Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Khadafi

NIM : 11211110000063

Budaya Populer

Keyword: Budaya, Populer, Kekuasaan, Politik, Film Mendadak Dangdut

1. Apa yang dimaksud dengan budaya populer?

Budaya populer merupakan produk industrial, di mana kegiatan pemaknaan dan hasilnya (yakni
kebudayaan) dihasilkan dan ditampilkan dalam jumlah besar, kerap dengan bantuan teknologi produksi,
distribusi, dan penggandaan-massal, sehingga gampang dijangkau masyarakat luas. Salah satu contohnya
terdapat pada bukunya Ariel Heryanto yang berjudul Budaya Pop dan Persaingan Identitas yang mengambil
contoh grup band asal Indonesia, Peterpan menjadi ‘ikon utama’ perusahaan telekomunikasi terbesar dan
tertua di Malaysia, Celcom. Mereka melakukan kerja sama hingga pelanggan Celcom bisa mengunduh album
Peterpan seperti Hari yang Cerah, Taman Langit, dan Bintang di Surga yang dapat digunakan sebagai
wallpapers, tones, ringtons, dll. Selain itu, Celcom juga berhak menggunakan tiap lagu Peterpan sebagai model
iklan perusahaan di media cetak dan televisi. Hasilnya adalah 200.000 album Peterpan terjual di Malaysia yang
bahkan di Indonesia sendiri penjualannya tidak lebih dari setengahnya. Ini menandakan bagaimana Peterpan
sebagai band pop dapat diterima oleh masyarakat luas.

2. Perbedaan antara budaya populer dengan budaya massa?

Sebenarnya aga membingungkan untuk membedakan antara budaya populer dengan budaya massa,
karena budaya massa diartikan sebagai budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial
produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa atau lebih
ringkasnya diartikan sebagai budaya populer yang diproduksi untuk pasar massal. Yang mana penentu utama
budaya massa adalah keuntungan produksi dan pemasaran yang dapat dihasilkan dari potensi pasar
massalnya.

Sedangkan MacDonald mengartikan budaya populer sebagai sebuah kekuatan dinamis yang
menghancurkan batasan kuno, tradisi, selera, dan mengaburkan segala macam perbedaan. Yang mana budaya
populer hanya memfokuskan pada sisi hiburan saja yang dominannya. Namun budaya massa ‘latah’ dengan
seaakan mengakuisisi budaya populer yang berkembang pada masyarakat dikomersialisasi dengan
mendapatkan keuntungan dari masyarakat sebagai konsumennya. Karena definisi menurut MacDonald,
“budaya massa menghancurkan batasan kuno kelas, tradisi, selera, dan mengubur segala macam perbedaan.
Budaya Massa membaurkan dan mencampuradukkan segala sesuatu, menghasilkan apa yang disebut sebagai
budaya homogen....”

Dengan demikian sependek pemahaman saya dapat dikatakan bahwa budaya populer merupakan
awal sebuah budaya yang diterima oleh masyarakat luas dan dominan pada sisi hiburannya saja lalu budaya
massa meliriknya dan diproduksi secara industri dengan produksi massal dan lebih mementingkan pada aspek
ekonomisnya, yakni mencari keuntungan dari masyarakat sebagai konsumennya.

3. Bagaimana hubungan antara konsumsi budaya dengan budaya populer?

Budaya populer tidak terlepas dari perilaku konsumsi dan determinasi media massa terhadap
masyarakat yang berperan sebagai konsumen. Kaum elite sering merendahkan budaya populer dengan
sebutan “budaya massa” atau selera rendahan karena mudahnya akses untuk mengonsumsi budaya tersebut
sebab adanya produksi massal yang mana suatu budaya mengalami penurunan nilai karena mudahnya akses
tersebut. karena sifatnya yang mudah diakses itulah masyarakat dengan gampangnya dapat mengonsumsi
budaya populer yang bertebaran di lingkungan sosialnya. Atau jika logikanya dibalik dapat dikatakan bahwa
karena budaya dikonsumsi oleh banyak masyarakat luas maka dapat dikatakan budaya tersebut adalah budaya
populer.

4. Apa saja “faktor” atau syarat sebuah produksi budaya dianggap sebagai budaya populer?
Dalam Identitas dan Kenikmatan Politik Budaya Layar Indonesia karya Ariel Heryanto dijelaskan
bahwa produk dan praktik budaya dapat digolongkan sebagai ‘budaya populer’ atau tidak didasarkan
pada:

a. Sifatnya mudah diakses dan langsung menarik perhatian bagi banyak orang
b. Ketika diproduksi untuk dijual (makna yang pertama) karya dan praktik itu relatif murah dan
menarik perhatian banyak orang dari segala ras, tempat tinggal, usia, dan gender
c. Ketika disebarkan secara kolektif (makna yang kedua) karya dan perilaku ini terbuka lebar bagi
orang dengan tingkat kecerdasan rata-rata dari berbagai latar belakang untuk bisa menikmati,
menggunakan, berperan serta, mereproduksi, keakrabannya, dan kemudahannya ketika
digunakan
d. Tidak memiliki daya tarik universal, karena biasanya hanya “kelas menengah” yang hidup di
kawasan urban dan industrial yang mengonsumsi dan memproduksi budaya populer.

5. Mengapa budaya populer sering kali disamakan dengan Amerikanisasi?

Kita tarik dari awal tentang munculnya budaya populer yang merupakan produk masyarakat
industrialis serta mengandalkan teknologi produksi, distribusi, dan pengadaan besar-besaran. Dari kalimat
tersebut dapat kita tarik kalimat “produk masyarakat industrialis” yang mana industrialisasi berkembang
terlebih dahulu di Amerika dan Eropa bahkan paling besar berkembang di Amerika sehingga Inggris menjadi
terpengaruh akan industrialisasi Amerika sehingga munculnya kata “Amerikanisasi”. Dengan demikian jelas
budaya populer sulit muncul dari negara-negara yang baru merdeka apalagi negara bekas jajahan kolonial
misalnya seperti budaya di Indonesia mungkin sulit menjadi budaya populer di mata dunia, bahkan budaya
populer di Indonesia inilah yang terpengaruhi oleh budaya negara yang terindustrialisasi terlebih dahulu.

Nah dari kalimat Indonesia terpengaruhi negara yang industrialisasi lebih dahulu yang dapat dikatakan
Amerika lah salah satu pelopor industrialisasi tersebut maka dapat dikatakan budaya populer sering kali
disamakan dengan Amerikanisasi. Misalnya dalam produksi film, di mana tentu raksasa film saat ini yaitu
Hollywood berasal dari negeri paman sam sana. Dengan Hollywood tersebut seakan memberikan “standar”
khusus dalam industri film untuk sebuah film dapat dikatakan bagus. Ringkasnya, kualitas film-film Hollywood
menjadi acuan industri film negara lainnya untuk membuat film. Hal tersebut tentu karena industri film
Hollywood menjadi populer di masyarakat dunia karena dari berbagai segi kualitas yang sangat memukau
seperti sinematografi, pengambilan angel kamera, alur cerita yang kompleks, bahkan kompleksitas dalam film
itu sendiri.

6. Mengapa Jeans dianggap sebagai budaya populer?

Berangkat dari definisi budaya populer yaitu kita pahami sebagai berbagai suara, gambar, dan pesan
yang diproduksi secara massal dan komersial (termasuk film, musik, busana, dan acara televisi) serta praktik
pemaknaan terkait, yang berupaya menjangkau sebanyak mungkin konsumen, terutama sebagai hiburan
(Storey 2006; Strinati 1995)

Dengan definisi budaya populer tersebut jeans dapat dikategorikan ke dalam budaya populer, karena
jeans diproduksi secara massal dan komersial. mungkin pada sejarah awalnya celana jeans diperuntukkan para
pekerja bangunan di Eropa namun bergeser menjadi konsumsi masyarakat umum karena adanya produksi
massal. Selain itu juga mudahnya akses untuk mendapatkannya juga menjadi salah satu syarat suatu budaya
dianggap sebagai budaya populer. Dengan demikian celana jeans sudah memiliki syarat-syarat yang sudah
dijelaskan pada nomor 4 sebagai sebuah budaya dapat dikatakan sebagai sebuah budaya populer.

7. Bagaimana budaya populer berhubungan dengan kekuasaan dan politik?

Pertama saya akan membahas hubungannya dengan kekuasaan, film sebagai salah satu produk
budaya populer bisa sangat menggambarkan sebuah kekuasaan pihak tertentu. misalnya dalam film G30SPKI
yang saat itu menjadi film wajib pada review 4, menggambarkan bagaimana kekuasaan bermain dan
ditonjolkan di dalam film tersebut. pertama dalam produksi film tersebut tentu sudah bermain segi
kekuasaannya seperti film yang dibuat oleh pemerintahan orde baru tentu secara tidak langsung hanya
berdasarkan sudut pandang pemerintah saja, seakan dibuat untuk mengharumkan nama pemerintah yang
telah berjasa membasmi PKI sebagai salah satu partai terlarang di Indonesia yang akan mengganggu kestabilan
negara Indonesia. Selain itu juga adegan di dalam film menitikberatkan pada TNI angkatan darat yang lagi-lagi
seakan menggambarkan bagaimana TNI AD berperan penting dalam menuntas kejahatan PKI walaupun dapat
dikategorikan sebagai genosida. Selain itu juga kewajiban untuk menonton film tersebut ketika menjelang 30
September baik di sekolah, nobar di wilayah, maupun dominasi film G30SPKI pada seluruh saluran televisi juga
menandakan bagaimana kekuasaan bekerja dalam budaya populer.

Kedua, hubungannya dengan politik. Media massa sebagai penunjang utama budaya populer tentu
dapat digunakan sebagai wahana safari politik yang efektif dalam mencari suara. Tidak jarang para kader partai
ataupun para pejabat menggunakan media sosial sebagai kendaraan politiknya seperti partai perindo yang
menggemakan mars partainya yang bahkan kita hafal meskipun kita secara tidak sadar berniat
menghafalkannya namun karena selalu disiarkan melalui televisi membuat mars tersebut seakan selalu
berputar di kepala kita. Selain itu juga mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah bernyanyi di
hadapan publik selama masa kampanye pemilu, yang mana musik sebagai salah satu produk budaya populer
dan ia juga hadir dalam babak final kontes Indonesian Idol. Salah satu contohnya lagi juga banyak pejabat
publik yang merilis lagunya sendiri ataupun membuat konten media sosial baik youtube, instagram, tiktok, dsb
menandakan bagaimana peranan media sosial yang merupakan produk budaya populer sangat penting dalam
segi politik.

8. Bagaimana pula ke-agama-an/kesalehan berhubungan dengan budaya populer?

Sebenarnya budaya populer tidak selalu berhubungan dengan keagamaan, namun dalam konteks
Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, tentu menjadi hubungan yang sangat erat.
Misalnya yang terjadi pada tahun 2003 di mana sedang naik-naiknya penyanyi dangdut Inul Daratista yang
tampil kontroversial di khalayak publik, bagaimana tidak, ia berani tampil lebih terbuka dengan goyangan
khasnya yang disebut sebagai ‘goyangan ngebor’ yang tentu dianggap melakukan tindak pornografi. Yang
akhirnya menyebabkan adanya pembahasan RUU tentang anti-pornografi yang secara tidak langsung
diperuntukkan menjadikan Indonesia berbasis hukum Islam, yang tentu saja RUU ini diacukan oleh partai-
partai Islam. Selain itu juga munculnya Rhoma Irama yang memiliki cap ‘raja dangdut’ juga dengan jelas seakan
membawa budaya populer ke arah yang sesuai dengan acara Islam. Mulai dari mengubah gaya musik dangdut
yang bertolak belakang dengan Inul Daratista yang sangat kontroversial akan goyangan ngebornya, berubah
menjadi bernuansa Islami dengan lirik-lirik lagu rohani dan mengajak pada kebaikan dan tentu saja kritikan-
kritikan kepada pejabat.

Dengan contoh kasus di atas sudah jelas bagaimana hubungan keagamaan mempengaruhi budaya
populer, dalam konteks Indonesia yaitu penganut agama Islam. Dengan dominannya penganut Islam di
Indonesia, tentu budaya populer yang berkembang di masyarakat Indonesia harus sesuai dengan ajaran Islam
bahkan tidak jarang terjadi penolakan besar-besaran terhadap budaya populer yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam di Indonesia meskipun Indonesia itu sendiri bukan negara yang berlandaskan hukum Islam. Dengan
demikian dapat dikatakan budaya populer yang berkembang tentu menyesuaikan dengan masyarakat negara
tersebut, jika mayoritas Islam maka harus sesuai dengan ajaran Islam dan jika masyarakatnya sekuler maka
dengan mudahnya berbagai budaya populer berkembang pada masyarakat suatu negara tertentu.

9. Bagaimana dangdut bisa dianggap sebagai budaya populer?

Mungkin dapat dikatakan bahwa syarat utama dari budaya populer adalah dapat diakses dengan
mudah oleh masyarakat luas, salah satu contohnya adalah dangdut. Dibandingkan dengan genre-genre musik
lainnya yang mungkin harus membayar mahal untuk menonton dan menikmatinya saja seperti event-event
musik yang mulai ramai kembali ketika rentetan pembatasan akibat covid dilonggarkan dan mematok harga
tiket yang bervariasi yang biasanya dimulai dengan harga Rp250.000 an yang tentu saja tidak dapat dikatakan
dapat diakses dengan mudah khususnya oleh masyarakat dengan kalangan ekonomi kelas bawah, mungkin
event-event tersebut dapat dikatakan budaya populer bagi masyarakat kalangan menengah.

Lalu bagaimana dengan dangdut? Sebenarnya untuk menyaksikan dangdut kita tidak perlu membayar
sepersen pun untuk menyaksikannya, hanya memerlukan warga yang sedang melaksanakan hajatan baik
nikahan maupun sunatan walaupun biasanya lebih ramai pada acara nikahan. Meskipun artis yang
membawakan dangdut tersebut hanya berasal dari kalangan artis kampung saja namun genre yang dimainkan
sama saja dengan dangdut yang diputar di konser-konser berbayar, namun dangdut ini lebih mudah diakses
oleh masyarakat luas.

10. Penilaian selera budaya dangdut sebagai sebuah produk budaya dalam film mendadak dangdut?
Dan gambarkan hubungan musik dangdut dalam film tersebut dengan relasi kuasa pada konflik
yang terjadi di dalam film tersebut!

Selera budaya dangdut yang digambarkan dalam film mendadak dangdut dianggap sebagai budaya
populer pada masyarakat kelas bawah karena mudahnya untuk masyarakat menonton konser dangdut
tersebut. Seperti dalam film dangdut sering kali diadakan dalam banyak acara, seperti syukuran pembangunan
jalan, acara karang taruna, sebagai alat untuk mencari tambahan biaya untuk sunatan Mamat, bahkan menjadi
hiburan di lapas pada akhir film. Iis yang diperankan oleh Titi Kamal yang awalnya merupakan golongan kelas
mengatakan bahwa dangdut merupakan selera rendahan dibandingkan dirinya yang terkenal karena ketenaran
lagunya yang ditulis olehnya sendiri. Dari sini jelas digambarkan bagaimana budaya dangdut dipandang oleh
kelas atas yaitu Iis, karena mudahnya akses dalam menonton dangdut dan dianggap sebagai stimulus
masyarakat kelas bawah untuk melupakan masalah-masalahnya maka dangdut dianggap sebagai selera
masyarakat kelas bawah.

Lalu dalam film juga digambarkan bagaimana musik dangdut memiliki kuasa pada konflik yang terjadi.
Contohnya terdapat ketika selesai manggung terdapat 2 penonton yang bertengkar karena saling senggol, lalu
panitia acara meminta tim dangdut untuk menyanyikan 1 – 2 lagu untuk mendamaikan penonton, alhasil cara
tersebut efektif dengan cara Iis menyanyikan lagu dan menarik 2 orang yang berkelahi ke atas panggung dan
akhirnya damai lalu joget bersama lagi. Secara tidak sadar di dalam film digambarkan bagaimana acara
dangdut seakan menjadi sesi penutup segala kegiatan yang telah dilaksanakan seperti yang telah saya tulis
dalam paragraf sebelumnya. Yang bisa jadi budaya dangdut dijadikan alat untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat akan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seperti pembangunan, acara karang taruna, dan hiburan
di lapas tahanan. Di sini tergambar jelas seakan dangdut memiliki kuasa dalam mengontrol masyarakat hanya
melalui musik saja, bagaimana tidak, masyarakat dengan rela memberikan uang untuk membantu sunatan
Mamat yang padahal dalam film tergambar bagaimana kondisi ekonomi masyarakat yang mungkin perlu
dibantu juga.

Anda mungkin juga menyukai