budaya

Cultural lag didefinisikan oleh seorang sosiolog bernama William Ogburn bahwa sosiolog harus
membedakan antara “budaya material” dan “budaya adaptif.” Budaya material memang seperti itu: “rumah,
pabrik, mesin, bahan mentah, produk manufaktur, bahan makanan, dan objek material lainnya.” Ketika budaya
material ini berubah, budaya nonmaterial, yang meliputi praktik, folkways, dan institusi sosial, harus berubah
sebagai tanggapan. Budaya adaptif terdiri dari bagian budaya nonmaterial yang menyesuaikan diri dengan
kondisi material. Selalu butuh beberapa saat bagi adaptasi untuk mengejar perubahan materi, dan
kesenjangan ini adalah “culture lag”.

Sebagai contoh adalah pembuatan jalur khusus bagi sebuah transportasi di Jakarta yaitu pembuatan
Busway untuk transjakarta. Awalnya pembangunan busway bertujuan untuk mengatasi macet yang ada di
Jakarta. Dari perubahan material ini mengubah juga kebiasaan masyarakat, bukannya berjalan sebagaimana
tujuan awalnya, malah membuatnya makin runyam, baik disebabkan karena kondisi jalan yang makin
menyempit ataupun kebiasaan masyarakat yang terdapat kesenjangan antara perubahan material dan
nonmaterial seperti masyarakat bukannya sadar untuk menggunakan transportasi umum yang sudah
disediakan jalurnya, malahan mereka menggunakan jalur khusus tersebut sebagai akses kendaraan pribadi
karena dianggap lebih cepat. Di sanalah bentuk kesenjangannya dan disebut sebagai culture lag.

5. Bagaimana produksi ide bisa dianggap sebagai proses produksi budaya

Ide merupakan struktur awal dari produksi segala sesuatu termasuk budaya. Ide merupakan hal
abstrak yang diwujudkan melalui produksi-produksi budaya dan menjadi sebuah produk budaya. Misalnya
untuk mempromosikan sebuah produk budaya tentu kita harus memiliki ide terlebih dahulu untuk
menentukan langkah selanjutnya, misalnya seperti ‘bagaimana pasar budaya yang sedang laris saat ini’ atau
‘budaya apa yang menjadi konsumsi masyarakat’.

6. Posisi “penerima” budaya dalam proses produksi dan distribusi budaya

Penerima merupakan inti terpenting dalam produksi maupun distribusi sebuah budaya, karena
penerima budayalah yang membuat makna tersebut. misalnya sebuah perusahaan label rekaman
memproduksi sebuah lagu yang didasarkan pada ide-idenya yang diwujudkan sebagai sebuah produk. Nah
penerima budaya tersebut sangat mempengaruhi pihak label tersebut. Ketika nanti lagu rilis dan
didistribusikan ke masyarakat, maka akan muncul respon masyarakat sebagai yang mengonsumsi produk
tersebut. Jika penjualan atau target tercapai maka musik tersebut dianggap sukses dan mendapatkan
keuntungan bagi pihak terkait, namun jika respon masyarakat kurang atau ketertarikan masyarakat terhadap
lagu tersebut tidak seperti yang diharapkan, maka akan menjadi pertimbangan bagi pihak label untuk
memproduksi musik sejenis. Inilah pentingnya peran penerima budaya pada proses produksi dan distribusi
budaya.

7. Hubungan kekuasaan dan proses produksi kebudayaan

Kekuasaan memiliki dominasi yang kuat dalam memproduksi sebuah kebudayaan, misalnya di Korea
Utara yang kekuasaan pemerintahan Kim Jong Un punya peran sentral dalam segala hal termasuk dalam
mengatur sebuah kebudayaan negara Korea Utara. Banyak contohnya mulai dari sesuatu yang seharusnya
tidak dipermasalahkan yaitu adanya aturan gaya dalam potongan rambut dan jika tidak sesuai dengan aturan
gaya yang telah ada maka akan dikenakan hukuman di bawah kuasa negara. Korea Utara juga membatasi
siaran media informasinya dari negara-negara luar seperti dibatasi siaran-siaran radio dan televisi. Contoh
lainnya adalah Kim Jong Un mewajibkan masyarakatnya untuk menangis dan merenung ketika hari dari
kematian ayah dan kakeknya tiba, jika masyarakat terlihat tidak sedih atau mengadakan perayaan-perayaan
tertentu misalnya sekedar pesta untuk minum-minum makan akan mendapatkan konsekuensi yang hebat. Dari
contoh isolasi budaya oleh pemerintahan Korea Utara menggambarkan bagaimana kuatnya dominasi
kekuasaan yang ada pada pemerintahan Kim Jong Un mengatur atau membatasi sebuah budaya dan
membentuk kebudayaannya sendiri.

8. Apakah film G30SPKI bisa dikatakan sebagai produksi budaya

Singkatnya film ini menceritakan bagaimana pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap
pemerintah Indonesia bahkan dianggap ingin mengambil alih negara dan merubahnya kepada ideologi
komunis dan salah satu tindakan kejinya yang membekas pada masyarakat Indonesia adalah ketika
penangkapan sebelas jendral ternama dan membuangnya dalam lubang buaya, hingga akhirnya berhasil
diselesaikan oleh TNI angkatan darat Indonesia yang merupakan penentang utama dari PKI ini sendiri yang
dipimpin oleh mayjen Soeharto.

Pada awal film sebelum film dimulai sebenarnya terdapat ucapan-ucapan terima kasih terlebih dahulu
khususnya terhadap Soeharto itu sendiri serta koleganya. Dari sini sebenarnya kita perlu curiga apakah benar
PKI pada masa itu seperti yang digambarkan pada film? Atau terdapat hiperbola dalam pembuatan film dengan
tujuan tertentu, untuk menaikkan legalitas Soeharto mungkin (?).

Jika demikian maka ini juga memiliki hubungan dengan pertanyaan nomor 7, dimana hubungan
kekuasaan dengan produksi budaya. Film G30SPKI merupakan produksi budaya yang ditawarkan oleh
pemerintah orde baru sebagai bukti/doktrin/propaganda yang dilakukan oleh pemerintahan orde baru.
Mungkin kita juga sudah sering mendengar dalam berbagai wawancara yang mengatakan bahwa peristiwa
tersebut seakan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dominasi kekuatan negara juga dibuktikan dengan
selalu ditayangkannya film ini pada tv-tv nasional menjelang 30 September yang tujuannya mungkin
mengingatkan masyarakat akan bahayanya PKI atau bertujuan untuk mendoktrin masyarakat jangan sampai
ada PKI lagi di antara kita.

Dengan demikian maka bisa dikatakan bahwa film G30SPKI merupakan produksi budaya yang
diproduksi oleh pemerintah itu sendiri, didistribusikannya, dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai