Anda di halaman 1dari 3

Tentang istilah “Folk-Music”, “Musik Populer”, “Popular Music” dan “Pop-Music”

Mungkin ada orang yang ingin bertanya, “bagaimana dengan ‘folk-music’? Di sini kita sudah melihat
suatu proses transformasi yang kurang lebih sama dengan aspek “populer” atau “music populer” . “Folk-
music” merupakan istilah untuk suatu jenis music popular yang hanya bisa dipahami, bila kita kenal
sedikit tentang sejarah music popular, terutama di Amerika pada tahun 50- dan 60-an, sebab musik
“folk-music” tidak bersifat folklore dalam arti kata yang dijelaskan pada bab 2. “Folk-music” lebih mirip
sebuah “merek” yang dicipta oleh para produser untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Unsur
“tradisi sama sekali tidak ada, namun kesan sosial untuk suatu kalangan tertentu diutamakan. Lihat juga
istilah “ country-music”.

Dalam buku “Ensiklopedi Musik Rock” oleh Halbscheffel/Kneif , kita dapat membaca:

“Folk music seolah-olah melanjutkan tradisi lagu rakyat di Amerika, Inggris dan Irlandia, akan tetapi
terdapat perbedaan tujuan di Amerika dibandingkan denga Inggris/Irlandia, sebab tujuan di Amerika
lebih bersifat politis, yaitu kritik politis dari Gerakan kiri. Tradisi lagu rakyat menuntut para musisi untuk
menggunakan alat-alat akustik saja, sedangkan penggunaan gitar elektrik misalnya ditafsirkan sebagai
“kejahatan” terhadap tradisi dan selera yang halus. Maka pada saat BOB DYLAN mulai menggunakan
gitar elektrik, ‘pembaharuan’ ini menimbulkan kritik luar biasa dari kalangan ‘fundamentalis folk-music’.
Namun penerobosan DYLAN menimbulkan suatu aliran yang selanjutnya dinamakan folk-rock; band
pertama adalah barangkali grup BYRDS . Perbedaan antara folk-music dan folk-rock akhirnya dapat kita
abaikan, karena tampaknya hanya terdapat kalangan kecil yang menjadi penganut music demikian,
padahal, perbedaan musical hampir tidak ada, kecuali kenyataan bahwa “folk-rock” lebih cepat
dikomersialkan – tamabahan penulis. Yang lebih penting daripada masalah peralatan tadi adalah
perbedaan antara tradisi lagu-lagu rakyat atau imitasinya yang bermutu dibandingkan dengan rock
sendiri. Perbedaan ini bisa dijelaskan berhubungan dengan perasaan metrum. Lagu-lagu rakyat biasanya
sejajar dengan cara persepsi yang timbul sejak tahun 1600 di Eropa, berkaitan dengan perkembangan
musik seni, yaitu awal sebuah birama dengan tesis. Namun music rock justru mengembangkan ciri
khasnya yang lebih berdasarkan suatu pergeseran perasaan metrik dasar ini. Rata-rata aksen utama
jatuh pada ketukan tiga, sedangkan ketukan satu hanya mendapat aksen sekunder, Maka, bila kita
membandingkan folk dengan rock, secara sekilas kami bisa menegaskan sebagai berikut:

FOLK : aksen metris pada ketukan 1 dan 3 nyanyian legato menceritakan obyektif, ballada kebanyakan
alat akustik biasanya lebih Panjang

ROCK : Sinkop, aksen pada ketukan ringan motif-motif pendek, dipotong lebih lirik, gaya panggilan,
menyinggung diri sendiri atau “kamu” kebanyakan alat elektronis biasanya lebih pendek

Gerakan folk-song yang paling kuat sekitar pada tahun 1958 diwakili oleh berbagai penyanyi sebagai
PETE SEEGER dan WOODY GUTHRIE yang keliling-keliling dan mereka menceritakan tentang kehidupan,
masalah sosial … Mereka itu diikuti oleh BOB DYLAN, PETER, PAUL & MARY dan JOAN BAEZ … Setelah
pembunuhan J.F. Kennedy pada tahun 1963, Gerakan ini mulai menjadi lemah, karena salah satu
sumber utama adalah kepercayaan dengan moral dan masa depan di Amerika. Di samping itu “serbuan
music popular Inggris” mulai menonkol, dengan pengaruh utama pada generasi remaja. Baru pada
tahun 1966/1967 timbul Kembali berbagai grup, akan tetapi dengan unsur-unsur lain yang lebih
berhubungan dengan Gerakan hippies di Kalifornia.
Dengan kata lain, Gerakan “folk-music” ini barangkali menyadari keterpisahan antara musik rakyat dan
musik popular yang cenderung menjadi rakyat dalam bentuk music massa melalui media-media.
Ternyata Gerakan ini seolah-olah “dikalahkan” oleh rangsangan-rangsangan perkembangan musik massa
pada akhir tahun 50-an dan terutama pada tahun 60-an.

Baru kali ini, sudah kami sebutkan istilah “music popular”, berhubungan dengan media massa, dan –
mau tidak mau – berhubungan dengan unsur kuantitatif dari segi keuntungan uang. Ternyata inilah
sebenarnya pengertian “Musik Populer” yang lebih tepat pada masa kini. Tetapi, hanya setelah
menyinggung masalah foklor dan musik rakyat pada umumnya, baru kali ini kita mampu membedakan
berbagai hal yang penting. Musik rakyat atau foklor memang tetap berada di seluruh dunia, namun
musik demikian tidak bersifat musik massa dalam arti komersial, melainkan lagu-lagu rakyat memang
tetap mempunyai tradisi dan fungsi dalam suatu lingkungan tertentu sebagai lagu pergaulan, suasana
nostalgia, lagu anak-anak… - artinya, music ini tidak dibuat secara khusus, melainkan senantiasa
dilestarikan sesuai dengan pengertian Bapak Danandjaja tadi.

Mari kita lihat sebuah definisi tentang berbagai pengertian “music populer” di kamus “Ensiklopedi Musik
Rock” tadi: “POPULAR MUSIC” – berasal dari Amerika, yaitu semacam “music entertaining” seperti
diwakili oleh Frank Sinatra dalam kurun waktu yang cukup lama: 1. Bahasa dengan gambaran yang kuat
secara emosional, 2. Frase-frase melodis yang mudah dipahami. 3. Instrumentasi yang bombastis
dengan alat hesek, paduan suara sebagai latar belakang. Semua elemen demikian merupakan berbagai
ciri khas jenis musik “emosional” ini, yamg diwakili paling tepat dengan lagu “Strangers in the Night”
misalnya. Ditinjau dari penjelasan ini, ciri khas popular music dan rock music berbeda sekali bila kita
mempertimbangkan aspek sikap, gaya dan juga kalangan orang yang terkena dengan masing-masing
music tersebut. Ternyata para musisi “rock” sering menggunakan “popular music” sebagai targetnya
untuk berbagai olokan-olokan. Pada tahun 80-an, Batasan antara “mainstream-rock” dan “popular
music” semakin kabur, akan tetapi perlu, perbedaan dijelaskan terus menerus.

“POP-MUSIC” – 1. Istilah ini mengarah kepada tingkat popularitas sebuah musik. Musik pop hanya
merupakan musik yang “populer”. Dengan demikian istilah ini tidak berlaku untuk “entertainment” saja,
sebab bisa saja bahwa Simponi-simponi dari Beethoven atau Tschaikowski dinikmati dari lebih banyak
orang dibandingkan dengan berbagai lagu “music entertainment” masa kini. 2. Sebuah jenis musik, yang
kadang-kadang berhubungan dengan “Schlager Jerman” kadang-kadang dengan music rock, kadang-
kadang dengan musik entertainment pada umumnya. Dengan demikian, arti istilah ini sangat bervariasi,
sehingga ketidakjelasan ini sangat nyata pada berbagai penegasan tentang musik rock dalam berapa
buku Pendidikan music. 3. Kadang-kadang istilah ini dipakai untuk sebuah jenis music, yang – dilihat dari
suatu sisi – tidak berbeda dibandingkan dengan musik rock sendiri, akan tetapi musik ini tidak mengarah
kepada sesuatu yang bermutu, bahkan sebaliknya. Kesan ini bisa saja dianggap sebagai sebuah
sanjungan – pokoknya terdapat suatu jenis musik yang tidak mau menjadi lebih daripada hiburan
sementara, sehingga bisa dilupakan setelah berapa minggu; namun musik ini sekaligus dibuat dengan
cara yang halus… Akhirnya kami sangat menyatankan agar dalam hal peristilahan, lebih baik digunakan
istilah yang lebih persis dan tepat, walaupun garis Batasan antara “pop” dan “rock” tetap sulit.

Yang paling menarik dalam kutipan ini adalah penegasan, bahwa music hiburan bisa diterima saja, asal
dibuat secara unik dan dengan ketrampilan yang bagus. Dengan kata lain, dalam bidang “musik pop”
atau “musik popular” – kalau kita untuk sementara menrima kenyataan tujuan komersialisme – juga
terdapat unsur kualitatif. Namun sejauh mana unsur kualitatif itu punya arti atau tidak, mesti
dipermasalahkan pula, sebab belum tentu apakah persepsi masyarakat massa dapat memperhatikan
aspek itu. Jangan lupa bahwa “musik popular” berdasarkan proses persepsi yang tidak sama dengan
proses persepsi “musik seni”. “Musik popular” pada prinsipnya bertolak dari kebiasaan orang, bahkan
musisi yang bersangkutan ingin memenuhi kebutuhan kebanyakan orang dalam arti: Musik ini tidak
boleh membebani orang. Namun dengan demikian, sulit sekali membuat sesuatu yang orisinal, sebab:

 Bila terlalu orisinal, orang merasa terganggu karena ada sesuatu diluar kebiasaan mereka.
 Bila kurang orisinal, mutu kurang nyata.
 Bila seorang dapat membuat sesuatu yang orisinal, akan tetapi sekaligus sesuai dengan
kebiasaan orang, mungkin orisinalitas tidak bisa ditangkap sebab para apresiator kurang
mendengar music tersebut. Mereka menerimanya seperti sebuah “kertas dinding” saja, baik dari
segi teks maupun dari segi komposisi. Di samping itu mesti dipermasalahkan pula, sejauh mana
music sendiri berperan, dibandingkan dengan a) “life-style”, b) fungsi idola seorang musisi pop
yang menyajikan music tersebut.

Dari point-point di atas bis akita Tarik kesimpulan bahwa justru dalam proses Pendidikan music,
apresiasi “music populer” sangat perlu supaya persepsi masyarakat menjadi lebih terbuka serta
kritis. Artinya, Pendidikan semacam ini sama sekali tidak menuju pada suatu tujuannya, yaitu
“mengalahkan” musik populer demi peran seni musik yang otonom, kreatif dan senantiasa baru.
Sebaliknya, proses Pendidikan harus mempermasalahkan fenomena “musik Populer” dari semua
aspek yang bersangkutan.

Dari segi peristilahan kami usulkan bahwa istilah “musik populer” diartikan untuk segala jenis
music yang sedang berkembang sejajar dengan perkembangan media audio-visual, artinya
“music entertainment” di Amerika dari awal abad ini sampa sekarang. Dalam proses
perkembangannya, “popular music” menuju pada berbagai jenis sajian pada tahun 50-an
sesuai dengan definisi di atas. Kemudian “pop” bisa diartikan dengan musik populer di
Amerika dan Inggris pada tahun 60-an. Arti istilah “pop” ini sulit dibatasi, apa lagi
perbedaanya dengan istilah “rock”. Rata-rata,”rock” melanjutkan tradisi “rock’n rikk”
termasuk unsur kritik sosial. Musik “rock” seperti sebuah pentil untuk ketidakpuasan generasi
muda terhadap orang tua dan “establishment”…, setidaknya merupakan faktor ekspresi pada
awal sebuah karier di kalangan musisi rock. Yang dimaksud dengan ‘awal sebuah karier’
adalah kenyataan bahwa di kalangan “rock” terdapat banyak jenis music yang sangat kreatif,
tajam, ekspresif dan orisinal, terutama pada saat sebuah grup music “rock” mulai tampil.
Namun lama-lama orisinalitasnya semula semakin akan distandarisasi, menjadi merek
komersial saja, sehinggan kekuatan asli hilang. Sering terjadi bahwa dengan demikian gaya
musik juga menjadi lebih ringan, melodis, lebih mudah dicerna…- dan akhirnya lebih
cenderung ke pasar “Pop”. Dengan kata lain, music “pop” pada umumnya bersifat lebih
sederhana, lebih melodis, lebih distandarisasi, lebih ingin memuaskan orang dengan khayalan
ekspresi positif indah…!

Anda mungkin juga menyukai