Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL STUDI

Rantai Nilai Komoditas Padi


di lima Kecamatan
Kabupaten Ngawi
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi ii

LAPORAN HASIL STUDI


Rantai Nilai Komoditas Padi di lima Kecamatan
di Kabupaten Ngawi

Disusun oleh
Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
dan Jaringan Kerja Petani Organik
2020
ii Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

LAPORAN HASIL STUDI


Rantai Nilai Komoditas Padi di lima Kecamatan di Kabupaten Ngawi

Oleh :
Sofie
Hariadi Propantoko
Ferri Stya Budi

Setting/layout :
Ferri Stya

Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan pangan


dan Jerangan Kerja Petani Organik
Atas dukungan Oxfam Indonesia
2020
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi iii
ii

PENGANTAR

Laporan hasil studi rantai Komoditas Padi di lima Kecamatan di Kabupaten


Ngawi adalah sebuah output penelitian Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
(KRKP) bersama dengan Jaringan Kerja Petani Organik (JAKER PO) berkat
dukungan Oxfam Indonesia

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 yang bertujuan untuk
menganalisa aktor-aktor yang beperan dalam rantai nilai komoditas padi, dan
siapa aktor yang mendapat margin keuntungan yang paling besar/kecil dan
menemukan peluang pemasaran baru yang lebih bagus dalam rantai tersebut.

Fokus penelitian berada di Kabupaten Ngawi dimana Ngawi merupakan


produsen terbesar padi di provinsi Jawa Timur. Dan lebih spesifik mengarah
pada lima kecamatan dengan produksi tertinggi padi di kabupaten ngawi.
Laporan ini memuat hasil temuan yang dapat menjadi sumber informasi
pembuat kebijakan, praktisi pertanian, masyarakat sipil, dan petani terutama
yang bergerak dalam pengusahaan padi konvensional maupun padi organik.

Penyusun
iv
ii Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

DAFTAR ISI

PENGANTAR............................................................................................................... iii

PENDAHULUAN........................................................................................................ 5
LATAR BELAKANG............................................................................................................. 6
TUJUAN................................................................................................................................. 6

METODE......................................................................................................................... 6

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI RANTAI NILAI............. 7

ANALISA RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS).............. 11

PELAKU DAN AKTOR RANTAI PASOK BERAS DI NGAWI.... 14

ANALISA NILAI TAMBAH DALAM RANTAI NILAI PADI........ 22

PELUANG USAHA YANG BISA DIKEMBANGKAN........................ 23


Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 5

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Permasalahan terkait kesejahteraan petani setiap tahun tak kunjung membaik.


Data BPS tahun 2013 menunjukkan dari seluruh petani yang ada di Indonesia
sebesar 56% adalah petani gurem dan 36% nya adalah perempuan. Akibat
sulitnya kehidupan sebagai petani, tak kurang dari 5,1 juta rumah tangga tani
berpindah mata pencaharian. Perpindahan petani antara lain ke sektor buruh
tani dan perikanan sebesar 88,9%, pengrajin dan perdagangan sebesar 72,4%
(ILO, 2014). Untuk melakukan perubahan pada kehidupan petani alah satu cara
yang ditempuh adalah dengan melibatkan pihak swasta dalam usaha pertanian.
Swasta diyakini dapat membantu mulai dari hulu hingga hilir pertanian yakni
termasuk memasarkan produk pertanian yang dibuat oleh petani. Bantuan
penyediaan input dan memasarkan produk pertanian akan sangat membantu
bagi para petani. Selama ini kesulitan pemasaran merupakan salah satu
permasalahan tersendiri bagi petani selain permasalahan modal dan input
pertanian

Sektor pertanian merupakan kategori sector unggulan yang berpotensi untuk


mengembangkan sector ekonomi wilayah. Sektor pertanian merupakan sector
andalan bagi Kabupaten Ngawi. Dari lima subsector pertanian (tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan), subsector
tanaman pangan khususnya komoditi padi. Penentuan potensi sector pertanian
subsector tanaman pangan ditentukan berdasarkan 3 faktor yaitu luas panen,
jumlah produksi dan luas potensial. Wilayah yang memiliki potensi komoditas
padi diketahui bahwa 5 kecamatan yang memiliki potensi tinggi berada di
Kecamatan Geneng, Padas, Paron, Kedunggalar, Widodaren.

Dalam rangka untuk pengembangan pemasaran yang lebih menguntungkan


petani, perlu mencari peluang pemasaran apa dan bagaimana saja yang ada
di wilayah Kabupaten Ngawi yang dapat diterapkan. Untuk keperluan tersebut
Jaringan Kerja Pertanian Organik Indonesia bersama dengan KRKP dan didukung
oleh Oxfam Indonesia kemudian melakukan studi/assesment Rantai nilai pasok
dari komoditi padi yang menjadi komoditi sector unggulan di Kabupaten Ngawi.
6 Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

Studi rantai nilai (value chain) kemudian dirancang dengan melibatkan


Gapoktan dan kelompok tani, asosiasi, perusahaan swasta, pedagang, retail dan
pemerintah sebagai pemangku kebijakan di Kabupaten Ngawi.

TUJUAN

Tujuan studi rantai nilai ini akan menemukan 2 hal penting yaitu :

a. Menganalisa aktor-aktor yang beperan dalam rantai nilai komoditas


padi, dan siapa aktor yang mendapat margin keuntungan yang paling
besar/kecil

b. Menemukan peluang pemasaran baru yang lebih bagus dalam rantai


tersebut

METODE

a. Observasi dan kajian data sekunder untuk mendapatkan informasi dan


data terkait dengan komodoti padi yang akan dianalisa

b. Kunjungan lapangan dan wawancara mendalam pada para pelaku rantai


nilai

c. Diskusi terfokus (FGD) dengan melibatkan perwakilan pelaku rantai


nilai dan stakeholder terkait khususnya petani dan melakukan review
terhadap temuan awal studi

d. Presentasi dan diskusi temuan hasil


Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 7

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI RANTAI NILAI

Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur. Wilayah


Kabupaten Ngawi bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan,
Kabupaten Blora (Provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro, bagian
timur berbatasan dengan Kabupaten Madiun, bagian selatan berbatasan dengan
Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan, dan bagian barat berbatasan
dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Provinsi Jawa Tengah).

Secara geografis luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah berupa daratan seluas
1.295,98 km2. Wilayah administrasi Kabupaten Ngawi terdiri dari 19 Kecamatan,
dari luas wilayah Kabupaten Ngawi 72% diantaranya berupa lahan sawah, hutan
dan tanah perkebunan. Secara umum, di bagian tengah adalah daerah dataran
yang merupakan pertanian subur. Kabupaten Ngawi termasuk daerah yang
beriklim tropis, dan hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan.

Topografi wilayah Kabupaten Ngawi berupa dataran tinggi dan tanah datar.
Tercatat 4 Kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo
dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Lima belas Kecamatan sisanya
berupa tanah datar Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan. kedunggalar
merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu sebesar 138,29
Km2 atau 10,67 persen and 129,65 Km2 atau 10,00 persen.

Sedangkan wilayah yang menjadi lokasi riset adalah di kecamatan Geneng, Gerih,
Pangkur, Padas dan Ngawi yang menjadi lokasi beberapa poktan, gapoktan,
perusahaan, pedagang maupun retail di Kabupaten Ngawi

Jumlah produksi tanaman pangan menurut jenis tanaman di Kabupaten Ngawi


tahun 2018 adalah sebagai berikut :
8 Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

Menurut data statistik tanaman padi paling banyak produksinya sebesar 842
221 ton disusul Jagung sebesar 245 345 ton dan paling sedikit produksinya
adalah ubi jalar.

Sedangkan luas panen, produksi, dan produktivitas padi menurut kecamatan di


kabupaten Ngawi tahun 2018 adalah sebagai berikut
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 9
10 Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

Dilihat dari data luas panen per ha dan produksi per ton, maka yang paling
tinggi adalah kecamatan Paron, Kedunggalar dan widodaren dan yang paling
sedikit kecamatan pitu dan karanganyar. Namun bila dilihat dari produktivitas
Produksi Padi per ton/ha, kecamatan Geneng merupaka wilayah paling tinggi
produktivitasnya disusul Ngawi dan Kedunggalar seperti dalam table dibawah
ini :
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 11

ANALISA RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS)

Produksi
Padi non Organik

Lahan yang dimiliki petani di lokasi riset adalah rata-rata sebesar 0,5 -1 ha
dan semua ditanami padi, walaupun ada beberapa petani yang mempunyai
pola tanam padi dan jagung. Masa panen rata rata sebanyak 3 kali setahun.
Kebanyakan varietas yang ditanam oleh petani adalah jenis ciherang dan inpari
32 sedangkan untuk produksi beras organik terdapat varietas sintanur, PK
brown rice ,merah, dan hitam. Biaya produksi Rata rata sebesar 12 - 17.5 jt/ha,
sedangkan Komponen biaya terdiri dari benih, Air, pupuk, pestisida, tenaga dan
sewa alsintan (traktor, mesin rontok, combine. Rata rata petani menjual dalam
bentuk gabah kering panen, namun petani menyisihkan sebagian produksinya
sebanyak 15-20 persen untuk konsumsi sendiri, untuk biaya sosial, dan dijual
dalam bentuk beras sewaktu waktu bila mebutuhkan dana. Produk yang
disisakan untuk konsumsi sendiri, untuk sosial maupun dijual dalam bentuk
beras itu melalui proses penjemuran, pengeringan dan digiling di RMU rekanan
atau RMU keliling akan disimpan di gudang masing masing. Permasalah petani
saat ini adalah permasalahan pengairan, hama tikus, wereng, sundep dan belum
adanya standarisasi harga dan penentuan harga masih sepihak.

Padi Organik

Rata rata petani mengelola lahan sendiri seluas 1 Ha dan seluruhnya ditanami
Padi. Pola tanam yang dipakai Padi – Padi – Padi, dalam setahun Panen 3 x. Hasil
produksi berkisar antara 6 – 7 ton GKP per panen. Varietas yang biasa ditanam
adalah Padi Merah Pulen, Padi putih Sintanur dan Beras Hitam. Hasil panen
dijual dalam bentuk Gabah Kering Panen. Hasil produksi disetor ke Pengumpul
( KNOC ) dalam bentuk gabah, setelah diambil untuk kebutuhan konsumsi
keluarga dan sebagian untuk memenuhi permintaan saudara.

Hasil Panen 6-7 ton GKP :

• 1 kw untuk konsumsi keluarga

• 5 kw untuk permintaan / pesanan saudara

• 5,4 – 6,4 ton dijual / disetor ke KNOC


12 Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

Harga jual gabah dalam bentuk GKP ( rendemen antara 50 – 55 % ) :

• Beras merah 5.200 / kg – 6.000 / kg

• Beras putih 5.000 / kg – 5.500 / kg

• Beras Hitam 7.000 / kg

Biaya produksi per musim ( 4 bulan ) luas lahan 1 Ha

• Biaya invest lahan ( sewa lahan )

• Tracktor untuk olah tanah

• Pinihan ( pembenihan )

• Tamping/ mopok

• Daut

• Tandur

• Pupuk kompos

• Penyiangan

• Biaya combi ( mesin Panen )

Masalah yang sering dihadapi petani adalah :

• Perubahan harga secara sepihak oleh pemasar dalam hal ini (


sebelumnya ada kesepakatan Bersama) meskipun masih diatas harga
pasar konvensional

• Pembayaran kadang mundur

• Kepastian Pasar yang jelas ( pembatasan anggota / ada anggota yang


“diberhentikan” produk tidak diterima KNOC, karena pasar (modal) blm
ada )

• Pupuk subsidi bagi yang masih konvensional sering kurang

• Benih yang kwalitasnya kurang bagus ( hanya tumbuh 60 % )


Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 13

Pemasaran

Padi non organik

Rata rata produksi petani per panen sebesar 3 ton per 0.5 ha dalam bentuk
GKP. Produk dari petani dijual ke beberapa tempat dalam bentuk GKP yaitu
ke Gapoktan, dan ke pedagang/pengepul. Tidak ada kerjasama yang mengikat
antara gapoktan dan petani. Kondisi yang terjadi di gapoktan ada beberapa
pengurus yang sekaligus menjadi pemilik modal yang digunakan untuk membeli
produk yg disetor petani ke gapoktan. Gapoktan mendapat fee Rp 50/kg. Karena
dijual dalam bentuk GKP tidak ada standar kecuali berbeda usia tanaman
yang dipanen (pengaruh ke selisih harga Rp 50-200/kg). Gapoktan membantu
menyerap gabah petani untuk dipasarkan ke pedagang atau pembeli besar .
Gapoktan berfungsi juga sebagai lembaga yang menyediakan sarana produksi
seperti pupuk dan simpan pinjam. Melalui PUPM Gapoktan menyerap gabah
petani diolah menjadi beras dan dijual ke TTI. Tetapi ini belum efektif karena
sebagian besar panen justru langsung dijual ke penebas. Per musim panen rata-
rata mampu menyerap bagah petani sebesar 30 ton, tapi daya tamping yang ada
maksimal 10 ton. Artinya setelah 10 ton terjual maka 10 ton berikutnya bias
ditampung kembali. Biaya yang dikeluarkan gapoktan yaitu seperti tenaga,
kemasan, dll. Sisanya langsung masuk kas gapoktan. Yang dimiliki Lantai jemur,
gudang, bajak besar dan kecil, kombi besar dan kecil. Gapoktan seringkali
menjadi alternative akhir tempat menampung gabah petani anggota kelompok
tani ketika pedagang taidak mau menebas panen petani yang disebabkan karena
kualitas panen jelek, gabah kehujanan, atau panen petani yang tidak bias diserap
oleh penebas.

Padi organik

• Peran lembaga pemasar (KNOC dan kelompk Rukun Jaya)

• Menerima, mengumpulkan dan membeli gabah hasil produk petani


anggota

• Melakukan penjemuran sampai kadar air 14 %

• Menyimpan gabah di Gudang

• Memproses, sortir dan packing beras

• Menjual ke pasar ( swalayan, konsumen langsung, agen )


14 Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

• Setelah melalui proses sampai dengan beras, harga yang djual dengan
margin keuntungan Rp 2000/kg

Layanan yang diberikan pada petani anggota

• Penyediaan obat-obatan alami ( agensia hayati )

• Discount Pupuk Organik padat

• Discount layanan sarana prasarana

PELAKU DAN AKTOR RANTAI PASOK BERAS DI NGAWI

1. Petani

2. Poktan/ Gapoktan/Komunitas petani

3. Asosiasi

4. Pedagang/pengepul

5. Toko/Supermarket/Swalayan

6. Perusahaan/swasta

7. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan


Peran Pelaku dalam rantai nilai
padi non organik
Peran Pelaku dalam rantai nilai
padi organik
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Non Organik

Model 1
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Non Organik

Model 2
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Non Organik

Model 3
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Organik

Model 1
Rantai Pemasaran dan Distribusi Nilai Tambah
Produk Organik

Model 2
22 Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi

ANALISA NILAI TAMBAH DALAM RANTAI NILAI PADI

Padi Non Organik


Dalam rantai pasok beras selisih margin keuntungan dari masing-masing aktor
relatif bervariasi berkisar Rp 100 – Rp 300 apabila jual dalam bentuk GKP. Bila
sudah diproses dalam bentuk beras dan sudah dilakukan sortasi, pemilahan beras
menjadi kualitas 1, dan 2, selisih yang didapatkan cukup besar dari pedagang
besar yaitu berkisar Rp 3000-6000 namun dengan proses sortir, kemasan
dan transportasi ke tempat tujuan. Sementara itu untuk model pemasaran
lewat asosiasi selisihnya hampir sama yaitu Rp 200 – Rp 500, terutama untuk
Asosiasi di tingkat Provinsi Jawa Timur paling besar membeli sebesar Rp 5000
dalam bentuk GKP. Sementara penjualan ke pasar induk Cipinang dalam bentuk
beras selisihnya cukup besar yaitu Rp 2800- 5800. Margin keuntungan yang
cukup besar dalam rantai nilai beras adalah dinikmati oleh pedagang besar
yang memasok ke pasar induk Cipinang. Pedagang ini mampu menjual beras
kualitas baik dengan harga Rp 11.000-14.000, namun membeli dari petani
lebih rendah. Sedang kan Asosiasi Provinsi mengambil selisih lebih sedikit tapi
membeli gabah dari petani lebih tinggi. Namun demikian petani mempunyai
margin yang lebih menguntungkan apabila menjual dalam bentuk beras. Namun
dikarenakan fasilitas yang dipunyai petani tidak mendukung terutama tempat
penyimpanan gabah dan kebutuhan dana yang cepat sehingga banyak petani
menjual dalam bentuk GKP.

Padi Organik
Dalam rantai pasok beras organic margin keuntungan terbanyak ada di
supermarket/retail dengan keuntungan sampai dengan Rp 3000/kg tanpa
melakukan prosessing karena beras yang disupply sudah berkemas dan
berlabel. Margin yang lebih besar akan didapatkan KNOC dari penjualan ke
distributor besar atau eksportir, karena dengan harga yang sama yang dijual
ke took/supermarket tapi tidak memerlukan proses packing kemasan dan
label. Sementara itu penjualan ke pasar online langsung ke konsumen juga bisa
didapatkan lebih tinggi karena untuk penetapan jarga di tingkat konsumen
agar tetap sama dengan yang dijual di toko/supermarket karena mengingat
yang dijual produknya adalah dengan kemasan dan label yang sama.
Rantai Nilai Komoditas Padi di Lima Kecamatan Kabupaten Ngawi 23

PELUANG USAHA YANG BISA DIKEMBANGKAN

Padi Non Organik


• Mengembangkan benih padi

• Sudah ada pengalaman kelompok tani di Kartoharjo yang bekerjasama


dengan beberapa perusahaan untuk memproduksi benih padi
bersertifikat. Perlu scalling up untuk produksi dan memperluas
pemasaran

• Memproduksi beras dengan memproses hasil panen dalam bentuk GKP


menjadi beras yang bias dijual ke pedagang beras atau di pasar tradisional

• Menjual beras melalui online dengan konsumen langsung karena harga


yang dijual harganya lebih tinggi daripada yang dijual ke pedagang

Padi Non Organik


• Peluang bisnis terbesar ada di KNOC untuk melakukan pemasaran lewat
pedagang besar/eksportir karena yang disupply adalah beras curah
dengan harga yang sama seperti yang dijual di supermarket, apalagi
barang diambil langsung dari pedagang/eksportir. Yang sekarang perlu
dilakukan adalah bagaimana kerjasama ini dapat berjalan dengan
rutin dan berkelanjutan melalui kesepakatan bersama yang saling
menguntungkan.

• Sementara itu untuk pemasaran melalui distributor/toko/swalayan


karena sudah berjalan dengan rutin dan berkelanjutan tetap ada
kerjasama, namun perlu diperluas jangkauan jaringan pasarnya, misal
di carefour, alfamart/indomart yang mempunyai banyak store sehingga
serapan nya akan cukup banyak menyerap produk dari petani

• Pemasaran melalui online juga cukup menguntungkan karena harga


langusng dengan konsumen dan harganya sama seperti yang dijual di
supermarket/took/swalayan.

Anda mungkin juga menyukai