Disusun oleh
Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
dan Jaringan Kerja Petani Organik
2020
ii Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi
Oleh :
Sofie
Hariadi Propantoko
Ferri Stya Budi
Setting/layout :
Ferri Stya
PENGANTAR
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 yang bertujuan untuk
menganalisa aktor-aktor yang beperan dalam rantai nilai komoditas padi, dan
siapa aktor yang mendapat margin keuntungan yang paling besar/kecil dan
menemukan peluang pemasaran baru yang lebih bagus dalam rantai tersebut.
Penyusun
iv
ii Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi
DAFTAR ISI
PENGANTAR............................................................................................................... iii
PENDAHULUAN........................................................................................................ 5
LATAR BELAKANG............................................................................................................. 6
TUJUAN................................................................................................................................. 6
METODE......................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN
Tujuan studi rantai nilai ini akan menemukan 2 hal penting yaitu :
METODE
Secara geografis luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah berupa daratan seluas
1.295,98 km2. Wilayah administrasi Kabupaten Ngawi terdiri dari 19 Kecamatan,
dari luas wilayah Kabupaten Ngawi 72% diantaranya berupa lahan sawah, hutan
dan tanah perkebunan. Secara umum, di bagian tengah adalah daerah dataran
yang merupakan pertanian subur. Kabupaten Ngawi termasuk daerah yang
beriklim tropis, dan hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan.
Topografi wilayah Kabupaten Ngawi berupa dataran tinggi dan tanah datar.
Tercatat 4 Kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo
dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Lima belas Kecamatan sisanya
berupa tanah datar Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan. kedunggalar
merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu sebesar 138,29
Km2 atau 10,67 persen and 129,65 Km2 atau 10,00 persen.
Sedangkan wilayah yang menjadi lokasi riset adalah di kecamatan Geneng, Gerih,
Pangkur, Padas dan Ngawi yang menjadi lokasi beberapa poktan, gapoktan,
perusahaan, pedagang maupun retail di Kabupaten Ngawi
Menurut data statistik tanaman padi paling banyak produksinya sebesar 842
221 ton disusul Jagung sebesar 245 345 ton dan paling sedikit produksinya
adalah ubi jalar.
Dilihat dari data luas panen per ha dan produksi per ton, maka yang paling
tinggi adalah kecamatan Paron, Kedunggalar dan widodaren dan yang paling
sedikit kecamatan pitu dan karanganyar. Namun bila dilihat dari produktivitas
Produksi Padi per ton/ha, kecamatan Geneng merupaka wilayah paling tinggi
produktivitasnya disusul Ngawi dan Kedunggalar seperti dalam table dibawah
ini :
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 11
Produksi
Padi non Organik
Lahan yang dimiliki petani di lokasi riset adalah rata-rata sebesar 0,5 -1 ha
dan semua ditanami padi, walaupun ada beberapa petani yang mempunyai
pola tanam padi dan jagung. Masa panen rata rata sebanyak 3 kali setahun.
Kebanyakan varietas yang ditanam oleh petani adalah jenis ciherang dan inpari
32 sedangkan untuk produksi beras organik terdapat varietas sintanur, PK
brown rice ,merah, dan hitam. Biaya produksi Rata rata sebesar 12 - 17.5 jt/ha,
sedangkan Komponen biaya terdiri dari benih, Air, pupuk, pestisida, tenaga dan
sewa alsintan (traktor, mesin rontok, combine. Rata rata petani menjual dalam
bentuk gabah kering panen, namun petani menyisihkan sebagian produksinya
sebanyak 15-20 persen untuk konsumsi sendiri, untuk biaya sosial, dan dijual
dalam bentuk beras sewaktu waktu bila mebutuhkan dana. Produk yang
disisakan untuk konsumsi sendiri, untuk sosial maupun dijual dalam bentuk
beras itu melalui proses penjemuran, pengeringan dan digiling di RMU rekanan
atau RMU keliling akan disimpan di gudang masing masing. Permasalah petani
saat ini adalah permasalahan pengairan, hama tikus, wereng, sundep dan belum
adanya standarisasi harga dan penentuan harga masih sepihak.
Padi Organik
Rata rata petani mengelola lahan sendiri seluas 1 Ha dan seluruhnya ditanami
Padi. Pola tanam yang dipakai Padi – Padi – Padi, dalam setahun Panen 3 x. Hasil
produksi berkisar antara 6 – 7 ton GKP per panen. Varietas yang biasa ditanam
adalah Padi Merah Pulen, Padi putih Sintanur dan Beras Hitam. Hasil panen
dijual dalam bentuk Gabah Kering Panen. Hasil produksi disetor ke Pengumpul
( KNOC ) dalam bentuk gabah, setelah diambil untuk kebutuhan konsumsi
keluarga dan sebagian untuk memenuhi permintaan saudara.
• Pinihan ( pembenihan )
• Tamping/ mopok
• Daut
• Tandur
• Pupuk kompos
• Penyiangan
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 13
Pemasaran
Rata rata produksi petani per panen sebesar 3 ton per 0.5 ha dalam bentuk
GKP. Produk dari petani dijual ke beberapa tempat dalam bentuk GKP yaitu
ke Gapoktan, dan ke pedagang/pengepul. Tidak ada kerjasama yang mengikat
antara gapoktan dan petani. Kondisi yang terjadi di gapoktan ada beberapa
pengurus yang sekaligus menjadi pemilik modal yang digunakan untuk membeli
produk yg disetor petani ke gapoktan. Gapoktan mendapat fee Rp 50/kg. Karena
dijual dalam bentuk GKP tidak ada standar kecuali berbeda usia tanaman
yang dipanen (pengaruh ke selisih harga Rp 50-200/kg). Gapoktan membantu
menyerap gabah petani untuk dipasarkan ke pedagang atau pembeli besar .
Gapoktan berfungsi juga sebagai lembaga yang menyediakan sarana produksi
seperti pupuk dan simpan pinjam. Melalui PUPM Gapoktan menyerap gabah
petani diolah menjadi beras dan dijual ke TTI. Tetapi ini belum efektif karena
sebagian besar panen justru langsung dijual ke penebas. Per musim panen rata-
rata mampu menyerap bagah petani sebesar 30 ton, tapi daya tamping yang ada
maksimal 10 ton. Artinya setelah 10 ton terjual maka 10 ton berikutnya bias
ditampung kembali. Biaya yang dikeluarkan gapoktan yaitu seperti tenaga,
kemasan, dll. Sisanya langsung masuk kas gapoktan. Yang dimiliki Lantai jemur,
gudang, bajak besar dan kecil, kombi besar dan kecil. Gapoktan seringkali
menjadi alternative akhir tempat menampung gabah petani anggota kelompok
tani ketika pedagang taidak mau menebas panen petani yang disebabkan karena
kualitas panen jelek, gabah kehujanan, atau panen petani yang tidak bias diserap
oleh penebas.
Padi organik
• Setelah melalui proses sampai dengan beras, harga yang djual dengan
margin keuntungan Rp 2000/kg
1. Petani
3. Asosiasi
4. Pedagang/pengepul
5. Toko/Supermarket/Swalayan
6. Perusahaan/swasta
Model 1
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Non Organik
Model 2
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Non Organik
Model 3
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Organik
Model 1
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Organik
Model 2
22 Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi
Padi Organik
Dalam rantai pasok beras organic margin keuntungan terbanyak ada di
supermarket/retail dengan keuntungan sampai dengan Rp 3000/kg tanpa
melakukan prosessing karena beras yang disupply sudah berkemas dan
berlabel. Margin yang lebih besar akan didapatkan KNOC dari penjualan ke
distributor besar atau eksportir, karena dengan harga yang sama yang dijual
ke took/supermarket tapi tidak memerlukan proses packing kemasan dan
label. Sementara itu penjualan ke pasar online langsung ke konsumen juga bisa
didapatkan lebih tinggi karena untuk penetapan jarga di tingkat konsumen
agar tetap sama dengan yang dijual di toko/supermarket karena mengingat
yang dijual produknya adalah dengan kemasan dan label yang sama.
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 23